Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PASIEN DENGAN SYOK KARDIOGENIK

Disusun Oleh :
ERIKA ENDRA SARI
NIM : 01.3.19.00409

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI PRODI


KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
1. Analisa kasus kondisi pasien dengan Syok Kardiogenik

Perempuan, 60 tahun datang ke IGD RSUD Majenang rujukan PKM Q dengan


keluhan tidak mau makan dan gelisah, pasien tampak pucat dan akral dingin. Saat datang ke
puskesmas tensi pasien 80/60 palpasi kemudian diberikan terapi Nacl dan kemudian dirujuk
ke RSUD Majenang. Keluarga pasien berkata, pasien sudah tidak mau makan sejak 3 hari
lalu, mual (-), muntah (-) tidak dirasakan pasien dalam 3 hari ini. Pasien hanya sempat
mengeluh badan terasa lemas pada keluarga. Nyeri kepala sebelumnya juga tidak dikeluhkan
oleh pasien.
Riwayat BAB hitam ataupun muntah darah tidak pernah terjadi pada pasien, BAB
cair dalam 3 hari sebelumnya juga tidak ada. Riwayat demam sebelumnya dalam waktu 3
hari ini sempat dirasakan oleh pasien 2 hari lalu tapi sekarang tidak demam. Dirumah pasien
hanya mau minum air putih saja dan itu juga dalam jumlah yang sedikit.
Riwayat Hipertensi sebelumnya (+) dibenarkan oleh keluarganya, tapi pasien tidak
sering minum obat, hanya beberapa minggu saja dalam sebulan pasien mengkonsumsi obat.
Keluarga berkata pasien punya riwayat hipertensi sejak 2 tahun ini namun tidak minum obat
secara rutin. Riwayat mondok di RS disangkal oleh keluarga, karena selama ini pasien
hanya berobat kalau ada keluhan ke mantri dan puskesmas saja.
3 bulan lalu sebelum masuk RS sekarang, keluarga berkata pasien sering merasa cepat
lelah bila mencangkul disawah, nafas terasa sesak, keluarga pasien mengira pasien terkena
asma, tapi riwayat asma dalam keluarga tidak ada. Saat tidur, pasien harus menggunakan 2
bantal kalau tidak pasien akan merasa sesak. Keluhan tersebut hanya diperiksakan ke mantri,
pasien sama sekali belum pernah berobat ke RS.
Untuk riwayat DM keluarga tidak mengetahui karena tidak pernah tes gula selama ini.
Tapi kebiasaan minum atau makan manis diakui oleh keluarga. Riwayat luka yang lama
sembuh pada pasien disangkal oleh keluarga. Pasien senang minum jamu, tapi pasien
membuat jamunya sendiri dari kencur, gula, terkadang kunyit, dan asem jawa. Untuk jamu
seduh yang dibeli diwarung ataupun beli jamu gendong disangkal keluarga. Untuk minum
obat warung sendiri oleh keluarga juga disangkal, karena pasien termasuk orang yang sulit
untuk minum obat.
Riwayat penyakit pada keluarga pasien (+) saudara pasien meninggal karena strok
beberapa tahun yang lalu, sedangkan riwayat penyakit pada orang tua pasien, keluarga tidak
tahu pasti.
Gambaran Klinis :
Tidak mau makan dan gelisah, pasien tampak pucat dan akral dingin. Saat datang ke
puskesmas tensi pasien 80/palpasi kemudian diberikan terapi Nacl dan kemudian dirujuk ke
RSUD Majenang. Keluarga pasien berkata, pasien sudah tidak mau makan sejak 3 hari lalu,
mual (-), muntah (-) tidak dirasakan pasien dalam 3 hari ini. Pasien hanya sempat mengeluh
badan terasa lemas pada keluarga.
1. Riwayat Pengobatan :
Mengkonsumsi obat-obatan hipertensi tapi tidak rutin.
2. Riwayat kesehatan/Penyakit :
Pasien tidak pernah memeriksakan diri ke RS, hanya kemantri dan puskesmas.
3. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal serupa, saudara pasien meninggal karena stroke,
riwayat pada orang tua pasien tidak diketahui secara pasti.
4. Riwayat pekerjaan:
Bertani
5. Lain-lain:
Pasien senang minum jamu, tapi pasien membuat jamunya sendiri dari kencur, gula,
terkadang kunyit, dan asem jawa. Untuk jamu seduh yang dibeli diwarung ataupun beli jamu
gendong disangkal keluarga. Untuk minum obat warung sendiri oleh keluarga juga
disangkal, karena pasien termasuk orang yang sulit untuk minum obat.
a. Primary
Airway : Pada jalan nafas terpasang ET, tidak terdapat sekret
dimulut dan selang ET
Breathing : Tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak terdapat
wheezing, Pasien mengalami batuk, auskultasi
terdengar bunyi vesikuler, perkusi terdengar sonor
vokal fremitus simetris, pengembangan dada
simetris, RR : 26x/menit, terpasang oksigen binasal
3 Lpm.
Circulation : HR : 98x/menit frekuensi reguler, TD : 70/50
mmHg, suhu 37,5ᵒC, CRT > 3 detik, akral teraba
dingin, tidak ada tanda-tanda pendarahan, Sp02
98%, konjungtiva anemis
Disability : Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat
dan orang.
GCS: 8 = E: 2, M: 2, V: 1
Secondary : B1 : pasien tampak sesak terdapat otot bantu
pernafasan. Dada tampak simetris, vocal fremitus
bergertar, tidak terdapat suara nafas tambahan
ronchi atau wheezing.
B2 : tidak terdapat pembesaran vena jugularis HR:
98x/menit. TD: 80/60 mmHg. CRT : >3 detik.
B3 : kesadaran pasien somnolen, pupil isokor +/+,
GCS: 5 = E: 2, M: 2, V: 1.
B4 : terdapat distensi pada kandung kemih, pasien
terpasang kateter
B5 : terpasang NGT, bising usus 12x/menit, tidak
terdapat distensi abdomen, tidak adanya perdarahan
pada gastriintestinal, tidak mual dan muntah.
B6 : tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah,
terdapat sianosis.

