PRAKTEK VARIABILITAS IKLIM DAN MUSIM INDONESIA

ANOMALI SST
Dinda Raisa Salsabila
Klimatologi 6A
21.17.0005
A. SST INDO
Identifikasi Tahunan
Tahu Rata- Identifikas Hanga Sedan Dingi
n Rata i t g n
1981 27.04502 Dingin 0 2 10
1982 28.06381 Dingin 2 4 6
1983 28.35968 Sedang 3 5 4
1984 28.19459 Sedang 2 5 5
1985 28.18066 Sedang 2 4 6
1986 28.14568 Sedang 2 3 7
1987 28.31986 Sedang 4 3 5
1988 28.59584 Sedang 6 6 0
1989 28.31896 Sedang 2 7 3
1990 28.26977 Sedang 2 6 4
1991 28.10755 Dingin 2 2 8
1992 28.21814 Sedang 3 1 8
1993 28.0503 Dingin 1 4 7
1994 28.04501 Dingin 1 6 5
1995 28.35639 Sedang 4 4 4
1996 28.45577 Sedang 5 4 3
1997 28.21704 Sedang 2 5 5
1998 28.92593 Hangat 10 2 0
1999 28.54023 Sedang 5 4 3
2000 28.46814 Sedang 3 7 2
2001 28.6047 Sedang 6 5 1
2002 28.52615 Sedang 6 2 4
2003 28.47764 Sedang 3 6 3
2004 28.3373 Sedang 3 6 3
2005 28.52265 Sedang 6 5 1
2006 28.30562 Sedang 3 5 4
2007 28.38166 Sedang 3 6 3
2008 28.34897 Sedang 4 6 2
2009 28.48728 Sedang 5 6 1
2010 28.8398 Hangat 8 4 0
2011 28.29655 Sedang 3 6 3
2012 28.42729 Sedang 5 4 3
2013 28.6771 Hangat 7 4 1
 2014 28.58534 Sedang 5 5 2
2015 28.54218 Sedang 6 4 2
2016 28.91128 Hangat 9 3 0
2017 28.5159 Sedang 5 6 1
2018 28.3832 Sedang 4 5 3
2019 28.38558 Sedang 4 5 3

Tabel diatas merupakan hasil pengolahan analisis SST di perairan indonesia yang diunduh
melalui data IRI dan sebagian ECMWF. Dihitung dari normalnya kemudian ditentukan dalam
kategori kriteria sedang, hangat, dan dingin. Dengan kriteria tersebut kita bisa memprediksi
identifikasi kejadian El-nino dan La nina, apabila kriteria menunjukan SST hangat di perairan
Indonesia maka kemungkinan terjadi fenomena la nina, begitupun sebaliknya apabila SST
dingin maka El-nino. Kejadian La nina (SST Indonesia Hangat) terjadi pada tahun 1998,
2010, 2013, dan 2016. Sedangkan kejadian El-nino (SST Indonesia dingin) terjadi pada tahun
1981/1982, 1991, 1993/1994, dan 1997. Hal ini tentunya tidak boleh kita putuskan kejadian
ENSO dampaknya terhadap Indonesia begitu saja, perlu kita cocokan dengan kesepakatan
fenomena ENSO pada tabel berikut ini.
 B. ENSO (El-Nino South Oscillation)
GGWEATHE
DJF-NDJ JJA-MJJ R    
NIN NETRA NIN PUTUSAN NIN NETRA NIN PUTUSA Tahu KESEPAKATA
PUTUSAN 3
O L A 1 O L A N2 n N
0 0 12 LN 2 3 7 LN LN 1971 LN
8 3 1 EN 9 1 2 EN EN 1972 EN
3 1 8 LN 0 0 12 LN LN 1973 LN
0 2 10 LN 0 2 10 LN LN 1974 LN
0 0 12 LN 0 2 10 LN LN 1975 LN
4 4 4 N 6 6 0 EN* WEAK EN 1976 EN
6 6 0 EN* 5 7 0 N WEAK EN 1977 EN
1 11 0 N 0 12 0 N N 1978 N
3 9 0 N 7 5 0 EN WEAK EN 1979 EN
4 8 0 N 0 10 2 N N 1980 N
0 10 2 N 3 9 0 N N 1981 N
9 3 0 EN 12 0 0 EN EN 1982 EN
6 2 4 EN 0 6 6 LN* WEAK LN 1983 LN 
0 7 5 N 0 3 9 LN WEAK LN 1984 LN
0 4 8 LN 0 8 4 N N 1985 N
4 6 2 N 10 2 0 EN MODE EN 1986 EN
12 0 0 EN 8 2 2 EN EN 1987 EN
2 2 8 LN 0 1 11 LN LN 1988 LN
0 7 5 N 0 12 0 N N 1989 N
0 12 0 N 2 10 0 N N 1990 N
8 4 0 EN 12 0 0 EN EN 1991 EN
6 6 0 EN* 4 8 0 N N 1992 N
4 8 0 N 0 12 0 N N 1993 N
4 8 0 N 7 5 0 EN MODE EN 1994 EN
3 4 5 LN 0 4 8 LN MODE LN 1995 LN
0 8 4 N 2 8 2 N N 1996 N
8 3 1 EN 11 1 0 EN EN 1997 EN
5 1 6 LN 0 0 12 LN LN 1998 LN
0 0 12 LN 0 0 12 LN LN 1999 LN
0 0 12 LN 0 4 8 LN WEAK LN 2000 LN
0 10 2 N 1 11 0 N N 2001 N
7 5 0 EN 8 4 0 EN MODE EN 2002 EN
2 10 0 N 0 12 0 N N 2003 N
6 6 0 EN* 8 4 0 EN WEAK EN 2004 EN
2 8 2 N 0 7 5 N WEAK LN 2005 N
4 5 3 N 5 7 0 N WEAK EN 2006 N
1 5 6 LN 0 0 12 LN LN 2007 LN
0 4 8 LN 0 7 5 N WEAK LN 2008 LN
6 3 3 EN 9 2 1 EN MODE EN 2009 EN
3 2 7 LN 0 1 11 LN LN 2010 LN
 0 1 11 LN 0 3 9 LN MODE LN 2011 LN
0 9 3 N 0 12 0 N N 2012 N
0 12 0 N 0 12 0 N N 2013 N
2 10 0 N 8 4 0 EN WEAK EN 2014 EN
12 0 0 EN 11 1 0 EN EN 2015 EN
5 2 5 LN* 0 7 5 N WEAK LN 2016 LN
0 9 3 N 0 6 6 LN* WEAK LN 2017 LN
3 6 3 N 9 3 0 EN WEAK EN 2018 EN
8 4 0 EN         N 2019  

Tabel diatas merupakan hasil pengolahan analisis SST kejadian ENSO yang diunduh melalui
NOAA dan GGWeather. ENSO merupakan sirkulasi atmosfer-lautan dalam tiga kondisi,
yaitu El-nino, Normal, dan La nina. Dari ketiga data tersebut, kita mengambil kesepakatan
untuk menentukan tahun tersebut termasuk El-nino, Normal, maupun La-nina, dengan
kriteria indeks >0.5 berarti El-nino dan <-0.5 berarti La nina. Kemudian kalau kita melihat
bahwa sepertinya tahun-tahun diatas banyak sekali kejadian anomalinya, sedangkan
dampaknya kurang terlihat disekitar kita, hal ini dikarenakan anomali tersebut ada namun
lemah sehingga tidak terlalu berpengaruh pada pola musim di Indonesia. Oleh karena itu,
perlu diberi tambahan kategori lemah kuatnya fenomena tersebut supaya lebih jelas dan
mudah dipahami.
 C. IOD (Indian Ocean Dipole)
Tahu NOAA PUTUSAN PUTUSAN Jamstec PUTUSAN KESEPAKATA
n 1 (DATA) 2 (BOM) 3 N
(Jamstec)
DM NETRA DM DM NETRA DM
+ L - + L -
1980 0 11 1 NETRAL NETRAL 3 7 1 NETRAL
1981 0 12 0 NETRAL DM- 2 7 0
1982 7 5 0 DM+ DM+ 8 10 0 NETRAL DM+
1983 3 7 2 NETRAL DM+ 6 9 0 NETRAL NETRAL
1984 0 12 0 NETRAL NETRAL 2 11 0 NETRAL NETRAL
1985 0 10 2 NETRAL NETRAL 3 11 0 NETRAL NETRAL
1986 0 12 0 NETRAL NETRAL 2 11 0 NETRAL NETRAL
1987 4 8 0 NETRAL NETRAL 7 9 0 NETRAL NETRAL
1988 1 11 0 NETRAL NETRAL 3 7 0 NETRAL NETRAL
1989 0 11 1 NETRAL DM- 3 9 0 NETRAL NETRAL
1990 0 12 0 NETRAL NETRAL 2 10 0 NETRAL NETRAL
1991 5 7 0 NETRAL NETRAL 5 7 0 NETRAL NETRAL
1992 0 8 4 NETRAL DM- 3 7 2 DM- DM-
1993 0 12 0 NETRAL NETRAL 2 10 0 NETRAL NETRAL
1994 9 3 0 DM+ DM+ 9 3 0 DM+ DM+
1995 0 12 0 NETRAL NETRAL 2 10 0 NETRAL NETRAL
1996 0 10 2 NETRAL DM- 3 7 2 NETRAL NETRAL
1997 6 6 0 NETRAL DM+ 9 3 0 NETRAL NETRAL
1998 2 10 0 NETRAL DM- 3 9 0 DM- DM-
1999 1 11 0 NETRAL NETRAL 4 8 0 NETRAL NETRAL
2000 1 11 0 NETRAL NETRAL 4 8 0 NETRAL NETRAL
2001 0 12 0 NETRAL NETRAL 2 10 0 NETRAL NETRAL
2002 2 10 0 NETRAL NETRAL 5 7 0 NETRAL NETRAL
2003 3 9 0 NETRAL NETRAL 6 6 0 NETRAL NETRAL
2004 0 12 0 NETRAL NETRAL 2 10 0 NETRAL NETRAL
2005 0 12 0 NETRAL DM- 2 10 0 NETRAL NETRAL
2006 4 8 0 NETRAL DM+ 7 5 0 NETRAL NETRAL
2007 5 7 0 NETRAL NETRAL 6 6 0 NETRAL NETRAL
2008 5 7 0 NETRAL NETRAL 7 5 0 NETRAL NETRAL
2009 1 11 0 NETRAL NETRAL 3 9 0 NETRAL NETRAL
2010 3 9 0 NETRAL DM- 3 9 0 NETRAL NETRAL
2011 7 5 0 DM+ NETRAL 8 4 0 NETRAL NETRAL
2012 5 7 0 NETRAL DM+ 8 4 0 NETRAL NETRAL
2013 1 11 0 NETRAL NETRAL 4 8 0 NETRAL NETRAL
2014 1 11 0 NETRAL DM- 4 8 0 NETRAL NETRAL
2015 8 4 0 DM+ DM+ 9 3 0 DM+ DM+
2016 1 10 1 NETRAL DM- 4 7 1 DM- DM-
2017 8 4 0 DM+ NETRAL 7 5 0 NETRAL NETRAL
2018 4 8 0 NETRAL NETRAL 7 5 0 DM-* NETRAL
2019 NETRAL DM+

Dipole Mode positif merupakan fenomena anomali suhu permukaan air laut di Samudera
Hindia tropis bagian barat lebih besar dari pada di Samudera Hindia tropis bagian timurnya
sehingga mengakibatkan peningkatan curah hujan dari normalnya di pantai timur Afrika dan
Samudera tropis Hindia bagian barat. Sedangkan di Samudera Hindia tropis bagian timur
mengalami penurunan curah hujan dari normalnya mengakibatkan kekeringan di pantai
Benua Maritim Indonesia (BMI).
Sedangkan Dipole Mode negative merupakan fenomena yang berlawanan dengan dipole
mode positif dimana anomali suhu permukaan air laut di Samudera Hindia tropis bagian barat
lebih kecil dari pada di Samudera Hindia tropis bagian timurnya sehingga mengakibatkan
penurunan curah hujan dari normalnya mengakibatkan kekeringan di pantai timur Afrika dan
Samudera tropis Hindia bagian barat. Sedangkan di Samudera Hindia tropis bagian timur
mengalami peningkatan curah hujan dari normalnya di pantai Benua Maritim Indonesia
(BMI).
Tabel diatas merupakan pengolahan penentuan kejadian Dipole Mode berdasarkan data dari
NOAA, Jamstec, dan BOM. Dari data diatas kita mengambil kesepakatan dari putusan yang
paling dominan. Maka diputuskan kejadian DM+ terjadi pada 1982, 1994, dan 2015.
Sedangkan kejadian DM- terjadi pada tahun 1992, 1998, dan 2016.

D. Pembahasan
Dari perhitungan SST INDO diatas,sebenarnya ada fenomena menarik pada tahun
1997 dan 2015, seperti yang kita tahu pada saat itu terjadi El-nino yang sangat kuat,
namun pengolahan menunjukkan indikasi SST sedang. Kemudian kita lihat pada tabel
dibawahnya tentang tahun-tahun kejadian ENSO, terlihat bahwa tahun 1997 dan 2015
terindikasi El-nino (Very Strong El-nino pada GGWeather). Hal ini disebabkan karena
SST di Indonesia pada saat itu terindikasi ‘sedang’ atau normal seperti biasanya.
Namun terdapat anomali di diwilayah nino yang sangat signifikan, sehingga sangat
berdampak pada wilayah Indonesia yang sebenarnya SST dalam kategori sedang.
Terkhusus pada tahun 2015 diindikasi juga terjadi DM+ dimana memengaruhi
kekeringan di Indonesia, oleh karena itu pada tahun 2015 di Indonesia terjadi kemarau
yang ekstrem.
Sumber:
http://apa-gampong.blogspot.com/2012/12/siklus-dan-pembagian-jenis-dipole-mode.html