Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN

Pada SN pertama kali, sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat
pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan edema, memulai pengobatan
steroid, dan edukasi orangtua. Sebelum pengobatan streoid di mulai, dilakukan pemeriksaan uji
mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis INH bersama streoid, dan bila ditemukan
tuberkulosis diberikan obat anti tuberkulosis (OAT). Perawatan pada SN relaps hanya dilakukan
bila disertai edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah infeksi berat, gagal
ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktifitas disesuaikan dengan
kemampuan pasien. Bila edema tidak berat anak boleh sekolah.

Terapi non-farmakologi

Diet

Penderita Sindrom Nefrotik sejak dahulu diberikan diet protein tinggi dan rendah garam,
dengan harapan dapat meningkatkan sintesa albumin. Biasanya protein diberikan sebanyak 3-
3,5 gr/kgBB/hari. Pemberian protein diatas jumlah ini tidak direkomendasikan pada Sindrom
Nefrotik karena pemberian protein yang terlalu tinggi akan mempercepat terjadinya gagal ginjal
pada penyakit yang kronis. Diet rendah garam diberikan untuk menurunkan derajat edema dan
sebaiknya kurang dari 35% kalori berasal dari lemak untuk mencegah obesitas selama terapi
steroid, dan mengurangi hiperkolesterolemia. (Singadipoera, 1993).

Terapi Farmakologi

1. Diuretik
a. Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat. Biasanya diberikan loop diuretic
seperti furosemid 1-2 mg/kgBB/hari, bila perlu dikombinasikan dengan
spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-3 mg/kgBB/hari. Pada
pemakaian diuretik lebih lama dari 1-2 minggu perlu dilakukan pemantauan
elektrolit darah (kalium dan natrium).
b. Bila pemberian diuretik tidak berhasil mengurangi edema (edema refrakter),
biasanya disebabkan oleh hipovolemia atau hipoalbuminemia berat ( kadar albumin
≤ 1 g/dl), dapat diberikan infus albumin 20-25% 1g/kgBB selama 4 jam untuk
menarik cairan dari jaringan intertisial, dan diakhiri dengan pemberian furosemid
intravena 1-2 mg/kgBB. Bila pasien tidak mampu dari segi biaya, dapat diberikan
plasma sebanyak 20ml/kgBB/hari secara perlahan 10 tetes/menit untuk mencegah
komplikasi dekompensasi jantung. Bila diperlukan, albumin atau plasma dapat
diberikan selang-sehari untuk memberikan kesempatan pergeseran cairan dan
mencegah overload cairan. Bila asites sedemikian berat sehingga mengganggu
pernapasan dapat dilakukan pungsi asites berulang.
2. Antibiotik
Terapi antibiotik digunakan jika pasien Sindrom Nefrotik mengalami infeksi. Infeksi ini
harus diobati dengan adekuat untuk mengurangi morbiditas penyakit. Jenis antibiotik
yang banyak dipakai yaitu dari golongan penisilin dan sefalosporin. (Hay William, 2003).
3. Imunisasi
a. Pasien SN yang sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau dalam 6 minggu
setelah steroid dihentikan, hanya boleh mendapatkan vaksin mati. Setelah lebih dari
6 minggu penghentian steroid, dapat diberikan vaksin hidup.
b. Bila terjadi kontak dengan penderita varisela, diberikan profilaksis dengan
immunoglobulin intravena. Bila sudah terjadi infeksi perlu diberikan obat asiklovir
dan pengobatan steroid sebaiknya dihentikan sementara.
4. Pengobatan dengan Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan pengobatan SN idiopatik pilihan pertama, kecuali bila ada
kontraindikasi. Dapat diberikan prednison atau prednisolon.
A. Pengobatan inisial
1) Prednison dosis penuh (full dose) 60 mg/m²LPB/hari (2mg/kgBB/hari) dibagi 3
dosis diberikan setiap hari selama 4 minggu, dilanjutkan dengan prednisone 40
mg/m²LPB/hari (2/3 dosis penuh), dapat diberikan secara intermittent (3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu) atau alternating (selang sehari), selama 4
minggu.
2) Bila remisi terjadi dalam 4 minggu pertama, maka prednisone
intermittent/alternating 40 mg/m²LPB/hari diberikan selama 4 minggu. Bila
remisi tidak terjadi pada 4 minggu pertama, maka pasien tersebut didiagnosis
sebagai sindrom nefrotik resisten steroid.
B. Pengobatan relaps
1) Prednison dosis penuh setiap hari sampai remisi (maksimal 4 minggu) kemudian
dilanjutkan dengan prednisone intermittent/alternating 40 mg/m²LPB/hari
selama 4 minggu.
2) Bila sampai pengobatan dosis penuh selama 4 minggu tidak juga terjadi revisi,
maka pasien di diagnosa sebagai SN resisten steroid dan harus di berikan terapi
imunosupresif lain.
C. Pengobatan SN relaps sering atau dependen steroid
Prednison dosis penuh setiap hari sampai remisi (maksimal 4 minggu), kemudian
dilanjutkan dengan siklofosfamid oral 2-3 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 12
minggu dan prednisone alternating 40 mg/m²LPB.hari selama 12 minggu. Kemudian
prednisone di tapering-off dengan dosis 1 mg/kgBB/hari selama 1 bulan, dilanjutkan
dengan 0,5 mg/kgBB/hari selama 1 bulan (lama tapering off: 2 bulan).
D. Pengobatan SN resisten steroid
1) Siklofosfamid puls dengan dosis 500-750 mg/m²LPB diberhentikan melalui infuse
satu kali sebulan selama 6 bulan, dapat dilanjutkan tergantung keadaan pasien.
2) Prednison alternating dosis 40 mg/m²LPB/hari selama pemberian siklofosfamid
puls (5 bulan). Kemudian prednisone di tapering-off dengan dosis 1
mg/kgBB/hari selama 1 bulan, dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari selama 1
bulan (lama tapering off 2 bulan).

(Lange-Mc Graw Hill. 2003).

Referensi

Stephen JM, William G. Nephrotic Syndrome. Pathophysiology of Disease. 5th ed. USA: Lange-
Mc Graw Hill. 2003. Page: 476-477

Hay Wiliiam, W.,et al. 2003. Current Pediatric Diagnosis And Treatment, 16th edition.
Singapore.

Singadipoera, B. 1993. Nefrologi anak. Bandung: Bagian Ilmu Ksehatan Anak FK Unpad.

Anda mungkin juga menyukai