Anda di halaman 1dari 18

Resume Perkerasan Lentur

Empirikal

Berdasar pengalaman dan penelitian dan pengamatan dilapangan

 Aplikasi metode empiris dibatasi kondisi


 Kondisi yang berlaku di suatu tempat belum tentu berlaku di tempat lainnya
 Faktor regional tidak sama
 Tidak mengakomodasi jenis perkerasan atau bahan baru
 Lebih realistis

A. Methode Empiris

 Analisa Komponen (Indonesia) SNI No: 1732.1989-F


 diadopsi dari methode AASHTO 1972
 Pedoman Perkerasan Lentur Pt T-2002-B:
 AASHTO 1993 (USA)  nomogram untuk UR 20 tahun
 NAASRA 1987 (Australia)
 Road Note 29  desain perkerasan jalan baru (untuk capex)
 Road Note 31  desain bitumen (overlay) di Negara tropis dan sub tropis.

Perkerasan lentur terdiri dari :

 Subbase Course (LPB)


 Base Course (LPA)
 Surface Course (lapis permukaan)

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR (DENGAN ANALISA


KOMPONEN SNI No: 1732.1989-F)

Terdapat 5 INPUT PARAMETER (minimum)

(ditentukan / dicari lebih dahulu)

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


 Subgrade Stability  CBR, DDT
 Traffic (Lalu Lintas) LER
 Environment  Faktor regional (FR)
 Pavement material Quality  Koef kekuatan relative (a)
 Failure Criteria (kriteria Keruntuhan)  IPt. IPo)

1. SUBGRADE STABILITY

(STABILITAS TANAH DASAR)

 Subgrade adalah bagian yang mendukung Lalu Lintas dan menyediakan


landasan yang rata dan stabil bagi struktur diatasnya (formation level).
 Subgrade dapat berupa tanah asli, tanah galian atau timbunan.
 Subgrade memikul beban mati (dead load) yaitu berat pavement dan beban
hidup (live load) yaitu beban lalu lintas.
 Soil classification tidak terkait langsung dengan soil underloading (tanah
dibawah permukaan)  maka digunakan nilai CBR.
 CBR (california Bearing Ration) digunakan sebagai
 respon terhadap loading
 Dalam CBR test bekerja beban statik, sementara
 realitas tanah memikul beban dinamis. Maka
 direpresentasikan dalam Nilai Modulus (E).
 E = tg ξ= σ/ε
 E >>  kemampuan tanah memikul beban lebih
 besar (σ) >>
 Tanah bersifat elastoplastis (plastis yang tertunda)
 percobaan CBR bila piston diangkat dr tanah, mk
 tanah berbekas  arti tanah kembali tetapi tidak
 bisa persis keposisi semula)
 Sifat elastoplastis tanah ditunjukkan oleh modulus
 tanah dasar (Resilient modulus = stiffness modulus)
 E = C x CBR

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


 Nilai CBR bergantung pada kadar air
 Bila jalan diatas timbunan, maka CBR yang diukur CBR Laboratorium
 Bila jalan dibangun diatas jalan yang sudah ada  CBR yang diukur
adalah CBR lapangan dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
 Definisi : CBR adalah perbandingan beban penetrasi suatu bahan terhadap
beban standard dengan kecepatan dan kedalaman penetrasi yang sama
 CBR = 100 % (crushed stone) = beban standard
 Dalam perencanaan ambil / ukur kekuatan tanah dalam kondisi “terjelek”
(setelah direndam 4 hari).

