Beranda ▼
Jumat, 12 Agustus 2016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering muncul pada penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia adalah penurunan kadar darah yang menyebabkan kebutuhan
metabolik yang diperlukan oleh sistem saraf tidak perlu sehingga timbul berbagai keluhan
dan gejala klinik (Admin, 2012). Hipoglikemia berdampak serius pada morbiditas, mortalitas
dan kualitas hidup. Diabetes Kontrol dan Komplikasi Trial (DCCT) melaporkan diperkirakan
2-4% kematian orang dengan diabetes tipe 1 terkait dengan hipoglikemia. Hipoglikemia juga
umum terjadi pada penderita diabetes tipe 2, dengan tingkat prevalensi 70-80% (Setyohadi,
2011). Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
D. Manfaat
1) Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis memiliki tambahan pengetahuan dan pengetahuan dalam
penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit hipoglikemia dan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemia.
Agar pasien dan keluarga memiliki pengetahuan tentang perawatan pada pasien
hipoglikemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar darah
(Kedia, 2011).
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalsium darah <60 mg / dl. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia merupakan kadar glukosa darah normal <60 mg / dl
(McNaughton, 2011)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan klinis antara lain dengan penderita mendorong, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat
dan semakin hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
B. Klasifikasi
2. Kadar emisi darah rendah (<3 mmol / L). Masalah neuroglikopenik seperti bingung,
mengantuk, sulit berbicara, koordinasi, masalah berbeda, gangguan visual, parestesi, mual
sakit kepala.
3. Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar darah sebelumnya naik, kemudian diberi obat
hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia namun kadar kalsium darah normal.
4. Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam setelah makan. Diabetes melitus
merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota keluarga.
C. Etiologi / Penyebab
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangi asupan karbohidrat karena
penggantian atau lewati makan, konsumsi alkohol, peningkatan penggunaan tabungan
karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).
D. Patofisiologi
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relatif atau absolut dan juga
gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma. Ikatan pada penderita diabetes tipe
II. Glukosa itu sendiri merupakan bahan bakar yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia
terkait sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar untuk otak. Selain itu, otak tidak dapat mensintesis
glukosa dan hanya menyimpan cadangan dalam bentuk glikogen. Oleh karena itu, fungsi
otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan dan sirkulasi. Gangguan
emosi dapat menyebabkan gangguan fungsi pusat. Karena terjadi penurunan suplai
menyebabkan otak dapat menyebabkan menurunnya suplai oksigen ke sebabkan akan
menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Batas konsentrasi glukosa darah terkait dengan sistem hormonal, persyarafan dan
pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan emosi oleh organ perifer. Insulin
memegang peran utama dalam pengaturan kosentrasi. Jika konsentrasi darah menurun,
maka hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glukagon yang
dikirim oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap
hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga meningkatkan
peningkatan produksi dan mengurangi penggunaan. Glukagon dan epinefrin merupakan
hormon yang dieksresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam
hati.
Penurunan kadar protein juga menyebabkan penurunan perfusi jaringan perifer, sehingga
epineprin juga menghambat lipolisis pada jaringan lemak dan protein pada otot yang
biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah
(Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang menghilangkan rasa lapar karena kadarnya yang rendah akan
menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga masalah keperawatan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh yang muncul (Carpenito, 2007).
E. PATHAY
F. Manifestasi Klinis
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit
kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.
G. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada tingkat kesulitan yang berubah selalu dapat
menyebabkan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mencegah kerusakan otak
akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah yang dapat menyebabkan gangguan
neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek
hipoglikemia terkait dengan sistem saraf pusat yang terkait dengan pola-pola yang abnormal
(Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) Otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma hingga kematian.
H. Pemeriksaan Penunjang
Diperkirakan untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberikan pendarahan 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70 - 110 mg / dl.
