Anda di halaman 1dari 3

CHAPTER 8

MEASURING AND MANAGING LIFE-CYCLE COST


Managing Products over Their Life Cycle
Perusahaan sebaiknya tidak hanya meningkatkan profitability dari produk yang ada, tetapi
perusahaan juga dapat meningkatkan inovasi dari produk dan jasa yang baru. Inovasi yang
sukses dapat mengantarkan perusahaan pada customer acquisition and growth, margin
enhancement, dan customer loyalty. Inovasi produk adalah prasyarat untuk berpartisipasi dalam
beberapa industri yang dinamis dan berbasis teknologi. Dalam membawa produk baru,
perusahaan perlu mempertimbangkan dampak-dampak yang diakibatkan terhadap lingkungan
dengan adanya inovasi tersebut. Hal tersebut dapat diukur melalui total-life-cycle costing
(TLCC) sebagai pendekatan yang digunakan perusahaan untuk memahami dan mengelola semua
biaya yang terjadi pada product design and development, manufacturing, marketing,
distribution, maintenance, service, dan
disposal. Menurut perspektif perusahaan,
TLCC mengintegrasikan product cost dari
research, development, and engineering
(RDE), manufacturing, dan post sales
service and disposal.

a. Research, Development, and Engineering (RDE) Stage


Terdiri dari tiga tahapan, yakni :
(i) Riset pasar, sebagai upaya untuk mengetahui kebutuhan pelanggan dan menghasilkan
produk baru
(ii) Desain produk, yakni dimana scientists dan engineers mengembangkan spesifikasi
produk,
(iii) Pengembangan produk, ketika perusahaan menciptakan fitur-fitur penting yang dapat
memuaskan pelanggan dan merancang prototype, proses produksi, dan alat khusus yang
diperlukan.
Tahapan ini diidentifikasi menggunakan 80%-85% TLCC, tetapi besarnya cost tersebut juga
akan berdampak besar bagi perusahaan.
b. Manufacturing Stage
Pada tahapan ini, perusahaan akan banyak terjadi pengeluaran biaya untuk memproduksi dan
mendistribusikan produk, seperti material, labor, machinery, dan indirect cost. Pada tahapan
ini, akan banyak diterapkan product and process costing, facilities layout, kaizen,
benchmarking, dan just in time manufacturing.
c. Post sales Service and Disposal Stage
Tahap ini dimulai ketika suatu unit produk berada di tangan konsumen, meskipun kos tahap
ini sudah dibuat saat RD&E stage. Disposal cost meliputi biaya untuk menghilangkan efek
berbahaya dari akhir pemakaian produk, seperti pada biaya penanganan limbah nuklir
terhadap dampaknya bagi lingkungan.

Target Costing
Kemunculan target cost diharapkan mampu mempertimbangan manufacturing cost saat
engineers merancang produk baru yang sesuai dengan keinginan pelanggan pada kos tertentu.
Target cost juga berguna untuk cost reduction selama tahap desain dan dapat membantu dalam
mengelola total life cycle cost. Berikut perbedaan antara traditional cost yang berasal dari US
dengan target cost.
Letak perbedaannya yakni, pada target penentuan cost reduction. Untuk traditional cost, cost
reduction terjadi pada tahap manufacturing stage, sedangkan target cost melakukan cost
reduction sejak RD%E stage karena cost reduction pada tahap ini lebih murah. Selain itu, target
cost juga menerapkan customer driven
saat melakukan riset pasar, penentuan
design cost out terjadi saat sebelum
design and development berakhir dan
manufacturing dimulai, serta target
costing mengadopsi total life cycle cost
untuk meminimalkan biaya. Dari
penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa
target cost didefinisikan sebagai selisih
dari target selling price dengan target
profit margin.
Kemudian, terdapat dua perbedaan
karakteristik target cost, yaitu cross
functional product teams berkontribusi
dalam membuat value chain dan supplier
juga berperan penting pada proses ini sehingga diterapkan supply chain management untuk
mencapai cost reduction. Sayangnya, terdapat beberapa kelemahan dalam penerapan target
costing, seperti lemahnya pemahaman mengenai target costing itu sendiri, implementasi kerja
tim yang buruk, kelelahan karyawan akibat tekanan untuk mencapai tujuan target costing, dan
waktu development yang sangat lama.
Breakeven Time: A Comprehensive Metric for New Product Development
Dalam mengembangkan produk, dibutuhkan koordinasi yang baik antardepartemen. Sayangnya,
banyak terjadi fragmentasi dan hand off yang buruk antardepartemen yang mengakibatkan
terlambatnya pengembangan produk. Kehadiran Breakeven Time (BET) kemudian diharapkan
mampu mengukur manfaat dari integrase lintas fungsional selama siklus pengembangan produk.
BET ini berfungsi mengikut lama waktu dari awal proyek diinisiasi sampai produk
diperkenlakan dan menghasilkan cukup laba untuk membayar investasi. Tujuan dari BET, yakni
supaya perusahaan mencapai titik impas saat proses RD&E, menitikberatkan pada profitabilitas,
dan mendorong produk diluncurkan lebih cepat dari pesaing.
Innovation Measures on the Balanced Scorecard
Tolak ukur kesuksesa suatu produk baru dari metric keuangan yaitu melalui margin kotor dari
produk baru tersebut, apakah produk ini akan menghasilakn margin yang sama atau lebih rendah
dari produk sebelumnya. Selanjutnya, diperlukan juga pengukuran nonfinancial yang dapat
memotivasi dan mengevaluasi inovasi tersebut, terutama dari sisi market research and
generation of new products, serta design, development, and launch of new product.
Environmental Costing
Yang termasuk dalam environmental cost, seperti pemilihan supplier yang berhubungan dengan
lingkungan dan sesuai dengan pembeli, pembuangan limbah produksi, dan layanan penjualan
dan layanan sistem akuntansi. Perhitungan environmental cost dapat menggunakan ABC.
REFERENSI

A. A. Atkinson, R.S. Kaplan, E.M. Matsumura, and S.M. Young. 2012. Management
Accounting: Information for Decision-Making and Strategy Execution. Upper Saddle
River: Pearson Prentice Hall. (AKMY)

Anda mungkin juga menyukai