Daya Dukung Tanah (DDT)

Daya dukung tanah ditentukan

berdasarkan grafik korelasi

antara DDT dengan nilai CBR

atau dengan menggunakan

Persamaan :

DDT = 4,3 log (CBR) + 1,7

Gambar grafik x-y (sumbu Y : % sama atau > dan sumbu x nilai CBR

 Ambil 90%  diperoleh CBR design = 2.4 %


 Cara statistik
 CBR design = CBR (rata2) – σ

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


 σ = standard deviasi = 1.3 (catatan : angka 1.3 diperoleh dari tabel distribusi
normal (statistik) untuk penyimpangan (deviasi 10 %)
 CBR rata2 = 3.75
 CBR design = 2.45

Untuk desain dengan analisa Komponen (BM)

 Dari nilai CBR diperoleh DDT = 4.3 log CBR + 1.7 atau dengan nomogram
(CBR dengan skala logaritma dan DDT dengan skala linier)
 Misal : CBR = 3.4 %  DDT = 4.3 log 3.4 + 1.7 = 4 kg/cm2

2. TRAFFIC (Beban Lalu Lintas)

Pengumpulan Data Lalu Lintas

 Volume lalu lintas diperoleh melalui survey atau statistic


 Untuk existing road : LL dapat diperoleh dari monthly variation, weekly
variation, daily variation dan hourly variation.
 Untuk new road : LL dapat diperoleh dari generated traffic, diverted traffic
atau development traffic
 Traffic Design (Lalu Lintas Rencana)

 Dinyatakan dalam LHR (lalu lintas harian rata-rata)

 LHR adalah jumlah rata2 lalu lintas kendaraan bermotor roda 4 atau lebih
yang dicatat selama 24 jam untuk kedua arah (jalur)

 Pertumbuhan LL dihitung selama UR (%)

 UR = Waktu pelayanan jalan sejak dibuka untuk traffic sampai pada diperlukan
perbaikan berat, ditentukan 10 tahun untuk Analisa Komponen
 Menghitung CBR design (metode BM)

 Diadopsi dari metode TAI (The Asphalt Institute)

 Ambil nilai CBR (titik) terendah

 Hitung banyak nilai CBR yang sama atau lebih besar

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


 Nilai CBR terbanyak = 100 % dan nilai lainnya persentase dari 100 %

 Gambar grafik hubungan CBR dan persentase jumlah masing masing

 Nilai CBR desain adalah garis yang mewakili angka 90%

 LEP (Lintas Ekivalen Permulaan) = jlh lintas equivalent harian rata2 sumbu
tunggal (single axle load = 8,16 ton) pada jalur rencana yang diperkirakan pada
awal UR (jalan mulai dibuka)  satuan sumbu standard/hari/lajur
 LEA (Lintas Ekivalen Akhir) = jlh lintas equivalent harian rata2 sumbu tunggal
(single axle load = 8,16 ton) pada jalur rencana yang diperkirakan pada akhir
UR (jalan perlu perbaikan berat).
 LEP = LHRj x Cj x Ej
 LHRj = Lalu Lintas Harian Rata-Rata (pada jalur Rencana j)
 Cj = Koef Distribusi Kendaraan
Untuk 2 lajur 2 arah  Kend ringan 2 arah C = 0.5; kendaraan berat 2 arah
C = 0.5
 Kend ringan < 5 Ton; kend berat > 5 ton
 Ej = angka equivalent yang digunakan untuk mengubah beban suatu
jenis kendaraan menjadi beban standard =
 LEA = LEP (1+i) UR
 Lintas Ekivalen Tengah LET = ½ (LEP + LEA)
 Lintas Ekivalen Rencana LER = LET X FP (FP = faktor penyesuaian)

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


3. ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)

 Kondisi Lingkungan ditentukan oleh FR (factor Regional)


 FR adalah faktor setempat terkait dengan kondisi medan (landai), cuaca
(iklim) yang mempengaruhi pembebanan oleh kend (berat).
 Pada persimpangan, pemberhentian dan tikungan tajam (R=30 m), nilai FR
ditambah 0.5
 Pada daerah rawa, nilai FR ditambah 1.0
 Misal: curah hujan 800 mm/tahun, kelandaian 6.5 %; data traffic % kend
berat (≥5 ton)  (400 + 50 +30)/ 2080 < 30 %, maka dari tabel FR = 1.0

Tabel Faktor Regional (R)

Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian atau


tikungan tajam (jari-jari < 30 m), FR dari tabel tersebut ditambah dengan 0,5.
Pada daerah rawa-rawa FR ditambah dengan 1,0.