Tanda-tanda Vital
Kesadaran : Apatis
Tekanan darah : 90/60
Nadi : 73 x/menit, isi dan tegangan lemah, reguler
Suhu : 36,4 °C
Pernapasan : 30x/menit, reguler
Keadaan umum : Lemah
Status Generalis
Kepala : Rambut tidak mudah dicabut, alopecia -
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil bulat isokor,
diameter 3 mm/3mm.
Telinga : Auricula simetris, discharge -/-, serumen -/-
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum -, mukosa hiperemis -
Mulut : Bibir sianosis -, karies dentis -, atrofi papil lidah -, uvula di tengah, tonsil T1/T1
Leher
KGB : Tidak teraba
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran
JVP : 5+2 cmH2O
Dada : Spider nevi -, ginekomasti -/-, bentuk simetris +/+,
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), ketinggalan gerak
(-/-), pectus excavatum (-), pectus carinatum(-),sikatriks (-),
Palpasi : Krepitasi (-), massa (-), fremitus taktil lapang paru kiri=kanan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, Rbh-/-, Rbk -/-, Wh-/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC 5, 2 jari medial linea midklavikularis kiri, tidak
kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kiri atas di SIC II LPSS, kanan atas di SIC II LPSD, kanan
bawah di SIC IV LPSD, dan kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS, dan
batas jantung kanan bawah di SIC IV LPSD
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (+), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi -, caput medusa -, sikatriks -,
Auskultasi : Bising usus + normal, 4-6 kali/menit
Perkusi : Timpani, pekak alih -, pekak sisi -, undulasi -
Palpasi : Dinding abdomen supel, nyeri tekan -, hepar 4 jari bawah arcus costa, lien
S3, hepatojugullar refluks -, ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-
Ekstremitas
Superior : edema -/-, eritema palmaris -/-, white nail -/-, akral dingin (+), tidak ada
gangguan gerak
Inferior : edema -/-, white nail -/-, akral dingin (+), tidak ada gangguan gerak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin tanggal
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL
Hemoglobin 11 g/Dl 14 – 18 g/dL
Hematokrit 43% 42 – 52 %
Leukosit 9,5. 103/uL (4,8 – 10,8). 103/uL
Trombosit 279. 103/uL (150 – 400). 103/uL
GDS Low 126 mg/dL

Hasil EKG 5/08/2015


Hasil pemeriksaan diagnosis Syok Kardiogenik dan hipoglikemia. Diagnosis ditegakkan
berdasar:
1) Keadaan umum tampak lemah
2) Akral dingin ekstremitas
3) Tensi 90/60 dengan nadi lemah
4) Hasil GDS low
5) Auskultasi Gallop S3