Diperiksa 2 jam setelah diberi lisensi dengan nilai normal <140 mg / dl / 2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang
diperoleh karena pasien tidak dapat mengatur hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c
menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi pada orang normal antara 4-6%. Semakin
tinggi maka akan terlihat DM yang beresiko dan beresiko dipertanyakan.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu melepaskan emosi oral karena pingsan, kejang, atau
perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat diberikan dekstrosa dalam air pada
konsentrasi 50% adalah dosis yang diberikan kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi
25% dapat diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
J. Penatalaksanaan Keperawatan
Sebuah. Jalan nafas
Membuka jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas, ataukah ada
rahasia yang menyelamatkan jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan:
· Hisap
b. Pernafasan
· Beri oksigen
c. Sirkulasi
· Pemberian infus
d. Disabilitas
Ingat kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap rasa
sakit atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien
posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan kemudahan.Segera
memberikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau meminta dokter.
Sebuah. Keluhan utama:
bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnosa sekunder yang
menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
b. Riwayat:
· ANC
· Perinatal
· Pasca kelahiran
· Imunisasi
· Sepsis
· Kanker
c. Fokus data
Subyektif data:
· Nyeri kepala
· Sering menguap
· Irritabel
Data obyektif:
· Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
· Hight — tangis bernada , lemas, apatis, bingung, sianosis, apnea, nafas cepat irreguler,
keringat cepat, mata berputar-putar, ganti makan dan koma
1) Kepala: mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak adanyeri tekan
3) Mata: pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor
4) Hidung: bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada rahasia , terpasang O 2 nasal 5 liter /
menit
5) Telinga: bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada rahasia, tidak ada perdarahan
7) Leher: tidak ada pembesaran tiroid, nadi karotis teraba, tidak adapembesaran limfoid
ax:
9) Perut:
P: suara timpani
3 3
ROM: penuh, Akral hangat, tidak ada edema, terpasang infuse RL di lengan kanan
1) Pola oksigenasi
Sebelum sakit: pasien makan 3x sehari (nasi, sayur, dan lauk) pasien suka makan yang
mengandung kolesterol tinggi, minum 6-8 gelas / hari
Saat dikaji: pasien makan sesuai yang diberikan, minum 4-5 gelas / hari
3) Pola eliminasi
Saat dikaji: aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan tidak dapat bekerja.
5) Pola istirahat
6) Pola Suhu
Saat dikaji: pasien hanya melakukan gerak-terbatas k arenasesak dan nyeri dada kiri
8) Pola ganti
Saat dikaji: pasien menggunakan pakaian seadaanya dan mendukung keluarga saat
mengganti pakaiannya
Sebelum sakit: pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun mandi tanpa
bantuan kesehatan
Saat dikaji: pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu perawat
10) Pola Komunikasi
11) Pola spiritual
Sebelum sakit: Pasien selamat aman dan nyaman hidup bersama keluarga
13) Pola rekreasi
Saat dikaji: pasien tidak dapat berekreasi, hanya tidurandi tempat tidur dan tergantung
diam
14) Pola belajar
2. Gangguan perfusi jaringan terkait dengan disfungsi sistem saraf pusat akibat hipoglikemia
6. Meringankan tekanan
darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen
serta memenuhi
kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
7. Broncodilator
meningkatkan ukuran
lumen percabangan
trakeobronkial
sehingga mengurangi
tahanan terhadap
aliran udara.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa
darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan klinis antara lain penderita pusing, lemas, gemetar,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
semakin hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
B. Saran
Sebagai bahan referensi bagi klien agar dapat mempelajari tentang hipoglikemia serta dapat
mewaspadai perdebatan yang mungkin disebabkan oleh hipoglikemia.
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapt digunakan literatur dalam penelitian
pasien dengan hipoglikemia bagi pendidikan untuk bahan referensi untuk menambah ilmu
dan wawasan pengetahuan siswa terhadap penyakit hipoglikemia.
Agar dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan, juga dapat membantu
pendidikan darurat dalam konteks tertentu, khusus pada pasien hipoglikemia.
d) Bagi mahasiswa
Menambah ilmu dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipoglikemia sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas sebagai mahasiswa praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 . Jakarta: EGC