4. PAVEMENT MATERIAL QUALITY (kualitas material perkerasan)

 Kualitas material perkerasan direpresentasikan dengan koefisien kekuatan


relatif (a).
 Material untuk lapis permukaan :
 AC (MS = 744 kg)  a = 0.4
 Material untuk LPA : Agr kelas A (CBR 100 %)  a = 0.14
 Material untuk LPB : Agrr kelas B (CBR 50 %)  a.3 = 0.12

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


 Nilai (a) dari Daftar VIII SNI 1989

Tabel Koefisien Kekuatan Relatif dan Tebal Minimal Lapis Perkerasan

5. FAILURE CONDITION (IPt) (Syarat Keruntuhan)

 Merupakan input perencanaan yang menyatakan kondisi jalan yang


memerlukan rekonstruksi/ perbaikan berat dan dianggap sudah mencapai
umur rencana (UR)
 Input yang dibutuhkan untuk perencanaan adalah IPt dan IPo
 Tentukan IPo (Indeks Prmukaan awal) dari Jenis permukaan yang dipilih
(Daftar VI SNI 1989).
 Laston/AC

 IPo ≥ 4 (roughness ≤ 1000 mm/km)

 IPo = 3.9 -3.5 (roughness > 1000 mm/km)  biasa diambil untuk
kondisi Indonesia

 Tentukan IPt (Indeks permukaan Akhir)

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


 adalah angka yang menyatakan kerataan/kehalusan permukaan jalan
melayani lalu lintas sampai akhir UR  IPt terkait LER dan Fungsi jalan
(Lokal, Kolektor, arteri)  mis ambil LER = 146, jalan kolektor,  dari
tabel ambil IPt = 2.0

CATATAN:

 Kondisi pelayanan permukaan jalan :

• Baik IRI ≤ 4.0 m/km

• Sedang 4.0 < IRI ≤ 8.0 m/km

• Rusak Ringan 8.0 < IRI ≤ 12.0 m/km

• Rusak Berat IRI > 12.0 m/km

Gambar– Nomogram Penentuan ITP untuk IPt = 2,5 dan IPo>4

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


Tabel Batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan

Catatan : * Nilai ini dapat diturunkan menjadi 15 cm bila bahan lapis pondasi
bawah adalah material berbutir kasar.

PENGGUNAAN NOMOGRAM

 Tentukan lebih dahulu 5 input parameter


 cari nilai DDT dan LER dari perhitungan
 Dari nilai DDT (yang diperoleh dari CBR subgrade) dan LER (dari Traffic),
tarik garis lurus sehingga memotong garis ITP (Indeks Tebal Perkerasan) 
diperoleh nilai ITP
 Dari nilai ITP dan FR (input parameter), tarik garis sehingga memotong garis
ITP’ (Indeks tebal perkerasan desain)  diperoleh nilai ITP’
 Tenentukan tebal setiap lapis perkerasan dengan rumus
 ITP’ = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


D1 = tebal lapis permukaan

D2 = tebal lapis pondasi atas

D3 = tebal lapis pondasi bawah

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas

Faktor pertumbuhan lalu lintas berdasarkan data–data pertumbuhan series


(historical growth data) atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lain
yang berlaku. Jika tidak tersedia data maka Tabel 4.1. dapat digunakan (2015 –
2035).