Masalah keperawatan yang menunjukkan setiap kondisi ABCDE yang muncul yang
merujuk Nanda dan kasus
2. Masalah Keperawatan yang Merujuk Setiap Kondisi (ABCDE)
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral 000201
Definisi : Rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan serebral yang dapat
mengganggu kesehatan
Faktor Risiko
1. Agens farmaseutikal 15. Masa tromboplastin parsial
2. Aterosklerosis aortik abnormal
3. Baru terjadi infark miokardium 16. Miksoma atrium
4. Diseksi arteri 17. Neoplasma otak
5. Embolisme 18. Penyalahgunaan zat
6. Endokarditis infeksi 19. Segmen ventrikel kiri akinetik
7. Fibrilasi atrium 20. Sondrom sick sinus
8. Hiperkolesterolemia 21. Stenosis karotid
9. Hipertensi 22. Stenosis mitral
10. Kardiomiopati dilatasi 23. Terapi trombolitik
11. Katup prostetik mekanis 24. Gangguan transfer oksigen
12. Koagulasi intravaskular diseminata 25. Tumor otak (misalnya gangguan
13. Koagulopati (misalnya sel sabit) serebrovaskular, penyakit
14. Masa protrombin abnormal neurologis, trauma, tumor)

Diagnosa 1: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral


Diagnosa 2: Gangguan Pertukaran Gas
Ketidakmampuan untuk memberikan oksigenasi ke jaringan tubuh terutama ke jaringan
otak dan organ vital yang lain.
- Pasien mengatakan sesak, terdapat sianosis, terpasang O2 binasal 3 lpm, terpasang
ventilator
Masalah keperawatan Gangguan pertukaran gas (00030)
Definisi Kelebihan atau defisit oksigenasi dan atau eliminasi
karbon dioksidapada membran alveolar-kapiler.
Batasan karakteristik 1. Diaforesis
2. Dispnea
3. Gangguan penglihatan
4. Gas darah arteri abnormal
5. Gelisah
6. Hipoksemia
7. Hipoksia
8. Iritabilitas
9. Penurunan karbon dioksida
Faktor yang 1. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
berhubungan 2. Perubahan membran alveolar-kapiler
3. Buat Pathway sampai dengan muncul masalah sesuai jurnal yang diperoleh
Gangguan mekanisme akut

Necrosisi miokard

Kerusakan otot jantung

Gangguan kontraktilitas miokardium

Disfungsi ventrikel kiri

SYOK KARDIOGENIK

Penurunan curah jantung

Nutrisi dan oksigen Darah ke pulmonal


kejaringan menurun menurun

Ketidakefektifan perfusi Gangguan Pertukaran gas


jaringan serebral

4. Cari NOC dan NIC nya sesuai dengan masalahnya


Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
NOC
Keefektifan pompa jantung 0400
Definisi : kecukupan volume darah yang dipompakan dari ventrikel kiri untuk mendukung
tekanan perfusi sistemik
Indikator Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak ada
Intake cairan berat dari yang sedang ringan deviasi
kisaran cukup dari dari dari
normal besar dari kisaran kisaran kisaran
kisaran normal normal normal
normal
040001 Tekanan 1 2 3 4 5 NA
darah
sistol
040019 Tekanan 1 2 3 4 5 NA
darah
distol
040002 Denyut 1 2 3 4 5 NA
jantung
apikal
040003 Indeks 1 2 3 4 5 NA
jantung
040006 Denyut 1 2 3 4 5 NA
nadi
perifer
040020 Urine 1 2 3 4 5 NA
output
040022 Keseimba 1 2 3 4 5 NA
ngan
intake dan
output
selama 24
jam
040025 Tekanan 1 2 3 4 5 NA
vena
sentral
040009 Distensi 1 2 3 4 5 NA
vena leher
040010 Disritmia 1 2 3 4 5 NA
040011 Suara 1 2 3 4 5 NA
jantung
abnormal
040013 Edema 1 2 3 4 5 NA
perifer
NOC
Tanda-tanda vital 0802
Definisi : tingkat suhu, denyut nadi, respirasi, dan tekanan darah berada dalam kisaran
normal
SKALA OUTCOME Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak ada
KESELURUHAN berat yang sedang ringan deviasi
dari cukup dari dari dari
kisaran besar dari kisaran kisaran kisaran
normal kisaran normal normal normal
normal
080201 Suhu tubuh 1 2 3 4 5 NA
080202 Denyut 1 2 3 4 5 NA
jantung
apikal
080208 Irama 1 2 3 4 5 NA
jantung
apikal
080203 Denyut nadi 1 2 3 4 5 NA
radial
080204 Tingkat 1 2 3 4 5 NA
pernapasan
080210 Irama 1 2 3 4 5 NA
pernapasan
080205 Tekanan 1 2 3 4 5 NA
darash
sistolik
080206 Tekanan 1 2 3 4 5 NA
darah
diastolik
080209 Tekanan 1 2 3 4 5 NA
nadi
080211 Kedalaman 1 2 3 4 5 NA
inspirasi
NIC
Perawatan Jantung 4040
Definisi: keterbatasan dari komplikasi sebagai hasil dari ketidakseimbangan antara
suplai oksigen pada otot jantung dan kebutuhan seorang pasien yang memiliki gejala
gangguan fungsi jantung
Aktivitas-aktivitas 9. Susun waktu latihan dan istirahat
1. Secara rutin mengecek pasien baik secara untuk mencegah kelelahan
fisik dan psikologis sesuai dengan 10. Kolaborasikan dengan dokter
kebijakan tiap agen/ penyedia layanan dalam pemberian obat aritmia
2. Pasikan tingkat aktivitas pasien yang tidak sesuai kebijakan
membahayakan curah jantung atau 11. Lakukan terapi relaksasi
memprovokasi serangan pada jantung sebagaimana mestinya
3. Dorong peningkatan aktivitas bertahap 12. Lindungi pasien dari kecemasan
ketika kondisi pasien sudah stabil dan depresi
misalnya aktivitas ringan dan istirahat 13. Instruksikan pasien dan keluarga
yang cukup mengenai tujuan perawtan dan
4. Instruksikan pasien tentang pentingnya bagaimana kemajuan yang akan
untuk segera melaporkan bila merasakan diukur
nyeri dada 14. Tawarkan dukungan spiritual
5. Monitor tanda- tanda vital secara rutin kepada pasien dan keluarga
6. Catat tanda dan gejala terjadinya sebagaimana mestinya
penurunan curah jantung
7. Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai terapi modalitas, batasan
aktivitas dan kemajuan
8. Evaluasi perubahan tekanan darah

