Anda di halaman 1dari 7

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puyuh (Coturnix coturnix japonica) banyak diternakkan untuk diambil

telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 250–300

butir/ekor/tahun. Disamping produksi telurnya, burung puyuh juga dimanfaatkan

daging dan kotorannya. Faktor terpenting dalam keberhasilan beternak puyuh

adalah ransum (nutrien), tata laksana (manajemen) dan bibit. Salah satu penyebab

kurangnya mengembangkan usaha puyuh adalah manajemen pemberian pakan

yang kurang efisien. Efisiensi pakan yang tinggi dapat tercapai apabila saluran

pencernaan berada dalam kondisi yang optimal untuk mencerna dan menyerap zat

makanan. Peningkatan produksi ternak melalui perbaikan kualitas pakan dan

efisiensi penggunaan pakan perlu dilakukan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pakan

tanpa berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah meningkatkan kecernaan dan penyerapan bahan utama seperti

protein pada unggas, yakni dengan pemanfaatan tepung buah mengkudu sebagai

feed additif.
Mengkudu atau Noni (Morinda citrifolia) merupakan tumbuhan asli

Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat yaitu pada umur 1,5-2 tahun sudah

dapat menghasilkan buah pertama. Buah mengkudu terus berproduksi sepanjang

tahun tanpa mengenal musim. Buah mengkudu merupakan salah satu sumber feed

additif yang mempunyai potensi baik dan merupakan tanaman obat yang potensial

untuk dikembangkan. Buah mengkudu bermanfaat untuk meningkatkan


2

metabolisme tubuh, karena pada mengkudu banyak mengandung beberapa

senyawa biologis aktif yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Zat-zat aktif utama

tersebut yaitu polisakarida, skopolitin, askorbic acid, B-carotine, l-arginnine,

proxeronine dan proxerioninase. Selain itu xeronine dan proxeronine sangat

berperan dalam membantu usus dalam proses penyerapan zat gizi, mempercepat

pertumbuhan jaringan karena adanya zat anti oksidan. Senyawa lain yang

ditemukan dalam buah mengkudu adalah terpenoid untuk pemulihan sel tubuh, zat

anti bakteri, scopeletin sebagai anti peradangan dan anti alergi dan asam askorbat

sebagai anti oksidan.

Beberapa senyawa bioaktif yang terkandung dalam buah mengkudu sangat

bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas ternak, termasuk pada puyuh.

Senyawa berperan dalam membantu usus dalam proses penyerapan zat gizi

merupakan fungsi penting dalam proses metabolisme. Meningkatnya efisiensi

penyerapan zat-zat gizi maka akan lebih banyak zat gizi yang dapat dimanfaatkan

oleh tubuh untuk proses produksi.

Energi metabolis dalam pakan digunakan untuk menentukan seberapa besar

energi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas. Perhitungan kandungan

energi metabolis ini ada yang terkoreksi terhadap retensi nitrogen yaitu jumlah

nitrogen yang dapat disimpan oleh tubuh, karena kemampuan ternak dalam
memanfaatkan nitrogen sangat bervariasi. Retensi nitrogen sendiri merupakan

salah satu metode untuk menilai kualitas protein ransum.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui nilai

energi metabolis dan retensi nitrogen ransum yang menggunakan tepung buah

mengkudu pada puyuh periode produksi.


3

1.2 Identifiasi Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan tepung buah mengkudu (morinda

citrifolia) dalam ransum terhadap energi metabolis dan retensi nitrogen pada

puyuh periode produksi.

2. Tingkat berapa persen tepung buah mengkudu (morinda citrifolia) dalam

ransum yang menghasilkan energi metabolis dan retensi nitrogen tertinggi

pada puyuh periode produksi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah :

1. Mengetahui pengaruh penambahan tepung buah mengkudu (morinda

citrifolia) dalam ransum terhadap energi metabolis dan retensi nitrogen pada

puyuh periode produksi.

2. Mendapatkan tingkat penggunaan tepung buah mengkudu (morinda citrifolia)

dalam ransum yang menghasilkan nilai energi metabolis dan retensi nitrogen

tertinggi pada puyuh periode produksi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian untuk memperoleh informasi ilmiah mengenai

pemanfaatan tepung buah mengkudu (Morinda Citrifolia) dalam ransum terhadap

energi metabolis dan retensi nitrogen pada puyuh periode produksi. Penelitian ini

juga dalam upaya eksploransi feed additif ransum unggas, khususnya ternak

puyuh guna meningkatkan efisiensi.


4

1.5 Kerangka Pemikiran


Keberhasilan usaha peternakan puyuh petelur dipengaruhi oleh tiga faktor

penting, yaitu bibit, pakan dan manajemen. Usaha peternakan puyuh petelur,

pakan merupakan komponen biaya yang besar dari total biaya produksi yaitu

mencapai 70 %. Selain itu pakan juga merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan penampilan produksi puyuh petelur. Peningkatan produksi ternak

melalui perbaikan kualitas pakan dan efisiensi penggunaan pakan perlu dilakukan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian suatu bahan

imbuhan atau feed additif. Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan

sebagai imbuhan pakan karena berkhasiat dan mengandung senyawa aktif di

antaranya adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia).

Mengkudu merupakan tanaman asli di Indonesia, dan sudah dikenal sebagai

tanaman obat dikarenakan adanya dugaan bahwa mengkudu mengandung zat aktif

yang sinergi menghasilkan efek yang baik bagi kesehatan. Mengkudu

mengandung glukosida, asam asetic, asam benzoat, glukosa, asam heptanoic,

asam linoleat, polisakarida, kalium, skopoletin, selenium, natrium, seronine,

kalsium, L-arginine, besi, alanin (Kustiyah, 2003). Mengkudu juga mengandung

bahan aktif antioksidan. Selenium, adalah fungsi penting untuk mengaktifkan


glutathione peroxidase, yang merupakan salah satu enzim yang paling penting

dalam tubuh yang menetralisir radikal bebas, yang menyerang terutama lemak

molekul (Purbaya, 2002; Kusnindar dan Rahmawati, 2003). Beberapa peneliti

telah menguji aktivitas antioksidan buah mengkudu, Wang dan Su (2001),

membuktikan bahwa jus mengkudu sangat potensial untuk menghambat radikal


5

bebas. Senyawa antioksidan mengkudu dapat mengurangi kerusakan oksidatif

(Setiawan dan Suhartono, 2005).

Tepung buah mengkudu mempunyai kandungan asam amino lengkap tetapi

mempunyai metionin dan lisin rendah. Selain itu asam-asam menjadi residan

terhadap reaksi-reaksi enzim protease. Penggunaan bahan pakan mempunyai

pengaruh yang relatif kecil terhadap keseimbangan nitrogen karena pakan yang

diberikan cukup mengandung asam amino untuk produksi. Sehingga

keseimbangan protein menjadi positif. Selain itu pola asam-asam amino dalam

makanan mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan-kebutuhan ternak untuk

tumbuh (Zuheid, 1989).

Hasil analisis Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi (2004) ditemukan bahwa tepung buah mengkudu mengandung

87,10% bakan kering, 9,02% protein kasar dan 4382 kkal/kg energi gross, akan

tetapi serat kasar yang dikandungnya juga cukup tinggi yaitu 24,99%. Unggas

tidak dapat mencerna serat kasar secara sempurna karena unggas tidak mampu

mensekresi enzim yang dapat menghidrolisis serat kasar (selulase). Akibatnya

terjadi penurunan konsumsi dan berdampak pada penurunan pertumbuhan. Oleh

karena itu, penggunaan tepung buah mengkudu dalam ransum harus tepat

sehingga tidak mengakibatkan efek negatif bagi ternak.


Puyuh mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi keperluan

energinya. Rose (1997) menyatakan bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh

kandungan energi metabolis atau erat hubungannya dengan keperluan energi dari

unggas. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pemasukan pakan biasanya didasarkan

pada keperluan akan energi metabolis.


6

Konsumsi energi merupakan suatu penentuan besarnya ransum yang

dikonsumsi, dan pada ternak unggas berkaitan erat dengan keberadaan daya

tampung crop atau tembolok. Penggunaan tepung buah mengkudu sampai tingkat

4 g per kg ransum tidak menimbulkan efek negatif. Hal ini dikarenakan bahwa

tepung buah mengkudu adalah salah satu bahan feed additif yang dapat direspon

baik oleh ternak (Endang dkk., 2007).

Tepung buah mengkudu mengandung zat-zat nutrisi yang terdiri atas

protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan komponen enzim serta senyawa-

senyawa asam (Bangun dan Sarwono, 2002). Endang dkk. (2007)

mengungkapkan bahwa dalam tepung buah mengkudu banyak terdapat zat aktif

yang bermanfaat untuk meningkatkan metabolisme. Hal tersebut terbukti dengan

tercapainya bobot hidup ayam yang cukup baik, dan ditampakkan dalam

persentase bobot karkas. Hasil penelitian Endang dkk. (2007) memberikan suatu

pembuktian bahwa keberadaan tepung buah mengkudu sebagai feed additif

sampai 0,4% dalam ransum tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

pencapaian besaran persentase bobot karkas.

Pemberian ampas mengkudu dengan tingkat 4,8 g/kg dapat menghasilkan

konsumsi ransum lebih efisien dan dapat meningkatkan konversi ransum

dibandingkan dengan ransum kontrol pada ayam broiler (Bintang dkk., 2007).
Penggunaan ransum oleh bioaktif ampas mengkudu sebanyak 5 g/kg pada ayam

petelur meningkat dalam aspek produksi dan bobot telur. Hal ini disebabkan

karena adanya senyawa alkaloid pada buah mengkudu dapat meningkatkan

aktivitas enzim pada saluran percernaan sehingga penyerapan zat makanan

menjadi lebih baik dan sebagai konsekuensinya meningkatkan bobot telur

(Bintang, 2008).
7

Penggunaan tepung buah mengkudu tidak berpengaruh nyata terhadap

tingkat keseimbangan nitrogen. Hal ini berarti semua bahan pakan yang diberikan

hanya mempengaruhi pada tingkat pertumbuhan ayam. Nitrogen yang terdapat

pada tubuh ayam dipertahankan untuk pertumbuhan sehingga terdapat asam-asam

amino esensial yang tertahan dalam tubuh untuk dimanfaatkan kembali oleh tubuh

ternak untuk maintenance (Hidayati, 2006).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil hipotesis bahwa penambahan

tepung buah mengkudu (Morinda citrofilia) dalam ransum pada tingkat 0,5%

menghasilkan nilai energi metabolis dan retensi nitrogen tertinggi pada puyuh

periode produksi.

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Maret – April

2015, yang dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non

Ruminansia dan Industri Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas

Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.

Anda mungkin juga menyukai