Tabel Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas (i) (%)

Pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung dengan faktor


pertumbuhan kumulatif (Cumulative Growth Factor):

( 1+0 , 01 i )UR −1
R=
0,01i

Dengan R = faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif

i = laju pertumbuhan lalu lintas tahunan (%)

UR = umur rencana (tahun)

Apabila diperkirakan akan terjadi perbedaan laju pertumbuhan tahunan sepanjang


total umur rencana (UR), dengan i1% selama periode awal (UR1 tahun) dan i2%
selama sisa periode berikutnya (UR – UR1), faktor pengali pertumbuhan lalu
lintas kumulatif dapat dihitung dari formula berikut:

( 1+0 , 01 i )UR 1 −1 ( 1+0 , 01 i2 )(UR −UR 1)−1


R=
0,01i
+ ( 1+0 , 01 i1 )
( UR 1−1)
{
( 1+ 0 , 01i 2 )
0 , 01i 2 }
Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil
Dengan R = faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif

i1 = laju pertumbuhan tahunan lalu lintas periode1(%)

i2 = laju pertumbuhan tahunan lalu lintas periode 2 (%)

UR = total umur rencana (tahun)

UR1 = umur rencana periode 1 (tahun)

Formula di atas digunakan untuk periode rasio volume kapasitas (RVK) yang
belum mencapai tingkat kejenuhan (RVK ≤ 0.85).

Apabila kapasitas lalu lintas diperkirakan tercapai pada tahun ke (Q) dari umur
rencana (UR), faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif dihitung sebagai
berikut:

( 1+0 , 01 i )Q −1
R= + (UR −Q )( 1+0 , 01 i )(Q−1)
0 , 01i

Pengaruh Pengalihan Lalu Lintas (Traffic Diversion) Analisis lalu lintas harus
memperhatikan faktor pengalihan lalu lintas yang didasarkan pada jaringan jalan
dan harus memperhitungkan proyeksi peningkatan kapasitas ruas jalan eksisting
dan pembangunan ruas jalan baru.

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


Mendapat Nilai CBR Dari Pengujian

1.1. Peralatan

1.1.1. Mesin penetrasi (loading machine) dilengkapi alat pengukur beban


berkapasitas sekurang-kurangnya 4,45 ton atau 10.000 lb dengan kecepatan
penetrasi sebesar 1,27 mm atau 0,05” per menit.

1.1.2. Cetakan logam berbentuk silinder diameter bagian dalam 152,4 ± 0,6609
mm atau 6” ± 0,0026” dan tinggi 177,8 ± 0,13 mm atau 7” ± 0,005”. Cetakan
harus dilengkapi leher sambung dengan tinggi 50,8 mm atau 2,0” dan keping alas
logam yang berlubang-lubang dengan tebal 9,53 mm atau 3/8” dan diameter
lubang tidak lebih dari 1,59 mm atau 1/16”.

1.1.3. Piringan pemisah dari logam (sapacer disc) dengan dimeter 150,8 mm atau
515/16” dan tebal 61,4 mm atau 2,416”.

1.1.4. Alat penumbuk sesuai dengan cara : Pengujian Pemadatan Ringan Untuk
Tanah, (SKBI 3.3.30. 1987/UDC. 624.131.43 (02)) atau Pengujian Pemadatan
Berat Untuk Tanah (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.53.(02)).

1.1.5. Alat pengukur pengembangan (swell) yang terdiri dari keping


pengembangan yang berlubang-lubang dengan batang pengatur, tripod logam, dan
arloji peninjuk.

1.1.6. Keping beban dengan berat 2,27 kg (5 lb), diameter 194,2 mm atau 57/8”
dengan lubang tengah berdiameter 54,0 mm atau 21/8”

1.1.7. Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,5 mm atau 1,95” luas 1935 mm2
atau 3 inchi2 dan panjang tidak kurang dari 101,6 mm atau 4”.

1.1.8. Dua buah arloji pengukur penetrasi, dengan ketelitian 0,01 mm atau 0,001”.

1.1.9. Peralatan lain seperti talam, alat perata, dan tempat untuk rendam.

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


1.1.10. Alat timbang sesuai cara : Pengujian Pemadatan Ringan Untuk Tanah,
(SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.43 (02)) atau Pengujian Pemadatan Berat
Untuk Tanah (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.53.(02)).

1.2. Benda Uji

Benda uji harus dipersiapkan menurut cara : Pengujian Pemadatan Ringan Untuk
Tanah, (SKBI 3.3.30. 1987/UDC. 624.131.43 (02)) atau Pengujian Pemadatan
Berat Untuk Tanah (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.53.(02)).

