Anda di halaman 1dari 85

Adriana Grahani Firdausy, S.H., M.H.

Sebelum ini ada penolakan terhadap mata kuliah Pendidikan Pancasila


(sejak 1998) dianggap berkaitan dengan ORBA, proses indoktrinasi?
Bagi generasi muda menimbulkan reaksi penolakan (negatif).
Substansi mata kuliah ini tetap penting, karena konsep negara bangsa
semakin bergeser ke borderless. Karena itu sebagai negara bangsa
yang bermartabat manusiawi kita harus mempertahankannya
(bandingkan dengan negara-negara yang mengesampingkan
kemanusiaan).

Karena itu justru Pendidikan Pancasila menjadi lebih penting lagi


(Prof.Arief Sidartha)

Kondisi bangsa, negara dan masyarakat yang dilanda krisis dan


disintegrasi juga membuat Pendidikan Pancasila lebih penting

Mari kita hayati apakah pendidikan Pancasila ini memang diperlukan


dalam konteks recovery jangka panjang bangsa Indonesia?
ASPEK POKOK ISI POKOK KURIKULUM
KURIKULUM NASIONAL
(The International Commision on
Education for 21st Century)
Learning to Know MKK
Mata kuliah Keilmuan dan
Ketrampilan

Learning to Do MKB
Mata kuliah Keahlian
Berkarya

•KOGNITIF Learning to Be MPB


Mata kuliah Perilaku
•AFEKTIF Berkarya
•PSIKOMOTORIK
MPK
Mata kuliah Pengembangan
Kepribadian

Learning to Live Together MBB


Mata kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat
TUJUAN

 Mempelajari secara kritis Pancasila


sebagai wacana legalistik dengan
paradigma lebih luas dari sekadar
dasar negara, membongkar kembali
pemahaman dan intepretasi tunggal
terhadap Pancasila

 Menggali apa yang ‘tersirat’ dibalik


suratan sila-sila, mencari makna
terdalam.
PENDEKATAN APPROACH

 PENDEKATAN HISTORIS
 PENDEKATAN KETATANEGARAAN
(YURIDIS KONSTITUSIONAL
 PENDEKATAN FILSAFAT/
FILOSOFIS
• Pendekatan Hermeneutik
• Pendekatan Pedagogis
PANCASILA DALAM PENDEKATAN
HISTORIS
• Mempelajari sejarah atau asal-usul yang
menyebabkan sesuatu muncul ke permukaan
sangat penting  tidak akan kehilangan lacak
sehingga tidak kehilangan konteks yang
sebenarnya ketika akan menginterpretasi atau
menafsirkannya
• CICERO : To be ignorance of what happen
before is to be ever a child
• Kajian dan pendekatan Pancasila sebagai
dasar dan falsafah negara sangat penting 
tidak hanya sekedar mengetahui dan
mengenal apa yang tertulis dalam kelima
kalimat semata-mata, tetapi dapat memahami
apa yang tersirat dibalik kelima kalimat
tersebut
• Pancasila dapat dipahami secara obyektif,
rasional komprehensif
Fase Pancasila

