Anda di halaman 1dari 20

Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas dalam Rangka Menurunkan Angka

Kematian Ibu
Dwi Vernia S Paranna
Fakultas Kedokteran UKRIDA
dwifk221@civitas.ukrida.id.co
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Abstrak

Meningkatnya angka kematian ibu dan anak menjadi perhatian utama di pelayanan kesehatan
seperti puskesmas. Untuk itu, puskesmas menyediakan berbagai program kerja dan pelayanan khusus ibu
dan anak dengan harapan menurunkan angka kematian ibu dan anak serta meningkatkan kualitas hidup
ibu dan anak demi peningkatan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Program-program puskesmas
dapat dievaluasi untuk menilai bagian yang penting dari proses manajemen dan didasarkan pada sistem
informasi manajemen. Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur
pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat
salah satu program puskesmas dalam puskesmas dalam menangani Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi yang saat ini keberhasilannya di Indonesia masih belum memuaskan. Kematian
dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar negara
berkembang termasuk Indonesia dan terus dikembangkan agar semakin membaik pelayanan kesehatan
pada puskesmas.

Kata Kunci: Puskesmas, AKI, pelayanan kesehatan.

Abstract

Increasing maternal and child mortality is a major concern in health services such as health
centers. For this reason, the puskesmas provides various work programs and special services for mothers
and children in the hope of reducing maternal and child mortality and improving the quality of life for
mothers and children to improve the quality of life for families and communities. Puskesmas programs
can be evaluated to assess important parts of the management process and are based on management
information systems. Evaluation is carried out because of the encouragement or desire to measure the
achievement of work results or program implementation activities against the stated objectives. There is
one health center program in the puskesmas in handling the Maternal Mortality Rate and Infant
Mortality Rate, whose success in Indonesia is currently not satisfactory. The death and illness of
pregnant women, childbirth, childbirth and newborns is still a big problem in developing countries
including Indonesia and continues to be developed so that health services will be improved in puskesmas.

Keywords: Puskesmas, AKI, health services.

Pendahuluan

Dalam undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar
terwujud kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan

1
nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya-upaya yang bersifat menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu
membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Dalam program kesehatan masyarakat untuk
mencapai target yang telah ditentukan tersebut maka manajemen organisasi akan melakukan berbagai
langkah perencanaan sesuai dengan analisa situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Evaluasi atau
kegiatan penilaian merupakan bagian yang penting dari proses manajemen dan didasarkan pada sistem
informasi manajemen. Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur
pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat
salah satu program puskesmas dalam puskesmas dalam menangani Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi yang saat ini keberhasilannya di Indonesia masih belum memuaskan. Kematian dan
kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar negara
berkembang termasuk Indonesia. Di Negara-negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian wanita usia subur
disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi adalah faktor pelayanan yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada
persalinan tersebut. Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan
diikuti penurunan kematian ibu di wilayah tersebut. Namun sampai saat ini di wilayah Indonesia masih
banyak pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional
sehingga banyak merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

Problem Solving Cycle

Masalah KIA dan pengaruh sosial budaya masyarakat menjadi permasalahan yang
memerlukan suatu pemecahan segera. Pengembangan atau inovasi dengan melibatkan modal
sosial bagi upaya KIA sangat dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
tersebut melalui suatu intervensi yang dapat diterima oleh masyarakat pelakunya. Oleh sebab itu,
dukungan riset berupa intervensi berbasis budaya yang bernilai positif bagi kesehatan masih
sangat diperlukan. Riset Intervensi Kesehatan berbasis budaya lokal tahun 2014, yang
merupakan kelanjutan dari ROI 2012, masih fokus pada masalah kesehatan ibu dan anak.
Kekayaan budaya Indonesia yang berdampak positif pada KIA dapat terus dikembangkan,
dilestarikan dan dimanfaatkan secara lokal, regional dan nasional. Peran masyarakat perlu
ditingkatkan dengan melihat permasalahan lokal serta potensi budaya lokal yang masih sangat
banyak di masyarakat. Permasalahan pada Puskesmas Argomulyo ini dapat dikelompokkan
sebagai berikut :

2
1. Apa yang menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) tinggi?
2. Apa saja yang program pelayanan masyarakat untuk menanggulangi AKI yang tinggi?
3. Apa saja program pencegahan AKI ?

