SKRIPSI
The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may
hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to
d elete the image and then insert it again.
Oleh:
Melisa Darmawan
NIM : 088114162
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi
yang berjudul “Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Ekstrak Serbuk
Cokelat Merk “X” Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase
Terbalik” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi,
penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
2. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. S., Apt. selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar memberikan pengarahan, masukan, kritik dan saran baik selama
3. Jeffry Julianus, M. Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
4. Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mas Bimo, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Otok, dan Pak Ketul yang telah
10. Eka Riusinta Wati dan Monica Satya R. Y, teman seperjuangan, tempat
skripsi.
Ade Mauryn, Devi Sinaga, Mariana, Octo Rahadian Pius, Ana Sofiana, Agnes
Fajarwati, Cornelius Brian, Sisca Devi, dan Gary. Terima kasih untuk
semangat, kebersamaan, canda, tawa, suka, duka yang telah kita lalui bersama.
12. Grup “antistress” Yuni Rogan, Elisa Aster, Dhimas Bayu Kinasih, Rosita
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Kelompok praktikum C2, Dian, Yuni, Elisa, Seco, Uchan, Satya, Vica, Asti,
14. Sari Tambunan, Elya, Rika, Dina, Amel, Wiwik, There, Citra, Nona yang
15. Teman-teman FST A dan B atas kebersamaan, tawa, canda, cerita dan
16. Keluarga besar kost “Sari Ayu I”, Ibu Anti, Opung Devi, Morin, Novie,
Marjan, Inang, Monik, Kak Yanti, Nina, Rotua, Yoestenia, Iness, Kak Ade,
Vina, Ika Lestari, dan Jolina atas semangat yang diberikan kepada penulis
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
skripsi ini, sehingga segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini membantu dan bermanfaat bagi pembaca pada
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
1. Permasalahan ………………………………………………..…….. 5
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Penyarian ……………………………………………………………… 9
1. Ekstrak …………………………………………………………….. 10
C. Teobromin …………………………………………………………….. 13
D. Kafein ……………………………………………………………...….. 14
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kafein …………………………………………………………………. 57
Cokelat ………………………………………………………………… 62
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 64
B. Saran …………………………………………………………………... 64
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 70
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
cokelat …………………………………………………………... 63
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
AUC ………………………………………………………… 48
Gambar 15 Kurva hubungan antara jumlah kafein dengan respon AUC ... 48
0,1 M ………………………………....................................... 51
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 24 Interaksi kafein dengan fase diam C18 melalui interaksi van
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
teobromin …………………………………………………... 94
Lampiran 11 Data kadar kafein dan contoh perhitungan kadar kafein …... 96
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
sekarang ini, bahkan cokelat merupakan makanan yang digemari segala usia
cokelat tidak hanya dinikmati dalam bentuk buah cokelat saja, namun sekarang ini
batangan, permen cokelat, biskuit cokelat, ice cream, minuman, dan serbuk
cokelat (Mutiara, 2011). Serbuk cokelat merupakan salah satu bentuk cokelat
makanan, antara lain roti cokelat, pudding cokelat, dan susu cokelat.
cokelat, namun hanya sedikit orang yang mengetahui kandungan dalam cokelat
yang sering mereka konsumsi. Cokelat merupakan makanan yang terbuat dari biji
buah kakao (cacao) yang dijemur atau dikeringkan selanjutnya digiling dan
Efek farmakologis teobromin serupa dengan kafein, tetapi dalam jumlah yang
sama efek teobromin lebih kecil dibanding kafein. Cokelat lebih banyak
1
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan kafein dalam cokelat adalah dua kali lebih besar dibanding kafein (Weinberg
el al., 2010).
Kafein yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas menimbulkan efek
daya kerja positif sebagai stimulan sistem syaraf pusat, stimulan otot jantung,
meningkatkan aliran darah melalui arteri koroner, relaksasi otot polos bronki, dan
aktif sebagai diuretika dengan tingkatan yang berbeda. Daya kerja sebagai
digunakan sebagai stimulan sentral (Qiqi, 2001). Efek rangsangan yang dihasilkan
oleh cokelat berasal dari efek kombinasi teobromin dan kafein (Utami, 2011).
akan menimbulkan dampak positif atau negatif, tergantung dari kadar yang ada
dalam serbuk cokelat. Kandungan teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat
yang belum diketahui oleh masyarakat inilah yang seharusnya diketahui kadarnya
secara pasti supaya masyarakat lebih bijak dalam mengkonsumsi serbuk cokelat.
cokelat akan menjadi makanan yang memberikan dampak positif bagi tubuh bila
Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah benar dalam serbuk cokelat
yang dianalisis mengandung teobromin dan kafein sebagai unsur utama, sehingga
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat harus melalui
didapatkan kandungan teobromin dan kafein yang terpisah dari komponen lain
yang tidak dikehendaki. Sistem ekstraksi yang dipilih adalah metode soxhletasi
karena lebih praktis, hanya kemungkinan kecil zat yang diekstraksi hilang selama
proses ekstraksi (Khopkar, 1990), cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit
daripada metode ekstraksi lainnya sehingga diperoleh hasil ekstrak yang lebih
pekat (Mitra, 2003), dan senyawa teobromin dan kafein merupakan senyawa yang
tahan terhadap panas (Anonim, 1986). Proses soxhletasi serbuk cokelat akan
parameter konstan yang dapat diamati, dengan menggunakan kondisi yang sama
(suhu, jenis dan jumlah pelarut) pada masing-masing proses ekstraksi. Hal ini
dilakukan supaya senyawa teobromin dan kafein dalam sampel serbuk cokelat
Tinggi (KCKT) fase terbalik karena teobromin dan kafein memiliki kepolaran
teobromin dan kafein dengan fase diam yang bersifat non polar dan fase gerak
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang bersifat polar. Selain itu, KCKT juga memiliki kelebihan yaitu cepat, sensitif
dan memiliki daya pisah yang baik (Jhonson and Stevenson, 1978). Metode
kebenarannya.
oleh Wati (2012) tentang optimasi komposisi dan flow rate fase gerak pada
optimasi yang didapat pada sistem KCKT yang optimum menggunakan fase gerak
x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm dengan kecepatan alir 0,8 mL/menit. Selain itu,
penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Yunita
(2012) tentang validasi metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik
pada penetapan kadar teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat merk “X” yang
akurasi, dan presisi. Hal tersebut yang mendasari penelitian Penetapan Kadar
Teobromin dan Kafein dalam Ekstrak Serbuk Cokelat Merk “X” Menggunakan
1. Permasalahan
berikut:
kafein maksimum?
2. Berapakah kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat merk
2. Keaslian Penelitian
fase diam Phenomenex Kinetex 2.6 um XB C-18, kecepatan alir 1,0 mL/menit,
µm (30 cm x 4,0 mm), kecepatan alir 1,0 mL/min oleh Ramli et al. (2001).
3. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
KCKT fase terbalik dalam penetapan kadar teobromin dan kafein dalam
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini
2. Menetapkan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat merk
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses dari biji kakao. Biji kakao
ini berasal dari tanaman kakao, Theobroma cacao, yang tumbuh hanya di daerah
tropis. Istilah cokelat itu sendiri berasal dari xocolatl (bahasa suku Aztec) yang
Secara garis besar, cokelat mengandung lemak 31%, karbohidrat 14%, dan
protein 9%. Protein cokelat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan
tirosin. Meski cokelat mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik
sayuran, kalium, magnesium, kalsium, natrium, zat besi, krom, berbagai macam
vitamin (A, B1 tiamin, B2 riboflavin, D dan E), kafein dan feniletilamin (Mutiara,
2011).
8
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Penyarian
terlarut supaya terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Pada
proses penyarian terjadi perpindahan masa zat aktif yang semula berada di dalam
sel akan ditarik oleh cairan penyari. Proses penyarian dapat dibagi pada tahapan
pembuatan serbuk, penyarian, dan pemekatan. Hasil penyarian akan semakin baik
bersentuhan dengan penyari akan semakin luas. Akan tetapi pertimbangan ini
tidak selalu dapat dilaksanakan karena dengan semakin halus serbuk simplisia
juga akan mengganggu proses penyarian. Hal ini dikarenakan serbuk yang terlalu
halus tersebut dapat membentuk suspensi sehingga sulit dipisahkan dari hasil
Ekstraksi dilakukan untuk menyari zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat
aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim, 1986).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Ekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir pelarut diuapkan menjadi ekstrak kental
2. Cairan Penyari
pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif,
dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari
diperoleh jika cairan pelarut yang digunakan dapat melarutkan hampir semua
c. bereaksi netral
(Anonim, 1986).
Alat Soxhlet adalah suatu alat terbuat dari gelas yang bekerja secara
kontinyu dalam menyari. Pada proses ini sampel yang disari dimasukkan pada
alat Soxhlet, lalu dielusi dengan pelarut yang cocok sedemikian rupa sehingga
akan terjadi dua kali sirkulasi dalam waktu 30 menit (Harbone, 1987).
uap naik ke atas melalui pipa samping dan diembunkan kembali oleh
yang dibungkus kertas saring. Cairan penyari yang menetes akan melarutkan
zat aktif dan bila volumenya telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan
akan turun kembali lagi ke labu penampung dan diuapkan kembali. Proses
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sempurna ditandai bila cairan sifon tidak berwarna atau sirkulasi ekstraksi
dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas
yang berisi sampel diletakkan diantara labu penampung dan suatu pendingin
aliran balik. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang mudah menguap
dalamnya, menetes ke atas bahan yang akan diekstraksi dan membawa keluar
bahan yang diekstraksi. Larutan yang terkumpul di dalam wadah gelas dan
bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini cairan pengekstrak terus
diperbaharui, artinya bahan pelarut bebas bahan aktif akan menyari pada
Cara soxhletasi lebih praktis dan hanya kemungkinan kecil zat yang
a. Uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping.
c. Serbuk simplisia disari dengan cairan penyari yang murni sehingga dapat
yang tidak tahan pemanasan. Hal ini dapat diperbaiki dengan menambah
C. Teobromin
termasuk dalam golongan alkaloid, terdapat dalam biji Theobroma cacao. Berupa
serbuk kristal putih dengan rumus molekul C7H8N4O2 dan bobot molekul 180,2
g/mol yang memiliki titik lebur 290°C; bersifat basa dengan pKa 10,0 (25oC)
(Clarke, 1986). Teobromin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
air panas, 1 dalam 2500 etanol, dan 1 dalam 6000 kloroform. Teobromin tidak
larut dalam pelarut eter. Teobromin dalam larutan dengan pH 9,4; serapan
%
maksimumnya 273 mµ ( = 550).
O CH 3
H N
N
N
O N
CH 3
D. Kafein
C8H10N4O2 dan bobot molekul 194,2 g/mol (Clarke, 1986); bersifat basa dengan
pKa 10,4 (Nadendla, 2005). Rumus bangun kafein dapat dilihat pada gambar 4.
O CH 3
H3C N
N
N
O N
CH3
Kafein berbentuk anhidrat atau hidrat yang mengandung satu molekul air.
Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C8H10N4O2,
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian berupa sebuk putih atau berbentuk jarum
mengkilat putih; biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit (Anonim, 1995).
Serbuk cokelat kakao mengandung kafein sebanyak 9,9 g/kg (Alexander et al.,
2008).
Sebanyak 1 gram kafein larut dalam: 46 mL air; 5,5 mL air (80oC); 1,5 mL
Kafein bebas dalam bentuk basa tidak dapat larut dalam air, tetapi kafein dalam
bentuk garam yang dihasilkan dari reaksi dengan asam dapat larut dalam air.
Kafein bebas dalam bentuk basa larut dalam eter, kloroform atau pelarut organik
lain, tetapi garam kafein tidak larut (Robbers, 1996). Menurut Polp (1990), kafein
Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola,
dan beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan
dan beberapa aktivitas biologis lainnya (Winarno, 1997). Derivat ksantin terdiri
dari kafein, teofilin, dan teobromin adalah alkaloid yang terdapat dalam
tumbuhan. Cocoa yang didapat dari biji Theobroma cacao mengandung kafein
kecepatan reaksi, dan memperbaiki suasana jiwa (Tjay dan Raharja, 2002). Kafein
lainnya. Dosis letal kafein pada orang dewasa antara 5-10 g, namun reaksi yang
Pada orang yang lelah, kafein dapat menghilangkan gejala kelelahan dan
Kafein memiliki titik lebur yang tinggi antara 235-237°C dan titik
%
pada panjang gelombang 272 nm dengan = 470 (Clarke, 1986).
tidak saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang
berupa zat cair atau zat gas, dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat
memisahkan komponen dari matriks sampel dan tetap dibiarkan dalam fase
kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan secara tepat dengan bantuan
tekanan dan hasil yang diperoleh dideteksi dengan instrumen (Williard et al.,
sistem pompa tekanan tinggi dan detektor yang sensitif telah menyebabkan
Pada kromatografi partisi, fase diam bersifat polar atau non polar.
Bila fase diam bersifat polar dan fase gerak non polar disebut kromatografi
partisi fase normal, sedangkan bila fase diam bersifat non polar dan fase
b. Kromatografi adsorpsi
Kromatografi ini menggunakan fase diam padat dan fase gerak cair
atau gas. Solut diadsorpsi pada permukaan partikel padat (Harris, 1999).
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Anion atau kation diikatkan secara kovalen pada fase diam padat,
d. Kromatografi eksklusi
Pada kromatografi ini tidak ada interaksi tarik menarik antara fase
diam dan solut. Fase gerak cair atau gas melalui gel berpori. Ukuran pori
cukup kecil untuk mengeluarkan molekul solut yang besar. Molekul solut
yang kecil akan masuk ke dalam pori gel, sedangkan molekul yang besar
e. Kromatografi afinitas
dan sebuah molekul lain yang secara kovalen terikat pada fase diam.
3. Kromatografi Partisi
distribusinya (K) yang tergantung pada afinitas analit pada fase gerak. Di
dalam fase diam (Cs) dan konsentrasi analit dalam fase gerak (Cm) (Rohman
Cs
K=
Cm
a. Kolom
1995).
polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan
(ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan
adalah kolom dengan kemasan fase terikat yang memiliki sifat stabil
karena fase diamnya terikat secara kimia pada penyangga, sehingga tidak
mudah terbawa oleh fase gerak. Penyangga pada kemasan fase terikat
1998).
organik yang terikat secara kimia dengan gugus silanol pada silika. Bagian
b. Fase gerak
Fase gerak KCKT juga harus bebas dari gas terlarut karena dapat
akan mempengaruhi kolom (Gritter dkk., 1985), maka fase gerak perlu
Pelarut yang dapat campur dengan air seperti metanol, etanol, asetonitril,
sedangkan P'a dan P'b adalah angka P' pelarut murni (Gritter et al., 1985).
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indeks polaritas (P') beberapa pelarut yang sering digunakan dalam KCKT
c. Detektor
bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias
pelebaran pita
dan kondisi kerja yang tepat. Ukuran kinerja kolom dapat dilihat dari
Resolusi (R) adalah ukuran pemisahan dua puncak berdekatan yang dapat
Δ
R= ( )
=( )
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nilai tR1 dan tR2 merupakan waktu retensi senyawa yang diukur pada titik
dua puncak dengan ukuran yang sama. Dalam prakteknya, pemisahan dengan
nilai R = 1,0 (kedua puncak berhimpit lebih kurang 2%) dianggap memadai
(Pescok et al., 1976). Untuk pemisahan yang baik R harus ≥ 1,5 karena
Waktu retensi (tR) atau waktu tambat (retention time) adalah selang waktu
yang diperlukan oleh analit mulai saat injeksi sampai keluar dari kolom dan
sinyalnya ditangkap detektor. Selain waktu tambat analit, dikenal pula waktu
(perbandingan distribusi) kecil maka analit akan lebih banyak di dalam fase
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gerak atau (Cm > Cs) yang berarti analit akan lebih lama tinggal di dalam fase
gerak dan memiliki waktu retensi lebih cepat (Mulja dan Suharman, 1995).
1994).
selang waktu yang diperlukan oleh senyawa mulai pada saat injeksi sampai
keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor (Gritter et al., 1985).
tertentu seperti kolom, suhu, dan laju sehingga dapat digunakan sebagai salah
puncak tidak dipengaruhi oleh pelebaran puncak. Oleh karena itu, cara ini
F. Keterangan Empiris
teobromin dan kafein. Efek farmakologis teobromin serupa dengan kafein, tetapi
dalam jumlah yang sama efek teobromin lebih kecil dibanding kafein. Cokelat
karbohidrat, protein, alkaloid (teobromin dan kafein), gula, dan polifenol. Pada
produk makanan, produsen tidak mencantumkan pada label kemasan berapa kadar
maksimum supaya teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat dapat terambil
semaksimal mungkin.
perbedaan interaksi terhadap fase diam dan fase gerak yang digunakan sehingga
secara kuantitatif yaitu metode KCKT fase terbalik menggunakan detektor UV.
Kelebihan metode ini yaitu memiliki sensitivitas dan selektivitas yang tinggi
sama.
metode KCKT fase terbalik karena fase diam yang digunakan bersifat non polar
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan fase gerak yang bersifat polar. Perbedaan interaksi antara teobromin dan
kafein dengan fase diam dan fase gerak pada sistem KCKT menyebabkan
teobromin dan kafein akan terpisah dan dapat dihitung kadarnya dengan metode
dan kafein maksimum, serta untuk mengetahui besarnya kadar teobromin dan
BAB III
METODE PENELITIAN
karena pada penelitian ini ada perbedaan perlakuan terhadap subyek uji dalam hal
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sediaan dan ekstrak serbuk cokelat
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar teobromin dan kafein
28
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Definisi Operasional
1. Serbuk cokelat merk “X” merupakan sedian cokelat dalam bentuk serbuk yang
kandungan teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat merk “X” sudah
terektraksi seluruhnya.
4. Kadar campuran teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat merk “X”
D. Bahan Penelitian
(Whatman) ukuran pori 0,45 µm; diameter 47 mm, petroleum eter (titik didih 40-
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60oC) (p.a., E. Merck), kloroform teknis, Natrium hidroksida, dan serbuk cokelat
merk “X”.
E. Alat Penelitian
dimensi 250 mm x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm, seperangkat computer (merk
printer HP Deskjet D2566 HP-024-000 625 730), satu set alat Soxhlet, batu didih,
penangas air, hot-plate, dan alat-alat gelas yang umum digunakan laboratorium
analisis (Pyrex).
1. Pemilihan Sampel
Sampel yang dipilih adalah sediaan serbuk cokelat merk “X”. Sampel
sama, tiap kemasan berisi 45 gram bahan. Sampel diperoleh dengan membeli
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas campuran
untuk akuabides TEA 3% dengan bantuan pompa vakum. Fase gerak tersebut
a. Larutan stok teobromin 1000 ppm. Lebih kurang 25,0 mg baku teobromin
b. Larutan stok kafein 1000 ppm. Lebih kurang 25,0 mg baku kafein
b. Larutan Intermediet kafein 500 ppm. Larutan stok kafein dipipet seksama
Larutan intermediet teobromin dipipet sebanyak 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; 2,0;
intermediet kafein dipipet sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; dan 1,2 mL
masing labu takar diencerkan dengan akuabides sampai tanda batas sehingga
didapat seri konsentrasi 20; 40; 60; 80; 100; dan 120 ppm teobromin serta 10;
Spektrofotometer UV
konsentrasi 5; 10; dan 15 ppm yang telah dibuat, discan absorbansinya pada
mL/menit dan dideteksi pada λ 275 nm. Replikasi dilakukan 3 kali dan dipilih
persamaan kurva baku teobromin dan kafein yang paling baik dilihat dari nilai
besar.
dalam labu takar 1000,0 mL larutkan dan encerkan dengan akuabides hingga
tanda batas.
Sampel diambil 20 kemasan dari batch yang sama dan dicampur hingga
3% dan kecepatan alir 0,8 mL/menit, dideteksi dengan UV-275 nm. Respon
Sampel diambil 20 kemasan dari batch yang sama dan dicampur hingga
alat Soxhlet menggunakan 100 mL petroleum eter (titik didih 40-60oC) untuk
penghilangan lemak yang terdapat dalam sampel serbuk cokelat selama 4 jam.
dan diencerkan dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan sampel
dilakukan 6 kali.
dispike dengan seri larutan baku campuran teobromin dan kafein pada 3 level
konsentrasi (lihat tabel II). Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-
(40 : 60, v/v) dengan kecepatan alir fase gerak 0,8 mL/menit. Nilai AUC
kafein, maka akan didapatkan kadar teobromin dan kafein dalam sampel. Data
4,6 mm, ukuran partikel 5 µm, fase gerak dengan komposisi metanol :
kurva baku teobromin dan kafein, maka akan didapatkan kadar teobromin dan
G. Analisis Hasil
senyawa sampel dengan senyawa baku. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah
penetapan kadar teobromin dan kafein berdasarkan dengan data AUC masing-
hubungan antara kadar teobromin dan kafein dengan luas area yang dihasilkan
persamaan regresi linier baku sebagai y, kemudian dihitung kadar teobromin dan
BAB IV
Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak kental serbuk cokelat
fase terbalik yang telah dioptimasi dan divalidasi (Wati dan Yunita, 2012).
Pada tahap optimasi diperoleh kondisi optimum yaitu kolom fase diam
panjang gelombang maksimum 275 nm dengan nilai resolusi 2,942; tailing factor
1,67; jumlah lempeng teoritis 690,6 (teobromin); 1752,3 (kafein); dan nilai HETP
Pada tahap validasi metode diperoleh bahwa metode KCKT fase terbalik
memenuhi parameter validasi meliputi selektivitas dengan nilai resolusi (Rs) 2,06,
linearitas dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998 untuk baku teobromin dan r
= 0,9999 untuk baku kafein. Metode KCKT fase terbalik ini memenuhi kriteria
validasi metode pada rentang konsentrasi 20-120 ppm teobromin dan 10-60 ppm
A. Pemilihan Sampel
Teobromin dan kafein merupakan kombinasi zat aktif yang terdapat dalam
sediaan serbuk cokelat. Sampel yang diperoleh terdiri dari 20 kemasan dengan
38
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nomor batch yang sama. Pengambilan sampel dari nomor batch yang sama untuk
nomor batch sama mengalami satu proses produksi yang sama. Selain itu, serbuk
cokelat yang dianalisis memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga memiliki
homogenitas yang tinggi. Kriteria lainnya yang harus dipenuhi yaitu representatif,
cokelat. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III untuk sedian obat berupa
penimbangan satu per satu terhadap bobot isi rata-rata tidak boleh lebih dari 15%
tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus. Keseragaman bobot
serbuk cokelat yang dilakukan mengacu pada FI III karena tidak ada peraturan
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keseragaman bobot yang diperoleh tidak ada satu kemasan pun yang menyimpang
Metode KCKT yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode KCKT
dengan fase terbalik, sehingga fase diam yang digunakan lebih non polar
dibandingkan dengan fase geraknya. Metode KCKT fase terbalik dipilih karena
senyawa yang dianalisis (teobromin dan kafein), memiliki bobot molekul kurang
dari 2000 g/mol yaitu bobot molekul teobromin = 180,2 g/mol dan kafein =
194,19 g/mol (Clarke, 1986). Kedua senyawa tersebut juga cenderung lebih larut
dalam pelarut organik karena sifatnya yang cenderung kurang polar dan juga
5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm yang
bersifat non polar dan fase geraknya adalah campuran metanol : akuabides/TEA
teobromin dan kafein mempunyai kelarutan yang baik dalam pelarut alkohol,
maka digunakan metanol. Selain itu, metanol merupakan pelarut organik yang
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
umum dan sering digunakan pada sistem KCKT fase terbalik karena viskositasnya
dan fase gerak dikarenakan viskositas metanol lebih kecil dibanding viskositas
etanol. Viskositas yang terlalu besar dapat meningkatkan tekanan pompa pada
KCKT dan mempengaruhi keawetan kolom yang digunakan. Selain itu, juga
sistem isokratik karena dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam proses analisis
Gelembung udaranya yang terdapat dalam fase gerak juga harus dihilangkan
tidak stabil dan dapat mengganggu proses pembacaan sinyal dalam instrumen
KCKT.
berfungsi untuk menutup residu silanol (bersifat asam) yang terdapat dalam kolom
C18. Covering menggunakan TEA ini diperlukan karena teobromin dan kafein
merupakan senyawa yang bersifat basa yang akan terikat kuat dengan residu
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
silanol pada kolom C18 sehingga kromatogram yang dihasilkan akan mengalami
tailing. TEA dipilih sebagai campuran fase gerak karena merupakan amina tersier
sehingga memiliki halangan sterik yang cukup besar untuk menghalangi senyawa
bersifat basa (Choo et al., 1996). Penambahan TEA 3% (gambar 10) pada fase
kemampuan interaksi antara residu silanol pada kolom C18 dengan senyawa analit
yang terjadi. Efisiensi dari kolom juga akan meningkat dengan semakin kecilnya
CH2CH3
H3CH2C N
CH2CH3
O H 3CH2C
Si OH N
CH2CH3
O H3CH2C
Si O(CH2)17 CH 3
Gambar 11. Interaksi Trietilamin dengan Residu Silanol dalam Kolom C18
99,58% dengan COA untuk menjamin kemurniannya. Pembuatan larutan baku ini
dengan menggunakan pelarut akuabides panas dengan suhu 80oC karena kedua
senyawa tersebut larut dalam akuabides panas. Selain itu, digunakan akuabides
sehingga senyawa teobromin dan kafein mudah terelusi dengan fase gerak.
Pemilihan pelarut sangat penting karena bertujuan untuk melarutkan analit yang
akan dianalisis, yang merupakan syarat utama dari pelarut. Selain itu, pelarut
harus murni, inert, dan dapat bercampur dengan fase gerak (Johnson and
Stevenson, 1978).
Larutan baku yang dibuat dalam penelitian ini terdiri dari dua macam,
yaitu larutan stok dan larutan intermediet. Larutan stok teobromin dan kafein
intermediet dibuat dengan konsentrasi masing-masing 500 ppm. Larutan seri baku
campuran teobromin dan kafein dibuat dalam enam konsentrasi yang berbeda,
yaitu 20; 40; 60; 80; 100; dan 120 ppm teobromin serta 10; 20; 30; 40; 50; dan 60
ppm kafein. Sebelum dianalisis, larutan baku disaring dengan millipore untuk
menjamin bahwa tidak ada serabut atau partikel pengotor yang dapat mengganggu
sinyal palsu (Gritter et al., 1985). Selain itu, gelembung gas juga dapat
dengan Spektrofotometer UV
10, dan 15 ppm. Penggunaan tiga tingkat konsentrasi ini adalah untuk meyakinkan
berasal dari panjang gelombang maksimum teobromin dan kafein. Selain itu, juga
memiliki gugus kromofor dan auksokrom. Teobromin dan kafein memiliki gugus
teobromin dan kafein. Berikut adalah gambar gugus kromofor dan auksokrom
(a) (b)
Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom pada teobromin (a) dan kafein (b)
Keterangan : = kromofor
= auksokrom
konsentrasi teobromin dan kafein dapat dilihat pada gambar spektra berikut:
Teobromin
Kafein
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Teobromin
Kafein
Teobromin
Kafein
Gambar 13. Spektra serapan teobromin dan kafein dalam pelarut akuabides panas
(suhu 80oC) dengan maks= 275 nm
Keterangan : A = Konsentrasi 5 ppm (konsentrasi rendah); B = Konsentrasi 10 ppm
(konsentrasi tengah); C = Konsentrasi 15 ppm (konsentrasi tinggi)
Berdasarkan gambar 13, dapat dilihat bahwa ketiga seri kadar teobromin
dan kafein dalam pelarut akuabides panas (80oC) memiliki serapan maksimum
pada 275 nm. Teobromin dan kafein dalam pelarut metanol memiliki serapan
kelarutan teobromin dan kafein lebih tinggi dalam akuabides panas (80oC).
senyawa analit teobromin dan kafein memiliki spektra yang hampir sama dan
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
panjang gelombang maksimumnya sama yaitu 275 nm, maka digunakan panjang
gelombang pengamatan pada 275 nm. Pada panjang gelombang pengamatan ini,
baik teobromin dan kafein memiliki serapan yang optimum pada detektor UV
yang digunakan dalam sistem KCKT. Teobromin dan kafein memiliki spektra
yang hampir mirip, karena keduanya memiliki gugus kromofor yang sama.
linear yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung kadar teobromin dan
kafein dalam sampel serbuk cokelat. Persamaan regresi linier yang diperoleh
menyatakan hubungan linier antara konsentrasi (jumlah) analit pada beberapa seri
baku dengan respon Area Under Curve (AUC). Parameter yang dilihat untuk
antara jumlah analit dengan AUC yang dihasilkan. Pemilihan kurva baku yang
nantinya akan digunakan untuk perhitungan kadar dari teobromin dan kafein
didasarkan pada nilai koefisien korelasi (r) > 0,999; terutama untuk analisis
komponen utama dalam sampel (Snyder et al., 1997), dan juga nilai slope serta
intersep.
Konsentrasi vs AUC
150
100
AUC
y = 1,0993x + 3,6825
50 r = 0,99978
0
0 50 100 150
Konsentrasi Teobromin (ppm)
Gambar 14. Kurva hubungan antara jumlah teobromin dengan respon AUC
Konsentrasi vs AUC
80
60
AUC
40 y = 1,0180x + 1,4254
20 r = 0,99989
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi Kafein (ppm)
Gambar 15. Kurva hubungan antara jumlah kafein dengan respon AUC
hubungan linear antara jumlah analit dengan respon AUC. Kurva tersebut
ini menggunakan pemanasan yang dilakukan terus menerus, teobromin dan kafein
termasuk senyawa yang tahan terhadap pemanasan, titik didih teobromin dan
kafein cukup tinggi, yakni 290°C dan 235-237°C (Clarke, 1986) sehingga metode
soxhletasi dapat digunakan untuk ekstraksi teobromin dan kafein. Alasan lain
(Anonim, 1986).
yang terbentuk akan segera mencair kembali akibat adanya pendinginan. Serbuk
cokelat yang dibungkus dengan kertas saring dimasukkan ke dalam tabung, cairan
penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa
pori-pori kertas saring lebih kecil dibandingkan serbuk cokelat yang diekstraksi
sehingga butiran serbuk cokelat tidak keluar dari kantong Soxhlet selama proses
ekstraksi. Kertas saring juga dapat menyerap pelarut dengan baik sehingga pelarut
dapat bebas keluar masuk ke dalam pembungkus dan mengekstrak butiran serbuk
cokelat yang berada di dalamnya. Bila konsentrasi di zona kertas saring tinggi
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maka pelarut akan dialirkan ke konsentrasi yang rendah di dalam tabung sifon,
setiap tetesan yang jatuh membasahi kertas saring akan beradaptasi untuk
mendapatkan konsentrasi yang sama dengan pelarut yang lebih dulu jatuh
kapiler yang berada di sebelah tabung sifon sampai ketinggian tertentu, kemudian
larutan akan mengalir dan jatuh ke dalam labu alas bulat yang menjadi tempat
pelarut petroleum eter (titik didih 40-60oC) selama 4 jam dengan menjaga suhu
pengilangan lemak dalam sampel menggunakan petroleum eter (titik didih 40-
60oC) perlu dilakukan karena di dalam sampel serbuk cokelat banyak terdapat
2007) yang dapat mengganggu pada saat analisis teobromin dan kafein. Proses
ditandai dengan tidak berwarnanya cairan sifon. Kandungan lemak dalam sampel
direndam dengan NaOH 0,1 M selama ± 5 menit supaya teobromin dan kafein
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tetap dalam bentuk molekul yang utuh karena teobromin (pKa = 10) dan kafein
(pKa = 10,4) termasuk senyawa alkaloid basa (Nadendla, 2005); sehingga perlu
dilakukan perendaman dengan suasana basa (pH = 13) supaya teobromin dan
kafein tetap dalam bentuk molekul yang utuh. Menurut Kazakevich and LoBrutto
(2007), pH bufer yang digunakan ± 2 unit dari nilai pKa analit agar analit berada
dalam bentuk tunggal yakni bentuk terion atau bentuk molekul utuh.
Teobromin dan kafein dalam sampel serbuk cokelat berada dalam bentuk
NaOH 0,1 M adalah untuk melepas teobromin dan kafein yang semula berbentuk
garam yang larut air menjadi teobromin dan kafein berbentuk basa sehingga dapat
O CH3 O CH3
H N H N
N N
+ NaOH + NaX + H20
N. HX N
O N O N
CH3 CH3
Teobromin dalam bentuk garam Teobromin dalam bentuk basa (molekul utuh)
(larut dalam air) (larut dalam pelarut organik)
O CH 3 O CH 3
H3C N H 3C N
N N
+ NaOH + NaX + H 20
N. HX N
O N O N
CH3 CH3
Kafein alam bentuk garam Kafein dalam bentuk basa (molekul utuh)
(larut dalam air) (larut dalam pelarut organik)
teknis. Klorofom dapat melarutkan alkaloid basa, sehingga zat pengganggu yang
larut hanya terbatas (Anonim, 1986). Teobromin dan kafein termasuk golongan
alkaloid basa, selain itu teobromin dan kafein juga sangat larut dalam kloroform
(Anonim, 1989).
100 mL, lebih dari dua kali sirkulasi. Satu kali sirkulasi dihitung ketika cairan
naik sampai penuh di tabung Soxhlet dan turun kembali menuju labu alas bulat.
Penggunaan cairan penyari minimal sebanyak dua kali sirkulasi dilakukan untuk
menjaga kondisi ekstraksi apabila sudah terjadi satu kali sirkulasi masih ada
Metode soxhletasi dapat dikatakan lebih hemat dalam hal jumlah pelarut,
karena sejumlah pelarut yang telah menarik teobromin dan kafein akan
tertampung di dalam labu alas bulat dan pelarut akan menguap kembali tanpa
membawa teobromin dan kafein untuk ikut teruap, dan setelah pelarut menguap,
ulang kertas saring yang berisi serbuk cokelat, begitu seterusnya hingga pelarut
dalam tabung sifon kantong Soxhlet bening/tidak berwarna secara visual. Bila
larutan penyari telah bening maka seluruh komponen serbuk cokelat yang terlarut
kimianya dapat optimal karena pelarutnya selalu baru, pelarutnya diuapkan dan
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan adanya pendinginan maka uap yang ada berubah menjadi tetes-tetes
pelarut lagi dan turun mengenai serbuk, demikian seterusnya hingga waktu yang
yang telah ditimbang sebelumnya, sehingga dapat diketahui berat ekstrak cokelat
yang diperoleh. Ekstrak cair hasil dari ekstraksi soxhletasi mengandung cairan
penyari klorofom yang masih banyak (encer), sehingga perlu diubah menjadi
digunakan pada waterbath dijaga sekitar 65-75°C dengan pengamatan suhu pada
termometer yang dipasang pada statif, suhu ini berada di atas titik didih
untuk penelitian ini adalah soxhletasi karena pengerjaannya mudah, cepat, cairan
penyari yang digunakan lebih sedikit daripada metode ekstraksi lain dan secara
Variasi penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi pada penelitian ini adalah 25,
28, 31, 34, dan 37 kalli sirkulasi dan masing-masing tahapan sirkulasi dilakukan
karena menurut Utami (2011), ekstraksi telah sempurna ditandai bila cairan sifon
cawan poselin yang sudah ditimbang sebelumnya, sehingga dapat diketahui berat
0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
0,00
20 25 30 35 40
Jumlah Sirkulasi Ekstraksi (kali)
Gambar 18. Kurva hubungan antara jumlah sirkulasi ekstraksi vs kadar teobromin (% b/b)
Gambar 19. Kurva hubungan antara jumlah sirkulasi ekstraksi vs kadar kafein (% b/b)
pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada gambar 18 dan 19 menunjukkan
dari serbuk cokelat dalam penelitian ini ditujukan untuk keperluan analisis,
semaksimal mungkin/seluruhnya.
Berdasarkan kurva pada gambar 18 dan 19, pada jumlah sirkulasi ekstraksi
yang ke 37 kali, didapatkan kadar teobromin dan kafein yang paling maksimum.
Namun, pada penelitian ini menggunakan jumlah sirkulasi ekstraksi 34 kali dan
proses sirkulasi tidak dilanjutkan, maka tidak ada jaminan pasti bahwa senyawa
teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat sudah terambil seluruhnya.
Tabel IV. Kadar rata-rata teobromin pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi
Jumlah AUC Konsentrasi Berat Kadar Teobromin CV
SD
Sirkulasi Teobromin/40000 Teobromin (ppm) Ekstrak (g) (% b/b) (%)
25 47,4309 39,7966 0,8391 0,0444 0,0016 3,6909
28 49,6496 41,8148 1,0319 0,0575 0,0020 3,4426
31 53,0399 44,8989 1,3429 0,0804 0,0012 1,4704
34 58,9038 50,2331 1,5812 0,1057 0,0013 1,2000
37 60,1241 51,3432 1,5674 0,1073 0,0023 2,1482
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Gonzales and Herrador (2007), nilai %CV dari AOAC PVM
yang masih diperbolehkan untuk konsentrasi analit 100 ppm adalah 5,3%.
mempunyai nilai %CV lebih kecil 5,3%. Nilai %CV menurut ketentuan Horwitz,
konsentrasi analit 100 ppm adalah 8%. Pengukuran kadar kafein pada penetapan
Presisi adalah suatu ukuran kedekatan nilai data satu dengan data lainnya
dalam suatu pengukuran pada kondisi analisis yang sama (keterulangan hasil
mempunyai keterulangan yang baik sehingga kadar teobromin dan kafein yang
Waktu retensi atau waktu tambat yang dinyatakan dalam satuan waktu
adalah waktu yang dibutuhkan analit saat diinjek sampai keluar dari kolom dan
sampel (tR) dengan waktu retensi (tR) baku pembanding. Analisis kualitatif ini
dilakukan untuk membuktikan bahwa di dalam sampel serbuk cokelat yang diuji
terdapat teobromin dan kafein. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kemiripan
waktu retensi sampel (tR) dengan waktu retensi (tR) baku pembanding. Hasil
Teobromin
Kafein
Parameter KCKT:
Teobromin
Kafein
kafein memiliki waktu retensi yang tidak jauh berbeda dengan sampel. Waktu
retensi baku teobromin adalah 2,260 menit dan waktu retensi baku kafein adalah
3,681 menit. Waktu retensi kedua senyawa pada sampel adalah 2,231 menit untuk
interaksi antara kedua senyawa dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan.
Pada penelitian ini, sistem KCKT yang digunakan yaitu sistem KCKT fase
terbalik dimana fase gerak yang digunakan bersifat lebih polar dibanding dengan
fase diamnya. Fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan (C18) dan fase
komposisi 40 : 60 (v/v). Pada sistem KCKT ini, senyawa yang lebih polar akan
terelusi terlebih dahulu dibandingkan dengan senyawa yang lebih non polar. Hal
ini terjadi karena senyawa yang lebih polar akan lebih kuat berinteraksi dengan
fase gerak dibandingkan interaksinya dengan fase diam, sehingga akan lebih
mudah terelusi melewati fase diamnya. Senyawa yang lebih non polar akan
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cenderung berinteraksi lebih kuat pada fase diamnya maka akan tertinggal di
kolom lebih lama dan memiliki waktu retensi yang lebih lama dibanding senyawa
yang bersifat lebih polar. Berikut adalah gambar gugus non polar teobromin dan
kafein:
A O B O
CH3 CH3
H3 C N
N
HN N
N N
O N O N
CH3 CH3
Gambar 22. Gugus non polar teobromin (A) dan kafein (B)
= Gugus non polar
Dilihat dari strukturnya, kafein memiliki gugus non polar yang lebih
dibanding kafein. Gugus non polar akan berinteraksi dengan fase diam melalui
interaksi van Der Waals, sedangkan gugus polar akan berinteraksi dengan fase
gerak melalui interaksi hidrogen. Berikut ini adalah gambar interaksi teobromin
dan kafein dengan fase diam oktadesilsilan dan fase gerak metanol : akuabides
N
HN
N
O N
CH3
H3C
Si
O CH3
H3C
Gambar 23. Interaksi teobromin dengan fase diam C18 melalui interaksi van Der Waals
= interaksi van Der Waals
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O
CH3
H3C
N
N
N
O N
CH3
H3C
Si
O CH3
H3C
Gambar 24. Interaksi kafein dengan fase diam C18 melalui interaksi van Der Waals
= interaksi van Der Waals
teobromin dan kafein dengan fase diam oktadesilsilan (C18). Berdasarkan gambar
di atas terlihat kafein lebih banyak memiliki gugus non polar yang berinteraksi
dengan fase diam oktadesilsilan dibanding teobromin. Pada teobromin dan kafein
interaksi yang terjadi adalah interaksi van Der Waals, interaksi ini menyebabkan
kafein tertahan lebih lama di dalam kolom sehingga waktu retensi kafein lebih
H O H O CH3
H O CH3
H3C O H O H N
N H
H
N H O H O CH3
H3C O H O H O N
H CH3
Gambar 25. Interaksi teobromin dengan fase gerak metanol : akuabides/TEA 3% (40 : 60,
v/v) melalui interaksi hidrogen
- - - - - = interaksi hidrogen
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H O H O CH3
O CH3
H3C N
N H
N H O H O CH3
H3C O H O H O N
H CH3
Gambar 26. Interaksi kafein dengan fase gerak metanol : akuabides/TEA 3% (40 : 60, v/v)
melalui interaksi hidrogen
- - - - - = interaksi hidrogen
kafein sehingga teobromin memiliki waktu retensi yang lebih singkat dibanding
kafein, karena semakin banyak jumlah interaksi hidrogen maka interaksi antara
zat analit dengan fase gerak akan semakin kuat sehingga analit akan terelusi
terlebih dahulu.
Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam sampel yang telah ditambah
baku teobromin dan kafein diperlukan karena matriks baku teobromin dan kafein
yang digunakan tidak sama dengan matriks sampel yang akan dianalisis, sehingga
penggunaan kurva baku teobromin dan kafein saja dianggap belum cukup.
menentukan akurasi dan presisi baku teobromin dan kafein yang dispike ke dalam
matriks sampel.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
direplikasi sebanyak 3 kali. Konsentrasi teobromin yang digunakan 20, 60, dan
120 ppm, sedangkan kafein menggunakan konsentrasi 10, 30, dan 60 ppm.
Sebagai blanko digunakan sampel yang tidak dispike dengan senyawa baku.
masing level konsentrasi memiliki akurasi dan presisi yang baik, sesuai kriteria
yang diperbolehkan oleh Gonzales and Herrador (2007). Hal ini menunjukkan
bahwa dalam aplikasi penetapan kadar sampel dalam ekstrak cokelat dapat
menggunakan level konsentrasi teobromin 20, 60, dan 120 ppm, sedangkan
konsentrasi kafein 10, 30, dan 60 ppm karena masing-masing memberikan akurasi
kafein yang terdapat dalam ekstrak serbuk cokelat. Penetapan kadar teobromin
dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat dihitung berdasarkan persamaan kurva
baku yang diperoleh dari validasi. Presisi yang dinyatakan dengan nilai koefisien
Tabel VI. Perhitungan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat
Teobromin Kafein
Sampel Konsentrasi Konsentrasi
Kadar % (b/b) Kadar % (b/b)
(ppm) (ppm)
1 52,0529 0,1112 44,0743 0,0941
2 51,9809 0,1093 43,8285 0,0921
3 52,0574 0,1068 44,1145 0,0905
4 51,8908 0,1057 43,9573 0,0896
5 52,0032 0,1070 44,1166 0,0907
6 51,9757 0,1052 44,1076 0,0893
x 0,1075 x 0,0911
SD 0,0023 SD 0,0018
CV (%) 2,1038 CV (%) 1,9807
serbuk cokelat adalah 0,11 % (b/b) dengan nilai CV = 2,10% dan kadar kafein
adalah 0,09 % (b/b) dengan nilai CV = 1,98. Mengingat bahwa sampel serbuk
cokelat diproduksi dalam tiap kemasan yang berisi 45 gram, maka kadar
teobromin dapat dinyatakan sebanyak 48,38 mg/kemasan dan kadar kafein dapat
BAB V
A. Kesimpulan
1. Jumlah sirkulasi ekstraksi serbuk cokelat merk “X” dengan metode soxhletasi
sirkulasi.
2. Kadar teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat merk “X” hasil penetapan
dengan metode KCKT fase terbalik yang telah tervalidasi yaitu 0,11 % (b/b)
untuk teobromin dan 0,09 % (b/b) untuk kafein. Coefficient of Variation (CV)
B. Saran
2. Perlu dilakukan penelitian dengan metode ekstraksi yang lain untuk penetapan
kadar teobromin dan kafein agar didapatkan kadar teobromin dan kafein yang
optimal.
teobromin dan kafein maksimum, sehingga kadar teobromin dan kafein yang
64
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Perlu dilakukan penetapan kadar teobromin dan kafein dalam sediaan serbuk
cokelat dengan menggunakan sampel yang lebih luas, sehingga hasil yang
DAFTAR PUSTAKA
66
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pescok, R. L., Shields, L. D., and Caims, T., 1976, Modern Methods of Chemical
Analysis, 2nd ed, John Wiley & Sons, Canada, pp. 51.
Popl, M., 1990, Chromatographic Analysis of Alkaloids, Marcel Dekker Inc., New
York, pp. 43.
Qiqi, 2001, Kafein dan Minuman Kesehatan,
http://www.suaramerdeka.com/harian/0610/30/ragam04.htm, diakses
tanggal 18 Oktober 2011
Ramli, N., Yatim, A. M., Said, M., and Hok, H. C., 2001, HPLC Determination of
Methylxanthines and Polyphenols Levels In Cocoa and Chocolate
Products, Malaysian J. Anal. Sci., 7(2), pp. 377-386.
Robbers, J. E. 1996, Pharmacognosy and Pharmacobiotecnology, Lea & Febiger,
Pennsylvania, pp. 146-147, 184.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 217-230.
Sastrohamidjojo, H., 2002, Spektroskopi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, pp. 11.
Sidik dan Mudahar. H., 2000, Ekstraksi Tumbuhan Obat, Metode dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Produksi, dalam seminar PERHIBA
Pemanfaatan Bahan Obat Alam III, Fakultas Farmasi Universitas 17
Agustus 1945, Jakarta
Skoog, D. A., Holler, F., J., and Nieman, T. A., 1998, Principles of Instrumental
Analysis, 5th ed, Harcourt Bace Collage, Philadelphia, pp. 329-351.
Snyder, L. R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, Pratical HPLC Method
Development, 2nd edition, John Wiley & Sons, Inc., New York, pp.687.
Sunaryo, 1995, Farmakologi dan Terapi: Perangsang Susunan Saraf Pusat, edisi
IV, editor Sulistia G. Ganiswara, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 223, 227.
Tjay, T. H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi 5, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, pp. 298, 351.
Utami, S., 2011, Mengapa Kepala Pusing Jika Mendadak Menghentikan
Kebiasaan Minum Kopi?, http://utamizufar.guru-
indonesia.net/artikel_detail-11195.html, diakses tanggal 18 Oktober
2011
Voigt, 1971, Buku Pembelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Pertama,
diterjemahkan oleh Soendani Noerono, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, pp. 163-164.
Wanyika, H. N., Gatebe, E. G., Gitu, L. M., Ngumba E. K., and Maritim C. W.,
2010, Determination of Caffein Content of Tea and Isntant Coffe
Brands Found in The Kenyan Market, African J. of Food Science, 4(6),
pp. 353-358.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wati, E. R., 2012, Optimasi Komposisi dan Flow Rate Fase Gerak pada
Penentuan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Serbuk Cokelat dengan
Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Weinberg, Bennett Alan dan Bealer, Bonnie K., 2010, The Miracle of Caffein
Manfaat Tak Terduga Kafein Berdasarkan Penelitian Paling Mutakhir,
Qanita, Bandung, pp. 49.
Willard, H. H., Merrit, Jr., Dean, J.A., and Settle, Jr F. A., 1988, Instrumental
Methods of Analysis, 7th ed, Wardwoth Publishing Company,
California, pp. 580.
Wilmana, P. F., 1995, Analgesik-Antipiretik Anti-inflamasi Non Steroid dan Obat
Pirai dalam Farmakologi dan Terapi, firth Ed, Bagian Farmakologi
Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 207-215.
Winarno, F. G., 1997, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, pp. 231.
Yunita, M. S. R., 2012, Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) Fase Terbalik pada Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein
dalam Serbuk Cokelat Merk “X”, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
70
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ekstraksi)
Replikasi I
Parameter KCKT:
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Parameter KCKT:
Konsentrasi Kadar
Sampel 25 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 1820317 45,5079 38,0473 0,9023 30,0050 0,0458
Replikasi II 1887226 47,1807 39,5690 0,8073 30,0080 0,0426
0,0016 3,6909
Replikasi III 1984170 49,6043 41,7736 0,8076 30,0940 0,0448
Rata-rata 1897237,6667 47,4309 39,7966 0,8391 30,0357 0,0444
Konsentrasi Kadar
Sampel 28 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 1986317 49,6579 41,8225 1,0726 30,0030 0,0598
Replikasi II 1985939 49,6485 41,8139 1,0154 29,9960 0,0566 0,0020 3,4426
Replikasi III 1985691 49,6423 41,8082 1,0078 30,0020 0,0562
Rata-rata 1985982,3333 49,6496 41,8148 1,0319 30,0003 0,0575
Konsentrasi Kadar
Sampel 31 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 2057940 51,4485 43,4513 1,3751 29,9960 0,0797
Replikasi II 2142013 53,5503 45,3633 1,3514 30,0060 0,0817
0,0012 1,4704
Replikasi III 2164830 54,1208 45,8822 1,3022 29,9960 0,0797
Rata-rata 2053732,5556 53,0399 44,8989 1,3429 29,9993 0,0804
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Konsentrasi Kadar
Sampel 34 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 2369067 59,2267 50,5269 1,5878 29,9940 0,1070
Replikasi II 2351063 58,7766 50,1174 1,5634 30,0030 0,1045 0,0013 1,2000
Replikasi III 2348321 58,7080 50,0551 1,5923 30,2010 0,1056
Rata-rata 1897237,6667 58,9038 50,2331 1,5812 30,0660 0,1057
Konsentrasi Kadar
Sampel 37 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 2389744 59,7436 50,9971 1,5423 30,0010 0,1049
Replikasi II 2403954 60,0989 51,3202 1,5726 29,9990 0,1076 0,0023 2,1482
Replikasi III 2421196 60,5299 51,7124 1,5874 30,0010 0,1094
Rata-rata 1897237,6667 60,1241 51,3432 1,5674 30,0003 0,1073
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Konsentrasi
Sampel 25 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 911324 22,7831 20,9801 0,9023 30.0050 0,0252
Replikasi II 1112924 27,8231 25,9309 0,8073 30.0080 0,0279 0,0022 7,9438
Replikasi III 1179081 29,4770 27,5556 0,8076 30.0940 0,0296
Rata-rata 1067776,3333 26,6944 24,8222 0,8391 30.0357 0,0276
Konsentrasi
Sampel 28 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 1178629 29,4657 27,5445 1,0726 30,0030 0,0394
Replikasi II 1178625 29,4656 27,5444 1,0154 29,9960 0,0373 0,0013 3,4598
Replikasi III 1177539 29,4385 27,5178 1,0078 30,0020 0,0370
Rata-rata 1177539 29,4566 27,5356 1,0319 30,0003 0,0379
Konsentrasi
Sampel 31 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 995066 24,8767 23,0366 1,3751 29,9960 0,0422
Replikasi II 1041277 26,0319 24,1714 1,3514 30,0060 0,0435 0,0010 2,3486
Replikasi III 1032183 25,8046 23,9481 1,3022 29,9960 0,0416
Rata-rata 1032183 25,5711 23,7187 1,3429 29,9993 0,0425
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Konsentrasi
Sampel 34 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 1788254 44,7064 42,5157 1,5878 29,9940 0,0900
Replikasi II 1800305 45,0076 42,8116 1,5634 30,0030 0,0892 0,0006 0,7220
Replikasi III 1804809 45,1202 42,9222 1,5923 30,2010 0,0905
Rata-rata 1804809 44,9447 42,7498 1,5812 30,0660 0,0899
Konsentrasi
Sampel 37 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 1834166 45,8542 43,6432 1,5423 30,0010 0,0897
Replikasi II 1851835 46,2959 44,0771 1,5726 29,9990 0,0924 0,0017 1,8403
Replikasi III 1843628 46,0907 43,8755 1,5874 30,0010 0,0929
Rata-rata 1843628 46,0802 43,8653 1,5674 30,0003 0,0917
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Lampiran 10. Data kadar teobromin dan contoh perhitungan kadar teobromin
AUC Konsentrasi
AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar teobromin CV
Sampel Teobromin/ Teobromin SD
Teobromin (g) (g) (%b/b) (%)
40000 (ppm)
Replikasi I 2436170 60,9043 52,0529 1,6023 30,009 0,1112
Replikasi II 2433003 60,8251 51,9809 1,5771 30,007 0,1093
Replikasi III 2436368 60,9092 52,0574 1,5392 30,002 0,1068
0,0023 2,1038
Replikasi IV 2429044 60,7261 51,8908 1,5281 29,997 0,1057
Replikasi V 2433986 60,8497 52,0032 1,5428 30,001 0,1070
Replikasi VI 2432774 60,8194 51,9757 1,5184 29,996 0,1052
Rata-rata 2433557 60,8389 51,9935 1,5513 30,002 0,1075
1,0993x = 57,2218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
= 520,529 µg/10 mL
= 0,520529 mg/10 mL
,
Kadar teobromin dalam ekstrak = 1,6023 = 0,033361772 g
= 33,3618 mg
Lampiran 11. Data kadar kafein dan contoh perhitungan kadar kafein
Konsentrasi
AUC AUC Berat Berat Kadar Kafein CV
Sampel Kafein SD
Kafein Kafein/40000 ekstrak (g) sampel (g) (% b/b) (%)
(ppm)
Replikasi I 1851722 46,2931 44,0743 1,6023 30,0090 0,0941
Replikasi II 1841713 46,0428 43,8285 1,5771 30,0070 0,0921
Replikasi III 1853359 46,3340 44,1145 1,5392 30,0020 0,0905
0,0018 1,9807
Replikasi IV 1846957 46,1739 43,9573 1,5281 29,9970 0,0896
Replikasi V 1853445 46,3361 44,1166 1,5428 30,0010 0,0907
Replikasi VI 1853078 46,3270 44,1076 1,5184 29,9960 0,0893
Rata-rata 1850046 46,2511 44,0331 1,5513 30,0020 0,0911
1,0180x = 44,8677
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
= 440,744 µg/10 mL
= 0,440744 mg/10 mL
,
Kadar kafein dalam ekstrak = 1,6023 = 0,028248164 g
= 28,2482 mg
= 0,1075 g/100 g
,
Konversi =
x = 48,375 mg/45 g
= 0,0911 g/100g
,
Konversi =
x = 40,995 mg/45 g
CV =
,
Teobromin = x 100% = 2,1435%
,
,
Kafein = x 100% = 1,9759%
,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Kebon Dalem (1996-2002), SMP Kebon Dalem (2002-2005), SMA Kebon Dalem
dalam berbagai kegiatan dan organisasi antara lain panitia “Tiga Hari Temu
panitia Baksos “Pengobatan Gratis” JMKI (2009), panitia “Farmasi untuk Sekolah
mengikuti berbagai kegiatan non akademik dengan menjadi pemain basket putri
dalam Kejurnas Liga Basket Mahasiswa (LIBAMA) Divisi I 2009, menjuarai liga
basket regional Yogyakarta 2009, dan dalam Pharmacy Event Cup 2008.
100