Pengesahan

Perumusan

Pembuahan
Fase Pembuahan
• Sejak 1924, Perhimpunan Indonesia :
merumuskan konsepsi tujuan kemerdekaan
politik didasarkan pada persatuan nasional,
solidaritas, non-kooperasi, dan kemandirian
• Tan Malaka : kedaulatan rakyat mengakar kuat
pada tradisi nusantara, mengusulkan
komunisme di Indonesia bekerjasama dengan
pan-Islamisme
Fase Pembuahan
• Tjokroaminoto : sintesis Islam, sosialisme, dan
demokrasi
• Pada 1926, Soekarno menulis nasionalisme,
islamisme, dan marxisme : mengidealkan
sintesis ideologi besar tersebut
• Awal 1930-an, Soekarno merumuskan sintesis
ketiga unsur tersebut dalam istilah sosio-
nasionalis dan sosio-demokrasi
Fase Pembuahan
• Monumen pencarian sintesis keberagaman anasir
keindonesiaan  Sumpah Pemuda (28 Oktober
1928) : menawarkan konsep kewargaan yang
menjalin solidaritas atas dasar kesamaan tumpah
darah, bangsa, bahasa persatuan (civic-
nasionalism) bukan etno-nasionalism
• Visi sumpah pemuda : memberi kemungkinan
bagi segenap penduduk Indonesia menjadi
pribumi, bahkan bagi mereka yang berlatar
imigran.
Fase Perumusan
• Perumusan Dasar Negara Indonesia merdeka
mulai dibicarakan pada masa persidangan
pertama BPUPK (29 Mei – 1 Juni 1945)
• BPUPK didirikan 29 April 1945 tindak lanjut
dari pernyataan PM Jepang Kuniaki Koiso pada
7 September 1944 “Indonesia pasti akan
diberi kemerdekaan pada masa depan”
• BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945.
Ketua : Dr. Rajiman Widiodiningrat
Fase Perumusan
• BPUPK : golongan pergerakan, golongan Islam,
golongan birokrat (kepala jawatan), wakil
kerajaan, pangreh raja, golongan peranakan (4
orang peranakan Tionghoa, 1 orang peranakan
Arab, 1 orang peranakan Belanda)
• Terdapat 2 perwakilan perempuan : Maria Ulfa
Santoso dan Soenarjo Mangoenpoespito
Fase Perumusan
• Sidang I BPUPK tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945
membicarakan dasar-dasar negara Indonesia merdeka.
Beberapa anggota yang berpidato : Mr. Soepomo, Moh.
Yamin, Soekarno, Muh. Hatta, Ki Bagus Hadikusumo
• Tanggal 1 Juni 1945 adalah pidato Soekarno di depan
sidang BPUPKI yang kemudian dikenal dengan pidato
“lahirnya Pancasila”
• Rumusan “Pancasila” Soekarno adalah : kebangsaan,
internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau
demokrasi, kesejahteraan sosial dan keTuhanan yang
berkebudayaan
• Pancasila adalah tawaran di forum politik sebagai dasar
filsafat Indonesia merdeka
Sidang BPUPK dan Piagam Jakarta
• Pada saat reses, 38 anggota mengadakan rapat dan
dibentuk panitia kecil 9 orang untuk merumuskan
hasil-hasil sidang BPUPK
• Tanggal 22 Juni 1945 Panitia Kecil menghasilkan
kesepakatan sebagai bentuk kompromi antara
golongan kebangsaan dan golongan agama dalam
wujud Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara
yang di dalamnya terdapat rumusan dasar negara
• Moh. Yamin menyatakan kesepakatan itu sebagai
Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
• Panitia Kecil 9 orang dikenal dengan Panitia Sembilan
• Sidang BPUPK yang kedua tanggal 10 – 17 Juli 1945
membahas tentang wilayah negara, bentuk negara,
rancangan undang-undang dasar, pernyataan
Indonesia merdeka, dll
• Hasil Panitia 9 disetujui dalam Sidang kedua BPUPK
sebagai rancangan pembukaan hukum dasar negara
Sidang PPKI
• Sidang BPUPK menghasilkan : 1) pernyataan
Indonesia merdeka, 2) pembukaan UUD yang
dihasilkan Panitia 9, dan 3) rancangan UUD
• Setelah menyelesaikan tugas, BPUPK dibubarkan dan
dibentuk PPKI pada 9 Agustus. Ketua : Ir. Soekarno
dan wakil ketua : Drs. Moh Hatta. Jumlah anggota 21
orang dan ditambah 6 orang lagi dengan representasi
dari seluruh Indonesia
• PKI yang pada mulanya sebagai komite atau panitia
menjadi lembaga perwakilan rakyat Indonesia dan
sebagai pembentuk negara
• Situasi kekosongan pemerintahan di Indonesia
dimanfaatkan oleh para pejuang pergerakan untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945
• Proklamasi adalah “revolusi integratif” bangsa dalam
membentuk negara Indonesia bukan pemberian
Jepang
• Setelah declaration independent, dilaksanakan sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945
• Sidang PPKI menghasilkan keputusan penting, yaitu :
1) mengesahkan UUD yang terdiri dari pembukaan
dan batang tubuh dengan beberapa perubahan, 2)
menetapkan presiden dan wakil presiden dan 3)
membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat
• Rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD adalah
syah dan benar karena konstitusionl dan dilakukan
oleh pembentuk negara
• Pancasila sejak awal perumusannya sampai akhir
dimaksudkan sebagai dasar (falsafah) negara
Indonesia
• Meskipun istilah Pancasila tidak tersurat dalam
Pembukaan UUD 1945 namun dikenal luas sebagai
dasar negara Indonesia
NASKAH PERUMUSAN UUD 1945
7 september 1944 : Janji Politik 24 Agustus 1945 Kemerdekaan

29 April 1945 : Bentuk BPUPKI Menyelidiki segala sesuatu mengenai


persiapan kemerdekaan Indonesia
28 Mei 1945 : Lantik BPUKPI

SIDANG BPUPKI

SIDANG I : 29 Mei-1 Juni 1945 SIDANG II : 10-16 Juli 1945

29 Mei 1945 : MUH YAMIN KDN 1 & 2 10 Juli 1945 : Pan. Delapan
Lapor
31 Mei 1945 : SUPOMO KDN 3
1 JUNI 1945 : SUKARNO KDN 4 PANCASILA 11 Juli 1945 : PANITIA
PERANCANG
PANITIA DELAPAN : 1 Juni 1945 MENAMPUNG USUL HUKUM DSR

RAPAT GABUNGAN : 22 JUNI 1945 (10:00)


PAN. KECIL PHD
PANITIA SEMBILAN : 22 JUNI 1945 (20:00) 14 Juli 1945 : RPHD DITERIMA
15 Juli 1945 : RHD
RPHD = PIAGAM JAKARTA KDN 5
16 Juli 1945 : RHD
Fase Perumusan
• BPUPK : golongan pergerakan, golongan Islam,
golongan birokrat (kepala jawatan), wakil
kerajaan, pangreh raja, golongan peranakan (4
orang peranakan Tionghoa, 1 orang peranakan
Arab, 1 orang peranakan Belanda)
SIDANG I BPUPKI
Rumusan Muh. Yamin Rumusan Soekarno
1. Peri Kebangsaan 1. Nasionalisme atau
2. Peri Kemanusiaan Kebangsaan
3. Peri Ketuhanan 2. Internasionalisme atau
4. Peri Kerakyatan Peri Kemanusiaan
5. Kesejahteraan Rakyat 3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang

back Berkebudayaan
Rumusan Piagam Jakarta
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