Tujuan dari pembahasan masalah adalah untuk mengetahui program-program yang


efektif yang dilaksanakan agar tingkat AKI rendah dan pelaksanaan program yang tepat dan
benar serta mengetahui distribusi status maka diupayakan tingkat AKI yang rendah dimana dapat
menggambarkan kesejahteraan suatu wilayah atau negara dengan program-program kesehatan,
sistem pelayanan, pemberdayaan masyarakat, dan pencegahan masalah. Selain itu dapat
diperoleh pula berbagai cara untuk menekan AKI serendah mungkin dengan peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup.

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil ,


AKI per 100.000
bersalin , dan nifas di suatu wilayahtertentu
Kelahiran Hidup = x 100.000
pada periode tertentu
Jumlah kelahiran hidup di wilayah pada periode yang sama

Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan.
AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan
pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup
tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Survei Demografi Indonesia (SKDI) 2012
memberikan data bahwa AKI adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah 32 epr
1.000 kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun
pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus.1

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goal/MDGS 2015), pada tahun


2015 terjadi penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per
1.000 kelahiran hidup. Berbagai upaya kesehatan Ibu dan Anak (KIA) telah dilakukan untuk

3
mengatasi perbedaan yang sangat besar antara AKI dan AKA antara negara maju dan di negara
berkembang, seperti di Indonesia. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk menyelamatkan ibu
sejak awal kehamilan sampai masa nifas dengan tujuan agar kehamilan dan persalinannya dapat
dilalui dengan selamat dan bayi lahir dalam keadaan sehat.

Definisi kematian ibu tersebut juga membedakan dua kategori kematian ibu. Pertama
adalah kematian yang disebabkan oleh penyebab langsung obstetri (direk) yaitu kematian yang
diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya. Kedua adalah kematian yang
disebabkan oleh penyebab tidak langsung (indirek) yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil
yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau persalinannya.

Secara global, lima penyebab utama langsung kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia
tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK) dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ini telah berubah, dimana
perdarahan dan infeksi semakin menurun sedangkan HDK dalam kehamilan proporsinya
semakin meningkat, hampir 30 % kematian ibu di Indonesia pada tahun 2011 disebabkan oleh
HDK.1

Definisi kematian ibu mengindikasikan bahwa kematian ibu tidak hanya mencakup
kematian yang disebabkan oleh persalinan tetapi mencakup kematian yang disebabkan oleh
penyebab non-obstetri. Sebagai contoh adalah ibu hamil yang meninggal akibat penyakit
Tuberkulosis, Anemia, Malaria, Penyakit Jantung, dll. Penyakit-penyakit tersebut dianggap dapat
memperberat kehamilan meningkatkan resiko terjadinya kesakitan dan kematian. Proporsi
kematian ibu indirek di Indonesia cukup signifikan yaitu sekitar 22% sehingga pencegahan dan
penanganannya perlu mendapatkan perhatian. Diperlukan koordinasi dengan disiplin medis
lainnya di RS atau antar RS, antara lain dengan Spesialis Penyakit Dalam dan Bedah, dalam
menangani kematian indirek.

Pelayanan Puskesmas

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat


pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan

4
kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan
Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.2

Sistem Puskesmas dengan subsistemnya adalah:


1. Bagian Program Perbaikan Gizi Masyarakat (Gizi).
2. Bagian Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB).
3. Bagian Program Kesehatan Lingkungan (Kesling).
4. Bagian Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
5. Bagian Program Promosi Kesehatan (Promkes).
6. Bagian Program Pengobatan.
7. Bagian Program Spesifik Lokal yang dapat dikembangkan oleh Puskesmas.
Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six) Puskesmas yang
bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.
Program ini bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Keberhasilan program KIA menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Sasaran penduduk
yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
Keliling.2

Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja
Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah
penduduk 150 000 jiwa atau lebih, merupakan "Puskesmas Pembina" yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.1,2 Menurut sifat
pelayanannya, pelayanan puskesmas dibagi menjadi dua yaitu :

1. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

5
Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan
yang meliputi pelayanan:

- kuratif (pengobatan) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa,


melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter
secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan.

- preventif (upaya pencegahan)

- promotif (peningkatan kesehatan)

- rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

2. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu)

Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu Kecamatan terdiri dari
Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,
Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut masing-masing
bekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan.

Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat


(Puskesmas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu
koordinasi dan satu pimpinan.

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya


Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari
sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan
tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib1,2


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

6
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a) Upaya Promosi Kesehatan
b) Upaya Kesehatan Lingkungan
c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d) Upaya Perbaikan Gizi
e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f) Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan
pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara
optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan
upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula
ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Kegiatan Program KIA

1. Definisi Program KIA KB

7
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam program
pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi, dan balita.2

2. Program Pokok pada Pelayanan KIA KB2


Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka program di puskesmas, khususnya KIA
KB harus meliputi sebagai berikut :
 Pelayanan Antenatal
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama
kehamilannya, yang disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Antenatal, yang terdiri dari :
a) Timbang berat badan
b) Ukur tekanan darah
c) Nilai status gizi (LILA)
d) Ukur tinggi fundus uteri
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f) Pemberian imunisasi TT lengkap
g) Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
h) Test laboratorium (rutin dan khusus)
i) Tatalaksana kasus
j) Temu wicara (konseling)

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada
triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga.

8
Gambar 1. Pelayanan Ante Natal Care di Puskesmas2.

 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini diutamakan untuk :

- Mencegah terjadinya infeksi


- Menerapkan metode persalinan yang sesuai dengan standar
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
- Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
- Memberikan injeksi vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir

 Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan

Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi kebidanan.3
Faktor resiko pada ibu hamil adalah :
- Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun
- Anak > 4 orang
- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun
- Kurang energi kronis (KEK) dengan LLA < 23,5 cm atau penambahan berat badan
> 9 kg selama masa kehamilan

9
- Anemia dengan Hb < 11 g/dl
- TB < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang
- Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada kehamilan sekarang.
- Sedang menderita penyakit kronis antaranya : TBC, kelainan jantung, ginjal, hati,
kelainan endokrin, tumor dan keganasan
- Riwayat kehamilan buruk (abortus berulang, mola hidatidosa, KPD, kehamilan
ektopik, bayi dengan cacat kongenital)
- Riwayat persalinan dengan komplikasi (sectio cesaria, ekstraksi vakum / forcep)
- Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)
- Kelainan besar janin
- Kelainan letak janin

 Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi


kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Pelayanan obstetri :
- Penanganan pendarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas
- Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan
- Pencegahan dan penanganan infeksi
- Penanganan partus lama / macet
- Penanganan abortus
- Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan
Pelayanan neonatus :
- Pencegahan dan penanganan asfiksia
- Pencegahan dan penanganan hipotermi
- Penanganan BBLR
- Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan – sedang
- Pencegahan dan penangan gangguan minum

 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

10
Pelayanan kesehatan Ibu Nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
- Kunjungan nifas pertama (KF1) : 6 jam – 3 hari pasca persalinan
- Kunjungan nifas kedua (KF2) : 4 – 28 hari pasca persalinan
- Kunjungan nifas ketiga (KF3) : 29 – 42 hari pasca persalinan
Pelayanan yang diberikan adalah :
- Pemeriksaan TD, nadi, respirasi dan suhu
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)
- Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya
- Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif
- Pemberian kapsul vit A sebanyak 2 kali (segera setelah melahirkan dan 24 jam setelah
pemberian pertama)
- Pelayanan KB pasca persalinan

Gambar 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas di Puskesmas2

 Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 – 28
hari setelah lahir, yaitu:
- Kunjungan Neonatus ke-1 ( KN 1 ) : 6 - 48 jam setelah lahir
- Kunjungan Neonatus ke-2 ( KN 2 ) : hari ke 3 – 7 setelah lahir
- Kunjungan Neonatus ke-3 ( KN 3 ) : hari ke 8 – 28 setelah lahir

11
 Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi

Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan
kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecatatan dan kematian oleh tenaga kesehatan.
Tanda- tanda neonatus dengan komplikasi :
- Tidak mau minum / menyusu atau memuntahkan semua yang masuk kemulutnya
- Riwayat kejang
- Bergerak jika hanya dirangsang
- Frewensi napas < 30 x / menit atau > 60 x / menit
- Suhu tubuh < 35,5 0C atau > 37,5 0C
- Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat
- Ada pustul di kulit
- Nanah banyak di mata
- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
- BBLR atau ada masalah menyusu
- Berat menurut umur rendah
- Adanya kelainan kongenital
- Prematuritas
- Asfiksia
- Infeksi bakteri
- Kejang
- Ikterus
- Diare
- Hipotermi
- Tetanus neonatorum
- Trauma lahir, sindrom gangguan pernapasan, dll.

