Anda di halaman 1dari 37

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS IBU HAMIL DENGAN


PLASENTA PREVIA

Dosen Pembimbing :
Surihayati S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 10 :


1. Gita Amalia Yuniar (17020123)
2. St.Nikmatul Khoiriyah (1702012372)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020

1
2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya penyusunan makalah yang berjudul “asuhan keperawatan
komunitas ibu hamil dengan plasenta previa”. Penulisan makalah ini sebagai
syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas pada
Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
Makalah ini dapat penulisselesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan
materi maupun non materi, dorongan dan doa dalam menyelesaikannya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Budi Utomo S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Lamongan beserta para Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
2. Suratmi S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lamongan yang telah bersedia memberi arahan, perhatian, memberikan
fasilitas dan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Suhariyati S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
yang senantiasa memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan penguatan dalam
mengerjakan makalah ini.
4. Moh. Saifudin S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Dosen Fasilitator yang senantiasa
memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan penguatan dalam mengerjakan
makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala semua kebaikan yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.Besar harapan
penulis semoga tesis ini dapat membawa manfaat.
Lamongan, 13 Maret 2020
3

DAFTAR ISI
Halaman

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS............................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 5
1.1 KONSEP KOMUNITAS......................................................................5
1.1.1 Teori CAP.................................................................................5

1.1.2 Peran Perawat Komunitas......Error! Bookmark not defined.

1.2 KONSEP PENYAKIT........................................................................17


1.2.1 Definisi...................................................................................17

1.2.2 Etiologi...................................................................................18

1.2.3 Tanda Gejala...........................................................................18

1.2.4 Patofisiologi............................................................................21

1.2.5 Penatalaksanaan Medis...........................................................22

1.2.6 Penatalaksanaan Keperawatan...............................................23

1.3 ANALISIS JURNAL..........................................................................24

BAB 2 27
2.1. KASUS.............................................................................................27
2.2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.........................27
2.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................29
2.4. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN Error! Bookmark not
defined.
2.5. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................29
2.6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................32
2.7. EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................33

BAB 3 34
4

3.1 KESIMPULAN...................................................................................34
3.2 SARAN...............................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35

LAMPIRAN36
5

BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KONSEP KOMUNITAS


1.1.1 Teori CAP
Model community as partner (Anderson and McFarlane, 2014)
didasarkan pada model yang dikembangkan oleh Neuman dengan
menggunakan pendekatan manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien.
Model community of client dikembangkan oleh Anderson dan McFlarlane
untuk menggambarkan definisi keperawatan kesehatan masyarakat sebagai
perpaduan antara kesehatan masyarakat dan keperawatan.Model tersebut
dinamakan model “community as partner” untuk menekankan filosofi dasar
dari perawatan kesehatan masyarakat.(Kumru et al., 2013).
Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat
memberikan sebuah kerangka kerja bagi model community as partner yang
didefinisikan sebagai berikut:
1. Individu
Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau
sebuah agregat.Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan
(populasi total) atau agregat (lansia, dewasa, remaja, anak, perawat)
mencerminkan individu.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan
masyarakat dan sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam
komunitas dapat terjadi dimana masyarakat tinggal, pekerjaan, suku
bangsa dan ras, cara hidup, serta faktor lain yang umumnya dimiliki
masyarakat.
3. Kesehatan
Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-
hari, bukan tujuan hidup.Kesehatan merupakan sebuah konsep positif
yang menekankan pada sumber sosial dan personal sebagai kemampuan
fisik.
6

4. Keperawatan
Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan
upaya pencegahan (prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan
primer yang bertujuan pada menurunkan kemungkinan yang berhadapan
dengan stressor atau memperkuat bentuk pertahanan, pencegahan
sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor memasuki garis
pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah pada
deteksi dini dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan pencegahan
tersier yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembalikan status
kesehatan.
Model community as partner memiliki dua faktor sentral yaitu
berfokus pada komunitas sebagai partner (mitra) yang digambarkan dalam
roda assessment.Fokus sentral tersebut berhubungan dengan masyarakat pada
komunitas sebagai intinya dan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
7

Gambar 2.1. Model Community as Partner (Anderson and McFarlane, 2014)


Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas
untuk membantu pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang
akan menjadi pedoman dalam praktik di komunitas. Anderson dan McFarlane
(2014) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as
partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan
proses keperawatan.
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner(Anderson
and McFarlane, 2014) terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
8

keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai


dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Inti roda
pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas.Inti meliputi
demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat.Sebagai anggota
masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem
komunitas, dan sebaliknya.Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan
kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.
Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan garis
pertahanan yang normal atau tingkat kesehatan komunitas yang telah dicapai
selama ini.Garis normal pertahanan dapat berupa karakteristik seperti nilai
imunitas yang tinggi, angka mortalitas infant yang rendah, atau tingkat
penghasilan yang sedang.Garis pertahann normal juga meliputi pola koping
yang digunakan, kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan
kesehatan komunitas.Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai
sebuah garis putus-putus di sekitar komunitas dan garis pertahanan normal,
merupakan daerah (zona) penyangga (buffer) yang menggambarkan sebuah
tingkat kesehatan yang dinamis yang dihasilkan dari respon sementara
terhadap stressor.Respon sementara tersebut mungkin menjadi gerakan
lingkungan melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah stressor sosial.
Kedelapan subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk
mengingatkan bahwa subsistem tersebut saling mempengaruhi (Anderson and
McFarlane, 2011).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya


sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam
komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk
bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk
bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance
Anderson dan McFarlane (2014) mengatakan bahwa dengan menggunakan
model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda
pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
9

komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem
yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat
ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses
tindakan untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif
dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari
masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan
tujuan merancang strategi promosi kesehatan.Dalam tahap pengkajian
ini terdapat lima kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah.
a. Pengumpulan Data
Tujuan :
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi
dan spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi :

a. Data inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
b. Data demografi
10

c. Vital statistic
d. Status kesehatan komunitas
b. Data lingkungan fisik
a. Pemukiman
b. Sanitasi
c. Fasilitas
d. Batas-batas wilayah
e. Kondisi geografis
c. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
a. Pelayanan kesehatan
b. Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)
d. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan
lanjut usia
e. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
b. Transportasi
f. Politik dan pemerintahan
a. System pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
g. System komunikasi
i. Sarana umum komunikasi
ii. Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas
iii. Cara penyebaran informasi
h. Pendidikan
i. Tingkat pendidikan komunitas
11

ii. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non


formal)
iii. Jenis bahasa yanhg digunakan
i. Rekreasi
i. Kebiasaan rekreasi
ii. Fasilitas tempat rekreasi
Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari
1. Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2. Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan
dan pengukuran.
Sumber Data
1. Data primer
Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini
mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atai
medical record. (Wahit, 2005)
Cara Pengumpulan Data
1. Wawancara atatu anamnesa
2. Pengamatan
3. Pemeriksaan Fisik
b. Pengolahan Data
1. Klasifikasi data atau kategorisasi data
2. Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
12

3. Tabulasi data
4. Interpretasi data
(Anderson and Mc Farlane 1988. Community as Client)
c. Analisis Data
Tujuan analisis data :
1. Menetapkan kebutuhan komuniti
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon komuniti
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan
d. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
e. Prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai factor sebagai criteria:
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki
kebutuhan menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial.Masalah actual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American
13

Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis


keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan.
Contoh DiagnosaKeperawatan
1. Resiko terjadinya diare di RW. 02 Ds. Genuk Semarang
suhubungan dengan :
a. Sumber air tidak memenuhi syarat
b. Kebersihan perorangan kurang
c. Lingkungan yang buruk di manefestasikan oleh : banyaknya
sampah yang berserakan, penggunaan sungai sebagai tempat
mencuci, mandi dan pembuangan kotoran.
2. Tingginya kejadian karies gigi SMP 29 Semarang sehubungan
dengan :
a. Kurangnya pemeriksaan gigi
b. Kurangnya fluor pada air minum di manefestasikan: 62%
caries dengan inspeksi pada murid-murid SMP 29.
3. Kurangnya gizi pada balita di desa Karang Awen sehubungan
dengan :
a. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b. Kurangnya jumlah kader
c. Kurangnya jumlah posyandu
d. Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi.
4. Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) di desa Karang Awen sehubungan dengan :

5. Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (Diare,


ISPA, DBD) di desa Karang Awen sehubungan dengan :
3. Perencanaan
a. Tahapan pengembangan masyarakat:
b. Persiapan, penentuan prioritas daerah
c. Pengorganisasian, pembentukan pokjakes.
14

d. Tahap diklat
e. Tahap kepemimpinan
f. Koordinasi intersektoral
g. Akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.
4. Pelaksanaan/Implementasi
a. Tanggung jawab melaksanakan kegiatan:
b. Bantuan mengatasi masalah kurang
c. nutrisi, mempertahankan kondisi
d. seimbang, meningkatkan kesehatan
e. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat
f. untuk mencegah kurang gizi
g. Advokat komunitas.
5. Evaluasi atau penilaian
Dilakukan dengan konsep evaluasi struktur,proses, hasil.
Fokus:
a. Relevansi antara kenyataan dengan target
b. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan,
peran pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta
c. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.
e. Dampak, apakah terjadi perubahan status kesehatan. lama.
Proses Evaluasi
a. Menilai respon verbal dan nonverbal
b. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
a.1.2 Peran Perawat Komunitas
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam unit social (Vinay
Kumar, Ramzi S. Cotran, 2013). Peran dipengaruhi oleh keadaan social
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Banyak peranan
yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat oleh perawat
kesehatan masyarakat diantaranya adalah (Candra Widyanto, 2014):
a. Pemberi Asuhan Keperawatan (Care provider)
15

Peran perawat sebagai care provider ditujukan kepada individu,


keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan
masyarakat yang utuh (holistic) serta berkesinambungan
(komprehensif). Asuhan keperawatan dapat diberikan secara
langsung maupun secara tidak langsung pada berbagai tatanan
kesehatan meliputi puskesmas, ruang rawat inap puskesmas,
puskesmas pembantu, puskesmas keliling sekolah, panti, posyandu,
dan keluarga.
b. Peran Sebagai Pendidik (Educator)
Peran sebagi pendidik (educator) menuntut perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
optimal.Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu
mengkaji kebutuhan klien yaitu kepada individu, keluarga,
kelompok masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit,
menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik sehat
maupun sakit. Misalnya penyuluhan tentang nutrisi, senam lansia,
manajemen stress, terapi relaksasi, gaya hidup bahkan penyuluhan
mengenai proses terjadinya suatu penyakit.

c. Peran sebagai konselor (Counselor)


Peran sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai
usaha memecahkan masalah secara efektif.Pemberian konseling
dapat dilakukan dengan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
d. Peran sebagai panutan (Role Mode)
Peran kesehatan masyarakat harus dapat member contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
16

masyarakat tentang bagaimana tatacara hidup sehat yang dapat ditiru


dan dicontoh oleh masyarakat.
e. Peran sebagai pembela (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas.Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan social yang ada pada
masyarakat.Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien.
f. Peran sebagai manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
g. Peran sebagai kolaborator
Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja
sama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat
proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada
tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting
untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan.
h. Peran sebagai penemu kasus (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
timbul serta berdampak terhadapat status kesehatan melalui
kunjugan rumah, pertemuan-pertemuan observasi dan pengumpulan
data.(Candra Widyanto, 2014)
1. Peran Pada Invidu Atau Keluarga
2. Sebagai pelaksana kesehatan
17

3. Sebagai pendidik
4. Sebagai konselor
5. Sebagai peneliti
i. Perawat kesehatan masyarakat sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada
anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam
perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986).Fokus utama perawat
kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran
penunjang adalah guru dan kader.
j. Peran dalam bidang kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip
keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja
dalam segala bidang pekerjaan.Perawat kesehatan kerja
mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan
industry, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas dan
lain-lain.
k. Perawatan kesehatan di rumah
Perawatan kesehatan dirumah adalah bagian dari rangkaian
perawatan kesehatan umum yang disediakan pada individu dan
keluarga untuk meningkatkan, memelihara dan memulihkan
kesehatan guna memaksimalkan kesehatan dan meminimalkan
penyakit. (Ilmi, 2011).
1.2 KONSEP PENYAKIT
1.2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik

sepenuhnya atau sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim

yang menyebabkan pendarahan saat serviks berdilatasi (Hull et al., 2014)

Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahim (SBR) ke arah

proksimalme mungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah


18

rahim (SBR) ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim (SBR)

seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium Uteri yang secara dinamik

mendatar dan meluas dalam persalinan kala Ibisa mengubah luas permukaan

serviks yang tertutup oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2009)

1.2.2 Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi
plasenta previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas
secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab
secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa ahli
penyebab plasenta previa yaitu :
a.         Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim
dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap
menerima implanmtasi, endometrium yang tipis sehingga
diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi
pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
b.         Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada
grande multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas
operasi dan leiomioma uteri. (norma, dkk. 2013)
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :
a.         Endometrium yang inferior
b.         Chorion leave yang persesiten
c.         Korpus luteum yang bereaksi lambat          
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah
vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan
peradangan, sedangkan Brown menekankan bahwa faktor terpenting ialah
vili korealis persisten pada desidua kapsularis.

1.2.3 Tanda Gejala

a.    Perdarahan tanpa nyeri.


b.    Perdarahan berulang.
c.    Warna perdarahan merah segar.
d.   Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
e.    Timbulnya perlahan-lahan.
19

f.     Waktu terjadinya saat hamil.


g.    His biasanya tidak ada.
h.    Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
i.      Denyut jantung janin ada.
j.      Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
k.    Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
l.      Presentasi mungkin abnormal.
Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan
tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.
Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi
abnormal plasenta yang sedngan tumbuh. Penyebab pendarahan perlu
ditegaskan kembali.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta,
atau akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan
plasenta kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang
banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta
dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan,
mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan
kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya,
pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang mendapat kompresi.
Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian bahwa uterus dan
serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta
yang melekat itu secara manual.
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya
adalah :
a.    Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
b.    Darah biasanya berwarna merah segar.
c.    Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
d.   Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak
janin.
20

e.    Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak


fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
Gejala Utama :
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna
merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
Gejala Klinik :
a.    Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan
pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
b.    Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak
mengeluh adanya rasa sakit.
c.    Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
d.   Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan
tidak jarang terjadi letak janin lintang atau letak sungsang.
e.    Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya
perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan
pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada
umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa
pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi
perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu
banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama
terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan
seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena
pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari
plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta
previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu
hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina)
21

oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat


risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.

1.2.4 Patofisiologi
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terdai pada

kehamilan diatas 28 minggu (Manuaba, 2014). Perdarahan antepartum

merupakan salah satu dari kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3-

5% dari seluruh persalinan. Penyebab perdarahan antepartum yang paling

umum adalah plasenta previa (31%), solusio plasenta (22%), dan penyebab

lainnya (perdarahan sinus marginal, vasa previa, servisitis, trauma genital dan

infeksi)(Trianingsih et al., 2015)

Komplikasi yang diakibatkan oleh perdarahan antepartum adalah maternal

shock, fetal hypoxia, peningkatan risiko kelahiran prematur, dan kematian

janin mendadak. Hal ini menyebabkan perdarahan antepartum memiliki risiko

yang tinggi, bahkan juga untuk janin (Calleja et al, 2006). Selain itu, plasenta

previa juga berhubungan dengan kematian neonatal yang meningkat tiga kali

lipat akibat prematuritas (Sekiguchi et al., 2013)

Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta disegmen bawah rahim


disebabkan:
a.    Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
b.    Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi ke janin.
c.    Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester
tiga yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa
rasa sakit. perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan
perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi
22

dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
rahim (SBR), pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah
terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah
yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman.
Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan itu, sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan
pada kala tiga dengan plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak
plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
                                               
1.2.5 Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di

rumah pasien, dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit

dan tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan

perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai

jumlah darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah

yang banyak memerlukan transfusi. Dilakukan palpasi abdomen untuk

menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.

Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk

mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada

perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat,

diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa

memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat,

perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari

36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat

di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin


23

darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga

36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah derajat

plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta

previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau

denganinduksi persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat

mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh

pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang

disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat

1.2.6 Penatalaksanaan Keperawatan


Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring

total  dengan     menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghidari

peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang

air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal

peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15

manit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat

perdarahan. Pantau pula BJJ dan  pergerakan janin.Bila terjadi renjatan,

segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya

penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan

di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjatan,

usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g,

maka :

-          Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan  3 7

m i n g g u , lalulakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari

selama 3hari.
24

-          Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi

(PemeriksaanDalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani

seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji 37 minggu

atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata

plasenta  previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus

pervaginam.

1.3 ANALISIS JURNAL


Pencarian literatur menggunakan database Scien Direct, kata kunci yang
yang digunakan “Plasenta Previa ”. Pencarian literatur didapatkan jurnal sebagai
berikut. Lihat tabel 1.1
Tabel 1.1 Analilis Jurnal
Sampel
Desai
dan
n Instr Analisa
No. Judul Teknik Variabel Hasil
Peneli umen Data
Samplin
tian
g
1. Bakri penel balon Usia ibu peneli Tingkat Penelitian ini
rata-
balon itian Bakri i hemogl didapatkan hasil:
rata
untuk retros berhasil adalah obin Bakri balon
28,9 T dimasukkan
pengel pektif dimasu median
4.4 abdomen
olaan kkan. tahun. pra
selama
media
perdara Hal itu operasi operasi
n
han dimasu jumlah dan caesar di 24
gravidit dari 25
postpar kkan pasca
as dan kasus.
tum abdome paritas 3 operasi Dalam
(kisaran
dalam n adalah hanya satu
1-9) dan
kasus- selama 1,3 11 mg / kasus yang
(kisaran itu
kasus CS di dl
0- 6), dimasukkan
dengan 24 dari masing- (rentan melalui
masing.
plasent 25 g 8,6- vagina. The
25

Sampel
Desai
dan
n Instr Analisa
No. Judul Teknik Variabel Hasil
Peneli umen Data
Samplin
tian
g
a kasus, Usia 13,9) Bakri
kehamil tamponade
previa dan dan 7,8
an rata- efektif
dalam rata mg / dl
dalam 22
adalah
satu (rentan kasus
37,3 T
kasus 1,7 g 5,3- (88%). Ada
minggu tiga kasus
itu 11,8)
(kisaran dengan
dimasu 33-40). gagal: dua
Enam
kkan pasien
(24%)
melalui pasien diperlukan
memilik suatu
vagina,
i CS di prosedur
3 jam kehamil tambahan
an
setelah (ligasi arteri
indeks
CS. dan 19 hipogastrik
(76%) dan B-
pasien Lynch
memilik jahitan) dan
i satu satu pasien
atau CS
diperlukan
lebih
sebelum histerektomi
nya. .
Para kesimpulan:
pasien
The Bakri balon
meneri
ma rata- adalah invasif,
rata 2,2
metode paling
unit
eritrosit cepat dalam
suspensi
pengelolaan
(kisaran
0-6) dan perdarahan
median
akibat plasenta
dari 1,1
previa dengan
unit
26

Sampel
Desai
dan
n Instr Analisa
No. Judul Teknik Variabel Hasil
Peneli umen Data
Samplin
tian
g
plasma komplikasi
beku yang minimal
segar
(kisaran
0-4).
Tingkat
hemoglob
in median
pra
operasi
dan pasca
operasi
adalah 11
mg / dl
(rentang
8,6-13,9)
dan 7,8
mg / dl
(rentang
5,3-11,8)

(Rigkasan isi jurnal terkait ke efektifan intervensi)


BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
IBU HAMIL DENGAN PLASENTA PREVIA

2.1. KASUS
Disebuah desa di kecamatan trucuk terdapat ibu hamil yang mengalmai
plasenta previa, mayoritas penduduk disana bekerja sebagai pegawai yang
beban kerjanya sangat berat, yang kemungkinan menyebabkan plasenta
previa. Desa dikecamatan trucuk sendiri dihuni sekitar 50 kk dan 200
penduduk, rata-rata ibu hamil disana berumur 35-40 tahun. Dikecamatan
tersebut terdapat satu puskesmas, puskesmas yang ada hanya ada 2 orang
dokter, dokter gigi dan dokter umum, perawat kesehatan masyarakat hanya 1
orang, 1 orang bidan dan 1 orang perawat lainnya. Ibu hamil disana yang
mayoritas sebagai pegawai yang beban kerjanya yang berat dengan umur
mereka yang berisiko.
2.2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Data inti
Desa dikecamatan trucuk merupakan daerah yang sangat stategis.desa di
kecamatan trucuk ini memiliki 50 kk dan dan 200 penduduk.
2. Data sub system
1. Lingkungan fisik.
Rumah-rumah didesa d kecamatan trucuk terbuat dari beton dan
beralaskan lantai dan fentilasi disetiap kamarnyab terang.
Listrik didesa dikecamatan trucuk sudah terpenuhi dan setiap
rumah mempunyai halaman yng biasanya digunakan untuk
menjemur dan bertanam.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
Didesa dikecamatan trucuk sarana pelayanan kesehatan untuk ibu
hamil adalah sebuah puskesmas dengan jumlah dokter 2 orang. 1
orang Dokter umum dan 1 orang dokter gigi, perawat kesehatan
masyarakat hanya 1 orang, 1 orang bidan dan 1 orang perawat
lainnya.

27
28

3. Ekonomi
Mayarakat di desa dikecamatan trucuk merupakan warga se!ahtera
dengan mata pencaharian utama adalah karyawan. ibu hamil disana
bekerja membantu suami sebagai karyawati. Dimana penghasilan
mereka dalam sebulan kurang lebih Rp 1.800.000,00 ' Rp
2.000.000,00.
4. Keamanan dan transportasi
Ibu hamil disana tidak ada yang mempunyai perilaku yang
membahayakan, seperti merokok, minum, dll. $lat transportasi
untuk berpergian adalah sepeda, sepeda motor, ketua desa disana
memiliki mobil yang dapat digunakan untuk pergi ke fasilitas
kesehatan terdekat.
5. pemerintahan dan politik 
Kebijakan pemerintah di Desa dikecamatan trucuk belum
mendukung pelayanan kesehatan yang ada. terbukti dengan belum
adanya sosialisasi maupun penyuluhan yang dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil tentang pentingnya
kesehatan.
6. Komunikasi
Didesa dikecamatan trucuk masih menggunakan sarana
komunikasi dua arah atau komunikasi secara langsung. tetapi juga
sudah ada yang menggunakan alat komunikasi yang lebih canggih
yaitu hp.
7. Pendidikan
Didesa diekecamatan trucuk terdapat 1 sekolah Dasar dan 1
sekolah menengah pertama (smp), dan 1 sekolah menengah atas
(sma).tetapi kebanyakan ibu hamil di Desa di kecamatan trucuk
hanya lulusan (sma).
29

2.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2. Gangguan rasa nyaman gangguan adaptasi kehamilan
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
2.4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. SDKI SLKI SIKI
1. Intoleransi Setelah dilakukan Kode : I.051778
aktifitas b.d tindakan keperawatan Observasi :
kelemahan 2x24 jam diharapkan 1. Identifikais gangguan
toleransi aktifitas fungsi tubuh yang
meningkat dengan mengakibatkan
kriteria hasil kelelahan
(L.050447) 2. Monitor kelemhan fifik
1. Frekuensi nadi dan emosional
meningkat (5) 3. Monitor pola dan jam
2. Saturasi tidur
oksigen Terapeutik :
meningkat (5) 1. Sediakan lingkungan
3. Kemudahan nyaman dan rendah
dalam stimulus (cahaya, suara,
melakukan kunjungan)
aktivitas 2. Lakukan latihan rentan
sehari-hari gerak pasif/aktif
meningkat (5) 3. Berikan aktivitas
4. Kecepatan distraksi yang
berjalan menenangkan
meningkat (5) 4. Fasilitasi duduk
5. Jarak berjalan disebelah tempat tidur,
meningkat (5) jika tidak dapat
berpindah / berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
30

2. Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
3. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelahan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
2. gangguan Sesetelah dilakukan Kode (I.08238)
rasa nyaman tindakan keperawatan Observasi
b.d gangguan selama 2 x 24 jam 1. Identifikasi skala nyeri
adaptasi Diharapkan nyeri 2. Identifikasi lokasi,
kehamilan dapat berkurang karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
(L.08064) intensitasnyeri.
1. Kesejah 3. Identifikasi
teraan fisik pengetahuan dan
meningkat (5) keyakinan tentang
2. Kesejah nyeri.
teraan
Terapeutik
fisiologis
meningkat (5) 1. Berikan teknik non

3. Dukung farmakologis untuk

an sosial dan mengurangi rasa nyeri

keluarga (hypnosis, terapi

meningkat (5) hypnosis, aroma terapi,


tekhnik imajinasi
terbimbing)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
1. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan,
31

pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri.

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesic jika perlu
3. ansietas Setelah dilakukan (I.09314)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan 2x24 jam diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat
kekhawatiran tingkat ansietas ansietas berubah
mengalami menurun dengan (kondidi, waktu,
kegagalan kriteria hasil: verbal)
(L.09093) 2. Identifikasi
1. Validasi kemampuan
kebingungan mengambil keputusan
menurun (5) Terapeutik :
2. Validasi khawatir 1. Ciptzkzn suasana
akibat kondisi terapeutik untuk
yang dihadapin menumbuhkan
menurun (5) kepercayaan
3. Perilaku gelisah 2. Pahami situasi yang
menurun (5) membuat ansietas
4. Perilaku tegang 3. Dengarkan dengan penuh
menurun (5) perhatian
4. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
5. Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
32

Kenyamanan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
dialami
2. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
3. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
4. Latih kegiatan
penggalian untuk
menggurangi
ketengangan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
ansietas, jika perlu

2.5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


No. Analisa data Masalah kesehatan Diagnosa
keperawatan
Ibu-ibu hamil disana Kelelahan dalam Intoleransi
mengatakan bahwa melakukan aktifitas aktifitas
mereka masih bekrja berhubungan
selama hamil dengan
kelemahan dalam
melakukan
aktifitas

2.6. EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi Struktur :
1. Rencana Penyuluhan
33

2. Informasi Penyuluhan
Evaluasi Proses :
1. Peserta yang hadir
Evaluasi Hasil :
1. Warga ibu hamil di desa kecamatan trucuk mengetahui bahaya dan cara
menangani plasenta previa.

BAB 3
PENUTUP
34

3.1 KESIMPULAN
Pada masa kehamilan , hampir seluruh tubuh wanita hamil mengalami
perubahan. Untuk itu, perwatan prenatal yang baik sangat penting untuk
mencegah timbulnya komplikasi yang menyertai kehamilan. Status
kesehatan ibu hamil merupakan modal dasar kesehatan dan pertumbuhan
generasi penerus, sehingga perlu perhatian serius untuk menurunkan
tingkat kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu (AKI) merupakan
indikator pelayanan kesehatan di suatu daerah.
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internum).
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada
beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa,
misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering
mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah
plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Gejala yang paling sering
terjadi pada plasenta previa berupa pendarahan jadi kejadian yang paling
khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru
terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.
3.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pengetahuan tentang masalah
keperawatan di bidang Plasenta Previa dapat diatasi dan semakin
menunjukkan peningkatan manajemen keperawatan. Selain itu Plasenta
Previa merupakan sebuah keadaan abnormal dimana penyebabnya masih
belum diketahui secara pasti, namun masih banyak keadaan pada Plasenta
Previa yang masih belum mendapatkan pelayanan kesehatan secara
maksimal. Hal inilah yang diharapkan dapat berubah ke arah kemajuan
dan dapat mengurangi terjadinya keadaan abnormal pada massa kelahiran
dengan diadakannya penyuluhan kesehatan di bidang plasenta previa.
35

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E. T. and McFarlane, J. (2011) Community as Partner: Theory and
Practice in Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Anderson, E. T. and McFarlane, J. (2014) Community as partner: Theory and
practice in nursing, Community as Partner: Theory and Practice in Nursing.
doi: 10.1097/00000446-199610000-00015.
Candra Widyanto, F. (2014) Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan
Praktis, Nuha Medika. doi: 10.1080/10837450902911929.
Kumru, P. et al. (2013) ‘European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology The Bakri balloon for the management of postpartum
hemorrhage in cases with placenta previa’, European Journal of Obstetrics
and Gynecology. Elsevier Ireland Ltd, 167(2), pp. 167–170. doi:
10.1016/j.ejogrb.2012.11.025.
Trianingsih, I. et al. (2015) ‘Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Timbulnya
Kejadian Placenta Previa Factors Influencing the Occurrence of Placenta
Previa’, 23(2), pp. 103–113.
Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran, S. L. R. (2013) Buku Ajar Patologi Robbins,
Patologi.
36
37

LAMPIRAN

(JURNAL)

Anda mungkin juga menyukai