back
• Note : Berdasarkan kesepakatan bersama,
tujuh kata pada sila pertama yaitu dengan
kewajiban menjalankan syareat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya kemudian dihilangkan
• Sidang BPUPK menghasilkan :
1. Pernyataan Indonesia merdeka
2. Pembukaan UUD yang dihasilkan Panitia
Sembilan
3. Rancangan UUD
Fase “Pengesahan”
• Dalam tahap ini telah terjadi konsensus secara
luas terkait rancangan UUD yg telah disepakati
pada 16 Juli 1945 (kec. 1 orang Muhammad
Yamin).
• Namun, anggota-anggota golongan Kebangasaan
masih mempermasalahkan pencantuman “tujuh
kata” dalam Piagam Jakarta yg mengandung
perlakuan khusus bagi umat Islam  dirasa tidak
cocok dalam hukum dasar yg menyangkut
keseluruhan warga negara.
Fase “Pengesahan”
• Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) didirikan
pada 12 Agustus 1945 yg bertugas untuk mempercepat
upaya persiapan terakhir bagi pembentukan pemerintahan
Indonesia merdeka (termasuk menetapkan konstitusi).
• Kriteria keanggotaan BPUPK adalah latar belakang ideologis
dan perwakilan golongan, untuk PPKI lebih berdasarkan
kedaerahan.
• Konsekuensinya bahwa ada anggota BPUPK yg tidak
termasuk dalam keanggotaan PPKI, yakni Agoes Salim, Abdul
Kahar Muzakir, Muh. Yamin, Ahmad Sanoesi, Wongsonagoro,
dan Abikoesno Tjokrosoejoso.
Fase “Pengesahan”
• Tidak diikutsertakanya beberapa anggota BPUPK tersebut
berpotensi menimbulkan perubahan konsensus yang dihasilkan
oleh BPUPK.
• PPKI diketuai oleh Soekarno dengan Muhammad Hatta dan
Radjiman Wedyodiningrat sebagai wakil ketua dengan 1
anggota.
• Keanggotaan PPKI terdiri dari 12 anggota pemimpin gol
kebangasaan tua, sembilan lainnya terdiri dari 2 wakil pangreh
praja, 3 dari kesultanan Yogyakarta, Surakarta dan Bugis, 2 dari
organisasi Islam, 1 dari wakil Peta, dan 1 dari minoritas
keturunan China.
Fase “Pengesahan”
• Pertemuan pertama PPKI dilaksanakan pada 18 Agustus 1945
(dimana situasi telah berubah setelah Proklamasi
Kemerdekaan), disini dilakukan penyesuaian dalam komposisi
PPKI. Enam orang angota ditambahkan (temasuk Kasman
Singodimedjo).
• Pada sidang tersebut, PPKI memilih Soekarno dan
Mohammad Hatta sgb Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia.
• Pada saat yg sama, PPKI menyetujui Naskah Piagam Jakarta
sebagai Pembukaan UUD 1945 kecuali “tujuh kata” (“dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”) di
belakang sila Ketuhanan.
Fase “Pengesahan”
• “tujuh kata” tersebut dicoret dan diganti dengan
kata-kata “Yang Maha Esa”, sehingga
selengkapnya menjadi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
• Sebagai tindak lanjut dari pencoretan “tujuh
kata” ini, dlm Batang Tubuh UUD 1945 disetujui
pula Pasal 6 ayat (1) : “Presiden ialah orang
Indonesia asli”, tanpa tambahan kata-kata “yang
beragama Islam”. Demikian juga Pasal 29 ayat
(1) menjadi “Negara berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa”, tanpa disertai “tujuh kata” di
belakangnya.
Fase “Pengesahan”
• Mohammad Hatta punya andil besar dalam pencoretan
“tujuh kata”, dimana beliau mendekati tokoh-tokoh Islam agar
bersedia mengganti kalimat tsb dalam rancangan Piagam
Jakarta denga kalaimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dengan
alasan menjaga persatuan bangsa.
• Politik identitas disini masih terasa dengan adanya
kekecewaan dari sebagian pemimpin golongan Islam.
• Dengan penoretan “tujuh kata” tsb, moral “gotong-royong”
sebagai dasar dari Pancasila serta moral “kekeluargaan”
sebagai dasar sistematik UUD memperoleh kepenuhanya.
Fase “Pengesahan”
• Penjelasan Pembukaan UUD 1945, setelah
disahkan pada 18 Agustus, tdk ada lagi pokok
pikiran kelima, yg memberikan keistimewaan
pada penduduk beragama Islam.
• Dengan pencoretan pokok pikiran kelima,
moral Ketuhanan tetap dijunjung tinggi dalam
kehidupan bernegara.
Fase “Pengesahan”
Empat Pokok Pikiran yang tersisa dalam Penjelasan Pembukaan UUD 1945 :

1. “Negara”, yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasarkan atas Persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Negara hendak mewujudkan keadilan.

3. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan


permusyawaratan perwakilan.

4. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
NASKAH PENGESAHAN UUD 1945

BPUPKI 9-8-1945 : PPKI


14-8-1945 : JEPANG MENYERAH
RPHD (KDN)

PHD 17-8-1945 : PROKLAMASI

18-8-1945 : SIDANG PPKI

PANCASILA

PEMBUKAAN

BATANG TUBUH UUD

PRESIDEN DAN WAPRES

KNIP
Negara
Negara Kesatuan Serikat Negara Kesatuan
Konst
UUD 1945 RIS’49 UUD’S 50 UUD 1945
17-8-45

18-8-45

14-11-45

27-12-45

17-8-50

11-3-66
5-7-59
Demokrasi Liberal Demokrasi Demokrasi
Sidang Terpimpin Pancasila (Orba)
PPKI (Orla)
1. Maklumat 1. Kabinet
1
No. X 16-10-45 Parlementer
2 2. Maklumat 2. Multi Partai
3 Nov ‘45
3

Proklamasi
Maklumat Pemerintah Dekrit Super
14-11-45 Presiden Semar
Pancasila dalam Rumusan
Pembukaan UUD 1945 Konstitusi RIS UUDS 1950
1. Ketuhanan Yang Maha 1. Ketuhanan Yang 1. Ketuhanan Yang
Esa Maha Esa Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil 2. Peri Kemanusiaan 2. Peri Kemanusiaan
dan beradab 3. Kebangsaan 3. Kebangsaan
3. Persatuan 4. Kerakyatan 4. Kerakyatan
4. Kerakyatan yang dipimpin 5. Keadilan Sosial 5. Keadilan Sosial
oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
PENGERTIAN PANCASILA
• Secara histories adalah konsepsi yang
dikemukakan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni
1945 di hadapan sidang BPUPK yang dirancang
untuk menjadi dasar negara Indonesia merdeka
di kelak kemudian hari
• Secara terminologis adalah nama dasar negara
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea 1V
• Secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa
Sansekerta : Panca dan Syila atau Syiila
PENGERTIAN-ETIMOLOGIS
• M. YAMIN: PANCASILA DARI KATA “PANCA” DAN “SYILA”
(BAHASA SANSKERTA)===“PANCA “ = LIMA, SYILA (VOKAL I
PENDEK) = BATU SENDI, ALAS, DASAR, SYILA (VOKAL I
PANJANG) = PERATURAN TINGKAH LAKU YANG BAIK

• SECARA MAKNAWI BERKAITAN DENGAN SUSILA, YANG ERAT


HUBUNGANNYA DENGAN MORALITAS

• JADI PANCASILA = DASAR YANG MEMILIKI 5 UNSUR


PENGERTIAN-ETIMOLOGIS
• DALAM AJARAN BUDHA, PANCASILA MERUPAKAN JALAN UNTUK MENUJU
NIRWANA, (1) DILARANG MEMBUNUH; (2) DILARANG MENCURI; (3)
DILARANG BERZINA; (4) DILARANG DUSTA; (5) DILARANG MINUMAN
KERAS

• KATA “PANCASILA” TERCANTUM DALAM KITAB NEGARA KERTAGAMA


KARYA MPU PRAPANCA (1365): “YATNAGGEGWANI PANCASYIILA
KERTASANGSKARBHISEKKA KRAMA”

• MASYARAKAT JAWA= 5 LARANGAN (MATENI, MALING, MADON, MABOK,


MAIN)
PANCASILA SEBAGAI KARYA
BERSAMA
PANCASILA SEBAGAI KARYA BERSAMA

Fase-fase konseptualisasi Pancasila :


• Fase “Pembuahan”
Setidaknya dimulai sejak 1920-an dlm bentuk rintisan-rintisan
gagasan untuk mencari sintesis antar ideologi dan gerakan,
seiring dengan proses “penemuan” Indonesia sbg kode
kebangsaan bersama (civic nationalism).
• Fase “Perumusan”
Dimulai pada masa persidangan pertama BPUPK dengan pudato
Soekarno (1 Juni) yang memunculkan istilah Pancasila, kemudian
digodok dan disempurnakan rumusan Pancasila versi Piagam
Jakarta (yg mengandung “tujuh kata”).
PANCASILA SEBAGAI KARYA BERSAMA

• Fase “Pengesahan”
Fase ini dimulai sejak 18 Agustus 1945 yg mengikat
secara konstitusional dalam kehidupan bernegara.
PANCASILA SEBAGAI KARYA BERSAMA

• Setiap fase konseptualisasi Pancasila melibatkan partisipasi


pelbagai unsur dan golongan. Oleh karena itu, Pancasila
merupakan karya bersama milik bangsa.
• Didalamnya juga terdapat individu-individu yg memainkan
peranan penting, yg paling menonjol perananya disini adalah
Soekarno.
• Soekarno mulai merintis pemikiran kearah dasar falsafah
Pancasila dalam gagasan mensintesiskan antara
“nasionalisme-Islamisme dan Marxisme” dan
konseptualisasinya tentang “socio-nationalisme”, “socio-
democratie” sebagai asas Marhaenisme.
PANCASILA SEBAGAI KARYA BERSAMA