 Pelayanan Kesehatan Bayi

12
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai 11 bulan setelah
lahir.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
- Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1- 4, DPT / Hb, campak) sebelum
usia 1 tahun
- Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
- Pemberian vitamin A (6 – 11 bulan)
- Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit
dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan buku KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus jika perlu
- Penanganan dengan metoda MTBS

 Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Masa balita merupaka masa keemasan atau golden periode dimana terbentuk dasar – dasar
kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif
dan awal pertumbuhan moral.
Pelayanan sesuai standar yang diberikan meliputi :
- Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun
- Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
- Pemberian vitamin A dosis tinggi, 2 kali setahun.
- Kepemilikan dan pemamfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
- Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menngunakan pendekatan MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit)

13
Gambar 3. Pelayanan kesehatan anak dan balita.2

 Pelayanan KB Berkualitas

Pelayananan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak


individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkonstribusi dalam
menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah
cukup memiliki anak (2 anak lebih baik), serta meningkatkan fertililitas bagi pasangan yang
ingin mempunyai anak.2
Metode kontrasepsi meliputi :
- KB alamiah (sistem kalender, coitus interuptus)
- Metode KB hormonal ( pil, suntik, susuk )
- Metode KB non hormonal (kondom, AKDR / IUD, vasektomi, dan tubektomi)

Tujuan program kesehatan ibu dan anak

1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya,
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna
dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Dasa Wisma, penyelenggaraan Posyandu
dan sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, Dasa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta
di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.

14
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu menyusui, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama
melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

Manajemen kesehatan ibu dan anak4

Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat –KIA.


Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk
motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan
program KIA secara teknis maupun non teknis. Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-
indikator pemantauan teknis dan non teknis, yaitu:

1. Indikator Pemantauan Teknis

Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan
yang terdiri dari :

a. Indikator Akses
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d. Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal.

2. Indikator Pemantauan Non teknis

Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan
mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai
tingkat administrasi, yaitu :

a. Indikator pemerataan pelayanan KIA

15
Indikator ini dipilih indikator Akses (jangkauan) dalam pemantauan secara
teknis memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih
dimengerti oleh para penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan KIA
Indikator ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis
dengan memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih
dimengerti oleh para penguasa wilayah. Kedua indikator tersebut harus secara
rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan dalam pertemuan-
pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan.

Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para
penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber daya
setempat yang diperlukan.

Pemberdayaan keluarga dan masyarakat


Pengaturan kehamilan dan persalinan seharusnya merupakan keputusan yang dibuat
bersama-sama antara seorang calon ibu dengan suami dan keluarganya, bukan merupakan
keputusan yang tidak diinginkan oleh ibu, baik oleh karena alasan kesehatan ataupun alasan-
alasan kesiapan lainnya. Keluarga perlu mempunyai pengertian bahwa setiap kehamilan harus
merupakan kehamilan yang diinginkan oleh ibunya, termasuk kapan kehamilan dikehendaki dan
berapa jumlah anak yang diinginkan.4

Gambar 4. Upaya peningkatan pengetahuan dan sikap keluarga.

Selain itu perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan sikap keluarga serta
masyarakat pada umumnya mengenai pentingnya memahami bahwa setiap kehamilan beresiko

16
mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, oleh karenanya perlu melakukan perencanaan
persalinan dengan baik dan perencanaan untuk melakukan pencegahan dan pencarian
pertolongan segera bila komplikasi terjadi (kesiapan transportasi, dana, dan calon donor darah).

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan wadah titik temu antara pelayanan
profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka
kelahiran. Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam
bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraanya
dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya
berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.

Gambar 4. Kegiatan yang diselenggarakan di Posyandu.2

Kader kesehatan merupakan perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan
terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima
program yaitu: KB, Gizi, KIA, Imunisasi, penanggulangan diare. dan mendapat bantuan dari
petugas kesehatan 4 Tujuan penyelenggaraan Posyandu menurut Depkes adalah untuk:

1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka


kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan NKKBS.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-
kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dngan kebutuhan.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahter.