1.2.1. Ambil contoh kira-kira seberat 5 kg atau lebih untuk tanah dan 5,5 kg untuk
campuran tanah agregat.

1.2.2. Kemudian campur bahan tersebut dengan air sampai kadar air optimum.

1.2.3. Pasang cetakan pada keping alas dan timbang. Masukan piringan pemisah
(spacer disc) diatas keping alas dan pasang kertas saring diatasnya.

1.2.4. Padatkan masing-masing bahan tersebut di dalam cetakan dengan jumlah


tumbukan 10,35 dan 65 dengan jumlah lapis dan berat penumbuk sesuai cara :
Pengujian Pemadatan Ringan Untuk Tanah, (SKBI 3.3.30. 1987/UDC. 624.131.43
(02)) atau Pengujian Pemadatan Berat Untuk Tanah (SKBI 3.3.30.1987/UDC.
624.131.53.(02)). Bila benda uji akan direndam, periksa kadar airnya sebelum
dipadatkan. Bila benda uji tersebut tidak direndam, periksa kadar air dilakukan
setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.

1.2.5. Buka leher sambung dan ratakan dengan alat perata. Tambal lubang-lubang
yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-butir kasar dengan
bahan yang lebih halus. Keluarkan piringan pemisah, balikan dan pasang kembali
cetakan berisi benda uji pada keping alas, kemudian timbang.

1.2.6. Untuk pemeriksaan CBR langsung, benda uji ini telah siap untuk diperiksa.
Bila dikehendaki CBR yang direndam (soaked CBR)harus dilakukan langkah-
langkah berikut :

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


1.2.6.1. Pasang keping pengembangan diatas permukaan benda uji dan kemudian
pasang keping pemberat yang dikehendaki minimum seberat 4,5 kg atau 10 lb
atau sesuai dengan keadaan beban perkerasan. Rendam cetakan beserta beban
didalam air sehingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah. Pasang
tripod beserta arloji pengukur pengembangan. Catat pembacaan pertama dan
biarkan benda uji selam 4x 24 jam. Permukaan air selama perendaman harus tetap
(kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji). Tanah berbutir halus atau berbutir
kasar yang dapat melakukan air lebih cepat dapat direndam dalam waktu yang
lebih singkat sampai pembacaan arloji tetap.Pada akhir perendaman catat
pembacaan arloji pengembangan.

1.2.6.2. Keluarkan cetakan dari bak air dan miringkan selama 15 menit sehingga
air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama pengeluaran air tersebut permukaan
benda uji tidak terganggu.

1.2.6.3. Ambil beban dari cetakan, kemudian cetakan beserta isinya ditimbang.
Benda uji CBR yang direndam telah siap untuk dilakukan pengujian.

1.3. Cara Pengujian

1.3.1. Letakan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5
kg atau 10 lb atau sesuai dengan perkerasan.

1.3.2. Untuk benda uji yang direndam, beban harus sama dengan beban yang
dipergunakan waktu perendaman. Pertama, letakan keping pemberat 2,27 kg atau
5 lb untuk mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang
keping pemberat. Pemberatan selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada
permukaan benda uji.

1.3.3. Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji
beban menunjukan beban permulaan sebesar 4,5 kg atau 10 lb. Pembebanan
permulaan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara
torak dengan permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji
pengukur penetrasi di-nol-kan.

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


1.3.4. Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1,27 mm/menit atau 0,05”/menit. Catat pembacaan
pembebanan pada penetrasi 0,312 mm atau 0,0125”; 0,62 mm atau 0,025”; 1,25
mm atau 0,05”; 0,187 mm atau 0,075”; 2,5 mm atau 0,10”; 3,75 mm atau 0,15”; 5
mm atau 0,20”; 7,5 mm atau 0,30”; 10 mm atau 0,40”; dan 12,5 mm atau 0,50”.