NIC
Pengajaran : Prosedur / Perawatan (5618)
Definisi : Menyiapkan pasien agar dapat memahami dan siap secara mental terkait dengan
tindakan atau prosedur yang akan dilakukan
Aktivitas-aktivitas
1. Informasikan pada pasien atau orang terdekat mengenai kapan dan dimana tindakan akan
dilakukan
2. Kaji pengalaman penyakit pasien sebelumnya dan tingkat pengetahuan pasien terkait
tindakan yang akan dilakukan
3. Jelaskan pentingnya beberapa peralatan beserta fungsinya
4. Tekankan kerahasiaan pasien pada tim yang terlibat dengan tepat
5. Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Jelaskan pengkajian atau aktivitas paska tindakan beserta rasionalnya
7. Informasikan pasien agar ikut terlibat dalam proses penyembuhannya
8. Dukung informasi yang diberikan petugas kesehatan lain
9. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik koping langsung dalam mengontrol
pengalaman pada aspek tertentu
10. Kaji harapan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
11. Libatkan keluarga atau orang terdekat jika memungkinkan
12. Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk mencegah/ meminimalkan efek samping
penanganan dari penyakit, sesuai kebutuhan

NIC NOC
Gangguan pertukaran gas
NOC :Pertukaran Gas NIC :
1) Tekanan parsial oksigen di 1. Kaji bunyi paru, frekuensi
darah arteri (PaO2) napas,kedalaman dan usaha napas
2) Tekanan parsial serta produksi sputum
karbondioksida di darah arteri 2. Pantau saturasi O2 dengan
(PaCO2) oksimeter nadi
3) pH arteri 3. Pantau hasil gas darah (misal PaO2
4) Sturasi oksigen yang rendah, PaCO2 yang
5) Keseimbangan ventilasi dan meningkat, kemunduran tingkat
perfusi respirasi)
6) Gangguan kesadaran 4. Pantau kadar elektrolit
5. Pantau status mental
6. Peningkatan frekuensi pemantauan
pada saat pasien tampak somnolen
7. Observasi terhadap sianosis,
terutama membran mukosa mulut
8. Identifikasi kebutuhan pasien akan
insersi jalan napas aktual/potensial
9. Auskultasi bunyi napas, tandai area
penurunan atau hilangnya ventilasi
dan adanya bunyi tambahan
10. Pantau status pernapasan dan
oksigenasi

