Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ADAT DI INDONESIA DARI


MASA KOLONIAL SAMPAI SEKARANG
Dosen Pengampu : Hera Pratita Madyati, LLM

Disusun Oleh:
Windi Argiatmoko
201610020311039

AHWAL AS SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SEJARAH HUKUM ADAT DI INDONESIA SEJAK MASA KOLONIAL HINGGA
SEKARANG

Windi Argiatmoko1
201610020311039
Abstrak
Peper ini menjelaskan rangkuman sejarah hukum adat di Indonesia. Pada saat itu,
hukum ditentukan oleh penguasa. Itu berarti penguasa memiliki peran penting dalam
menerapkan sistem hukum. Ini juga terjadi ketika hukum adat diberlakukan di era kolonial.,
walaupun masih belum ditemukan bukti adanya hukum adat. Sehingga hukum adat masih
dinggap lemah dan rendah drajatnya dibandingkan hukum belanda pada masa ini.

Setelah era reformasi banyak perubahan dengan diberlakukannya hukum adat dengan
syarat tidak menentang prisip keadilan yang di akui oleh umum. Dan setelah reformasi banyak
kemajuan dalam perkembangan hukum adat, dan kemudian hari dimasukkan dalam UU dan
menjadikannya hukum nasional sampai sekarang.

Kata Kunci : Sejarah, hukum adat, Reformasi, Keadilan,

Pendahuluan
Istilah “hukum Adat”adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa belanda adatrecht ,yang
dipelopori oleh Snouck Hurgronje. Istilah adatrecht kemudian dikutip oleh Van Vollenhoven
sebagai istilah teknis yuridis.

Kalau hukum adat itu sesuatu yang hidup dalam masyarakat, yaitu suatu gejala sosial
yang hidup, Perhatian terhadap hukum adat itu tadak hanya terwujud dalam dilahirkannya suatu
ilmu hukum adat, tetapi juga terjelma dalam dijalankannya suatu politik hukum adat, pertama-
tama oleh VOC, kemudian oleh GovermentHindia Belanda dahulu. Yang disebut pertama belum
mengenal hukum adat tetapi telah mengetahui bahwa orang-orang indonesia tunduk pada
perturan tradisional yang khas biarpun peraturan itu dianggap peraturan agama islam, dan yang
disebut kedua baru pada abad ini mengenal istilah “hukum adat”.

1
Seorang mahasiswa Jurusan Syariah Fakultas Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Malang
Perkembangan studi hukum adat selama periode penjajahan Belanda, dapat dibagi ke
dalam beberapa periode, Pertama, periode tahun 1602 hingga tahun 1800. Kedua, pada zaman
Daendels (1808- 1811). Ketiga, pada zaman Raffles (1811-1816), Era Reformasi ( kemerdekaan)
hingga sekarang.

Sejarah Perkembangan Hukum Adat

Pada masa kompeni V.O.C (1602-1800) di pusat pemerintahan dinyatakan berlaku satu
stelsel hukum untuk semua orang dari golongan bangsa manapun, yaitu hukum Belanda, naik
hukum tatanegara, hukum privat maupun hukum pidana. Diluar wilayah itu adat pribumi tidak
diindahkan sama sekali. Jika lambat laun di sana-sini, wilayah di sekitar tempat kediaman
Gubernur, de facto masuk kedalam kekuatan V.O.C, maka diwilayah itu juga dinyatakan berlaku
hukum Kompeniuntuk orang-orang Indonesia dan Cina.

V.O.C juga membuat praturan-praturan mengenai ketetapan hukum adat antara lain:
Hukum adat masih belum di temukan sebagai hukum rakyat, sebaliknya hukum adat di
diindentifikasikan dengan hukum islam atau hukum raja-raja dan jika ada kesempatan hukum
adat itu direproduksikan dengan membuat bayak anaksir hukum barat2. V.O.C juga mengira
bahwa hukum adat terdapat dalam tulisan-tulisan berupa kitab hukum, dan menganggap hukum
adat lebih rendah drajatnya dari pada hukum Belanda.

Pada masa pemerintahan Dendels (1808-1811) hukum adat dianggap dilekati dengan
beberapa kelemahan (terutama pada hukum pidana) namaun ia merasa segan mengganti hukum
adat tersebut. Oleh karena itu ia menempuh jalan tengah, pada pokoknya hukum adat akan
diberlakukan untuk bangsa Indonesia. Namun hukum adat tidak boleh diterapkan jika
bertentangan dengan perintah dar4i penguasa atau dengan asas-asas keadilan serta kepatutan.
Bersdarkan anggapan itu, Daendels memutuskan, Walaupun golongan Bumiputra di jawa tetap
dibiarkan memakai hukumnya (materi dan formal) sendiri.

Seperti halnya dengan pimpinan V.O.C Deandels pun mengedentifikan hukum adat
dengan hukum Islam dan memandang rendah hukum adat itu, sehingga tidak pantas
diberlakukan terhadap orang eropa3.

Pada masa Pemerintahan Rafless (1811-1816) mengadakan banyak perubahan dalam


susunan badan-badan pengadilan akan tetapi hukum Materilnya tidak dirubah 4. Dalam perkara
antara orang Indonesia diberlakukan hukum adat dengan syarat tidak menentang dengan prinsip-
2
Purwanto Roy. 2005. Hukum Islam dan Hukum adat pada Masa Kolonial. Vol 1 No 2 hal 4
3
Sudiyat Iman. 1985. Asas-asas hukum adat bekal pengantar. Yogyakarta. Liberti: Jakarta Hal 79
4
Ibid Hal 80-81
prinsip keadilan yang universal dan diakui. Tentang penilaiannya dibedakan menjadi dua bidang.
Pertama, hukum pidana, Rafless mencela sanksi pidana yang tidak sesuai dengan kemajuan
zaman seperti bakar hidup-hidup atau ditikam dengan keris 5. Kedua, hukum perdata diterapkan
ketika salah seorang bersengketa baik penggugat ataupun tergugat, maka perkaranya harus
diadili oleh Court of Justice, yang menerapkan hukum Eropa. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa hukum adat dipandang lebih rendah dari hukum barat.

Pada tahun 1927 pemerintah Belanda mengubah haluannya dengan menolak konsepsi
unifikasi hukum dan saatnya untuk menuangkan materi hukum perdata bagi rakyat Indonesia
kedalam bentuk perundang-undangan. Hal ini lebih cenderung untuk melukiskan hukum adat
sedarah demi sedarah dan sesuai dengan keinginan Van Vollenhoven, pekerjaan ini dapat
dilakukan oleh seorang ahli hukum bangsa Indonesia yang disponsori oleh guru besar hukum
adat pada Rechts-Hoge School.

Van Vollenhoven mencatat bahwa tahun 1927 dan 1928 terjadi suatu titik balik dalam
politik hukum adat yang dianut pemerintah India Belanda yang telah melepaskan pendapat lama
yaitu: membuat suatu kodivikasi hukum bagi orang Indonesia asli yang sedapat-dapatnya dan
sebanyak-banyaknya didasarkan kepada asas hukum Eropa, yang menganut paham baru antara
lain: hukum yang berlaku bagi orang Indonesia asli akan ditentukan sesudah diadakan
penyelidikan tentang kebutuhan hukum mereka yang sebenarnya. Dan apabila ternyata bahwa
hukum adat itu belum dapat ditinggalkan atau diganti dengan hukum lain, maka hukum adat
yang masih diperlukan itu tetap dipertahankan.

Masa 1928-1945 setelah berjalannya politik hukum adat baru Ter Haar menggambarkan
hasil perundang-undangan di lapangan hukum adat sebagai berikut6:

1. Peradilan adat di daerah yang diperintah secara langsung diberi beberapa aturan dasar
dalam ordonasi dan peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh residen setempat.
2. Hakim desa diberi pengakuan perundang-undangan dalam S1935-102 yang
menyisipkan pasa 3a kedalam RO
3. Tanggal 1 Januari 1938 merepakan hari sejarah bagi hukum adat, karena pada waktu
itu dalam Raud van Justice dikota Betawi mendirikan suatu Adatkamer (Kamar Adat)
yang mengadili dalam tingkat banding perkara-perkara hukum privat adat yang telah
diputuskan oleh Landraden di Jawa, Palembang, Jambi, Bangka Blitung, Kalimantan
dan Bali. Pembentukan Adatkamer itu memberi jaminan lebih baik kepada penerapan
hukum adat, sebab persoalan hukum adat tidak lagi dititipkan kepada Civiele Kamer
5
Hadikusuma, hilman. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju Hal 46
6
Soekanto.1985.Meninjau Hukum Adat Indonesia.Jakarta: CV Rajawali hal 6
di Eaad van Justice, sehingga perhatian terhadap hukum adatdapat dicurahkan secara
khusus7.
Setelah Indonesia merdeka, keberadaan hukum adat masih dipertanyakan terutama
berkisar, mampukah hukum adat itu untuk membawa bangsa kearah kemajuan. Mengenai hal ini
ada pendapat yang saling bertentangan. Apakah yang harus kita utamakan untuk bangsa ini,
apakah kita mengutamakan kemajuan bidang ekonomi atau mengutamakan rasa kebanggaan
terhadap rasa nasionalisame. Jika yang diutamakan adalah pembangunan bidang ekonomi, maka
hukum adat tidak tepat untuk dijadikan dasar dalam pembentukan hukum nasional. Tetapi
apabila yang diprioritaskan adalah menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai suatu bangsa yang
berdaulat, maka hukum adat itulah yang harus dijadikan sumber hukum nasional8.
Pemerintah pada waktu itu mengeluarkan Tap MPR No II/1960 yang menyatakan Hukum
adatlah yang dijadikan landasan atau dasar pembentukan hukum nasional. Dikeluarkan pula UU
No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-pokok agraria. Perhatikan Pasal 5 yang
berbunyi : Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat,
sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas
persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum
dalam Undang-undang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan
mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama9.
Pada era reformasi terjadi empat kali amandemen UUD 1945. Pasal yang berkenaan
dengan hukum adat mulai dimasukkan dalam Pasal Pasal 18B ayat 2 dan Pasal 28 ayat 3 UUD
1945 amandemen kedua dan belum mengalami perubahan hingga amandemen keempat. Namun,
konsep masyarakat hukum adat adalah konsep yang masih terlalu umum, yang memerlukan
penjelasan lebih lanjut.
Lebih lanjut pengaturan mengenai masyarakat hukum adat ditemui dalam Pasal 51 ayat
(1) huruf b UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) yang merumuskan salah
satu kategori pemohon adalah : “Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam undang-undang. Menurut MK, suatu kesatuan masyarakat hukum adat untuk dapat
dikatakan secara de facto masih hidup (actual existence) baik yang bersifat teritorial, genealogis,
maupun yang bersifat fungsional setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur.
Substansi hak-hak tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh warga kesatuan
masyarakat yang bersangkutan maupun masyarakat yang lebih luas, serta tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi manusia. Pemikiran mengenai peranan hukum adat dalam pembentukan

7
Supomo. 1993.Bab-bab Tentang Hukum Adat. Jakarta:Pradnya Pramita Hal 36
8
Suriyaman Mustari.2014. Hukum adat Dahulu, kini dan Akan datang.Jakarta:Kencana Hal 104
9
Wignjodipuro,Surojo. 1984. Pengantar dan Asas – asas Hukum Adat. Jakarta:Gunung Agung Hal 89
hukum nasional sudah ada sebelum Indonesia merdeka, namun pada saat itu pemikiran tersebut
belum dapat diaplikasikan dalam bentuk peraturan. Awal penerapan pemikiran tersebut baru
terlihat di awal tahun 1960 dengan dikeluarkannya Tap MPR No II/1960 dan UU No 5 Tahun
1960 tentang Peraturan dasar Pokok-pokok Agraria10. Dalam perkembangan selanjutnya,
masyarakat hukum adat sempat terlupakan, namun di era sekarang, negara mulai memperhatikan
lagi hak-hak masyarakat adat yang sudah terabaikan.

Daftar Pustaka

 Purwanto Roy. 2005. Hukum Islam dan Hukum adat pada Masa Kolonial. Vol 1 No 2
 Sudiyat Iman. 1985. Asas-asas hukum adat bekal pengantar. Yogyakarta. Liberti: Jakarta
 Hadikusuma, hilman. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju
 Soekanto.1985.Meninjau Hukum Adat Indonesia.Jakarta: CV Rajawali
 Supomo. 1993.Bab-bab Tentang Hukum Adat. Jakarta:Pradnya Pramita
 Suriyaman Mustari.2014. Hukum adat Dahulu, kini dan Akan datang.Jakarta:Kencana
 Wignjodipuro,Surojo. 1984. Pengantar dan Asas – asas Hukum Adat. Jakarta:Gunung Agung

10
Ibid hal 106

Anda mungkin juga menyukai