• Pada fase “Perumusan”, Soekarno adalah orang pertama yang


mengkonseptualisasikan dasar negara dalam konteks “dasar
falsafah” (philoshofische gronslag) atau “pandangan dunia”
(Weltanschauung) secara sistematik dan koheren dan beliau
pula yg menyebut lima prinsip dari dasar negara itu dengan
istilah Pancasila.
• Soekarno pulalah yg memimpin Panitia Sembilan yang
melahirkan Piagam Jakarta dan dalam Fase “Pengesahan”
beliau juga yang memimpin PPKI.
• Untuk diterima sebagai dasar negara, Pancasila perlu
persetujuan kolektif melalui perumusan Piagam Jakarta dan
mengalami perumusan final melalui proses pengesahan
konstitusional pada 18 Agustus.
PANCASILA DALAM PENDEKATAN
YURIDIS
Pendekatan Yuridis
• Mengkaji kedudukan hukum Pancasila dalam
konteks yuridis ketatanegaraan
• TEORI JENJANG NORMA HUKUM
(Stufentheorie)
TEORI JENJANG NORMA HUKUM
(Stufentheorie)
• Dikemukakan oleh HANS KELSEN
(Jerman)  norma hukum itu
berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis
dalam suatu hierarki dari norma
hukum yang paling rendah sampai
pada norma hukum tertinggi
(Grundnorm)
TEORI JENJANG NORMA HUKUM
(Stufentheorie)
• Grundnorm tidak lagi berdasar pada
norma hukum yang lebih tinggi tetapi
dibentuk (ditetapkan) berdasarkan
ketetapan masyarakat. Grundnorm
menjadi gantungan bagi norma-
norma dibawahnya  presupposed
• DIILHAMI ADOLF MERKL
• Norma hukum mempunyai dua wajah
(das Doppelte Rechtsantlitz)
• Norma hukum mempunyai masa
berlaku (rechtskracht) yang relatif
Norma
Hukum
Masa laku
relatif

Norma
Hukum
Masa laku
relatif

Norma
Hukum
HIERARKI NORMA HUKUM – HANS
NAWIASKY
• die theorie vom Stufenordnung der Rechtsnormen
• BUKU : Allgemeine Rechtslehre
• Mengembangkan teori Hans Kelsen
• NORMA HUKUM BERLAPIS, BERJENJANG, DAN
BERKELOMPOK
• Kelompok I : Staatsfundamentalnorm
• Kelompok II : Staatsgrundgesetz
• Kelokpok III : Formell Gesetz
• Kelompok IV : Verordnung & Autonome Satzung
STAATSFUNDAMENTALNORM
• Norma Fundamental Negara 
merupakan norma hukum tertinggi
yang tidak dibentuk oleh norma
hukum yang lebih tinggi tetapi
ditetapkan lebih dulu oleh
masyarakat suatu negara
STAATSFUNDAMENTALNORM
• Isi Staatsfundamentalnorm ialah
norma yang menjadi dasar bagi
pembentukkan konstitusi atau
undang-undang dasar negara 
menjadi syarat berlakunya konstitusi
STAATSFUNDAMENTALNORM
• Menurut Hans Nawiasky 
Staatsfundamentalnorm bisa berubah
atau berganti sewaktu-waktu karena
pemberontakan, kudeta, dsb
Istilah lain Staatsfundamentalnorm
 Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental (Notonegoro)
 Norma Pertama (Juniarto)
 Norma Fundamental Negara (Hamid S
Attamimi)
 Norma Dasar Negara
KEDUDUKAN PANCASILA DALAM
JENJANG NORMA HUKUM
• Pancasila dalam jenjang norma hukum
di Indonesia berkedudukan sebagai
Staatsfundamentalnorm
• Pancasila sebagai sumber bagi
pembentukan norma hukum dibawahnya
• Karena Pancasila terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 maka dikatakan juga bahwa
Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok
Kaidah Fundamental Negara, sedangkan
Pancasila merupakan unsur Pokok Kaidah
Fundamental Negara (Notonegoro)
• Pancasila selain merupakan
Staatsfundamentalnorm juga merupakan
Cita Hukum (Rechsidee) yang berada di
luar sistem norma hukum itu sendiri
(Hamid S Attamini)  mempunyai fungsi
konstitutif dan regulative
KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945

• Hakikat kedudukan Pembukaan UUD


1945 adalah terpisah dan lebih tinggi
dari batang tubuh UUD 1945
1. Memberi syarat terbentuknya tertib
hukum Indonesia sekaligus menjadi
tertib hukum tertinggi. Syarat adanya
tertib hukum meliputi 4 hal (dalam
alinea IV), yaitu
a. Adanya kesatuan subyek yaitu pemerintah
yang mengadakan hukum
Dinyatakan dengan kalimat “…Pemerintah
Negara Republik Indonesia..”
b. adanya asas kerohanian yaitu Pancasila
c. adanya kesatuan daerah dimana peraturan itu
berlaku
Dinyatakan dengan kalimat “...seluruh
tumpah darah Indonesia”
d. adanya kesatuan waktu
Dinyatakan dengan kalimat ‘…maka
disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam
suatu undang-undang dasar Negara Republik
Indonesia...”
• Isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV
selain memenuhi syarat sebagai tertib
hukum (menjadi dasar adanya tertib
hukum), ia memasukkan dirinya
sebagai tertib hukum tertinggi di
Indonesia
2. Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
Unsur-unsur mutlak dari Staats-
fundamentalnorm adalah :
a. Dari segi terjadinya  ditentukan oleh
pembentuk negara dan dinyatakan dalam
pernyataan lahir
b. Dari segi isinya  berisi asas kerohanian
negara, asas politik negara, tujuan negara,
ketentuan akan diadakannya undang-
undang dasar
• Pembukaan UUD 1945 apakah
memenuhi unsur mutlak
Staatsfundamentalnorm? Dapatkah
diubah?
3. Pernyataan Kemerdekaan yang terperinci
Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya
merupakan naskah proklamasi yang terperinci
dari bangsa Indonesia
Naskah Proklamasi yang ringkas dibacakan oleh
Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia
Naskah Proklamasi tersebut memiliki dua
makna, yaitu (1) pernyataan kemerdekaan dan
(2) tindakan yang harus dilakukan setelah
pernyataan kemerdekaan (alinea III dan IV)
• Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas 4
alinea (masing-masing memiliki
kandungan makna) memuat sendi-sendi
pokok penyelenggaraan negara
BATANG TUBUH UUD 1945
• merupakan penjabaran pokok-pokok
pikiran yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 yang tiada lain adalah
Pancasila
• merupakan Aturan Pokok/Dasar Negara
yang memuat hal-hal fundamental sebagai
pedoman penyelenggaraan bernegara
▫ Isi UUD 1945 memuat hal-hal antara
lain :
 identitas negara
 kelembagaan negara
 hubungan negara dan warga negara
 konsepsi negara
 perubahan UUD
• UUD 1945 terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4
pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan
tambahan (sebelum diamandemen)
• Amandemen atas UUD 1945 telah
dilaksanakan 4 kali yaitu tahun 1999, 2000,
2001, 2002
• Setelah diamandemen UUD 1945 terdiri atas
20 bab, 73 pasal, 3 pasal aturan peralihan, 2
pasal aturan tambahan
PANCASILA DALAM
PENDEKATAN FILOSOFIS
 ETIMOLOGIS : philein (cinta) dan sophos
(hikmah, kebijaksanaan, wisdom)
 Bidang ilmu yang senantiasa ada dan
menyertai hidup manusia
 Pandangan dalam hidup manusia yang
dianggap paling benar dan membawa
kesejahteraan

PENGERTIAN FILSAFAT
Pendekatan Hermeneutik
Hermeneutik adalah metode pendekatan filsafat
untuk memaknai fenomena-fenomena hidup.
Artinya pergulatan pemikiran dalam tataran
praktis. Mempelajari Pancasila tidak sebagai
sebuah dogma yang sakral, tetapi mempelajari
Pancasila dari pendekatan ilmiah akademik/dari
segi yuridis konstitusional dan objektif ilmiah,
artinya mempelajari Pancasila sebagai faham
filsafat atau philosophical way of thinking.

PENDEKATAN FILSAFAT
Pendekatan Pedagogis
Pendidikan Pancasila sebagai pendidikan
nilai (mk. pengembangan kepribadian).
Kebebasan intepretasi harus diikuti usaha
konstruktif atas nilai yang muncul. Artinya
tidak hanya sekedar kritis tetapi juga
mampu memberikan solusi. Berarti
menggali Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa atau way of life.

PENDEKATAN FILSAFAT
1. ARUS LEGITIMATIF
2. ARUS HUMANISTIK

Aliran Pemikiran Pancasila


Arus Legitimatif
Pancasila sebagai legitimasi berdirinya
NKRI. Pancasila sebagai Dasar Negara
(Notonagoro; kaidah Dasar Negara, staats-
fundamental norm). Dengan demikian seluruh
norma dan rumusan hukum positif Indonesia
dibuat berdasarkan dasar negara (substansi
hukum yang menentukan legalitas dan
melegitimasi baik sistem dan struktur dalam
bangsa dan negara). Dengan demikian dasar
negara berfungsi sebagai ‘asas legitimasi’ bagi
NKRI. Konsekuensinya, jikan kaidah dasar ini
diganti, bangunan negara di atasnya juga
harus berubah.
Arus Humanistik
Pancasila sebagai pemikiran humanistik atas
keberadaan manusia.

“Pancasila adalah inheren (melekat)


kepada eksistensi manusia sebagai manusia,
lepas dari keadaan yang tertentu pada
konkretnya. Sebab itu, dengan memandang
kodrat manusia ’quatalis’ kita juga akan
sampai kepada Pancasila” (N.Driyarkara).
Pancasila secara Inheren ada dalam
kodrat manusia. Arus ini merupakan jalur
pemaknaan diri manusia Indonesia. Arus ini
tidak membutuhkan legitimasi bagi
keberadaan manusia Indonesia. Pendekatan
Pancasila sebagai falsafah hidup
(weltanschauung), dengan demikian
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi
tidak lagi berwacana di bidang legitimasi
politik yang hegemonistik.
• Apakah Pancasila dapat

diubah/diganti/ditiadakan?

• Mengapa?
 Pancasila merupakan pemikiran filosofis
para pendiri negara. Soekarno pada
tanggal 1 Juni 1945 mengatakan bahwa
Indonesia memerlukan “Philosofische
grondslag” yang artinya fundamen,
filsafat, pemikiran yang sedalam-
dalamnya
 Pemikiran filosofis ini dirumuskan oleh
para pendiri negara dan ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945
 Pancasila merupakan dasar negara
sebagaimana dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV. Dasar negara yang
dimaksud adalah dasar filsafat
 Nilai-nilai dasar dalam Pancasila adalah
nilai-nilai filsafati dan berlaku di Indonesia
 Isi pemikiran filsafat Pancasila
adalah suatu pemikiran filsafati
tentang negara yaitu Pancasila,
memberi jawaban mendasar tentang
masalah asasi negara yang
mencakup 5 hal, yaitu :
 Apakah negara dan bangsa itu – dijawab dengan
prinsip kebangsaan Indonesia
 Bagaimana hubungan antara bangsa dan negara
– dijawab dengan prinsip kemanusiaan
 Siapakah sumber dan pemegang kekuasaan
negara – dijawab dengan prinsip kerakyatan
 Apa tujuan negara – dijawab dengan prinsip
negara kesejahteraan atau keadilan
 Bagaimana hubungan antara agama dengan
negara – dijawab dengan prinsip ketuhanan
 Nilai-nilai filosofis Pancasila dituangkaan
di dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila
merupakan inti dari Pembukaan
UUD1945. Pancasila berkedudukan
sebagai dasar negara
 Nilai-nilai filosofis Pancasila dijadika
ideologi negara, maka Pancasila juga
berkedudukan sebagai ideologi nasional
 Sebagai dasar negara artinya nilai-nilai
filosofis Pancasila dijadikan dasar normatif
penyelenggaraan bernegara
 Sebagai ideologi negara artinya nilai-nilai
filosofis Pancasila dijadikan cita-cita dalam
bernegara

Anda mungkin juga menyukai