17
Penyelenggaraan Posyandu

Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos imunisasi, pos KB desa, pos
kesehatan ataupun pembentukan yang baru. Satu posyandu sebaiknya melayani seratus (100)
balita/700 penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat,
geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala keluarga dalam kelompok dan sebagainya5

Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan
ditentukan sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan dipos pelayanan
yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RK/RT atau ditempat khusus
dibangun masyarakat.

Penyelenggaraan dilakukan dengan “pola lima meja” sebagaimana diuraikan antara lain:

 Meja 1: pendaftaran
 Meja 2: penimbangan bayi dan anak balita
 Meja 3: pengisian KMS (kartu menuju sehat)
 Meja 4: peyuluhan perorangan
Mengenai balita berdasarkan penimbangan, berat badan yang naik/tidak
naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, pralit dan vitamin A
dosis tinggi. Terhadap ibu hamil yang resiko tinggi, diikuti dengan
pemberian zat gizi. Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti
dengan pemberian kondom, pil ulangan atau tablet busa.
 Meja 5: Pelayanan tenaga propesional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan
pengobatan, serta pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

Gambar. 5 Penyelenggaraan pola lima meja di Puskesmas2

18
Evaluasi Program

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis hasil evaluasi dan pengembangan


program adalah pendekatan sistem. Dengan mengikuti alur pikir pendekatan ini memungkinkan
untuk pengawas mengumpulkan, menganalisis dan mempergunakan data untuk mengetahui
kesenjangan antara input dan output. Pelaksanaan tugas yang efektif jika kondisi nyata
masyarakat dapat ditingkatkan sehingga mendekati kondisi yang diharapkannya. Pelaksanaan
pengembangan mutu kegiatan seperti yang terlihat dalam urutan kegiatan sebagai berikut:6

1. Analisis profil sebagai landasan aplikasi standar melalui analisis kondisi nyata, kondisi
yang diketahui serta merumuskan kondisi yang diharapkan.
2. Menentukan indikator mutu yang meliputi indikator operasioal, pengukuran yang
dilandasi dengan memperhatikan kebutuhan komunitas.
3. Mengembangkan perangkat evaluasi dengan mengembangkan desain pengukuran,
melakukan pengukuran, mengolah data, dan merekomendasikan perbaikan.
4. Melaksanakan pengukuran dalam rangka meningkatkan mutu sistem informasi
manajemen puskesmas serta mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam usaha mencapai tujuan di atas pelaksanaan pengawasan menggunakan strategi utama,
yaitu:3

 Pengumpulan data monitoring dan evaluasi sitem perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program.
 Pengumpulan data kuantitatif dan informasi mengenai kinerja puskesmas
 Pembinaan kader puskesmas dalam pengembangan perencanaan pengelolaan dan
pembelajaran, pelasanaan tugas sesuai dangan program.
 Pelaksanaan evaluasi, reflekesi ketercapaian target yang direncanakan dan perbaikan
berkelanjutan.

Hipotesis

AKI tinggi disebabkan oleh karena ANC yang kurang baik

19
Kesimpulan

Jumlah seluruh kematian ibu (sesuai dengan definisi ICD 10) di suatu wilayah dibagi
dengan jumlah seluruh kelahiran hidup di wilayah yang sama dalam satu waktu tertentu.
Dinyatakan dalam satuan per 100.000 kelahiran hidup. Pada Puskesmas Argomulyo terdapat
AKI yang tinggi yang disebabkan karena adanya masalah dalam pelaksaan program pelayanan
kesehatan yang mencakup unsur-unsur masukan, pengetahuan, dan keadaan sosial-ekonomi
penduduk. Maka diperlukan peninjauan kembali atau evaluasi program dengan penelitian yang
epidemiologis.

Daftar Pustaka

1. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Ditjen Bina Gizi dan KIA Kementrian Kesehatan RI.
Rencana aksi percepatan penurunan angka kematian ibu. Bhakti Husada; 2013.h. 3-21.
2. Sutarjo US, Sugihartono A, Subuh M, dkk. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;2016.h:1-4
3. Balai Pelatihan Kesehatan. Pedoman praktis pelaksanaan kerja di puskesmas. 2000.
4. Nugrahaeni DK. Konsep dasar epidemiologi. Jakarta:EGC;2012.
5. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. Jakarta:EGC;2009.
6. Effendy, Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC;2015.
7. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.

20

Anda mungkin juga menyukai