1.3.5. Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum


terjadi sebelum penetrasi 12,5 mm atau 0,50”.

1.3.6. Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas
benda uji setebal 25,4 mm atau 1”.

1.3.7. Bila diperlukan kadar air rata-rata maka pengembalian benda uji untuk
kadar air dapat diambil dari seluruh kedalaman. Benda uji untuk pemeriksaan
kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus atau sekurang-
kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.

1.4. Perhitungan

1.4.1. Pengembangan (swell) ialah perbandingan antara perubahan tinggi selama


perendaman terhadap tinggi benda uji semula, dinyatakan dalam persen.

1.4.2. Hitung pembebanan dalam kg atau lb, dan gambarkan grafik beban terhadap
penetrasi. Pada beberapa kejadian permulaan, terdapat keadaan kurva beban
cekung akibat dari tidak keteraturan permukaan atau sebab-sebab lain. Dalam
keadaan ini titik nolnya harus dikoreksi seperti gambar no.3

1.4.3. Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada


penetrasi 2,54 mm atau 0,1” dan 50,8 mm atau 0,2” hitung harga CBR dengan
cara membagi beban yang terjadi masing-masing dengan beban standar 70,31
kg/cm2 atau 1000psi dan 105,47 kg/cm2 atau 1500 psi dan kalikan masing-
masing dengan 100. Umumnya harga CBR diambil pada penetrasi 2,54 mm atau
0,1”. Bila harga yang didapat pada penetrasi 2,54 mm atau 0,1”, percobaan
tersebut harus diulangi. Apabila percobaan ulangan ini masing tetap menghasilkan

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


nilai CBR pada penetrasi 5,08 mm atau 0,2” lebih besar dari nilai CBR pada
penetrasi 2,54 mm atau 0,1”, maka harga CBR diambil pada penetrasi 5,08 mm
atau 0,2”. Bila beban maksimum dicapai pada penetrasi sebelum 5,08 mm atau
0,2” maka harga CBR diambil dari beban maksimum tersebut dan dibagi dengan
beban standar yang sesuai.

1.5. Pelaporan

Laporan harus mencantumkan hal-hal sebagi berikut :

1.5.1. Cara yang dipakai untuk mempersiapkan dan memadatkan benda uji. Cara
B atau D menurut Pengujian Pemadatan Ringan Untuk Tanah, (SKBI 3.3.30.
1987/UDC. 624.131.43 (02)) atau Pengujian Pemadatan Berat Untuk Tanah
(SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.53.(02)).

1.5.2. Keadaan benda uji (direndam atau tidak direndam).

1.5.3. Kepadatan kering benda uji sebelum direndam.

1.5.4. Kepadatan kering benda uji setelah direndam.

1.5.5. Kadar air benda uji sebelum dan sesudah pemadatan, masing-masing dalam
persen.

1.5.6 Kadar air setelah perendaman yang diambil dari lapisan atas benda uji
setebal 25,4 mm atau 1” atau rata-rata.

1.5.7. Pengembangan (swell) dalam persen.

1.5.8. Harga CBR (direndam atau tidak direndam) dalam persen.

1.2.9. Harga CBR rencana ditetapkan pada 100 % Pengujian Pemadatan Ringan
Untuk Tanah, (SKBI 3.3.30. 1987/UDC. 624.131.43 (02)) atau Pengujian
Pemadatan Berat Untuk Tanah (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.53.(02)).

1.6. Catatan

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil


1.6.1. Kepadatan kering dihitung dengan kadar air sesudah perendaman.

1.6.1. Bila dikehendaki nilai daya dukung pada penetrasi 7,5 mm atau 0,3”; 10,0
mm atau 0,4” dan 12,5 mm atau 0,5” bagi besarnya beban pada penetrasi yang
bersangkutan masing-masing dengan 5700; 6900 dan 7800 lb dan kalikan masing-
masing dengan 100.

Jovian Rinaldo/4122.3.17.11.0009/PJR/Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai