Anda di halaman 1dari 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENETAPAN KADAR TEOBROMIN DAN KAFEIN DALAM EKSTRAK


SERBUK COKELAT MERK “X” MENGGUNAKAN METODE
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi

The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may
hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to
d elete the image and then insert it again.

Oleh:
Melisa Darmawan
NIM : 088114162

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk:


Tuhan Yesus Kristus yang sangat luar biasa
Kedua orang tuaku tersayang
Kakak-kakakku tercinta
Sahabat dan teman-temanku
Almamater yang kubanggakan

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi

yang berjudul “Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Ekstrak Serbuk

Cokelat Merk “X” Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase

Terbalik” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini,

penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. S., Apt. selaku dosen pembimbing yang

dengan sabar memberikan pengarahan, masukan, kritik dan saran baik selama

penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

3. Jeffry Julianus, M. Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi dan dosen pembimbing

akademik atas bimbingan dan semangat yang telah diberikan.

4. Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Rini Dwiastuti, M. Sc, Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan ilmu demi kemajuan mahasiswa dalam bidang farmasi.

7. Seluruh staf laboratorium kimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma:

Mas Bimo, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Otok, dan Pak Ketul yang telah

banyak membantu selama penelitian di laboratorium.

8. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas koleksi buku-buku dan fasilitas

internet sehingga mempermudah penulis dalam memperoleh bahan-bahan

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

9. Keluargaku tercinta, Papa Iwan Darmawan, Mama Maria Ningrum D, Mam

Christiana, Tante Lian, Ci Fen2, Oh Rudy, Ci Cen2, yang tidak pernah

berhenti memberikan semangat dan doa sampai terselesaikannya skripsi ini.

10. Eka Riusinta Wati dan Monica Satya R. Y, teman seperjuangan, tempat

berbagi keluh kesah dan kegembiraan selama penelitian dan penyusunan

skripsi.

11. Keluarga kedua sekaligus sahabat-sahabatku Sari Tambunan, Novie Imoliana,

Ade Mauryn, Devi Sinaga, Mariana, Octo Rahadian Pius, Ana Sofiana, Agnes

Fajarwati, Cornelius Brian, Sisca Devi, dan Gary. Terima kasih untuk

semangat, kebersamaan, canda, tawa, suka, duka yang telah kita lalui bersama.

12. Grup “antistress” Yuni Rogan, Elisa Aster, Dhimas Bayu Kinasih, Rosita

Secoadi, Vinsencia Vica, Heppy, Paul, Adi Wirasaputra, Velly, Novie

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Imoliana, dan Meiske Munda. Terima kasih untuk diskusi dan

kebersamaannya selama penelitian di laboratorium.

13. Kelompok praktikum C2, Dian, Yuni, Elisa, Seco, Uchan, Satya, Vica, Asti,

dan Tika yang telah memberikan pengalaman berharga, keceriaan,

kebersamaan, suka duka selama praktikum serta telah memberikan semangat

dalam penyusunan dan ujian skripsi.

14. Sari Tambunan, Elya, Rika, Dina, Amel, Wiwik, There, Citra, Nona yang

telah berbagi pengalaman, informasi, masukan, serta telah memberikan

semangat dan dukungan secara moril.

15. Teman-teman FST A dan B atas kebersamaan, tawa, canda, cerita dan

kekompakan yang begitu indah dan tak terlupakan.

16. Keluarga besar kost “Sari Ayu I”, Ibu Anti, Opung Devi, Morin, Novie,

Marjan, Inang, Monik, Kak Yanti, Nina, Rotua, Yoestenia, Iness, Kak Ade,

Vina, Ika Lestari, dan Jolina atas semangat yang diberikan kepada penulis

dalam penyusunan dan ujian skripsi.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam mewujudkan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, sehingga segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan. Semoga skripsi ini membantu dan bermanfaat bagi pembaca pada

khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Penulis

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….……. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….…… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….……. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ….. vi

PRAKATA ………………………………………………………..………. vii

DAFTAR ISI ………………………………………………..…………….. x

DAFTAR TABEL ……………………………………………..………….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………..…………….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………..………….. xvii

INTISARI ………………………………………………..………………... xviii

ABSTRACT …………………………………………………..……………. xix

BAB I. PENGANTAR …………………………………………..………... 1

A. Latar Belakang …………………………………………………..…….. 1

1. Permasalahan ………………………………………………..…….. 5

2. Keaslian Penelitian …………………………………………..……. 5

3. Manfaat Penelitian ……………………………………………..….. 6

B. Tujuan Penelitian ………………………………………………..…….. 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………………. 8

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Cokelat (Theobroma cocoa) …...……………………………………… 8

B. Penyarian ……………………………………………………………… 9

1. Ekstrak …………………………………………………………….. 10

2. Cairan Penyari ………………………………...…………………... 10

3. Metode Ekstraksi secara Soxhletasi ………………………………. 11

C. Teobromin …………………………………………………………….. 13

D. Kafein ……………………………………………………………...….. 14

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi …………………………………….. 16

1. Definisi dan Instrumentasi ………………………………………… 16

2. Pembagian Jenis Kromatografi ……………………………………. 17

3. Kromatografi Partisi ………………………………………………. 18

4. Pemisahan Puncak dalam Kromatografi ……...…………………... 23

5. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif ………………………………… 25

F. Keterangan Empiris …………………………………………………… 26

BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………. 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………………….. 28

B. Variabel Penelitian ……………………………………………………. 28

C. Definisi Operasional …………………………………………………... 29

D. Bahan Penelitian ………………………………………………………. 29

E. Alat Penelitian ………………………………………………………… 30

F. Tata Cara Penelitian …………………………………………………... 30

1. Pemilihan Sampel …………………………………………………. 30

2. Pembuatan Fase Gerak ……………………………………………. 31

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Pembuatan Larutan Stok Teobromin dan Kafein …………………. 31

4. Pembuatan Larutan Intermediet Teobromin dan Kafein ………….. 31

5. Pembuatan Seri Larutan Baku Campuran Teobromin dan Kafein ... 32

6. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Teobromin dan Kafein

dengan Spektrofotometer UV …………………………………….. 32

7. Pembuatan Kurva Baku Teobromin dan Kafein ………………….. 33

8. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M …………………………………. 33

9. Penetapan Jumlah Sirkulasi Ekstraksi dengan Metode Soxhletasi

yang Menghasilkan Kadar Teobromin dan Kafein Maksimum …... 33

10. Preparasi Sampel ………………………………………………….. 34

11. Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Sampel dengan

Penambahan Larutan Baku Campuran Teobromin dan Kafein……. 35

12. Penetapan Kadar Campuran Teobromin dan Kafein dalam Sampel. 36

G. Analisis Hasil ………………………………………………………….. 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………… 38

A. Pemilihan Sampel ……………………………………………………... 38

B. Pembuatan Fase Gerak ………………………………………………... 40

C. Pembuatan Larutan Baku Teobromin dan Kafein …………………….. 42

D. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Teobromin dan Kafein

dengan Spektrofotometer UV …………………………………………. 44

E. Pembuatan Kurva baku Teobromin dan Kafein ………………………. 47

F. Preparasi Sampel Serbuk Cokelat dengan Ekstraksi secara Soxhletasi . 48

G. Jumlah Sirkulasi Ekstraksi Teobromin dan Kafein dalam Serbuk

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cokelat yang Menghasilkan Kadar Maksimum ………………………. 53

H. Analisis Kuallitatif Berdasarkan Waktu Retensi (tR) Teobromin dan

Kafein …………………………………………………………………. 57

I. Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Sampel dengan

Penambahan Larutan Baku Campuran Teobromin dan Kafein ……….. 61

J. Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Ekstrak Serbuk

Cokelat ………………………………………………………………… 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 64

A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 64

B. Saran …………………………………………………………………... 64

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 66

LAMPIRAN ………………………………………………………………. 70

BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………. 100

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I Indeks polaritas beberapa pelarut ……………………………….. 22

Tabel II Pembuatan larutan campuran teobromin dan kafein ……………. 36

Tabel III Persyaratan keseragaman bobot kemasan serbuk cokelat ………. 39

Tabel IV Kadar rata-rata teobromin pada penetapan jumlah sirkulasi


55
ekstraksi ………………………………………………………….

Tabel V Kadar rata-rata kafein pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi. 56

Tabel VI Perhitungan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk

cokelat …………………………………………………………... 63

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Cokelat (Theobroma Cacao) ………………………………... 8

Gambar 2 Diagram Soxhlet extractor ………………………………...... 11

Gambar 3 Struktur teobromin ……………………………….................. 14

Gambar 4 Struktur kafein ……………………………...…….................. 14

Gambar 5 Peralatan KCKT ………………………………...................... 17

Gambar 6 Mekanisme pemisahan kromatografi partisi ………………... 18

Gambar 7 Reaksi silanasi ………………………………......................... 20

Gambar 8 Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan ……………………. 20

Gambar 9 Pemisahan dua senyawa ……………………………….......... 24

Gambar 10 Struktur trietilamin ……………………………….................. 42

Gambar 11 Interaksi trietilamin dengan residu silanol dalam kolom C18 .. 42

Gambar 12 Gugus kromofor dan auksokrom teobromin dan kafein …….. 45

Gambar 13 Spektra serapan teobromin dan kafein dalam pelarut

akuabides panas (suhu 80oC) dengan λmaks = 275 nm ………. 45

Gambar 14 Kurva hubungan antara jumlah teobromin dengan respon

AUC ………………………………………………………… 48

Gambar 15 Kurva hubungan antara jumlah kafein dengan respon AUC ... 48

Gambar 16 Reaksi pembasaan teobromin menggunakan larutan NaOH

0,1 M ………………………………....................................... 51

Gambar 17 Reaksi pembasaan kafein menggunakan larutan NaOH 0,1 M 51

Gambar 18 Kurva hubungan antara jumlah sirkulasi ekstraksi vs kadar

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

teobromin (% b/b) pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi. 54

Gambar 19 Kurva hubungan antara jumlah sirkulasi ekstraksi vs kadar

kafein (% b/b) pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi ….. 55

Gambar 20 Kromatogram baku campuran teobromin (60 ppm) dan

kafein (30 ppm) ………………………………....................... 57

Gambar 21 Kromatogram sampel ekstrak serbuk cokelat ………………. 58

Gambar 22 Gugus non polar teobromin dan kafein ……………………... 59

Gambar 23 Interaksi teobromin dengan fase diam C18 melalui interaksi

van Der Waals ………………………………......................... 59

Gambar 24 Interaksi kafein dengan fase diam C18 melalui interaksi van

Der Waals ………………………………................................ 60

Gambar 25 Interaksi teobromin dengan fase gerak metanol :

akuabides/TEA 3% (40 : 60, v/v) melalui interaksi hidrogen . 60

Gambar 26 Interaksi kafein dengan fase gerak metanol : akuabides/TEA

3% (40 : 60, v/v) melalui interaksi hidrogen ………………... 61

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sertifikat analisis teobromin ……………………………….. 71

Lampiran 2 Sertifikat analisis kafein …………………………………… 72

Lampiran 3 Penimbangan serbuk cokelat tiap kemasan untuk

perhitungan keseragaman bobot sampel serbuk cokelat……. 73

Lampiran 4 Penimbangan sampel serbuk cokelat ………………………. 74

Lampiran 5 Penimbangan bobot tetap ekstrak cokelat ………………….. 76

Lampiran 6 Kromatogram sampel penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi .. 78

Lampiran 7 Kromatogram sampel menggunakan 34 kali sirkulasi ……... 86

Lampiran 8 Data kadar teobromin penentuan jumlah sirkulasi ………… 90

Lampiran 9 Data kadar kafein penentuan jumlah sirkulasi ……………... 92

Lampiran 10 Data kadar teobromin dan contoh perhitungan kadar

teobromin …………………………………………………... 94

Lampiran 11 Data kadar kafein dan contoh perhitungan kadar kafein …... 96

Lampiran 12 Perhitungan konversi kadar teobromin dan kafein dalam

kemasan (45 gram) ………………………………………… 98

Lampiran 13 Perhitungan CV teobromin dan kafein dalam sampel ……... 99

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI

Teobromin dan kafein merupakan dua komponen yang terdapat dalam


serbuk cokelat. Kombinasi teobromin dan kafein dalam suatu sediaan dapat
meningkatkan efek farmakologis yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah sirkulasi ektraksi yang menghasilkan kadar maksimum dan
menetapkan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat dengan
menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang digunakan adalah
suatu sistem dengan kondisi optimal dan memenuhi parameter validasi. Sistem
KCKT fase terbalik yang optimal menggunakan fase diam Kromasil
Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x 4,6 mm,
ukuran partikel 5 µm, fase gerak metanol : akuabides/TEA 3% (40 : 60, v/v),
kecepatan alir 0,8 mL/ menit dengan detektor UV pada λ maks 275 nm.
Jumlah sirkulasi ekstraksi yang memberikan kadar teobromin dan kafein
yang maksimum adalah sebanyak 37 kali sirkulasi. Kadar teobromin dan kafein
dalam serbuk cokelat yang diteliti, yaitu 0,11 % (b/b) dengan nilai CV = 2,10%
untuk teobromin dan 0,09 % (b/b) dengan nilai CV = 1,98% untuk kafein.

Kata kunci: teobromin, kafein, KCKT fase terbalik, soxhletasi, penetapan


kadar, serbuk cokelat

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Theobromine and caffeine are two components in chocolate powder. The


combination of theobromine and caffeine in a product can increase the
pharmacologic effect. This study aims to determine the concentration maximum
extraction circulation and determine theobromine and caffeine in cocoa powder
extract using High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
This study is an experimental descriptive. The reversed phase High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) which is used is a system with
optimum condition and fulfill the validation parameters. The optimal conditions
of HPLC system is used stationary phase chromasil octadecylsylane C-18 (100-
5C-18) 5 µm merk KNAUER 250 mm x 4.6 mm, mobile phase methanol :
aquabides/TEA 3% (40 : 60, v/v), flow rate 0.8 mL/min with UV detector at
wavelength 275 nm.
The extraction circulation amount which provide the maximum
concentration of theobromine and caffeine is 37 circulations. The concentration
of theobromine and caffeine in chocolate powder are 0.11% (w/w) with the value
of CV = 2.10% for theobromine and 0.09% (w/w) with the value of CV = 1.98%
for caffeine.

Keywords: theobromine, caffeine, reverse phase HPLC, soxhletasi, determination,


cocoa powder

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Cokelat merupakan makanan yang tidak asing lagi di tengah masyarakat

sekarang ini, bahkan cokelat merupakan makanan yang digemari segala usia

mulai dari anak-anak sampai orang tua. Perkembangan teknologi membuat

cokelat tidak hanya dinikmati dalam bentuk buah cokelat saja, namun sekarang ini

cokelat dapat diolah menjadi beranekaragam bentuk makanan, diantaranya cokelat

batangan, permen cokelat, biskuit cokelat, ice cream, minuman, dan serbuk

cokelat (Mutiara, 2011). Serbuk cokelat merupakan salah satu bentuk cokelat

yang sering digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beranekaragam

makanan, antara lain roti cokelat, pudding cokelat, dan susu cokelat.

Banyak masyarakat menggemari berbagai makanan yang terbuat dari

cokelat, namun hanya sedikit orang yang mengetahui kandungan dalam cokelat

yang sering mereka konsumsi. Cokelat merupakan makanan yang terbuat dari biji

buah kakao (cacao) yang dijemur atau dikeringkan selanjutnya digiling dan

ditambahkan bahan-bahan lainnya seperti mentega, gula dan susu bubuk,

melewati beberapa proses produksi hingga menghasilkan batangan-batangan

cokelat (Utami, 2011).

Cokelat mengandung dua komponen utama, yaitu: teobromin dan kafein.

Efek farmakologis teobromin serupa dengan kafein, tetapi dalam jumlah yang

sama efek teobromin lebih kecil dibanding kafein. Cokelat lebih banyak

1
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengandung teobromin dibandingkan kafein. Walau tidak terdapat dasar yang

kuat, kebanyakan ilmuwan percaya bahwa efek stimulan kombinasi teobromin

dan kafein dalam cokelat adalah dua kali lebih besar dibanding kafein (Weinberg

el al., 2010).

Kafein yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas menimbulkan efek

negatif, namun pada kenyataanya kafein bersama dengan teobromin mempunyai

daya kerja positif sebagai stimulan sistem syaraf pusat, stimulan otot jantung,

meningkatkan aliran darah melalui arteri koroner, relaksasi otot polos bronki, dan

aktif sebagai diuretika dengan tingkatan yang berbeda. Daya kerja sebagai

stimulan sistem syaraf pusat kafein sangat menonjol sehingga umumnya

digunakan sebagai stimulan sentral (Qiqi, 2001). Efek rangsangan yang dihasilkan

oleh cokelat berasal dari efek kombinasi teobromin dan kafein (Utami, 2011).

Kandungan teobromin dan kafein dalam cokelat, khususnya serbuk cokelat

akan menimbulkan dampak positif atau negatif, tergantung dari kadar yang ada

dalam serbuk cokelat. Kandungan teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat

yang belum diketahui oleh masyarakat inilah yang seharusnya diketahui kadarnya

secara pasti supaya masyarakat lebih bijak dalam mengkonsumsi serbuk cokelat.

Masyarakat tidak hanya menjadikan cokelat sebagai makanan kegemaran, namun

cokelat akan menjadi makanan yang memberikan dampak positif bagi tubuh bila

digunakan secara tepat.

Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah benar dalam serbuk cokelat

yang dianalisis mengandung teobromin dan kafein sebagai unsur utama, sehingga
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dapat dipastikan bahwa produk cokelat yang dihasilkan mengandung teobromin

dan kafein tidak sekedar menggunakan pewarna cokelat.

Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat harus melalui

beberapa tahap, antara lain dengan mengekstraksi serbuk cokelat supaya

didapatkan kandungan teobromin dan kafein yang terpisah dari komponen lain

yang tidak dikehendaki. Sistem ekstraksi yang dipilih adalah metode soxhletasi

karena lebih praktis, hanya kemungkinan kecil zat yang diekstraksi hilang selama

proses ekstraksi (Khopkar, 1990), cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit

daripada metode ekstraksi lainnya sehingga diperoleh hasil ekstrak yang lebih

pekat (Mitra, 2003), dan senyawa teobromin dan kafein merupakan senyawa yang

tahan terhadap panas (Anonim, 1986). Proses soxhletasi serbuk cokelat akan

menggunakan penyari klorofom karena teobromin dan kafein mempunyai

kelarutan yang tinggi dalam klorofom. Metode soxhletasi juga memerlukan

penentuan jumlah sirkulasi ekstraksi, karena jumlah sirkulasi merupakan

parameter konstan yang dapat diamati, dengan menggunakan kondisi yang sama

(suhu, jenis dan jumlah pelarut) pada masing-masing proses ekstraksi. Hal ini

dilakukan supaya senyawa teobromin dan kafein dalam sampel serbuk cokelat

dapat terambil seluruhnya.

Ekstrak serbuk cokelat yang diperoleh dengan cara soxhletasi akan

ditetapkan kadarnya dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT) fase terbalik karena teobromin dan kafein memiliki kepolaran

yang berbeda, sehingga dapat dipisahkan karena adanya interaksi antara

teobromin dan kafein dengan fase diam yang bersifat non polar dan fase gerak
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang bersifat polar. Selain itu, KCKT juga memiliki kelebihan yaitu cepat, sensitif

dan memiliki daya pisah yang baik (Jhonson and Stevenson, 1978). Metode

KCKT yang digunakan harus tervalidasi sebelumnya untuk memberikan jaminan

terhadap hasil penetapan kadar pada sampel sehingga dapat dipercaya

kebenarannya.

Penelitian ini mengacu dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

oleh Wati (2012) tentang optimasi komposisi dan flow rate fase gerak pada

penentuan kadar teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat dengan

menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik. Hasil

optimasi yang didapat pada sistem KCKT yang optimum menggunakan fase gerak

campuran metanol : akuabides/TEA 3% dengan komposisi 40 : 60 (v/v), fase

diam Kromasil Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm

x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm dengan kecepatan alir 0,8 mL/menit. Selain itu,

penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Yunita

(2012) tentang validasi metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik

pada penetapan kadar teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat merk “X” yang

memenuhi syarat parameter validitas yang baik, meliputi selektivitas, linearitas,

akurasi, dan presisi. Hal tersebut yang mendasari penelitian Penetapan Kadar

Teobromin dan Kafein dalam Ekstrak Serbuk Cokelat Merk “X” Menggunakan

Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik.


5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan sebagai

berikut:

1. Berapakah jumlah sirkulasi ekstraksi serbuk cokelat merk “X” dengan

menggunakan metode soxhletasi yang menghasilkan kadar teobromin dan

kafein maksimum?

2. Berapakah kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat merk

“X” hasil penetapan menggunakan metode KCKT fase terbalik?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang penulis lakukan, telah dilakukan

penetapan kadar teobromin dan kafein dalam berbagai produk kopi

menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan fase gerak metanol :

akuabides/bufer ammonium asetat pH 7,5 dengan perbandingan 20 : 80 (v/v),

fase diam Phenomenex Kinetex 2.6 um XB C-18, kecepatan alir 1,0 mL/menit,

detektor UV pada panjang gelombang maksimum 272 nm oleh Czech et al.

(2011). Penetapan kandungan metilksantin dan polifenol dalam produk

cokelat pernah dilakukan menggunakan metode KCKT, dengan fase gerak

metanol : akuabides : asam asetat (20 : 79 : 1, v/v), fase diam µ-Bondapak 10

µm (30 cm x 4,0 mm), kecepatan alir 1,0 mL/min oleh Ramli et al. (2001).

Penelitian mengenai Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam

Ekstrak Serbuk Cokelat Merk “X” Menggunakan Metode Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi Fase Terbalik belum pernah dilakukan.


6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat bermanfaat

sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap ilmu pengetahuan tentang penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi

dengan metode soxhletasi dan tentang metode KCKT sehingga dapat

digunakan untuk menetapkan kadar teobromin dan kafein.

b. Manfaat Metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi prosedur penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi dengan metode

soxhletasi yang menghasilkan kadar maksimum dan penggunaan metode

KCKT fase terbalik dalam penetapan kadar teobromin dan kafein dalam

ekstrak serbuk cokelat merk “X”.

c. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai jumlah sirkulasi ektraksi menggunakan metode soxhletasi yang

memberikan kadar teobromin dan kafein yang maksimal dalam ekstrak

serbuk cokelat merk “X”.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini

bertujuan sebagai berikut:

1. Menetapkan jumlah sirkulasi ekstraksi serbuk cokelat merk “X” dengan

metode soxhletasi yang menghasilkan kadar teobromin dan kafein maksimum.


7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Menetapkan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat merk

“X” menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase

terbalik yang telah tervalidasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Cokelat (Theobroma cacao)

Gambar 1. Cokelat (Theobroma cacao)

Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses dari biji kakao. Biji kakao

ini berasal dari tanaman kakao, Theobroma cacao, yang tumbuh hanya di daerah

tropis. Istilah cokelat itu sendiri berasal dari xocolatl (bahasa suku Aztec) yang

berarti minuman pahit (Alexander et al., 2008).

Secara garis besar, cokelat mengandung lemak 31%, karbohidrat 14%, dan

protein 9%. Protein cokelat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan

tirosin. Meski cokelat mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik

karena cokelat mengandung 6% polifenol, yang berfungsi sebagai antioksidan

pencegah tengik. Cokelat mengandung berbagai macam gula, pati, protein

sayuran, kalium, magnesium, kalsium, natrium, zat besi, krom, berbagai macam

vitamin (A, B1 tiamin, B2 riboflavin, D dan E), kafein dan feniletilamin (Mutiara,

2011).

8
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Penyarian

Penyarian atau ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang

terlarut supaya terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Pada

proses penyarian terjadi perpindahan masa zat aktif yang semula berada di dalam

sel akan ditarik oleh cairan penyari. Proses penyarian dapat dibagi pada tahapan

pembuatan serbuk, penyarian, dan pemekatan. Hasil penyarian akan semakin baik

apabila serbuk semakin halus, karena permukaan serbuk simplisia yang

bersentuhan dengan penyari akan semakin luas. Akan tetapi pertimbangan ini

tidak selalu dapat dilaksanakan karena dengan semakin halus serbuk simplisia

juga akan mengganggu proses penyarian. Hal ini dikarenakan serbuk yang terlalu

halus tersebut dapat membentuk suspensi sehingga sulit dipisahkan dari hasil

penyarian. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan

difusi cairan penyari (Anonim, 1986).

Ekstraksi dilakukan untuk menyari zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat

aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya (Harbone, 1987).

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan

massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada

lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim, 1986).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir pelarut diuapkan menjadi ekstrak kental

atau ekstrak kering (Anonim, 1986).

Pembuatan ekstrak yang baik perlu memperhatikan beberapa tahap karena

akan mempengaruhi mutu ekstrak seperti keseragaman kandungan kimia, sifat

fisiknya, khasiat, dan keamanannya (Sidik dan Mudahar, 2000).

2. Cairan Penyari

Cairan penyari yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah

pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif,

dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari

senyawa kandungan lainnya. Diharapkan, ekstrak yang diperoleh hanya

mengandung sebagian besar senyawa yang diinginkan. Ekstrak kental

diperoleh jika cairan pelarut yang digunakan dapat melarutkan hampir semua

metabolit sekunder yang terkandung (Anonim, 2000).

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan

penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini:

a. murah dan mudah diperoleh

b. stabil secara fisika dan kimia

c. bereaksi netral

d. mudah menguap dan tidak mudah terbakar

e. selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki


11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

f. tidak mudah mempengaruhi zat berkhasiat

g. diperbolehkan oleh peraturan dengan pertimbangan keamanan/toksisitas

(Anonim, 1986).

Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan

kemampuannya dalam melarutkan kandungan zat aktif yang maksimal dan

seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 1985).

3. Metode Ekstraksi secara Soxhletasi

Alat Soxhlet adalah suatu alat terbuat dari gelas yang bekerja secara

kontinyu dalam menyari. Pada proses ini sampel yang disari dimasukkan pada

alat Soxhlet, lalu dielusi dengan pelarut yang cocok sedemikian rupa sehingga

akan terjadi dua kali sirkulasi dalam waktu 30 menit (Harbone, 1987).

Gambar 2. Diagram soxhlet extractor (Mitra, 2003)

Soxhlet (gambar 2) merupakan alat yang digunakan untuk penyarian

berkesinambungan. Prinsipnya adalah pelarut di labu penampung diuapkan,

uap naik ke atas melalui pipa samping dan diembunkan kembali oleh

pendingin tegak, selanjutnya menetes turun ke tabung berisi serbuk simplisia

yang dibungkus kertas saring. Cairan penyari yang menetes akan melarutkan

zat aktif dan bila volumenya telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan

akan turun kembali lagi ke labu penampung dan diuapkan kembali. Proses
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sirkulasi ini berlangsung terus-menerus sehingga zat aktif yang hendak

diekstraksi harus tahan terhadap pemanasan (Anonim, 1986). Ekstraksi

sempurna ditandai bila cairan sifon tidak berwarna atau sirkulasi ekstraksi

telah mencapai 20-25 kali (Utami, 2011).

Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantong ekstrak

dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas

yang berisi sampel diletakkan diantara labu penampung dan suatu pendingin

aliran balik. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang mudah menguap

mencapai ke pendingin aliran balik melalui pipa samping, berkondensasi di

dalamnya, menetes ke atas bahan yang akan diekstraksi dan membawa keluar

bahan yang diekstraksi. Larutan yang terkumpul di dalam wadah gelas dan

setelah mencapai tinggi maksimal secara otomatis dipindahkan ke dalam labu,

dengan demikian zat yang akan terektraksi terakumulasi melalui penguapan

bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini cairan pengekstrak terus

diperbaharui, artinya bahan pelarut bebas bahan aktif akan menyari pada

sirkulasi berikutnya (Voigt, 1971).

Cara soxhletasi lebih praktis dan hanya kemungkinan kecil zat yang

diekstraksi hilang selama proses ekstraksi berlangsung. Efisiensi yang tinggi

pada soxhletasi dipengaruhi oleh viskositas cairan penyari dan faktor-faktor

yang mempengaruhi kecepatan tercapainya kesetimbangan (Khopkar, 1990).


13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kelebihan metode soxhletasi:

a. Uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping.

b. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dibanding metode ekstraksi

lainnya dan menghasilkan ekstrak yang lebih pekat.

c. Serbuk simplisia disari dengan cairan penyari yang murni sehingga dapat

menyari zat aktif lebih banyak.

d. Penyarian dapat diteruskan sesuai keperluan tanpa menambah volume

cairan penyari. Hal ini sangat menguntungkan karena selain ekonomis,

akan diperoleh ekstrak yang lebih kental.

Kekurangan metode soxhletasi:

a. Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga kurang cocok untuk zat aktif

yang tidak tahan pemanasan. Hal ini dapat diperbaiki dengan menambah

peralatan yang dapat mengurangi tekanan udara.

b. Cairan penyari dididihkan terus-menerus sehingga penyari yang baik harus

murni atau campuran azeotrop (Anonim, 1986).

C. Teobromin

Teobromin atau 3,7-dimetilksantin merupakan turunan ksantin yang

termasuk dalam golongan alkaloid, terdapat dalam biji Theobroma cacao. Berupa

serbuk kristal putih dengan rumus molekul C7H8N4O2 dan bobot molekul 180,2

g/mol yang memiliki titik lebur 290°C; bersifat basa dengan pKa 10,0 (25oC)

(Clarke, 1986). Teobromin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dari 101,0% dari 3,7-dimetilksantin (Anonim, 2011). Serbuk cokelat kakao

mengandung teobromin antara 18-38 g/kg (Alexander et al., 2008).

Teobromin (gambar 3) memiliki kelarutan: 1 dalam 2000 air, 1 dalam 150

air panas, 1 dalam 2500 etanol, dan 1 dalam 6000 kloroform. Teobromin tidak

larut dalam pelarut eter. Teobromin dalam larutan dengan pH 9,4; serapan
%
maksimumnya 273 mµ ( = 550).
O CH 3

H N
N

N
O N

CH 3

Gambar 3. Struktur Teobromin

Metode analisis yang paling sering digunakan untuk menganalisis

kandungan teobromin dalam makanan adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT). Banyak metode lain yang dapat digunakan untuk menganalisis

teobromin, antara lain kromatografi gas-spektrofotometer massa atau

Spektrofotometer UV/Vis. Penyarian kandungan teobromin dalam makanan dapat

dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pemanasan (Cezch et al., 2011).

D. Kafein

Kafein memiliki sinonim 1,3,7-trimetilksantin dengan rumus molekul

C8H10N4O2 dan bobot molekul 194,2 g/mol (Clarke, 1986); bersifat basa dengan

pKa 10,4 (Nadendla, 2005). Rumus bangun kafein dapat dilihat pada gambar 4.
O CH 3

H3C N
N

N
O N

CH3

Gambar 4. Struktur Kafein


15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kafein berbentuk anhidrat atau hidrat yang mengandung satu molekul air.

Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C8H10N4O2,

dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian berupa sebuk putih atau berbentuk jarum

mengkilat putih; biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit (Anonim, 1995).

Serbuk cokelat kakao mengandung kafein sebanyak 9,9 g/kg (Alexander et al.,

2008).

Sebanyak 1 gram kafein larut dalam: 46 mL air; 5,5 mL air (80oC); 1,5 mL

air mendidih; 66 mL alkohol; 22 mL alkohol (60oC); 50 mL aseton; 5,5 mL

kloroform; 530 mL eter; 100 mL benzene; 22 mL benzen mendidih; dan larut

dalam etil asetat (Anonim, 1989).

Kafein secara alami di dalam tanaman terdapat dalam bentuk garam.

Kafein bebas dalam bentuk basa tidak dapat larut dalam air, tetapi kafein dalam

bentuk garam yang dihasilkan dari reaksi dengan asam dapat larut dalam air.

Kafein bebas dalam bentuk basa larut dalam eter, kloroform atau pelarut organik

lain, tetapi garam kafein tidak larut (Robbers, 1996). Menurut Polp (1990), kafein

dapat larut dalam etanol dan klorofom.

Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola,

dan beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan

dan beberapa aktivitas biologis lainnya (Winarno, 1997). Derivat ksantin terdiri

dari kafein, teofilin, dan teobromin adalah alkaloid yang terdapat dalam

tumbuhan. Cocoa yang didapat dari biji Theobroma cacao mengandung kafein

dan teobromin yang terbukti berefek stimulasi (Sunaryo, 1995).


16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kafein berkhasiat sebagai stimulan susunan saraf pusat dengan efek

menghilangkan rasa letih, lapar, rasa kantuk, meningkatkan daya konsentrasi,

kecepatan reaksi, dan memperbaiki suasana jiwa (Tjay dan Raharja, 2002). Kafein

mempunyai efek paling besar dalam menstimulasi pusat respirasi dan

meningkatkan kemampuan kerja otot dibandingkan dengan turunan ksantin

lainnya. Dosis letal kafein pada orang dewasa antara 5-10 g, namun reaksi yang

tidak diinginkan terlihat pada penggunaan 1 g (15 mg/kg/BB) (Wilmana, 1995).

Pada orang yang lelah, kafein dapat menghilangkan gejala kelelahan dan

meningkatkan kemampuan psikis (Mutschler and Ernst, 1986).

Kafein memiliki titik lebur yang tinggi antara 235-237°C dan titik

sublimasinya 178°C. Kafein mempunyai spektrum absorbansi pada UV. Kafein

dalam etanol mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 273 nm


%
dengan = 519. Kafein dalam HCl 0,1 N mempunyai serapan maksimum

%
pada panjang gelombang 272 nm dengan = 470 (Clarke, 1986).

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

1. Definisi dan Instrumentasi

Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran berdasarkan

perbedaan kecepatan migrasi, karena adanya perbedaan koefisiensi distribusi

masing-masing senyawa diantara dua fase yang saling bersinggungan dan

tidak saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang

berupa zat cair atau zat gas, dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat

cair atau zat padat (Noegrohati, 1994). Kromatografi bertujuan untuk


17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memisahkan komponen dari matriks sampel dan tetap dibiarkan dalam fase

diam kemudian ditentukan untuk analisis (Mulja dan Suharman, 1995).

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode

kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan secara tepat dengan bantuan

tekanan dan hasil yang diperoleh dideteksi dengan instrumen (Williard et al.,

1988). Secara skematis, KCKT terlihat pada gambar 5. KCKT memiliki

sistem pompa tekanan tinggi dan detektor yang sensitif telah menyebabkan

perubahan kromatografi kolom cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan

kecepatan dan efisiensi yang tinggi (Anonim, 1995).

Gambar 5. Peralatan KCKT


2. Pembagian Jenis Kromatografi

Secara umum kromatografi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:

a. Kromatografi cair-cair atau kromatografi partisi

Pada kromatografi partisi, fase diam bersifat polar atau non polar.

Bila fase diam bersifat polar dan fase gerak non polar disebut kromatografi

partisi fase normal, sedangkan bila fase diam bersifat non polar dan fase

gerak polar dinamakan kromatografi partisi fase terbalik (Munson, 1984).

b. Kromatografi adsorpsi

Kromatografi ini menggunakan fase diam padat dan fase gerak cair

atau gas. Solut diadsorpsi pada permukaan partikel padat (Harris, 1999).
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Kromatografi pertukaran ion

Anion atau kation diikatkan secara kovalen pada fase diam padat,

biasanya resin. Ion-ion solut dengan muatan berlawanan menyerang fase

diam dengan kekuatan elektrostatik. Fase geraknya cair (Harris, 1999).

d. Kromatografi eksklusi

Pada kromatografi ini tidak ada interaksi tarik menarik antara fase

diam dan solut. Fase gerak cair atau gas melalui gel berpori. Ukuran pori

cukup kecil untuk mengeluarkan molekul solut yang besar. Molekul solut

yang kecil akan masuk ke dalam pori gel, sedangkan molekul yang besar

akan mengalir tanpa memasuki pori gel (Harris, 1999).

e. Kromatografi afinitas

Digunakan untuk interaksi spesifik antara satu jenis molekul solut

dan sebuah molekul lain yang secara kovalen terikat pada fase diam.

Misalnya pemisahan komponen protein (Harris, 1999).

3. Kromatografi Partisi

Prinsip kromatografi partisi analit diantara 2 fase yang tidak saling

campur, karena adanya perbedaan koefisien distribusi dari masing-masing

senyawa (Johnson and Stevenson, 1978). Mekanisme pemisahan pada

kromatografi partisi dapat digambarkan sebagai berikut (gambar 6):

Gambar 6. Mekanisme pemisahan kromatografi partisi (Munson, 1984)


19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kecepatan migrasi analit fase diam ditentukan oleh perbandingan

distribusinya (K) yang tergantung pada afinitas analit pada fase gerak. Di

dalam kromatografi, K didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi analit

dalam fase diam (Cs) dan konsentrasi analit dalam fase gerak (Cm) (Rohman

dan Gandjar, 2007).

Cs
K=
Cm

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode kromatografi

partisi fase terbalik yaitu kolom, fase gerak, dan detektor.

a. Kolom

Fase diam pada KCKT berupa kolom kromatografi yang

merupakan bagian penting karena pemisahan komponen-komponen

sampel terjadi di dalam kolom. Keberhasilan pemisahan komponen-

komponen sampel sangat bergantung pada keadaan kolom sehingga

pemilihan kolom yang tepat sangatlah penting (Mulja dan Suharman,

1995).

Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang

dimodifikasi secara kimia, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-

polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan

sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH). Oktadesilsilan

(ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan

karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran rendah,

sedang, serta tinggi (Rohman, 2009).


20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kolom yang digunakan dalam kromatografi partisi fase terbalik

adalah kolom dengan kemasan fase terikat yang memiliki sifat stabil

karena fase diamnya terikat secara kimia pada penyangga, sehingga tidak

mudah terbawa oleh fase gerak. Penyangga pada kemasan fase terikat

biasanya terbuat dari silika yang sudah diseragamkan, berpori, dan

umumnya partikel mempunyai diameter 3,5 atau 10 µm (Skoog et al.,

1998).

Pada KCKT partisi fase terbalik biasanya mengandung bahan

organik yang terikat secara kimia dengan gugus silanol pada silika. Bagian

organik tersebut umumnya hidrokarbon rantai panjang, sehingga fase

gerak umumnya polar. Gugus silanol permukaan dapat direaksikan dengan

berbagai cara menempelkan berbagai jenis gugus organik. Kemasan fase

terikat dengan tipe ikatan siloksan (Si-O-Si-O) dibuat dengan mereaksikan

organoklorosilan dengan gugus silanol pada permukaan silika gel. Reaksi

silanasi (gambar 7) sebagai berikut:

Gambar 7. Reaksi silanasi


Reaksi tersebut digunakan untuk membuat isian kolom oktadesilsilan

(ODS) gugus silanol dan oktadesiklorosilan (gambar 8) sebagai berikut:

Gambar 8. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan


21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gugus yang ditempelkan pada silanol pada umumnya adalah hidrokarbon

rantai panjang. Tertambatnya senyawa pada fase diam dipengaruhi

panjang pendeknya rantai karbon (Skoog et al., 1998).

b. Fase gerak

Kemampuan KCKT untuk memisahkan banyak senyawa terutama

tergantung pada keanekaragaman fase gerak yang sangat berpengaruh

terhadap tambatan dan pemisahan senyawa (Munson, 1984).

Fase gerak untuk analisis secara KCKT harus murni untuk

mencegah adanya peak pengganggu yang dapat tumpang tindih dengan

peak analit, tidak bereaksi atau mempengaruhi kolom, dapat melarutkan

analit, memiliki titik didih 20-50°C di atas temperatur kolom,

viskositasnya rendah (Skoog et al., 1998).

Fase gerak KCKT juga harus bebas dari gas terlarut karena dapat

mempengaruhi respon detektor sehingga memunculkan sinyal palsu dan

akan mempengaruhi kolom (Gritter dkk., 1985), maka fase gerak perlu

didegassing untuk menghilangkan gas terlarut (Dean, 1995).

Pada fase terbalik kandungan utama fase geraknya adalah air.

Pelarut yang dapat campur dengan air seperti metanol, etanol, asetonitril,

dan tetrahidrofuran ditambahkan untuk mengatur kepolaran fase gerak.

Kepolaran dinyatakan dalam indeks polaritas (P') yang dapat dihitung

dengan persamaan berikut:

P' = Φa P'a + Φb P'b


Φa dan Φb adalah fraksi pelarut a dan b dalam campuran,

sedangkan P'a dan P'b adalah angka P' pelarut murni (Gritter et al., 1985).
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indeks polaritas (P') beberapa pelarut yang sering digunakan dalam KCKT

disajikan dalam tabel I:

Tabel I. Indeks polaritas beberapa pelarut (Snyder et al., 1997)


Indeks Nilai Eluotropik UV Cut
Solvent
Polaritas Alumina C18 Silika off (nm)
Heksan 0,1 0,01 - 0,00 195
Sikloheksan 0,2 0,04 - - 200
Toluen 2,4 0,29 - 0,22 284
Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212
Etil asetat 4,4 0,58 - 0,48 256
Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330
Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205
Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190
Dimetilformida 6,4 - 7,6 - 268
Dimetilsulfoksida 7,2 0,62 - - 268
Air 10,2 - - - 190

c. Detektor

Menurut Johnson and Stevenson (1978), detektor diperlukan untuk

mendeteksi adanya komponen cuplikan yang terdapat dalam kolom serta

untuk mengukur jumlah komponen yang ada dalam cuplikan. Detektor

yang baik adalah detektor yang memenuhi persyaratan sensitivitas yang

tinggi dengan rentang sensitivitas 10-8-10-15 gram solut per detik,

kestabilan dan reprodusibilitas yang sangat baik, respon yang liniear

terhadap konsentrasi solut, dapat bekerja dari temperatur kamar sampai

400ºC, tidak dipengaruhi perubahan temperatur dan kecepatan pelarut

pengembang, selektif terhadap bermacam-macam linarut dalam pelarut

pengembang dan tidak merusak sampel (Mulja dan Suharman, 1995).

Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu:

a. Detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak

bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias

dan detektor spektrometri massa.


23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Detektor spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik

dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan

elektrokimia (Rohman, 2009).

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel

b. Mempunyai sensitivitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut

pada kadar yang sangat kecil

c. Stabil dalam pengoperasiannya

d. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan

pelebaran pita

e. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada

kisaran yang luas (kisaran dinamis dan linier)

f. Tidak peka terhadap perubahan temperatur dan kecepatan aliran fase

gerak (Rohman, 2009).

4. Pemisahan Puncak dalam Kromatografi

Keberhasilan atau kegagalan analisis tergantung pada pemilihan kolom

dan kondisi kerja yang tepat. Ukuran kinerja kolom dapat dilihat dari

kemampuan kolom dalam memisahkan senyawa. Kolom yang efisien

mencegah pelebaran puncak atau menghasilkan puncak yang sangat sempit

(Johnson and Stevenson, 1978).

Resolusi (R) adalah ukuran pemisahan dua puncak berdekatan yang dapat

diukur dengan persamaan:

Δ
R= ( )
=( )
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nilai tR1 dan tR2 merupakan waktu retensi senyawa yang diukur pada titik

maksimum puncak, nilai w1 dan w2 merupakan lebar alas puncak (Johnson

and Stevenson, 1978). Pemisahan dua senyawa dapat digambarkan sebagai

berikut (gambar 9):

Gambar 9. Pemisahan dua senyawa (Johnson dan Stevenson, 1978)


Nilai R > 1,5 disebut baseline resolution, yaitu pemisahan sempurna dari

dua puncak dengan ukuran yang sama. Dalam prakteknya, pemisahan dengan

nilai R = 1,0 (kedua puncak berhimpit lebih kurang 2%) dianggap memadai

(Pescok et al., 1976). Untuk pemisahan yang baik R harus ≥ 1,5 karena

pemisahan kedua senyawa ≥ 99,7% (Sastrohamidjojo, 2002).

Waktu retensi (tR) atau waktu tambat (retention time) adalah selang waktu

yang diperlukan oleh analit mulai saat injeksi sampai keluar dari kolom dan

sinyalnya ditangkap detektor. Selain waktu tambat analit, dikenal pula waktu

tambat untuk pelarut pengembang atau pengembang campur yang dinyatakan

sebagai tM (Mulja dan Suharman, 1995).

Waktu tambat analit dikurangi waktu tambat pelarut pengembang atau

pelarut pengembang campur disebut waktu tambat yang terkoreksi yang

dinyatakan sebagai tR' (Mulja dan Suharman, 1995). Jika nilai K

(perbandingan distribusi) kecil maka analit akan lebih banyak di dalam fase
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gerak atau (Cm > Cs) yang berarti analit akan lebih lama tinggal di dalam fase

gerak dan memiliki waktu retensi lebih cepat (Mulja dan Suharman, 1995).

5. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

KCKT digunakan untuk analisis kuantitatif suatu sampel atau cuplikan.

Hasil pemisahan adalah kromatogram. Informasi yang diperoleh dari

kromatogram yaitu mengenai waktu retensi suatu senyawa (Noegrohati,

1994).

Waktu retensi menunjukkan identitas suatu senyawa dan merupakan

selang waktu yang diperlukan oleh senyawa mulai pada saat injeksi sampai

keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor (Gritter et al., 1985).

Masing-masing senyawa memiliki waktu retensi yang spesifik pada kondisi

tertentu seperti kolom, suhu, dan laju sehingga dapat digunakan sebagai salah

satu dasar uji kualitatif (Noegrohati, 1994). Analisis kualitatif dilakukan

dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa murni dengan waktu

retensi senyawa yang dimaksud dalam sampel (Gritter et al., 1985).

Analisis kuantitatif dilakukan berdasarkan perbandingan tinggi atau luas

puncak kromatogram senyawa sampel terhadap senyawa standar. Bila variasi

keadaan kolom tidak menyebabkan pelebaran puncak, maka analisis

berdasarkan tinggi puncak dapat memberikan ketelitian tinggi. Analisis luas

puncak tidak dipengaruhi oleh pelebaran puncak. Oleh karena itu, cara ini

lebih disukai dalam perhitungan kuantitatif (Noegrohati, 1994).


26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Keterangan Empiris

Cokelat mengandung dua komponen yang dapat menjadi suplemen, yaitu:

teobromin dan kafein. Efek farmakologis teobromin serupa dengan kafein, tetapi

dalam jumlah yang sama efek teobromin lebih kecil dibanding kafein. Cokelat

lebih banyak mengandung teobromin dibanding kafein.

Komposisi penyusun serbuk cokelat secara umum adalah lemak,

karbohidrat, protein, alkaloid (teobromin dan kafein), gula, dan polifenol. Pada

produk makanan, produsen tidak mencantumkan pada label kemasan berapa kadar

teobromin dan kafein yang digunakan. Pengambilan senyawa teobromin dan

kafein dalam serbuk cokelat memerlukan suatu metode soxhletasi yang

maksimum supaya teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat dapat terambil

semaksimal mungkin.

Teobromin dan kafein memiliki panjang gelombang pada daerah

spektrofotometri UV. Teobromin dan kafein memiliki kromofor, ausokrom, dan

perbedaan interaksi terhadap fase diam dan fase gerak yang digunakan sehingga

metode yang dapat digunakan untuk pemisahan campuran dan menganalisis

secara kuantitatif yaitu metode KCKT fase terbalik menggunakan detektor UV.

Kelebihan metode ini yaitu memiliki sensitivitas dan selektivitas yang tinggi

dalam memisahkan campuran senyawa yang memiliki kepolaran yang hampir

sama.

Teobromin dan kafein dapat dipisahkan dan ditetapkan kadarnya dengan

metode KCKT fase terbalik karena fase diam yang digunakan bersifat non polar
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan fase gerak yang bersifat polar. Perbedaan interaksi antara teobromin dan

kafein dengan fase diam dan fase gerak pada sistem KCKT menyebabkan

teobromin dan kafein akan terpisah dan dapat dihitung kadarnya dengan metode

KCKT fase terbalik.

Penelitian ini bersifat eksperimental deskriptif yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang jumlah sirkulasi ekstraksi serbuk cokelat merk

“X” dengan menggunakan metode soxhletasi yang menghasilkan kadar teobromin

dan kafein maksimum, serta untuk mengetahui besarnya kadar teobromin dan

kafein dalam serbuk cokelat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengikuti jenis penelitian eksperimental

karena pada penelitian ini ada perbedaan perlakuan terhadap subyek uji dalam hal

perbedaan jumlah sikulasi ekstraksi.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sediaan dan ekstrak serbuk cokelat

merk “X” yang mengandung teobromin dan kafein.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar teobromin dan kafein

dalam ekstrak serbuk cokelat merk “X”.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah:

a. Kemurnian pelarut yang digunakan, untuk mengatasinya digunakan

pelarut yang memiliki kemurnian tinggi yaitu pelarut pro analysis.

b. Keragaman sampel serbuk cokelat merk “X”, sehingga digunakan serbuk

cokelat merk “X” dengan nomor kode produksi yang sama.

28
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Definisi Operasional

1. Serbuk cokelat merk “X” merupakan sedian cokelat dalam bentuk serbuk yang

memiliki nomor kode produksi yang sama.

2. Kadar teobromin dan kafein maksimum adalah kondisi dimana seluruh

kandungan teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat merk “X” sudah

terektraksi seluruhnya.

3. Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang

digunakan adalah seperangkat alat KCKT dengan fase diam Kromasil

Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x 4,6 mm,

ukuran partikel 5 µm, fase gerak metanol : akuabides/TEA 3% dengan

perbandingan komposisi 40 : 60 (v/v), kecepatan alir 0,8 mL/menit, dan

panjang gelombang pada detektor UV yaitu 275 nm.

4. Kadar campuran teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat merk “X”

ditetapkan dalam jumlah % (b/b).

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah baku teobromin kualitas Non-compendial

primary reference standard dengan Certificate of Analysis dari Sigma-Aldrich,

baku kafein kualitas working standard dengan Certificate of Analysis dari

Brataco, metanol (p.a., E. Merck), Akuabides (Laboratorium Kimia Analisis

Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta),

trietilamin (p.a., E. Merck), organic dan anorganic solvent membrane filter

(Whatman) ukuran pori 0,45 µm; diameter 47 mm, petroleum eter (titik didih 40-
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60oC) (p.a., E. Merck), kloroform teknis, Natrium hidroksida, dan serbuk cokelat

merk “X”.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah penyaring Milipore, indikator pH,

mikropipet Socorex, neraca analitik (Ohaus PAJ1003), ultrasonikator (Retsch tipe

T460 no V935922013 Ey), vacuum (Gaast model DOA-P104-BN),

spektrofotometer UV/Vis (Optima SP 3000), sistem KCKT (isokratik, model LC-

2010C HT, CAT No.228-46703-38, SERIAL No. C21254706757 LP, Shimadzu

Corporation), kolom Kromasil Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER

dimensi 250 mm x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm, seperangkat computer (merk

Dell B6RDZ1S Connexant System RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S,

printer HP Deskjet D2566 HP-024-000 625 730), satu set alat Soxhlet, batu didih,

penangas air, hot-plate, dan alat-alat gelas yang umum digunakan laboratorium

analisis (Pyrex).

F. Tata Cara Penelitian

1. Pemilihan Sampel

Sampel yang dipilih adalah sediaan serbuk cokelat merk “X”. Sampel

yang digunakan sebanyak 40 kemasan dengan nomor kode produksi yang

sama, tiap kemasan berisi 45 gram bahan. Sampel diperoleh dengan membeli

di sebuah supermarket di Yogyakarta.


31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas campuran

metanol : akuabides/TEA 3% dengan perbandingan 40 : 60 (v/v). Masing-

masing fase gerak disaring menggunakan organic solvent membrane filter

(Whatman) untuk metanol, dan anorganic solvent membrane filter (Whatman)

untuk akuabides TEA 3% dengan bantuan pompa vakum. Fase gerak tersebut

lalu didegassing selama 15 menit menggunakan ultrasonicator.

3. Pembuatan Larutan Stok Teobromin dan Kafein

a. Larutan stok teobromin 1000 ppm. Lebih kurang 25,0 mg baku teobromin

ditimbang seksama, kemudian dilarutkan menggunakan akuabides panas

(80oC) dalam labu takar 25 mL hingga tanda batas.

b. Larutan stok kafein 1000 ppm. Lebih kurang 25,0 mg baku kafein

ditimbang seksama, kemudian dilarutkan menggunakan akuabides panas

(80oC) dalam labu takar 25 mL hingga tanda batas.

4. Pembuatan Larutan Intermediet Teobromin dan Kafein

a. Larutan Intermediet teobromin 500 ppm. Larutan stok teobromin dipipet

seksama sebanyak 12,5 mL kemudian diencerkan dengan akuabides panas

(80oC) dalam labu takar 25 mL hingga tanda batas.

b. Larutan Intermediet kafein 500 ppm. Larutan stok kafein dipipet seksama

sebanyak 12,5 mL kemudian diencerkan dengan akuabides dalam panas

(80oC) labu takar 25 mL hingga tanda batas.


32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Pembuatan Seri Larutan Baku Campuran Teobromin dan Kafein

Larutan intermediet teobromin dipipet sebanyak 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; 2,0;

dan 2,4 mL kemudian dimasukkan dalam labu takar 10 mL. Larutan

intermediet kafein dipipet sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; dan 1,2 mL

kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar yang telah berisi

larutan intermediet teobromin yang telah diambil sebelumnya. Masing-

masing labu takar diencerkan dengan akuabides sampai tanda batas sehingga

didapat seri konsentrasi 20; 40; 60; 80; 100; dan 120 ppm teobromin serta 10;

20; 30; 40; 50; dan 60 ppm kafein.

6. Penetapan λ Maksimum Teobromin dan Kafein dengan

Spektrofotometer UV

Larutan baku campuran teobromin dan kafein masing-masing dengan

konsentrasi 5; 10; dan 15 ppm yang telah dibuat, discan absorbansinya pada

panjang gelombang 200-300 nm terhadap blanko akuabides, sehingga dapat

diketahui absorbansi masing-masing larutan pada berbagai panjang

gelombang. Berdasarkan spektra absorbansi dapat diketahui panjang

gelombang yang menghasilkan absorbansi maksimum pada masing-masing

konsentrasi. Spektra absorbansi teobromin dan kafein yang diperoleh

ditumpangtindihkan untuk mengetahui panjang gelombang pengamatan pada

detektor dengan sistem KCKT fase terbalik.


33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Pembuatan Kurva Baku Teobromin dan Kafein

Masing-masing larutan seri baku campuran teobromin dan kafein

disaring menggunakan millipore kemudian didegassing menggunakan

ultrasonikator selama 15 menit. Sejumlah 10 L masing-masing seri larutan

baku tersebut diinjeksikan ke sistem KCKT dengan fase diam Kromasil

Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x 4,6 mm,

ukuran partikel 5 µm, menggunakan fase gerak metanol : akuabides/TEA 3%

dengan perbandingan 40 : 60 (v/v) dengan kecepatan alir fase gerak 0,8

mL/menit dan dideteksi pada λ 275 nm. Replikasi dilakukan 3 kali dan dipilih

persamaan kurva baku teobromin dan kafein yang paling baik dilihat dari nilai

koefisisen korelasinya (r  0,999), intersep paling kecil, dan slope paling

besar.

8. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M

Natrium hidroksida (NaOH) ditimbang sebanyak 4 g dan dimasukkan

dalam labu takar 1000,0 mL larutkan dan encerkan dengan akuabides hingga

tanda batas.

9. Penetapan Jumlah Sirkulasi Ekstraksi dengan Metode Soxhletasi yang

Menghasilkan Kadar Teobromin dan Kafein Maksimum

Sampel diambil 20 kemasan dari batch yang sama dan dicampur hingga

homogen. Serbuk cokelat ditimbang seksama kurang lebih 30 g sebanyak 15

kali kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing kantong ekstraksi.


34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Masing-masing serbuk cokelat diekstraksi dengan alat Soxhlet menggunakan

100 mL petroleum eter (40-60oC) selama 4 jam untuk penghilangan lemak

yang terdapat dalam sampel serbuk cokelat. Kantong ekstraksi kemudian

direndam menggunakan larutan NaOH 0,1 M selama 5 menit. Proses ekstraksi

dilanjutkan menggunakan pelarut klorofom teknis sampai didapatkan 25; 28;

31; 34; dan 37 kali sirkulasi. Masing-masing tahapan sirkulasi dilakukan

sebanyak 3 replikasi. Larutan hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam cawan

porselin yang sudah ditimbang terlebih dahulu. Klorofom teknis diuapkan

sehingga didapatkan ekstrak cokelat dengan bobot tetap (Anonim, 1979).

Masing-masing ekstrak cokelat diambil 25 mg dan dilarutkan dengan metanol

p.a. Ekstrak cokelat yang didapatkan disaring menggunakan kertas saring.

Larutan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL dan diencerkan dengan

metanol p.a hingga tanda batas. Larutan sampel disaring menggunakan

milipore dan didegassing selama 15 menit. Larutan sampel masing-masing

diinjeksikan ke sistem KCKT adalah 10 µL dengan fase diam Kromasil

Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x 4,6 mm,

ukuran partikel 5 µm, fase gerak dengan komposisi metanol : akuabides/TEA

3% dan kecepatan alir 0,8 mL/menit, dideteksi dengan UV-275 nm. Respon

kadar teobromin dan kafein dipilih yang paling maksimal.

10. Preparasi Sampel

Sampel diambil 20 kemasan dari batch yang sama dan dicampur hingga

homogen. Serbuk cokelat ditimbang seksama kurang lebih 30 g kemudiaan


35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dimasukkan ke dalam kantong ekstraksi. Serbuk cokelat diekstraksi dengan

alat Soxhlet menggunakan 100 mL petroleum eter (titik didih 40-60oC) untuk

penghilangan lemak yang terdapat dalam sampel serbuk cokelat selama 4 jam.

Kantong ekstraksi kemudian direndam menggunakan larutan NaOH 0,1 M

selama 5 menit. Proses ekstraksi dilanjutkan menggunakan pelarut klorofom

teknis sebanyak 37 kali sirkulasi, yang memberikan kadar maksimum. Larutan

hasil ektraksi dimasukkan ke dalam cawan porselin yang sudah ditimbang

terlebih dahulu. Klorofom teknis diuapkan sehingga didapatkan ekstrak

cokelat dengan bobot tetap, kemudian ekstrak cokelat diambil 25 mg dan

dilarutkan dengan metanol p.a. Ekstrak cokelat yang didapatkan disaring

menggunakan kertas saring. Larutan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL

dan diencerkan dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan sampel

disaring menggunakan milipore dan didegassing selama 15 menit. Replikasi

dilakukan 6 kali.

11. Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Sampel dengan

Penambahan Larutan Baku Campuran Teobromin dan Kafein

Sebanyak 10 mg ekstrak cokelat kental yang telah diperoleh kemudian

dispike dengan seri larutan baku campuran teobromin dan kafein pada 3 level

konsentrasi (lihat tabel II). Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-

masing level konsentrasi. Masing-masing larutan sampel yang telah dispike

kemudian disaring dengan millipore dan didegassing selama 15 menit.

Sejumlah 10 L diinjeksikan ke sistem KCKT dengan fase diam Kromasil


36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x 4,6 mm,

ukuran partikel 5 µm menggunakan fase gerak metanol : akuabides/TEA 3%

(40 : 60, v/v) dengan kecepatan alir fase gerak 0,8 mL/menit. Nilai AUC

sampel yang diperoleh dimasukkan ke persamaan kurva baku teobromin dan

kafein, maka akan didapatkan kadar teobromin dan kafein dalam sampel. Data

disajikan dengan satuan % b/b.

Tabel II. Pembuatan larutan campuran teobromin dan kafein


Ambil dari
Konsentrasi larutan
intermediet
Teobromin 20 ppm 0,4 mL Add dengan
Rendah akuabides hingga
Kafein 10 ppm 0,2 mL
tanda dalam labu
Teobromin 60 ppm 1,2 mL
Tengah takar 10 mL
Kafein 30 ppm 0,6 mL
Teobromin 120 ppm 2,4 mL
Tinggi
Kafein 60 ppm 1,2 mL

12. Penetapan Kadar Campuran Teobromin dan Kafein dalam Sampel

Larutan sampel diinjeksikan dalam sistem KCKT dengan fase diam

Kromasil Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x

4,6 mm, ukuran partikel 5 µm, fase gerak dengan komposisi metanol :

akuabides/TEA 3% 40 : 60 (v/v) dan kecepatan alir 0,8 mL/menit. Injeksikan

10 µL dan detektor diatur pada λ 275 nm. Amati kromatogram masing-masing

yang dihasilkan. Nilai AUC sampel yang diperoleh dimasukkan ke persamaan

kurva baku teobromin dan kafein, maka akan didapatkan kadar teobromin dan

kafein dalam sampel. Data disajikan dengan satuan % b/b.


37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

G. Analisis Hasil

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi (tR)

senyawa sampel dengan senyawa baku. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah

penetapan kadar teobromin dan kafein berdasarkan dengan data AUC masing-

masing baku. Lalu diperoleh persamaan regresi linier Y= bX + a yang merupakan

hubungan antara kadar teobromin dan kafein dengan luas area yang dihasilkan

pada penginjeksian KCKT. Data AUC senyawa sampel dimasukkan ke dalam

persamaan regresi linier baku sebagai y, kemudian dihitung kadar teobromin dan

kafein dalam ekstrak cokelat dinyatakan dalam % (b/b).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak kental serbuk cokelat

dapat dianalisis menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

fase terbalik yang telah dioptimasi dan divalidasi (Wati dan Yunita, 2012).

Pada tahap optimasi diperoleh kondisi optimum yaitu kolom fase diam

Kromasil Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x 4,6

mm, ukuran partikel 5 µm dan fase gerak metanol : akuabides/TEA 3% dengan

perbandingan 40 : 60 (v/v), kecepatan alir 0,8 mL/menit, detektor UV pada

panjang gelombang maksimum 275 nm dengan nilai resolusi 2,942; tailing factor

1,67; jumlah lempeng teoritis 690,6 (teobromin); 1752,3 (kafein); dan nilai HETP

0,04 (teobromin); 0,01 (kafein) (Wati, 2012).

Pada tahap validasi metode diperoleh bahwa metode KCKT fase terbalik

memenuhi parameter validasi meliputi selektivitas dengan nilai resolusi (Rs) 2,06,

linearitas dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998 untuk baku teobromin dan r

= 0,9999 untuk baku kafein. Metode KCKT fase terbalik ini memenuhi kriteria

validasi metode pada rentang konsentrasi 20-120 ppm teobromin dan 10-60 ppm

kafein (Yunita, 2012).

A. Pemilihan Sampel

Teobromin dan kafein merupakan kombinasi zat aktif yang terdapat dalam

sediaan serbuk cokelat. Sampel yang diperoleh terdiri dari 20 kemasan dengan

38
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nomor batch yang sama. Pengambilan sampel dari nomor batch yang sama untuk

mendapatkan kriteria homogenitas karena diasumsikan bahwa sampel dengan

nomor batch sama mengalami satu proses produksi yang sama. Selain itu, serbuk

cokelat yang dianalisis memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga memiliki

homogenitas yang tinggi. Kriteria lainnya yang harus dipenuhi yaitu representatif,

yakni sampel yang dianalisis benar-benar mencerminkan populasi yang

diwakilinya, dengan 20 kemasan dan dilakukan replikasi 6 kali diharapkan telah

memenuhi persyaratan tersebut. Kriteria representatif pengambilan sampel

dikendalikan dengan pengadukan sampel hingga homogen dan pengambilan

sampel dari berbagai sisi wadah sampel.

Tabel III. Keseragaman bobot kemasan serbuk cokelat

Bobot sampel serbuk cokelat terukur (g)


48,227 47,286 45,395 46,301
48,094 45,345 48,418 48,165
45,386 48,137 47,335 45,262
46,321 46,219 49,341 47,384
49,458 46,325 45,480 46,278
Bobot rata-rata sampel = 47,008 g
Penyimpangan 10% 47,008 ± 4,700785
Penyimpangan 15% 47,008 ± 7,051178

Keseragaman bobot dilakukan pada 20 kemasan serbuk cokelat sebagai tahap

awal identifikasi untuk mengetahui keseragaman kandungan dari sampel serbuk

cokelat. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III untuk sedian obat berupa

serbuk, hasil penimbangan 20 bungkus kemasan, penyimpangan antara

penimbangan satu per satu terhadap bobot isi rata-rata tidak boleh lebih dari 15%

tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus. Keseragaman bobot

serbuk cokelat yang dilakukan mengacu pada FI III karena tidak ada peraturan
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

secara khusus terhadap keseragaman bobot serbuk makanan. Data uji

keseragaman bobot yang diperoleh tidak ada satu kemasan pun yang menyimpang

dari persyaratan keseragaman bobot. Hal ini menunjukkan, dari 20 kemasan

serbuk cokelat memiliki keseragaman bobot yang baik.

B. Pembuatan Fase Gerak

Metode KCKT yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode KCKT

dengan fase terbalik, sehingga fase diam yang digunakan lebih non polar

dibandingkan dengan fase geraknya. Metode KCKT fase terbalik dipilih karena

senyawa yang dianalisis (teobromin dan kafein), memiliki bobot molekul kurang

dari 2000 g/mol yaitu bobot molekul teobromin = 180,2 g/mol dan kafein =

194,19 g/mol (Clarke, 1986). Kedua senyawa tersebut juga cenderung lebih larut

dalam pelarut organik karena sifatnya yang cenderung kurang polar dan juga

memiliki sifat basa.

Fase diam yang digunakan adalah Kromasil Oktadesilsilan C-18 (100-

5C18) merek KNAUER dimensi 250 mm x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm yang

bersifat non polar dan fase geraknya adalah campuran metanol : akuabides/TEA

3% dengan perbandingan 40 : 60 (v/v) yang bersifat lebih polar dibandingkan fase

diamnya. Sistem yang digunakan adalah sistem isokratik dimana pencampuran

kedua kompisisi fase gerak dilakukan di dalam alat KCKT.

Metanol digunakan sebagai campuran fase gerak karena senyawa

teobromin dan kafein mempunyai kelarutan yang baik dalam pelarut alkohol,

maka digunakan metanol. Selain itu, metanol merupakan pelarut organik yang
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

umum dan sering digunakan pada sistem KCKT fase terbalik karena viskositasnya

lebih rendah dibanding alkohol yang lain.

Sistem KCKT pada penelitian ini menggunakan metanol sebagai pelarut

dan fase gerak dikarenakan viskositas metanol lebih kecil dibanding viskositas

etanol. Viskositas yang terlalu besar dapat meningkatkan tekanan pompa pada

KCKT dan mempengaruhi keawetan kolom yang digunakan. Selain itu, juga

digunakan akuabides untuk mendapatkan indeks polaritas yang sesuai, sehingga

dihasilkan profil kromatogram yang diinginkan dan memenuhi syarat yang

ditetapkan. Pencampuran masing-masing komponen fase gerak dilakukan dalam

instrumen KCKT (sistem isokratik). Pencampuran fase gerak menggunakan

sistem isokratik karena dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam proses analisis

dan didukung oleh kemampuan instrumen KCKT yang memadai.

Fase gerak yang sudah dibuat terlebih dahulu disaring menggunakan

penyaring Whatman untuk menyaring partikel yang dapat menyumbat kolom.

Gelembung udaranya yang terdapat dalam fase gerak juga harus dihilangkan

dengan menggunakan ultrasonicator, karena adanya gelembung udara dapat

mengganggu tekanan pompa instrumen KCKT, akibatnya tekanan pompa menjadi

tidak stabil dan dapat mengganggu proses pembacaan sinyal dalam instrumen

KCKT.

Penggunaan TEA 3% yang bersifat basa dalam campuran fase gerak

berfungsi untuk menutup residu silanol (bersifat asam) yang terdapat dalam kolom

C18. Covering menggunakan TEA ini diperlukan karena teobromin dan kafein

merupakan senyawa yang bersifat basa yang akan terikat kuat dengan residu
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

silanol pada kolom C18 sehingga kromatogram yang dihasilkan akan mengalami

tailing. TEA dipilih sebagai campuran fase gerak karena merupakan amina tersier

sehingga memiliki halangan sterik yang cukup besar untuk menghalangi senyawa

teobromin dan kafein yang akan berinteraksi dengan residu silanol.

Trietilamin (TEA) digunakan sebagai campuran dalam fase gerak untuk

dapat menurunkan tailing factor yang dialami oleh senyawa-senyawa yang

bersifat basa (Choo et al., 1996). Penambahan TEA 3% (gambar 10) pada fase

gerak berperan sebagai kompetitor senyawa basa yang dapat menurunkan

kemampuan interaksi antara residu silanol pada kolom C18 dengan senyawa analit

melalui mekanisme covering (gambar 11), sehingga dapat menurunkan tailing

yang terjadi. Efisiensi dari kolom juga akan meningkat dengan semakin kecilnya

tailing yang terjadi (Long et al., 2007).

CH2CH3

H3CH2C N
CH2CH3

Gambar 10. Struktur Trietilamin


Si O(CH2)17 CH3

O H 3CH2C

Si OH N
CH2CH3
O H3CH2C

Si O(CH2)17 CH 3

Gambar 11. Interaksi Trietilamin dengan Residu Silanol dalam Kolom C18

C. Pembuatan Larutan Baku Campuran Teobromin dan Kafein

Baku teobromin diperoleh dari Sigma-Aldrich, memiliki kemurnian 99,7%

dengan Certificate of Analysis (COA) untuk menjamin kemurnian teobromin dan


43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

baku kafein yang digunakan memiliki kualitas farmasetis, tingkat kemurniannya

99,58% dengan COA untuk menjamin kemurniannya. Pembuatan larutan baku ini

digunakan sebagai pembanding atau reference standard untuk memastikan bahwa

dalam sampel benar-benar terdapat analit yang dimaksud.

Larutan baku teobromin dan kafein dibuat dalam konsentrasi tertentu

dengan menggunakan pelarut akuabides panas dengan suhu 80oC karena kedua

senyawa tersebut larut dalam akuabides panas. Selain itu, digunakan akuabides

sebagai pelarut dikarenakan akuabides merupakan komponen terbesar fase gerak

sehingga senyawa teobromin dan kafein mudah terelusi dengan fase gerak.

Pemilihan pelarut sangat penting karena bertujuan untuk melarutkan analit yang

akan dianalisis, yang merupakan syarat utama dari pelarut. Selain itu, pelarut

harus murni, inert, dan dapat bercampur dengan fase gerak (Johnson and

Stevenson, 1978).

Larutan baku yang dibuat dalam penelitian ini terdiri dari dua macam,

yaitu larutan stok dan larutan intermediet. Larutan stok teobromin dan kafein

dibuat dengan konsentrasi masing-masing 1000 ppm, sedangkan larutan

intermediet dibuat dengan konsentrasi masing-masing 500 ppm. Larutan seri baku

campuran teobromin dan kafein dibuat dalam enam konsentrasi yang berbeda,

yaitu 20; 40; 60; 80; 100; dan 120 ppm teobromin serta 10; 20; 30; 40; 50; dan 60

ppm kafein. Sebelum dianalisis, larutan baku disaring dengan millipore untuk

menjamin bahwa tidak ada serabut atau partikel pengotor yang dapat mengganggu

pengukuran. Larutan baku kemudian didegassing dengan ultrasonicator selama

15 menit untuk menghilangkan gelembung udara, karena adanya gelembung gas


44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dapat mengganggu tekanan pompa instrumen KCKT, akibatnya tekanan pompa

menjadi tidak stabil sehingga dapat mempengaruhi detektor dan menghasilkan

sinyal palsu (Gritter et al., 1985). Selain itu, gelembung gas juga dapat

meningkatkan tekanan kolom sehingga dapar mengurangi efisiensi kolom.

D. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Teobromin dan kafein

dengan Spektrofotometer UV

Penentuan panjang gelombang pengamatan dilakukan dengan mengukur

panjang gelombang kedua analit terlebih dahulu secara terpisah. Pengukuran

panjang gelombang maksimum ini dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer UV karena secara teoritis, kedua senyawa ini memiliki panjang

gelombang maksimum antara 200-300 nm. Masing-masing spektra panjang

gelombang zat analit, selanjutnya dilakukan overlapping untuk mengetahui

panjang gelombang dimana teobromin dan kafein memberikan serapan secara

bersamaan dan optimal pada detektor KCKT yaitu detektor ultraviolet.

Pada penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan

mengamati panjang gelombang pada rentang tersebut menggunakan tiga tingkat

konsentrasi untuk masing-masing analit. Konsentrasi yang digunakan adalah 5,

10, dan 15 ppm. Penggunaan tiga tingkat konsentrasi ini adalah untuk meyakinkan

bahwa panjang gelombang yang digunakan dalam pengamatan benar-benar

berasal dari panjang gelombang maksimum teobromin dan kafein. Selain itu, juga

bertujuan untuk melihat bahwa semakin meningkatnya konsentrasi senyawa analit

akan diikuti dengan peningkatan absorbansi.


45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Senyawa dapat dianalisis menggunakan spektorfotometer ultraviolet harus

memiliki gugus kromofor dan auksokrom. Teobromin dan kafein memiliki gugus

kromofor dan auksokrom sehingga dapat memberikan serapan pada panjang

gelombang ultraviolet. Gugus kromofor pada suatu senyawa bertanggung jawab

pada penyerapan cahaya ultraviolet, sedangkan gugus auksokrom bertanggung

jawab pada pergeseran panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum

teobromin dan kafein. Berikut adalah gambar gugus kromofor dan auksokrom

teobromin dan kafein:

(a) (b)
Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom pada teobromin (a) dan kafein (b)
Keterangan : = kromofor
= auksokrom

Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum di ketiga tingkat

konsentrasi teobromin dan kafein dapat dilihat pada gambar spektra berikut:

Teobromin

Kafein
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Teobromin

Kafein

Teobromin
Kafein

Gambar 13. Spektra serapan teobromin dan kafein dalam pelarut akuabides panas
(suhu 80oC) dengan maks= 275 nm
Keterangan : A = Konsentrasi 5 ppm (konsentrasi rendah); B = Konsentrasi 10 ppm
(konsentrasi tengah); C = Konsentrasi 15 ppm (konsentrasi tinggi)

Berdasarkan gambar 13, dapat dilihat bahwa ketiga seri kadar teobromin

dan kafein dalam pelarut akuabides panas (80oC) memiliki serapan maksimum

pada 275 nm. Teobromin dan kafein dalam pelarut metanol memiliki serapan

maksimum pada panjang gelombang 273 nm (Clarke, 1969). Adanya perbedaan

penggunaan panjang gelombang maksimum teobromin dan kafein karena pelarut

yang digunakan berbeda. Pada pengamatan panjang gelombang maksimum lebih

digunakan pelarut akuabides panas (80oC) dibanding pelarut metanol karena

kelarutan teobromin dan kafein lebih tinggi dalam akuabides panas (80oC).

Panjang gelombang pengamatan untuk campuran senyawa teobromin dan

kafein menggunakan panjang gelombang overlapping. Namun, karena pada kedua

senyawa analit teobromin dan kafein memiliki spektra yang hampir sama dan
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

panjang gelombang maksimumnya sama yaitu 275 nm, maka digunakan panjang

gelombang pengamatan pada 275 nm. Pada panjang gelombang pengamatan ini,

baik teobromin dan kafein memiliki serapan yang optimum pada detektor UV

yang digunakan dalam sistem KCKT. Teobromin dan kafein memiliki spektra

yang hampir mirip, karena keduanya memiliki gugus kromofor yang sama.

Namun memiliki gugus auksokrom yang berbeda sehingga yang membedakan

adalah intensitas penyerapannya.

E. Pembuatan Kurva Baku Teobromin dan Kafein

Pembuatan kurva baku bertujuan untuk memperoleh persamaan regresi

linear yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung kadar teobromin dan

kafein dalam sampel serbuk cokelat. Persamaan regresi linier yang diperoleh

menyatakan hubungan linier antara konsentrasi (jumlah) analit pada beberapa seri

baku dengan respon Area Under Curve (AUC). Parameter yang dilihat untuk

menentukan linearitas adalah keofisien korelasi (r) yang menyatakan korelasi

antara jumlah analit dengan AUC yang dihasilkan. Pemilihan kurva baku yang

nantinya akan digunakan untuk perhitungan kadar dari teobromin dan kafein

didasarkan pada nilai koefisien korelasi (r) > 0,999; terutama untuk analisis

komponen utama dalam sampel (Snyder et al., 1997), dan juga nilai slope serta

intersep.

Persamaan kurva baku yang digunakan untuk menetapkan kadar

teobromin yaitu y = 1,0993x + 3,6825 yang memiliki nilai r = 0,99978 serta


48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk menetapkan kadar kafein digunakan persamaan y = 1,0180x + 1,4254 yang

memiliki nilai r = 0,99989 (Yunita, 2012).

Konsentrasi vs AUC
150
100
AUC

y = 1,0993x + 3,6825
50 r = 0,99978
0
0 50 100 150
Konsentrasi Teobromin (ppm)

Gambar 14. Kurva hubungan antara jumlah teobromin dengan respon AUC

Konsentrasi vs AUC
80
60
AUC

40 y = 1,0180x + 1,4254
20 r = 0,99989
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi Kafein (ppm)

Gambar 15. Kurva hubungan antara jumlah kafein dengan respon AUC

Berdasarkan kurva baku teobromin dan kafein di atas menunjukkan

hubungan linear antara jumlah analit dengan respon AUC. Kurva tersebut

menggambarkan terjadinya peningkatan respon AUC proporsional dengan

meningkatnya jumlah analit di dalam sampel.

F. Preparasi Sampel Serbuk Cokelat dengan Ekstraksi secara Soxhletasi

Dua puluh kemasan sampel serbuk cokelat dihomogenkan terlebih dahulu.

Proses homogenisasi dilakukan dengan mencampurkan semua sampel menjadi

satu ke dalam suatu wadah tertentu dan dihomogenkan. Sampel kemudian


49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ditimbang sebanyak 30 gram dan dimasukkan ke dalam kantong Soxhlet lalu

dilakukan proses soxhletasi.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah soxhletasi. Metode soxhletasi

ini menggunakan pemanasan yang dilakukan terus menerus, teobromin dan kafein

termasuk senyawa yang tahan terhadap pemanasan, titik didih teobromin dan

kafein cukup tinggi, yakni 290°C dan 235-237°C (Clarke, 1986) sehingga metode

soxhletasi dapat digunakan untuk ekstraksi teobromin dan kafein. Alasan lain

dalam pemilihan metode soxhletasi karena pengerjaannya mudah dan cairan

penyari yang digunakan lebih sedikit dibandingkan metode ekstraksi lainnya

(Anonim, 1986).

Prinsip kerja adalah ekstraksi secara kontinyu dengan pemanasan dan

pendinginan berulang (refluks). Pemanasan menyebabkan pelarut menguap. Uap

yang terbentuk akan segera mencair kembali akibat adanya pendinginan. Serbuk

cokelat yang dibungkus dengan kertas saring dimasukkan ke dalam tabung, cairan

penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa

samping, kemudian diembunkan kembali melalui pendinginan tegak. Cairan turun

ke labu melalui tabung yang berisi serbuk cokelat.

Sampel serbuk cokelat dibungkus menggunakan kertas saring karena

pori-pori kertas saring lebih kecil dibandingkan serbuk cokelat yang diekstraksi

sehingga butiran serbuk cokelat tidak keluar dari kantong Soxhlet selama proses

ekstraksi. Kertas saring juga dapat menyerap pelarut dengan baik sehingga pelarut

dapat bebas keluar masuk ke dalam pembungkus dan mengekstrak butiran serbuk

cokelat yang berada di dalamnya. Bila konsentrasi di zona kertas saring tinggi
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

maka pelarut akan dialirkan ke konsentrasi yang rendah di dalam tabung sifon,

setiap tetesan yang jatuh membasahi kertas saring akan beradaptasi untuk

mendapatkan konsentrasi yang sama dengan pelarut yang lebih dulu jatuh

membasahi kertas saring. Larutan tersebut kemudian akan memenuhi tabung

kapiler yang berada di sebelah tabung sifon sampai ketinggian tertentu, kemudian

larutan akan mengalir dan jatuh ke dalam labu alas bulat yang menjadi tempat

teobromin dan kafein terakumulasi.

Sampel serbuk coklat pertama-tama disoxhletasi dengan menggunakan

pelarut petroleum eter (titik didih 40-60oC) selama 4 jam dengan menjaga suhu

penangas air ± 50-65oC untuk menghilangkan lemak dalam sampel. Proses

pengilangan lemak dalam sampel menggunakan petroleum eter (titik didih 40-

60oC) perlu dilakukan karena di dalam sampel serbuk cokelat banyak terdapat

senyawa-senyawa lemak, karbohidrat, protein, serat dan mineral (Baba et al.,

2007) yang dapat mengganggu pada saat analisis teobromin dan kafein. Proses

penghilangan lemak dilakukan selama 4 jam supaya senyawa-senyawa lemak

yang terdapat di dalam serbuk cokelat sebagai pengganggu dalam proses

penetapan kadar teobromin dan kafein dapat dihilangkan dengan sempurna,

ditandai dengan tidak berwarnanya cairan sifon. Kandungan lemak dalam sampel

cokelat dianggap sebagai pengganggu dalam proses analisis kuantitatif karena

molekulnya yang besar dapat menyumbat kolom sehingga dapat mengganggu

pengukuran dan juga dapat mengakibatkan ketidakstabilan tekanan pompa.

Sampel serbuk cokelat yang telah dihilangkan lemaknya kemudian

direndam dengan NaOH 0,1 M selama ± 5 menit supaya teobromin dan kafein
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tetap dalam bentuk molekul yang utuh karena teobromin (pKa = 10) dan kafein

(pKa = 10,4) termasuk senyawa alkaloid basa (Nadendla, 2005); sehingga perlu

dilakukan perendaman dengan suasana basa (pH = 13) supaya teobromin dan

kafein tetap dalam bentuk molekul yang utuh. Menurut Kazakevich and LoBrutto

(2007), pH bufer yang digunakan ± 2 unit dari nilai pKa analit agar analit berada

dalam bentuk tunggal yakni bentuk terion atau bentuk molekul utuh.

Teobromin dan kafein dalam sampel serbuk cokelat berada dalam bentuk

garam karena berikatan dengan asam-asam organik. Fungsi perendaman dengan

NaOH 0,1 M adalah untuk melepas teobromin dan kafein yang semula berbentuk

garam yang larut air menjadi teobromin dan kafein berbentuk basa sehingga dapat

larut dalam kloroform. Reaksi pembasaan teobromin dan kafein menggunakan

larutan NaOH 0,1 M (gambar 16 dan 17) adalah sebagai berikut:

O CH3 O CH3

H N H N
N N
+ NaOH + NaX + H20
N. HX N
O N O N

CH3 CH3

Teobromin dalam bentuk garam Teobromin dalam bentuk basa (molekul utuh)
(larut dalam air) (larut dalam pelarut organik)

Keterangan : HX adalah asam-asam organik


Gambar 16. Reaksi pembasaan teobromin menggunakan larutan NaOH 0,1 M

O CH 3 O CH 3

H3C N H 3C N
N N
+ NaOH + NaX + H 20
N. HX N
O N O N

CH3 CH3

Kafein alam bentuk garam Kafein dalam bentuk basa (molekul utuh)
(larut dalam air) (larut dalam pelarut organik)

Keterangan : HX adalah asam-asam organik


Gambar 17. Reaksi pembasaan kafein menggunakan larutan NaOH 0,1 M
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cairan penyari yang digunakan pada penelitian ini adalah kloroform

teknis. Klorofom dapat melarutkan alkaloid basa, sehingga zat pengganggu yang

larut hanya terbatas (Anonim, 1986). Teobromin dan kafein termasuk golongan

alkaloid basa, selain itu teobromin dan kafein juga sangat larut dalam kloroform

(Anonim, 1989).

Jumlah kloroform teknis sebagai cairan penyari yang digunakan adalah

100 mL, lebih dari dua kali sirkulasi. Satu kali sirkulasi dihitung ketika cairan

naik sampai penuh di tabung Soxhlet dan turun kembali menuju labu alas bulat.

Penggunaan cairan penyari minimal sebanyak dua kali sirkulasi dilakukan untuk

menjaga kondisi ekstraksi apabila sudah terjadi satu kali sirkulasi masih ada

pelarut yang tertinggal di labu.

Metode soxhletasi dapat dikatakan lebih hemat dalam hal jumlah pelarut,

karena sejumlah pelarut yang telah menarik teobromin dan kafein akan

tertampung di dalam labu alas bulat dan pelarut akan menguap kembali tanpa

membawa teobromin dan kafein untuk ikut teruap, dan setelah pelarut menguap,

pelarut akan didinginkan oleh pendingin sehingga mengalami kondensasi

kemudian menetes kembali sebagai kloroform yang baru kemudian membasahi

ulang kertas saring yang berisi serbuk cokelat, begitu seterusnya hingga pelarut

dalam tabung sifon kantong Soxhlet bening/tidak berwarna secara visual. Bila

larutan penyari telah bening maka seluruh komponen serbuk cokelat yang terlarut

dalam kloroform telah habis terekstraksi.

Keuntungan ekstraksi dengan soxhletasi yaitu penarikan kandungan

kimianya dapat optimal karena pelarutnya selalu baru, pelarutnya diuapkan dan
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan adanya pendinginan maka uap yang ada berubah menjadi tetes-tetes

pelarut lagi dan turun mengenai serbuk, demikian seterusnya hingga waktu yang

telah ditentukan selesai.

Ekstrak cair yang didapatkan kemudian ditampung dalam cawan porselin

yang telah ditimbang sebelumnya, sehingga dapat diketahui berat ekstrak cokelat

yang diperoleh. Ekstrak cair hasil dari ekstraksi soxhletasi mengandung cairan

penyari klorofom yang masih banyak (encer), sehingga perlu diubah menjadi

ekstrak kental. Proses pengentalan dilakukan dengan penguapan menggunakan

waterbath, karena dengan menggunakan waterbath, suhu dapat diatur dan

pemanasan di setiap bagian waterbath sama (keseragaman suhu). Suhu yang

digunakan pada waterbath dijaga sekitar 65-75°C dengan pengamatan suhu pada

termometer yang dipasang pada statif, suhu ini berada di atas titik didih

kloroform, yaitu 61°C (Clarke, 1986).

G. Jumlah Sirkulasi Ekstraksi Teobromin dan Kafein dalam Serbuk Cokelat

yang Menghasilkan Kadar Maksimum

Tujuan penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi teobromin dan kafein dalam

serbuk cokelat untuk mendapatkan jumlah sirkulasi ekstraksi yang maksimum

sehingga teobromin dan kafein terekstraksi seluruhnya. Metode yang digunakan

untuk penelitian ini adalah soxhletasi karena pengerjaannya mudah, cepat, cairan

penyari yang digunakan lebih sedikit daripada metode ekstraksi lain dan secara

langsung diperoleh hasil ekstraksi yang lebih pekat (Anonim, 1986).


54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Variasi penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi pada penelitian ini adalah 25,

28, 31, 34, dan 37 kalli sirkulasi dan masing-masing tahapan sirkulasi dilakukan

replikasi sebanyak 3 kali untuk mengetahui reprodusibilitas kadar sampel yang

diperoleh. Jumlah 25 kali sirkulasi digunakan sebagai jumlah sirkulasi terendah

karena menurut Utami (2011), ekstraksi telah sempurna ditandai bila cairan sifon

tidak berwarna atau sirkulasi ekstraksi telah mencapai 20-25 kali.

Ekstrak kental dari masing-masing jumlah sirkulasi ditampung dalam

cawan poselin yang sudah ditimbang sebelumnya, sehingga dapat diketahui berat

ekstrak cokelat yang diperoleh. Respon AUC yang diperoleh kemudian

dimasukkan ke dalam persamaan baku yang diperoleh sehingga didapatkan kadar

sampel. Hasil kromatogram yang diperoleh:

Jumlah Sirkulasi vs Kadar Teobromin


0,12
Kadar Teobromin (% b/b)

0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
0,00
20 25 30 35 40
Jumlah Sirkulasi Ekstraksi (kali)

Gambar 18. Kurva hubungan antara jumlah sirkulasi ekstraksi vs kadar teobromin (% b/b)

pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi


55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jumlah Sirkulasi vs Kadar Kafein


Kadar Kafein (% b/b) 0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
0,00
20 25 30 35 40
Jumlah Sirkulasi Ekstraksi (kali)

Gambar 19. Kurva hubungan antara jumlah sirkulasi ekstraksi vs kadar kafein (% b/b)
pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada gambar 18 dan 19 menunjukkan

terjadinya peningkatan kadar teobromin dan kafein seiring dengan terjadinya

peningkatan jumlah sirkulasi ekstraksi. Penarikan senyawa teobromin dan kafein

dari serbuk cokelat dalam penelitian ini ditujukan untuk keperluan analisis,

sehingga diharapkan senyawa teobromin dan kafein yang terambil dapat

semaksimal mungkin/seluruhnya.

Berdasarkan kurva pada gambar 18 dan 19, pada jumlah sirkulasi ekstraksi

yang ke 37 kali, didapatkan kadar teobromin dan kafein yang paling maksimum.

Namun, pada penelitian ini menggunakan jumlah sirkulasi ekstraksi 34 kali dan

proses sirkulasi tidak dilanjutkan, maka tidak ada jaminan pasti bahwa senyawa

teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat sudah terambil seluruhnya.

Tabel IV. Kadar rata-rata teobromin pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi
Jumlah AUC Konsentrasi Berat Kadar Teobromin CV
SD
Sirkulasi Teobromin/40000 Teobromin (ppm) Ekstrak (g) (% b/b) (%)
25 47,4309 39,7966 0,8391 0,0444 0,0016 3,6909
28 49,6496 41,8148 1,0319 0,0575 0,0020 3,4426
31 53,0399 44,8989 1,3429 0,0804 0,0012 1,4704
34 58,9038 50,2331 1,5812 0,1057 0,0013 1,2000
37 60,1241 51,3432 1,5674 0,1073 0,0023 2,1482
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel V. Kadar rata-rata kafein pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi


Jumlah AUC Kafein/ Konsentrasi Berat Kadar Kafein CV
SD
Sirkulasi 40000 Kafein (ppm) Ekstrak (g) (% b/b) (%)
25 26,6944 24,8222 0,8391 0,0276 0,0022 7,9438
28 29,4566 27,5356 1,0319 0,0379 0,0013 3,4598
31 23,7187 23,7187 1,3429 0,0425 0,0010 2,3486
34 44,9447 42,7498 1,5812 0,0899 0,0006 0,7220
37 46,0802 43,8653 1,5674 0,0917 0,0017 1,8403
Masing-masing sirkulasi ekstraksi diulangi sebanyak 3 kali

Menurut Gonzales and Herrador (2007), nilai %CV dari AOAC PVM

yang masih diperbolehkan untuk konsentrasi analit 100 ppm adalah 5,3%.

Pengukuran kadar teobromin pada penetapan jumlah sirkulasi ekstraksi yang

mempunyai konsentrasi dibawah 100 ppm, masing-masing tahapan sirkulasi

mempunyai nilai %CV lebih kecil 5,3%. Nilai %CV menurut ketentuan Horwitz,

konsentrasi analit 100 ppm adalah 8%. Pengukuran kadar kafein pada penetapan

jumlah sirkulasi ekstraksi yang mempunyai konsentrasi di bawah 50 ppm,

masing-masing tahapan sirkulasi mempunyai nilai %CV lebih kecil 8%.

Presisi adalah suatu ukuran kedekatan nilai data satu dengan data lainnya

dalam suatu pengukuran pada kondisi analisis yang sama (keterulangan hasil

pengukuran). Presisi dinyatakan dengan persen Relative Standard Deviation

(RSD) atau Coefficient of Variation (CV). Semakin kecil nilai CV maka

presisinya akan semakin baik.

Nilai %CV yang diperoleh di masing-masing tahap jumlah sirkulasi

ekstraksi menandakan bahwa kadar teobromin dan kafein yang diperoleh

mempunyai keterulangan yang baik sehingga kadar teobromin dan kafein yang

diperoleh dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.


57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H. Analisis Kualitatif Berdasarkan Waktu Retensi (tR) Teobromin dan


Kafein

Waktu retensi atau waktu tambat yang dinyatakan dalam satuan waktu

(menit) merupakan parameter analisis kualitatif dalam KCKT. Waktu retensi

adalah waktu yang dibutuhkan analit saat diinjek sampai keluar dari kolom dan

terdeteksi oleh detektor (Mulja dan Suharman, 1995).

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi

sampel (tR) dengan waktu retensi (tR) baku pembanding. Analisis kualitatif ini

dilakukan untuk membuktikan bahwa di dalam sampel serbuk cokelat yang diuji

terdapat teobromin dan kafein. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kemiripan

waktu retensi sampel (tR) dengan waktu retensi (tR) baku pembanding. Hasil

kromatogram yang diperoleh sebagai berikut:

Teobromin

Kafein

Parameter KCKT:

Kolom : Kromasil Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER


dimensi 250 mm x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm
Fase gerak : metanol : akuabides/TEA 3% (40 : 60, v/v)
Kecepatan alir : 0,8 mL/menit
Detektor UV : 275 nm
Volume injeksi : 10 µL
Gambar 20. Kromatogram baku campuran teobromin (60 ppm) dan kafein (30 ppm)
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Teobromin

Kafein

Gambar 21. Kromatogram sampel ekstrak serbuk cokelat

Parameter KCKT sama dengan kromatogram pada gambar 20

Berdasarkan kromatogram yang dihasilkan, antara baku teobromin dan

kafein memiliki waktu retensi yang tidak jauh berbeda dengan sampel. Waktu

retensi baku teobromin adalah 2,260 menit dan waktu retensi baku kafein adalah

3,681 menit. Waktu retensi kedua senyawa pada sampel adalah 2,231 menit untuk

teobromin dan kafein memiliki waktu retensi 3,616 menit.

Waktu retensi teobromin dan kafein dipengaruhi oleh adanya perbedaan

interaksi antara kedua senyawa dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan.

Pada penelitian ini, sistem KCKT yang digunakan yaitu sistem KCKT fase

terbalik dimana fase gerak yang digunakan bersifat lebih polar dibanding dengan

fase diamnya. Fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan (C18) dan fase

gerak yang digunakan yaitu campuran metanol dan akuabides/TEA 3% dengan

komposisi 40 : 60 (v/v). Pada sistem KCKT ini, senyawa yang lebih polar akan

terelusi terlebih dahulu dibandingkan dengan senyawa yang lebih non polar. Hal

ini terjadi karena senyawa yang lebih polar akan lebih kuat berinteraksi dengan

fase gerak dibandingkan interaksinya dengan fase diam, sehingga akan lebih

mudah terelusi melewati fase diamnya. Senyawa yang lebih non polar akan
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cenderung berinteraksi lebih kuat pada fase diamnya maka akan tertinggal di

kolom lebih lama dan memiliki waktu retensi yang lebih lama dibanding senyawa

yang bersifat lebih polar. Berikut adalah gambar gugus non polar teobromin dan

kafein:
A O B O
CH3 CH3

H3 C N
N
HN N

N N
O N O N

CH3 CH3

Gambar 22. Gugus non polar teobromin (A) dan kafein (B)
= Gugus non polar

Dilihat dari strukturnya, kafein memiliki gugus non polar yang lebih

banyak dibandingkan dengan teobromin sehingga teobromin lebih bersifat polar

dibanding kafein. Gugus non polar akan berinteraksi dengan fase diam melalui

interaksi van Der Waals, sedangkan gugus polar akan berinteraksi dengan fase

gerak melalui interaksi hidrogen. Berikut ini adalah gambar interaksi teobromin

dan kafein dengan fase diam oktadesilsilan dan fase gerak metanol : akuabides

TEA 3% (40 : 60, v/v):


O
CH3

N
HN

N
O N

CH3

H3C

Si
O CH3

H3C

Gambar 23. Interaksi teobromin dengan fase diam C18 melalui interaksi van Der Waals
= interaksi van Der Waals
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

O
CH3
H3C
N
N

N
O N

CH3

H3C

Si
O CH3

H3C

Gambar 24. Interaksi kafein dengan fase diam C18 melalui interaksi van Der Waals
= interaksi van Der Waals

Pada gambar 23 dan 24 menunjukkan interaksi antara gugus non polar

teobromin dan kafein dengan fase diam oktadesilsilan (C18). Berdasarkan gambar

di atas terlihat kafein lebih banyak memiliki gugus non polar yang berinteraksi

dengan fase diam oktadesilsilan dibanding teobromin. Pada teobromin dan kafein

interaksi yang terjadi adalah interaksi van Der Waals, interaksi ini menyebabkan

kafein tertahan lebih lama di dalam kolom sehingga waktu retensi kafein lebih

lama dibanding waktu retensi teobromin.

H O H O CH3

H O CH3

H3C O H O H N
N H
H
N H O H O CH3
H3C O H O H O N

H CH3

Gambar 25. Interaksi teobromin dengan fase gerak metanol : akuabides/TEA 3% (40 : 60,
v/v) melalui interaksi hidrogen
- - - - - = interaksi hidrogen
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H O H O CH3

O CH3

H3C N
N H

N H O H O CH3
H3C O H O H O N

H CH3

Gambar 26. Interaksi kafein dengan fase gerak metanol : akuabides/TEA 3% (40 : 60, v/v)
melalui interaksi hidrogen
- - - - - = interaksi hidrogen

Gambar 25 dan 26 di atas menunjukkan bahwa gugus polar senyawa

teobromin memiliki kemungkinan interaksi hidrogen yang lebih banyak dibanding

kafein sehingga teobromin memiliki waktu retensi yang lebih singkat dibanding

kafein, karena semakin banyak jumlah interaksi hidrogen maka interaksi antara

zat analit dengan fase gerak akan semakin kuat sehingga analit akan terelusi

terlebih dahulu.

I. Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Sampel dengan

Penambahan Larutan Baku Campuran Teobromin dan Kafein

Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam sampel yang telah ditambah

baku teobromin dan kafein diperlukan karena matriks baku teobromin dan kafein

yang digunakan tidak sama dengan matriks sampel yang akan dianalisis, sehingga

penggunaan kurva baku teobromin dan kafein saja dianggap belum cukup.

Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam sampel dimaksudkan untuk

menentukan akurasi dan presisi baku teobromin dan kafein yang dispike ke dalam

matriks sampel.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penetapan kadar teobromin dan kafein untuk menentukan akurasi dan

presisi menggunakan 3 level konsentrasi dan masing-masing konsentrasi

direplikasi sebanyak 3 kali. Konsentrasi teobromin yang digunakan 20, 60, dan

120 ppm, sedangkan kafein menggunakan konsentrasi 10, 30, dan 60 ppm.

Sebagai blanko digunakan sampel yang tidak dispike dengan senyawa baku.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yunita (2012), masing-

masing level konsentrasi memiliki akurasi dan presisi yang baik, sesuai kriteria

yang diperbolehkan oleh Gonzales and Herrador (2007). Hal ini menunjukkan

bahwa dalam aplikasi penetapan kadar sampel dalam ekstrak cokelat dapat

menggunakan level konsentrasi teobromin 20, 60, dan 120 ppm, sedangkan

konsentrasi kafein 10, 30, dan 60 ppm karena masing-masing memberikan akurasi

dan presisi yang baik.

J. Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Ekstrak Serbuk Cokelat

Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar teobromin dan

kafein yang terdapat dalam ekstrak serbuk cokelat. Penetapan kadar teobromin

dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat dihitung berdasarkan persamaan kurva

baku yang diperoleh dari validasi. Presisi yang dinyatakan dengan nilai koefisien

variasi (CV) merupakan parameter dalam mengukur suatu metode untuk

mendapatkan hasil yang reprodusibel. Perhitungan kadar teobromin dan kafein

dari sampel pada tabel berikut:


63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel VI. Perhitungan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat

Teobromin Kafein
Sampel Konsentrasi Konsentrasi
Kadar % (b/b) Kadar % (b/b)
(ppm) (ppm)
1 52,0529 0,1112 44,0743 0,0941
2 51,9809 0,1093 43,8285 0,0921
3 52,0574 0,1068 44,1145 0,0905
4 51,8908 0,1057 43,9573 0,0896
5 52,0032 0,1070 44,1166 0,0907
6 51,9757 0,1052 44,1076 0,0893
x 0,1075 x 0,0911
SD 0,0023 SD 0,0018
CV (%) 2,1038 CV (%) 1,9807

Data penetapan kadar diperoleh rata-rata kadar teobromin dalam ekstrak

serbuk cokelat adalah 0,11 % (b/b) dengan nilai CV = 2,10% dan kadar kafein

adalah 0,09 % (b/b) dengan nilai CV = 1,98. Mengingat bahwa sampel serbuk

cokelat diproduksi dalam tiap kemasan yang berisi 45 gram, maka kadar

teobromin dapat dinyatakan sebanyak 48,38 mg/kemasan dan kadar kafein dapat

dinyatakan sebanyak 41,0 mg/kemasan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jumlah sirkulasi ekstraksi serbuk cokelat merk “X” dengan metode soxhletasi

yang menghasilkan kadar teobromin dan kafein maksimum adalah 37 kali

sirkulasi.

2. Kadar teobromin dan kafein dalam serbuk cokelat merk “X” hasil penetapan

dengan metode KCKT fase terbalik yang telah tervalidasi yaitu 0,11 % (b/b)

untuk teobromin dan 0,09 % (b/b) untuk kafein. Coefficient of Variation (CV)

kadar teobromin yaitu 2,10% dan CV kadar kafein yaitu 1,98%.

B. Saran

1. Perlu dilakukan optimasi penggunaan petroleum eter dalam proses ektraksi,

sehingga proses penghilangan lemak dapat berjalan dengan optimal.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan metode ekstraksi yang lain untuk penetapan

kadar teobromin dan kafein agar didapatkan kadar teobromin dan kafein yang

optimal.

3. Perlu dilakukan optimasi jumlah sirkulasi ekstraksi sampai didapatkan kadar

teobromin dan kafein maksimum, sehingga kadar teobromin dan kafein yang

diperoleh dapat mencerminkan kandungan teobromin dan kafein dalam

sampel serbuk cokelat yang sebenarnya.

64
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Perlu dilakukan penetapan kadar teobromin dan kafein dalam sediaan serbuk

cokelat dengan menggunakan sampel yang lebih luas, sehingga hasil yang

diperoleh dapat diperbandingkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1986, Sedian Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta, pp. 5-25.
Anonim, 1989, The Merck Index, 11th Ed., Merck and Co., Inc., Rahway, N. J.,
USA, pp. 39, 164.
Anonim, 1990, Official Method of Analysis of AOAC International, 15th ed, vol
III, Chapter 29, AOAC International, Arlington, Virginia, USA, pp.
754.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, pp. 254-255, 649, 753, 1067.
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan I,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 1-12.
Alexander, J., Benford, D., Cockburn, A., Cravedi, J. P., Dogliotti, E., et al., 2008,
Theobromine as undesirable substances in animal feed Scientific
Opinion of the Panel on Contaminants in the Food Chain, The EFSA J.,
725, pp. 1-66.
Anonim, 2011, British Pharmacopoeia 2011, volume IV, The Stationery Office,
London, pp. 2115.
Ansel, H. C., 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat,
diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, pp. 48.
Baba, S., Osakabe, N., Kato, Y., Natsume M., Yasuda, A., Kido T., Fukuda K.,
Muto Y., and Kondo K., 2007, Continuous intake of polyphenolic
compounds containing cocoa powder reduces LDL oxidative
susceptibility and has beneficial effects on plasma HDL-cholesterol
concentrations in humans, Am J. Clin Nutr., pp. 709-717
Choo, Khor Swan and Tee E-Siong, 1996, Development of a HPLC method for
the simultaneous determination of several B-vitamins and absorbic acid,
Malay. J. Nutrition., 2, pp. 49-65.
Clarke, E. G. C., 1986, Isolation and Identification of Drugs in Pharmaceutical,
Body Fluid and Post-Mortem Material, 2nd edition, The Pharmaceutical
Press, London, pp. 540-541, 1010-1011.
Czech, K., Johnson, A., and Rodeberg, N., 2011, Simultaneous determination of
caffeine and theobromine in local area coffee brews, Concordia College
J. Anal Chem., 2, pp. 17-22.
Dean, A. J.,1995, Analytical Chemistry Handbook, Mc Graw Hill, USA, pp.463.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, cetakan kedua,
Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 385-386,390.

66
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gonzales, A. G., and Herrador, M. A., 2007, A practical guide to analytical


method validation, including measurement uncertainty and accuracy
profiles, Trend in Anal. Chem., 26, pp. 227-238.
Gritter, R. J., Bobbit, J. M., and Schwarting, A. E., 1985, Introduction to
Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padwawinata, edisi II,
Penerbit ITB, Bandung, pp. 205-219.
Harborne, J.B., 1987, Phitochemical methods, diterjemahkan oleh Padmawinata,
Kosasih dan Soediro, Iwang, Penerbit ITB, Bandung, pp. 19-21.
Harris. D. C., 1999, Quantitative Chemical Analysis, 2nd ed., W. H. Freeman and
Company, New York, pp. 648.
Helmenstine, A. M., 2010, Theobromine Chemistry: Theobromine Is Chocolate’s
Caffeine Relative, www.chemistry.about.com, diakses tanggal 13
Desember 2010
Johnson, E. L., and Stevenson, R., 1978, Basic Liquid Chromatography,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, pp.
2-11, 17-25, 90-91, 99-103.
Kazakevich, Y., dan LoBrutto R., 2007, HPLC for Pharmaceutical Scientists,
John Wiley & Sons, Inc., New Jersey, pp. 15, 192.
Khopkar S. M., 1990, Konsep Dasar Kmia Analitik, UI Press, Jakarta, pp. 85-102.
Loong, William J. and Henderson, Jhon W. Jr., 2007, Chromatography of
Nitrogen Containing Compounds Without Triethylamine, Agilent
Technology.
Mitra, S., 2003, Sample Preparation Techniques in Analytical Chemistry, Wiley,
New York, pp. 143.
Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Universitas Airlangga,
Surabaya, pp. 31-34.
Munson, J. W., 1984, Pharmaceutical Analysis Modern Methods, diterjemahkan
oleh Harjana Parwa B., Airlangga University Press, Surabaya, pp. 14-
16.
Mutiara, 2011, Cokelat, http://za0l.multiply.com/journal/item/240?&show
interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem, diakses tanggal 18 Oktober
2011
Mutschler and Ernst., 1986, Arzneimettelwirkungen, diterjemahkan oleh Widianto
M. B., dan Ranti A. S., edisi IV, Penerbit Institut Teknologi Bandung,
Bandung, pp. 158-159.
Nadendla, R. R., 2005, Principles of Organic Medical Chemistry, New Age
International, New Delhi, pp. 19.
Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, UGM, Yogyakarta, pp. 6-17.
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pescok, R. L., Shields, L. D., and Caims, T., 1976, Modern Methods of Chemical
Analysis, 2nd ed, John Wiley & Sons, Canada, pp. 51.
Popl, M., 1990, Chromatographic Analysis of Alkaloids, Marcel Dekker Inc., New
York, pp. 43.
Qiqi, 2001, Kafein dan Minuman Kesehatan,
http://www.suaramerdeka.com/harian/0610/30/ragam04.htm, diakses
tanggal 18 Oktober 2011
Ramli, N., Yatim, A. M., Said, M., and Hok, H. C., 2001, HPLC Determination of
Methylxanthines and Polyphenols Levels In Cocoa and Chocolate
Products, Malaysian J. Anal. Sci., 7(2), pp. 377-386.
Robbers, J. E. 1996, Pharmacognosy and Pharmacobiotecnology, Lea & Febiger,
Pennsylvania, pp. 146-147, 184.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 217-230.
Sastrohamidjojo, H., 2002, Spektroskopi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, pp. 11.
Sidik dan Mudahar. H., 2000, Ekstraksi Tumbuhan Obat, Metode dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Produksi, dalam seminar PERHIBA
Pemanfaatan Bahan Obat Alam III, Fakultas Farmasi Universitas 17
Agustus 1945, Jakarta
Skoog, D. A., Holler, F., J., and Nieman, T. A., 1998, Principles of Instrumental
Analysis, 5th ed, Harcourt Bace Collage, Philadelphia, pp. 329-351.
Snyder, L. R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, Pratical HPLC Method
Development, 2nd edition, John Wiley & Sons, Inc., New York, pp.687.
Sunaryo, 1995, Farmakologi dan Terapi: Perangsang Susunan Saraf Pusat, edisi
IV, editor Sulistia G. Ganiswara, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 223, 227.
Tjay, T. H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi 5, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, pp. 298, 351.
Utami, S., 2011, Mengapa Kepala Pusing Jika Mendadak Menghentikan
Kebiasaan Minum Kopi?, http://utamizufar.guru-
indonesia.net/artikel_detail-11195.html, diakses tanggal 18 Oktober
2011
Voigt, 1971, Buku Pembelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Pertama,
diterjemahkan oleh Soendani Noerono, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, pp. 163-164.
Wanyika, H. N., Gatebe, E. G., Gitu, L. M., Ngumba E. K., and Maritim C. W.,
2010, Determination of Caffein Content of Tea and Isntant Coffe
Brands Found in The Kenyan Market, African J. of Food Science, 4(6),
pp. 353-358.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Wati, E. R., 2012, Optimasi Komposisi dan Flow Rate Fase Gerak pada
Penentuan Kadar Teobromin dan Kafein dalam Serbuk Cokelat dengan
Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Weinberg, Bennett Alan dan Bealer, Bonnie K., 2010, The Miracle of Caffein
Manfaat Tak Terduga Kafein Berdasarkan Penelitian Paling Mutakhir,
Qanita, Bandung, pp. 49.
Willard, H. H., Merrit, Jr., Dean, J.A., and Settle, Jr F. A., 1988, Instrumental
Methods of Analysis, 7th ed, Wardwoth Publishing Company,
California, pp. 580.
Wilmana, P. F., 1995, Analgesik-Antipiretik Anti-inflamasi Non Steroid dan Obat
Pirai dalam Farmakologi dan Terapi, firth Ed, Bagian Farmakologi
Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 207-215.
Winarno, F. G., 1997, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, pp. 231.
Yunita, M. S. R., 2012, Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) Fase Terbalik pada Penetapan Kadar Teobromin dan Kafein
dalam Serbuk Cokelat Merk “X”, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

70
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1. Sertifikat analisis teobromin


72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Sertifikat analisis kafein


73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Penimbangan serbuk cokelat tiap kemasan untuk perhitungan

keseragaman bobot sampel serbuk cokelat

Bobot sampel Bobot sampel pada Selisih bobot selisih bobot


No
terukur (g) kemasan (g) sampel (g) sampel (%)
1 48,227 45 3,227 6,8648
2 48,094 45 3,094 6,5819
3 45,386 45 0,386 0,8211
4 46,321 45 1,321 2,8102
5 49,458 45 4,458 9,4835
6 47,286 45 2,286 4,8630
7 45,345 45 0,345 0,7339
8 48,137 45 3,137 6,6734
9 46,219 45 1,219 2,5932
10 46,325 45 1,325 2,8187
11 45,395 45 0,395 0,8403
12 48,418 45 3,418 7,2711
13 47,335 45 2,335 4,9673
14 49,341 45 4,341 9,2346
15 45,480 45 0,480 1,0211
16 46,301 45 1,301 2,7676
17 48,165 45 3,165 6,7329
18 45,262 45 0,262 0,5574
19 47,384 45 2,384 5,0715
20 46,278 45 1,278 2,7187
× 47,008 45 2,00785 4,2713
Penyimpangan 10% 47,008 ± 4,700785
Penyimpangan 15% 47,008 ± 7,051178
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Penimbangan sampel serbuk cokelat

1. Penimbangan sampel 25 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat beker glass 101,217 101,599 105,219
Berat beker glass + zat 131,226 131,621 135,239
Berat beker glass + sisa 101,221 101,613 105,225
Berat zat 30,005 30,008 30,014
2. Penimbangan sampel 28 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat beker glass 104,172 101,215 108,563
Berat beker glass + zat 134,180 131,222 138,566
Berat beker glass + sisa 104,177 101,226 108,564
Berat zat 30,003 29,996 30,002
3. Penimbangan sampel 31 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat beker glass 105,218 108,623 105,279
Berat beker glass + zat 135,220 138,638 135,287
Berat beker glass + sisa 105,224 108,632 105,291
Berat zat 29,996 30,006 29,996
4. Penimbangan sampel 34 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat beker glass 101,271 101,273 104,232
Berat beker glass + zat 131,281 131,285 134,444
Berat beker glass + sisa 101,287 101,282 104,243
Berat zat 29,994 30,003 30,201
5. Penimbangan sampel 37 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat beker glass 101,642 105,278 104,040
Berat beker glass + zat 131,652 135,286 134,051
Berat beker glass + sisa 101,651 105,287 104,050
Berat zat 30,001 29,999 30,001
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Penimbangan sampel penetapan kadar (34 kali sirkulasi ekstraksi)

Berat beker glass Berat beker Berat beker Berat


Penimbangan
(g) glass + zat (g) glass + sisa (g) zat (g)
Replikasi I 104,043 134,059 104,050 30,009
Replikasi II 101,643 131,656 101,649 30,007
Replikasi III 105,284 135,292 105,290 30,002
Replikasi IV 101,639 131,644 101,647 29,997
Replikasi V 108,554 138, 562 108,561 30,001
Replikasi VI 103,977 133,979 103,983 29,996
Rata-rata 30,002
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Penimbangan bobot tetap ekstrak cokelat

1. Penimbangan bobot ekstrak sampel 25 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat cawan porselin 60,1557 56,2101 53,6462
Berat cawan porselin + ekstrak I 61,0580 57,0174 54,4538
Berat cawan porselin + ekstrak II 61,0583 57,0178 54,4540
Berat ekstrak 0,9023 0,8073 0,8076
2. Penimbangan bobot ekstrak sampel 28 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat cawan porselin 55,5136 55,5700 54,0854
Berat cawan porselin + ekstrak I 56,5862 56,5854 55,0932
Berat cawan porselin + ekstrak II 56,5863 56,5854 55,0934
Berat ekstrak 1,0726 1.0154 1,0078
3. Penimbangan bobot ekstrak sampel 31 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat cawan porselin 58,4752 57,9062 45,9181
Berat cawan porselin + ekstrak I 59,8503 59,2576 47,2203
Berat cawan porselin + ekstrak II 59,8503 59,2578 47,2206
Berat ekstrak 1,3751 1,3514 1,3022
4. Penimbangan bobot ekstrak sampel 34 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat cawan porselin 46,6196 55,5650 56,2035
Berat cawan porselin + ekstrak I 48,2074 57,1284 57,7958
Berat cawan porselin + ekstrak II 48,2077 57,1285 57,7958
Berat ekstrak 1,5878 1,5634 1,5923
5. Penimbangan bobot ekstrak sampel 37 kali sirkulasi ekstraksi

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Penimbangan
(g) (g) (g)
Berat cawan porselin 56,2035 53,6330 45,9177
Berat cawan porselin + ekstrak I 57,7458 55,2056 47,5051
Berat cawan porselin + ekstrak II 57,7459 55,2056 47,5052
Berat ekstrak 1,5423 1,5726 1,5874
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Penimbangan bobot ekstrak sampel penetapan kadar (34 kali sirkulasi

ekstraksi)

Berat cawan Berat cawan Berat


Berat cawan
Penimbangan porselin + ekstrak I porselin + ekstrak II ekstrak
porselin (g)
(g) (g) (g)
Replikasi I 58,4752 60,0775 60,0777 1,6023
Replikasi II 55,5128 57,0899 57,0902 1,5771
Replikasi III 54,0787 55,6179 55,6179 1,5392
Replikasi IV 60,1530 61,6811 61,6814 1,5281
Replikasi V 46,6210 48,1638 48,1638 1,5428
Replikasi VI 57,8940 59,4124 59,4126 1,5184
Rata-rata 1,5513
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Kromatogram sampel penentuan jumlah sirkulasi ekstraksi

Kromatogram sampel 25 kali sirkulasi

Replikasi I

Parameter KCKT:

Kolom : Kromasil Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi


250 mm x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm
Fase gerak : metanol : akuabides/TEA 3% (40 : 60, v/v)
Kecepatan alir : 0,8 mL/menit
Detektor UV : 275 nm
Volume injeksi : 10 µL
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Replikasi II

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I

Replikasi III

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I


80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kromatogram sampel 28 kali sirkulasi

Replikasi I

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I

Replikasi II

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I


81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Replikasi III

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I

Kromatogram sampel 31 kali sirkulasi

Replikasi I

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I


82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Replikasi II

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I

Replikasi III

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I


83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kromatogram sampel 34 kali sirkulasi

Replikasi I

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I

Replikasi II

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I


84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Replikasi III

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I

Kromatogram sampel 37 kali sirkulasi

Replikasi I

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I


85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Replikasi II

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I

Replikasi III

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 25 kali sirkulasi, replikasi I


86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Kromatogram sampel menggunakan 34 kali sirkulasi

1. Kromatogram sampel replikasi 1

Parameter KCKT:

Kolom : Kromasil Oktadesilsilan C-18 (100-5C18) merek KNAUER dimensi


250 mm x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm
Fase gerak : metanol : akuabides/TEA 3% (40 : 60, v/v)
Kecepatan alir : 0,8 mL/menit
Detektor UV : 275 nm
Volume injeksi : 10 µL
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kromatogram sampel replikasi 2

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 34 kali sirkulasi, replikasi I

3. Kromatogram sampel replikasi 3

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 34 kali sirkulasi, replikasi I


88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Kromatogram sampel replikasi 4

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 34 kali sirkulasi, replikasi I

5. Kromatogram sampel replikasi 5

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 34 kali sirkulasi, replikasi I


89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Kromatogram sampel replikasi 6

Parameter KCKT sama dengan kromatogram sampel 34 kali sirkulasi, replikasi I


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90

Lampiran 8. Data kadar teobromin penentuan jumlah sirkulasi

Konsentrasi Kadar
Sampel 25 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 1820317 45,5079 38,0473 0,9023 30,0050 0,0458
Replikasi II 1887226 47,1807 39,5690 0,8073 30,0080 0,0426
0,0016 3,6909
Replikasi III 1984170 49,6043 41,7736 0,8076 30,0940 0,0448
Rata-rata 1897237,6667 47,4309 39,7966 0,8391 30,0357 0,0444

Konsentrasi Kadar
Sampel 28 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 1986317 49,6579 41,8225 1,0726 30,0030 0,0598
Replikasi II 1985939 49,6485 41,8139 1,0154 29,9960 0,0566 0,0020 3,4426
Replikasi III 1985691 49,6423 41,8082 1,0078 30,0020 0,0562
Rata-rata 1985982,3333 49,6496 41,8148 1,0319 30,0003 0,0575

Konsentrasi Kadar
Sampel 31 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 2057940 51,4485 43,4513 1,3751 29,9960 0,0797
Replikasi II 2142013 53,5503 45,3633 1,3514 30,0060 0,0817
0,0012 1,4704
Replikasi III 2164830 54,1208 45,8822 1,3022 29,9960 0,0797
Rata-rata 2053732,5556 53,0399 44,8989 1,3429 29,9993 0,0804
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91

Konsentrasi Kadar
Sampel 34 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 2369067 59,2267 50,5269 1,5878 29,9940 0,1070
Replikasi II 2351063 58,7766 50,1174 1,5634 30,0030 0,1045 0,0013 1,2000
Replikasi III 2348321 58,7080 50,0551 1,5923 30,2010 0,1056
Rata-rata 1897237,6667 58,9038 50,2331 1,5812 30,0660 0,1057

Konsentrasi Kadar
Sampel 37 kali AUC AUC Berat Berat sampel CV
Teobromin teobromin SD
sirkulasi Teobromin Teobromin/40000 ekstrak (g) (g) (%)
(ppm) (% b/b)
Replikasi I 2389744 59,7436 50,9971 1,5423 30,0010 0,1049
Replikasi II 2403954 60,0989 51,3202 1,5726 29,9990 0,1076 0,0023 2,1482
Replikasi III 2421196 60,5299 51,7124 1,5874 30,0010 0,1094
Rata-rata 1897237,6667 60,1241 51,3432 1,5674 30,0003 0,1073
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92

Lampiran 9. Data kadar kafein penentuan jumlah sirkulasi

Konsentrasi
Sampel 25 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 911324 22,7831 20,9801 0,9023 30.0050 0,0252
Replikasi II 1112924 27,8231 25,9309 0,8073 30.0080 0,0279 0,0022 7,9438
Replikasi III 1179081 29,4770 27,5556 0,8076 30.0940 0,0296
Rata-rata 1067776,3333 26,6944 24,8222 0,8391 30.0357 0,0276

Konsentrasi
Sampel 28 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 1178629 29,4657 27,5445 1,0726 30,0030 0,0394
Replikasi II 1178625 29,4656 27,5444 1,0154 29,9960 0,0373 0,0013 3,4598
Replikasi III 1177539 29,4385 27,5178 1,0078 30,0020 0,0370
Rata-rata 1177539 29,4566 27,5356 1,0319 30,0003 0,0379

Konsentrasi
Sampel 31 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 995066 24,8767 23,0366 1,3751 29,9960 0,0422
Replikasi II 1041277 26,0319 24,1714 1,3514 30,0060 0,0435 0,0010 2,3486
Replikasi III 1032183 25,8046 23,9481 1,3022 29,9960 0,0416
Rata-rata 1032183 25,5711 23,7187 1,3429 29,9993 0,0425
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93

Konsentrasi
Sampel 34 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 1788254 44,7064 42,5157 1,5878 29,9940 0,0900
Replikasi II 1800305 45,0076 42,8116 1,5634 30,0030 0,0892 0,0006 0,7220
Replikasi III 1804809 45,1202 42,9222 1,5923 30,2010 0,0905
Rata-rata 1804809 44,9447 42,7498 1,5812 30,0660 0,0899

Konsentrasi
Sampel 37 kali AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar kafein
AUC Kafein Kafein SD CV (%)
sirkulasi Kafein/40000 (g) (g) (% b/b)
(ppm)
Replikasi II 1834166 45,8542 43,6432 1,5423 30,0010 0,0897
Replikasi II 1851835 46,2959 44,0771 1,5726 29,9990 0,0924 0,0017 1,8403
Replikasi III 1843628 46,0907 43,8755 1,5874 30,0010 0,0929
Rata-rata 1843628 46,0802 43,8653 1,5674 30,0003 0,0917
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94

Lampiran 10. Data kadar teobromin dan contoh perhitungan kadar teobromin

AUC Konsentrasi
AUC Berat ekstrak Berat sampel Kadar teobromin CV
Sampel Teobromin/ Teobromin SD
Teobromin (g) (g) (%b/b) (%)
40000 (ppm)
Replikasi I 2436170 60,9043 52,0529 1,6023 30,009 0,1112
Replikasi II 2433003 60,8251 51,9809 1,5771 30,007 0,1093
Replikasi III 2436368 60,9092 52,0574 1,5392 30,002 0,1068
0,0023 2,1038
Replikasi IV 2429044 60,7261 51,8908 1,5281 29,997 0,1057
Replikasi V 2433986 60,8497 52,0032 1,5428 30,001 0,1070
Replikasi VI 2432774 60,8194 51,9757 1,5184 29,996 0,1052
Rata-rata 2433557 60,8389 51,9935 1,5513 30,002 0,1075

Contoh perhitungan kadar teobromin (replikasi I)

Persamaan kurva baku teobromin  y = 1,0993x + 3,6825

Konsentrasi sampel  y = 1,0993x + 3,6825

60,9043 = 1,0993x + 3,6825

1,0993x = 60,9043 - 3,6825

1,0993x = 57,2218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95

x = 52,0529 ppm = 52,0529 µg/mL

= 520,529 µg/10 mL

= 0,520529 mg/10 mL

Berat ekstrak = 1,6023 g


, /
Kadar sampel = 100% = 2,08212% = 2,08%
/

,
Kadar teobromin dalam ekstrak = 1,6023 = 0,033361772 g

= 33,3618 mg

Berat sampel = 30,009 g


,
Kadar teobromin = 100% = 0,1112% b/b
,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96

Lampiran 11. Data kadar kafein dan contoh perhitungan kadar kafein

Konsentrasi
AUC AUC Berat Berat Kadar Kafein CV
Sampel Kafein SD
Kafein Kafein/40000 ekstrak (g) sampel (g) (% b/b) (%)
(ppm)
Replikasi I 1851722 46,2931 44,0743 1,6023 30,0090 0,0941
Replikasi II 1841713 46,0428 43,8285 1,5771 30,0070 0,0921
Replikasi III 1853359 46,3340 44,1145 1,5392 30,0020 0,0905
0,0018 1,9807
Replikasi IV 1846957 46,1739 43,9573 1,5281 29,9970 0,0896
Replikasi V 1853445 46,3361 44,1166 1,5428 30,0010 0,0907
Replikasi VI 1853078 46,3270 44,1076 1,5184 29,9960 0,0893
Rata-rata 1850046 46,2511 44,0331 1,5513 30,0020 0,0911

Contoh perhitungan kadar kafein (replikasi I)

Persamaan kurva baku kafein  y = 1,0180x + 1,4254

Konsentrasi sampel  y = 1,0180x + 1,4254

46,2931= 1,0180x + 1,4254

1,0180x = 46,2931 - 1,4254

1,0180x = 44,8677
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97

x = 44,0744 ppm = 44,0744 µg/mL

= 440,744 µg/10 mL

= 0,440744 mg/10 mL

Berat ekstrak = 1,6023 g


, /
Kadar sampel = 100% = 1,762976% = 1,76%
/

,
Kadar kafein dalam ekstrak = 1,6023 = 0,028248164 g

= 28,2482 mg

Berat sampel = 30,009 g


,
Kadar kafein = 100% = 0,0941% b/b
,
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 12. Perhitungan konversi kadar teobromin dan kafein dalam

kemasan (45 gram)

1. Kadar rata-rata teobromin = 0,1075 % b/b

= 0,1075 g/100 g
,
Konversi  =

x = 48,375 mg/45 g

Kadar teobromin dalam tiap kemasan = 48,375 mg

2. Kadar rata-rata kafein = 0,0911 % b/b

= 0,0911 g/100g
,
Konversi  =

x = 40,995 mg/45 g

Kadar kafein dalam tiap kemasan = 40,995 mg


99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 13. Perhitungan CV teobromin dan kafein dalam sampel

CV =

,
Teobromin = x 100% = 2,1435%
,

,
Kafein = x 100% = 1,9759%
,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Penetapan Kadar Teobromin

dan Kafein dalam Ekstrak Serbuk Cokelat Merk “X”

Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Fase Terbalik” memiliki nama lengkap Melisa

Darmawan. Penulis lahir di Semarang, Provinsi Jawa

Tengah pada tanggal 29 Mei 1990 sebagai anak keempat

dari pasangan Iwan Darmawan dan Maria Ningrum Darmawan. Pendidikan

formal yang pernah ditempuh penulis adalah TK Sinar Matahari (1995-1996), SD

Kebon Dalem (1996-2002), SMP Kebon Dalem (2002-2005), SMA Kebon Dalem

(2005-2008), kemudian tahun 2008 penulis melanjutkan kuliah di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis aktif

dalam berbagai kegiatan dan organisasi antara lain panitia “Tiga Hari Temu

Akrab Farmasi/Titrasi” (2009), Panitia Seminar “Herbal Medicine” (2008),

panitia Baksos “Pengobatan Gratis” JMKI (2009), panitia “Farmasi untuk Sekolah

Dasar” ISMAFARSI USD (2009), panitia penyuluhan “Farmasi untuk Indonesia”

ISMAFARSI Joglosepur (2009). Selain kegiatan akademik, penulis juga pernah

mengikuti berbagai kegiatan non akademik dengan menjadi pemain basket putri

dalam Kejurnas Liga Basket Mahasiswa (LIBAMA) Divisi I 2009, menjuarai liga

basket regional Yogyakarta 2009, dan dalam Pharmacy Event Cup 2008.

100

Anda mungkin juga menyukai