Analisa Jurnal (nama intervensi/alat ukur, tujuan manfaat/validitas, gambar alat/


intervensi, tata cara pelaksaanaan minimal 1000 kata)
1) Oral Hygne
Perawatan mulut merupakan suatu tindakan yang harus sering dilakukan pada pasien
yang terpasang ventilasi mekanis maka dari itu pengetahuan dan sikap perawat
sangat berpengaruh dalam hal ini. Perawatan mulut tidak hanya untuk meningkatkan
kenyamanan dan mengurangi rasa haus, tetapi juga memelihara integritas mukosa
orofaring (Morton dkk, 2011). Kebersihan mulut yang tidak memadai di unit
perawatan intensif (ICCU) pada pasien kritis dengan ventilator mekanik juga telah
diakui sebagai isu penting. Hal ini merupakan faktor risiko penting untuk berbagai
komplikasi dari pemakaian ventilator mekanik terutama komplikasi berupa
pneumonia terkait ventilator (VAP) akibat oral hygiene yang kurang, dan kondisi ini
dapat memperburuk keadaan kesehatan pasien ICCU yang sudah vital terancam oleh
penyakit utama mereka (Matej Par et al, 2014; Wulandari, 2015). Efektivitas dari
oral hygiene yaitu hexadol gargle yang biasa digunakan pada pasien dengan
ventilator mekanik dapat dinilai dengan CPIS. Dari gambaran CPIS inilah
diharapkan peneliti dapat menilai keadaan paru pasien yang terpasang ventilator
mekanik yang nantinya akan sangat berarti untuk pengelolaan kondisi pasien serta
sebagai acuan untuk penanganan medis selanjutnya. Berdasarkan penemuan dari
beberapa penelitian diatas, melatar belakangi peneliti untuk meneliti lebih lanjut
mengenai komparasi pemberian Hexadol gargle sebagai oral hygiene terhadap
pencegahan VAP di Ruang ICU. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan
manfaat bagi semua pihak yang mengamati permasalahan infeksi nosokomial
sehingga dapat menjadikan penggunaan Hexadol gargle1 sebagai oral hygiene
dalam upaya pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di ruang ICCU
Penatalaksanaan Oral Hygine Pada Pasien dengan Ventilator
Persiapan alat
1. Handuk/ pengalas
2. Oral hygiene set
3. Sikat gigi lembut/depper
4. Cairan pembersih mulut (chlorhexidine gluconate 0,2%)
5. Suction catheter no 12
6. Syringe 20cc
7. Spatel lidah/ laryngoscope
8. APD (sarung tangan bersih)
Persiapan pasien
1. Kaji kebutuhan pasien akan perawatan mulut : kondisi ETT, bibir, sudut mulut,
lidah, langit- langitdan sekret yang berlebihan
2. Kaji faktor-faktor yang dapat mengakibatkan komplikasi (perubahan posisi ETT,
trauma tube atau cuff)
3. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan termasuk tujuan dan manfaat
dari tindakan yang akan dilakukan
Langkah-Langkah
1. Cuci tangan sesuai prosedure dan gunakan APD
2. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan
3. Pasang pengalas
4. Suction, jika ada indikasi, dan tandai batas tube pada bibir. Bila pasien sadar
anjurkan membuka mulut, bila tidak gunakan spatel mulut atau laryngoscope.
5. Bersihkan mulut dengan menggunakan depper / sikat gigi lembut yang telah
dibasahi dengan cairan clorhexidine gluconate 0,2 %, mulai dari gigi, lidah,
langit-langit dan terakhir bibir. Sambil melakukan pembersihan pada mulut,
lakukan penghisapan cairan yang ada di dalam mulut dengan
menggunakan suction catheter.
6. Selama melakukan perawatan mulut perhatikan agar batas ETT di bibir tidak
berubah
7. Setelah selesai bersihkan sekitar mulut, leher dan wajah klien. Lakukan
pencukuran kumis dan jenggot pada pria bila diperlukan
8. Rapihkan alat-alat dan atur kembali posisi tidur klien
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.Lakukan auskultasi untuk meyakinkan bahwa ETT tepat pada posisinya
11.Dokumentasikan tindakan di lembar observasi dan implementasi harian ICCU
2) Mobilisasi dan Fisioterapi Dada
VAP terjadi pada klien yang menggunakan ventilasi mekanik dan intubasi.
Kuman penyebab infeksi ini tersering adalah bakteri gram negatif. Pasien sakit
kritis, pasien tak stabil yang memerlukan terapi intensif, mengalami gagal nafas
berat, pasien bedah jantung, bedah thorak merupakan indikasi untuk masuk
(ICcU). Ventilasi mekanik juga merupakan terapi defnitif pada pasien kritis
yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnea. Ventilasi mekanik memberikan
tekanan positif secara kontinue yang dapat meningkatkan pembentukan sekresi
pada paru-paru. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi dengan cara
auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam (selama pasien masih terpasang ventilasi
mekanik dan post ekstubasi). Tindakan untuk membersihkan nafas diantaranya
yaitu: fisioterapi dada seperti menggetarkan, perubahan posisi, seperti: posisi
miring, posisi telentang, fisioterapi dada, dan termasuk penghisapan. Fisioterapi
dada sangat berguna nagi penderita penyakit paru baik yang bersifat akut
maupun kronis, sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu.
Fisioterapi dada dilakukan pada waktu pertukaran dinas pai ketika memandikan
pasien seperti : penepukan, menggetarkan, posisi drainase, dan penghisapan.
Penepukan dada meliputi pengetokan dinding dada dengan kedua tangan yang
dibentuk sepperti mangkok dengan memfleksikan jari tangan dan meletakkan ibu
jari bersentuhan dengan jari telunjuk, penepukan dinding dada secara mekanis
melepaskan sekret yang ada pada segmen paru, posisi pasien tergantung pada
segmen paru yang akan dilakukan penepukan, penepukan dilakukan selama 3-5
menit setiap posisi. Menggetarkan merupakan tindakan yang dilakukan dengan
cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada dengan dorongan bergetar
dan dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas atau saat ekspirasi,
tujuannya untuk mendorong keluar sekresi yang tertimbun dengan bantuan
menggetarkan dinding thorak pada waktu batuk dan merangsang terjadinya
batuk. Postural drainage (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan
sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi,
yujuan dari postural drainage ini supaya tidak terjadi penimbunan sekresi
didalam paru-paru dan mencegah terjadinya collaps dari alveoli karena
broncheolus tertutup sekresi, indikasi posisi drainase: pasien sesudah operasi
dengan retensi sputum, bronkho pneumonia, pasien tidak sadar, nafas dangkal
dan reflek batuk tidak adekuat. Mobilisasi atau aktivitas dirumah sakit pada
pasien istrahat total sangat penting sekali dilakukan. Mobilisasi terdiri dari Range
Of Motion (ROM) dan ambulasi. Komplikasi dari lamanya tirah baring salah
satunta perubahan pada paru akan terjadi atelektasis dan pneumonia. Mobilisasi
(ambulasi) yang dilakukan pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik pada
kelompok intervensi seperti posisi miring kekiri, posisi terlentang dan posisi
miring ke kanan, mobilisasi ini dilakukan setiap 2 jam sebanyak 3kali sehari
sebelum makan dan disesuaikan dengan jadwal makan pasien, tujuan dari
mobilisasi antara lain: mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran
darah, membantu pernfasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot,
mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
3.Intervensi Deep Breathing Exercise dan Active Range Of Motion Efektif
menurunkan Dypnea pada pasien SVT
a. Tujuan :
Untuk membantu pernafasan pasien agar lebih baik lagi dan pasien cepat pulih
dalam proses pemulihan
b. Tata cara pelaksanaan
1. Mengajari pasien untuk melakukan deep breating exercise dengan benar
yang dilakukan selama 5 siklus.
2. 1 siklus pelaksanaan selama 1 menit yang terdiri dari 5 kali nafas dalam
dengan ada jeda 2 detik setiap 1 kali nafas.
Dapat juga melakukan cara lain dengan cara sebagai berikut :
1. Persiapan alat : Bantal sesuai kebutuhan dan kenyamanan klien, Tempat
tidur IGD denganpengaturan sesuai, kenyamanan klien, Tissue,
Bengkokb.Persiapan klien : kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan
dilaksanakan latihan nafas/ deep breathing exercisec.Persiapan lingkungan :
ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, jaga privacy
klienPelaksanaan1.Mencuci tangan sesuai dengan prosedur.
2. Mengidentifikasi klien tidak dalam kondisi nyeri berat, sesak nafas berat
dan emergency.
3. Memastikan klien dalam kondisi sadar dan dapat mengikuti perintah
dengan baik.
4. Mengatur posisi klien berbaring di atas tempat tidur kepala lebih tinggi,
bila memungkinkan dengan posisi semi fowler atau fowler/duduk.
5. Mengatur posisi bantal sesuai kebutuhan untuk kenyamanan klien.
6. Apabila terdapat akumulasi sekret. Mengajarkan batuk efektif (dengan
menarik nafas dalam dan secara perlahan melalui hidung dan mulut, tahan
1-5 hitungan, kemudian mulai batuk dengan hentakan lembut, tampung
dahakpada bengkok). Bila perlu suction sesuai indikasi untuk membantu
mengeluarkan sekret dari jalan nafas bawah.
7. Mengajarkan klien menghirup nafas secara perlahan dan dalam melalui
mulut dan hidung, sampai perut terdorong maksimal/mengembang.
Menahan nafas 1-6 hitungan, selanjutnya menghembuskan udara secara
hemat melalui mulut dengan bibir terkatup secara perlahan. 10.Meminta
klien untuk melakukan latihan secara mandiri dengan 30 kali latihan nafas
dalam selama 30 menit dengan diselingi istirahat 30 menit.
8. Latihan dilaksanakan sebanyak 6 kali sehari pada siang hari selama 4 hari.
Setiap latihan dibagi dalam 3 fase masingmasing selama 10 menit sesuai
toleransi klien dengan jeda batuk efektif.
9. Melakukan pengawasan keteraturan kemampuan latihan serta antisipasi
terhadap toleransi kemampuan dan perkembangan kondisi klien.
10. Melakukan pemeriksaan status pernapasan.
11. Membereskan alat dan mencuci tangan sesuai prosedur.
12. Melaksanakan dokumentasi tindakan keperawatan.

4.Intervensi inovasi abdominal message menggunakan teknik effluerage dan


pemberian air hangat untuk mencegah konstipasi Tujuan : Untuk memberikan
respon tubuh yang baik untuk mempercepat pemulihan serta memberikan pasien
rasa nyaman bebas dari masalah konstipasi selama perawatan dengan dilakukannya
abdominal massage dengan Teknik effleurage dan pemberian air hangat.
b. Tata cara pelaksanaan :
1. Teknik effleurage
Mengusap bagian perut dan dilakukan pemijatan secara lembut agar dapat
membantu pasien lebih rileks.
2. Pemberian air hangat
Persiapan alat :
1) Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)
2) Handuk/waslap
3) Pengalas jika diperlukan
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat-alat kedekat klien
3. Perhatikan privacy klien
4. Atur posisi klien yang nyaman
5. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
6. Ambil waslap yang sudah diberikan air hangat lalu tempelkan diperut
pasien.
7. Lakukan prasat ini selama 15-30 menit
8. Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
9. Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
10. Cuci tangan
5.Mengatasi Aritmia, Mencegah Kematian mendadak
a. Tujuan : Untuk mencegah kematian mendadak pada pasien
b. Tata cara pelaksanaan : Tata laksana aritmia dapat menurunkan morbiditas
dan mortalitas jika pasien dengan risiko aritmia ventrikel fatal dapat
diidentifikasi lalu dipasang defibrillator kardioverter implan (DKI) untuk
mencegah kematian mendadak. Adapun caranya sebagai berikut:
1. Salah satu alternatif defibrilasi adalah dengan pendekatan arus selain
pendekatan energi (current-based defibrillation). Seperti yang sudah
dijelaskan bahwa aliran elektron yang sebenarnya mendefibrilasi fibrilasi
ventrikel dan aritmia jantung lainnya. Dengan memakai current-based
defibrillation maka penghitungan tahanan menjadi sangat penting karena
aliran arus sangat dipengaruhi oleh tahanan atau resistensi.
2. Arus yang optimal untuk mendefibrilasi ventrikel adalah 30 sampai 40
ampere untuk gelombang monophasik damped sinusoidal dan lebih
sedikit untuk gelombang biphasik.
3. Penempatan bantalan atau pedal elektrode defibrilator merupakan hal
yang sangat penting namun sering terlupakan. Elektrode sebaiknya
ditempatkan pada posisi yang dapat mengoptimalkan aliran arus pada
miokardium
4. Penolong sebaiknya menekan pedal dengan kuat pada dinding dada, yaitu
sebesar 25 pound tekanan setiap pedal. Beberapa defibrilator yang lama
mempunyai pegas pada pedal dan memerlukan daya tolak sebesar 25
pound untuk menekan pegas dan menutup sirkuitnya
5. Pertimbangkan adanya rambut dada yang banyak oleh karena seringkali
kontak antara kulit dan elektrode terganggu dan terdapat udara yang
terperangkap dalam jumlah yang signifikan
6. Pertimbangkan fase respirasi oleh karena volume tidal yang besar dapat
meningkatkan tahanan dengan bertambahnya jarak antara kedua
elektrode.

Analisa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan tersebut (minimal 250 kata)
Analisis praktik klinik keperawatan pada pasien syok kardiogenik dengan intervensi
inovasi lateral position terhadap peningkatan nilai mean arterial pressure (MAP), dalam
melakukan tindakan ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah memperhatikan posisi
pasien dengan benar, memperhatikan penambahan bantal sesuai dengan kebutuhan jangan
terlalu kebanyakan atau berlebihan, memperhatikan kondisi pasien dan memperhatikan
respon pasien selama pelaksanaan.
Analisis praktek klinik keperawatan pada pasien syok kardiogenik dengan intervensi
inovasi abdominal message menggunakan teknik effluerage dan pemberian air hangat
untuk mencegah konstipasi), dalam melakukan tindakan ini hal-hal yang harus
diperhatikan adalah memperhatikan pengusapan atau pemijatan tidak terlalu keras,
memperhatikan suhu air hangat yang digunakan harus benar-benar tepat tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin, mengukur suhu air terlebih dahulu, memperhatikan respon pasien
ketika dilakukan tindakan tersebut.
Penerapan Modifikasi Valsava Manuver dengan Supra Ventrikular Takikardi (SVT) ),
dalam melakukan tindakan ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah apakah pasien
menggunakan alat bantu pernapasan, melihat respon pasien, melihat kemampuan pasien
dalam bernapas,memperhatikan riwayat penyakit pasien, memperhatikan cara menerapkan
tindakan tersebut.
Mengatasi Aritmia, Mencegah Kematian mendadak), dalam melakukan tindakan ini
hal-hal yang harus diperhatikan adalah menguasai cara melakukan tindakan, melihat
respon pasien, pasien harus tidak ada kontak dengan orang lain, tidak ada juga kontak
dengan bahan yang berbahan metal atau konduktor, pastikan dada pasien kering saat dialiri
arus yang besar.
Deep Breathing Exercise dan Active Range Of Motion Efektif menurunkan Dypnea
pada pasien SVT), dalam melakukan tindakan ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah
melihat riwayat penyakit pasien, melihat respon pasien, memahami kemampuan pasien
dalam melakukan tindakan tersebut, memperhatikan irama napas pasien apakah ada suara
napas tambahan, dan memperhatikan pola napas pasien.

Buat kesimpulan apakah 5 intervensi / alat ukur tersebut bisa digunakan atau tidak
ditatanan kesehatan kita beri alasannya (minimal 250 kata)
Dari kelima intervensi/alat ukur tersebut dapat digunakan hanya saja perlu dilakukan
oleh perawat atau tim medis yang sudah ahli atau berpengalaman karena jika tidak akan
membahayakan nyawa pasien pasien tersebut, dapat diterapkan karena sudah dilakukan
penelitian sebelumnya dan bermanfaat untuk pasien-pasien yang terkena syok kardiogenik
di ruang ICCU namun ada beberapa intervensi yang didapat dari jurnal belum diterapkan
di rumah sakit baptis kediri misalnya intervensi inovasi abdominal message menggunakan
teknik effluerage dan pemberian air hangat untuk mencegah konstipasi, intervensi ini
dapat digunakan di Rumah Sakit Baptis Kediri namun ketika saya berdinas di ICCU belum
pernah menemui perawat melakukan intervensi ini, mungkin untuk semua perawat lebih
mengembangkan/ menggunakan tindakan mandiri perawat agar perawat lebih maksimal
dalam memberikan pelayanan dan pasien dapat menerima pelayanan semaksimal
mungkin,.
Intervensi inovasi lateral position terhadap peningkatan nilai mean arterial pressure
(MAP), intervensi ini dapat digunakan di RS namun ketika saya berdinas di ICCU belum
pernah menemui perawat melakukan intervensi ini di RS Baptis Kediri, lateral position ini
sangat mudah diterapkan kepada pasien sehingga semua perawat harus lebih mengupdate
ilmu-ilmu atau intervensi yang baru agar bisa digunakan lebih maksimal sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan pasien.
Intervensi Penerapan Modifikasi Valsava Manuver dengan Supra Ventrikular
Takikardi (SVT) dapat digunakan di Rumah Sakit Baptis Kediri namun ketika saya
berdinas di ruang ICU rumah sakit baptis kediri saya belum menemui akan tindakan
tersebut, menurut saya akan lebih efektif dalam proses penyembuhan pasien jika
penerapan modifikasi tersebut dapat dilakukan dan diterapkan diruangan tersbut pada
pasien dengan takikardi.
Selanjutnya, untuk intervensi Deep Breathing Exercise dan Active Range Of Motion
Efektif menurunkan Dypnea pada pasien SVT), menurut saya sangan baik dan cocok
apabila dilakukan oleh perawat yang berada diruang ICU tetapi dalam melakukan tindakan
ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan adalah melihat riwayat penyakit pasien
supaya tidak terjadi kesalahan saat memberikan tindakan, melihat respon pasien setelah
diberikan tindakan, memahami kemampuan pasien dalam melakukan tindakan tersebut,
memperhatikan irama napas pasien apakah ada suara napas tambahan, dan memperhatikan
pola napas pasien teratur, terkontrol atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai