Anda di halaman 1dari 6

Nusantara Medical Science Journal

ORIGINAL ARTICLE

TUBERKULOSIS INTRAOKULAR

Prilly Astari
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Correspondence author:
Prilly Astari
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Email: prillyastari@yahoo.com

Article Info:
Received: 22 June 2018
Revised: 17 June 2019 Abstract
Accepted: 19 July 2019 Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacteria,
Available online: 31 July 2019 Mycobacterium tuberculosis. TB typically affects the lungs, but it can also affect
other organs, including the eyes. Infection by Mycobacterium tuberculosis inside
the eye is called intraocular TB. There are several controversies related to the
Keywords: choroiditis,
terminology, diagnosis, and therapy that result in varying prevalence of
immunology, infection,
intraocular TB, different selection of diagnostic tests, and different duration of
tuberculosis, uveitis
Anti-TB therapies.
DOI: 10.20956/nmsj.v4i1.4684

seperti orbital, konjungtiva, glandula lakrimalis,


PENDAHULUAN kornea, sklera yang disebut TB ekstraokular.
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular Terdapat beberapa kontroversi terkait TB okular
yang disebabkan oleh kuman dari kelompok dalam hal terminologi, diagnosis, dan terapi yang
Mycobacterium yaitu Mycobacterium mengakibatkan prevalensi TB okular sangat
tuberculosis.1 TB paling banyak menyerang organ beragam, pemilihan tes diagnostik yang berbeda –
paru-paru, namun sekitar 20% dapat melibatkan beda, dan durasi terapi Obat Anti Tuberkulosis
organ tubuh lainnya, termasuk lesi pada saluran (OAT) yang berbeda – beda.5
gastrointestinal, saluran genitourinarius, sistem
kardiovaskular, kulit, sistem saraf pusat, dan Epidemiologi
mata. Keterlibatan sistem ekstra paru dapat terjadi Kejadian TB okular pada pasien TB paru
bersamaan dengan infeksi TB paru atau dapat dilaporkan terjadi antara 1,4% dan 18%.2 Pada
terjadi tanpa infeksi TB paru. Faktor risiko pasien dengan HIV, insiden TB okular meningkat
terjadinya TB ekstra paru, termasuk TB okular, hingga 2,8 – 11,4%. Studi lain melaporkan
adalah infeksi HIV, usia muda, jenis kelamin jumlah TB okular adalah sekitar 7% – 10,5% dari
perempuan, dan ras non kulit putih.2-4 TB okular seluruh pasien uveitis.5 Namun, sampai saat ini,
didefinisikan sebagai infeksi oleh Mycobacterium tidak ada data akurat mengenai prevalensi TB
tuberculosis di mata, di sekitar mata, atau pada okular yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh
permukaan mata.3 Angka kejadian TB okular karena kriteria diagnostik yang berbeda-beda,
dilaporkan sekitar 1,4% – 18% dari seluruh pasien penggunaan istilah ‘probable’ dan ‘possible’ TB,
TB paru dan 7% – 10,5% dari seluruh pasien gejala yang tidak khas, pengambilan sampel yang
uveitis.2, 5. TB okular dapat mengenai bilik depan sulit, dan metode laboratorium dengan sensitifitas
mata, iris, korpus siliaris, vitreus, koroid yang atau spesifisitas yang rendah.6-8
disebut TB intraokular dan struktur di sekitarnya

1
Patogenesis a) Uveitis anterior
Mycobacterium tuberkulosis (MTB) masuk Pasien dengan uveitis anterior datang
ke dalam saluran pernafasan melalui droplet dan dengan keluhan mata merah, buram,
sampai di alveolus dimana terdapat makrofag dan nyeri, fotofobia, dan dapat terjadi
dendritik sel. Proses berikutnya adalah fagositosis unilateral atau bilateral. Pada
MTB oleh makrofag dan dendritik sel. Makrofag pemeriksaan, kita dapat menemukan
dan dendritik sel kemudian mengeluarkan sitokin keratik presipitat granulomatosa, sel
proinflamatori seperti IL-12 dan IL-18. Proses di bilik depan mata, iris granuloma,
inflamasi ini memicu datangnya monosit dan sinekia posterior luas, nodul
memfagositosis kuman yang masih hidup. Di berwarna abu-abu hingga kuning,
dalam makrofag, MTB menghambat pertemuan yang terkadang disertai oleh
antara fagosom dan lisosom sehingga makrofag hipopion.
hancur sedangkan MTB bertumbuh. TNF- b) Uveitis intermediate
terbentuk dan memicu respon hipersensitivitas Berbeda dengan uveitis anterior yang
tipe lambat yang akan menghancurkan makrofag menimbulkan gejala mata akut,
dengan MTB di dalamnya. Sebagai hasilnya, akan pasien dengan uveitis intermediate
terbentuk sentral nekrosis kaseosa yang datang dengan keluhan mata buram
dikelilingi oleh makrofag aktif, sel T, dan sel imun dan floater. Seperti telah disebutkan
lainnya. Jika respon imun tubuh buruk, maka sebelumnya, jika peradangan terjadi
MTB dapat bermultiplikasi dan beberapa akan di korpus siliaris posterior maka
masuk ke dalam sistem limfatik dan sirkulasi dinamakan siklitis posterior dan jika
menuju ke organ – organ lain, termasuk mata. terjadi di vitreus maka dinamakan
Sebaliknya, jika respon imun tubuh baik, maka vitritis. Pada pemeriksaan, kita dapat
MTB akan dimakan oleh sel T sebelum dapat menemukan sel radang dan
bermultiplikasi dan menyebar. Setelah sampai di kekeruhan di vitreus.
organ mata, MTB dapat langsung aktif dan c) Uveitis TB posterior dan panuveitis
menimbulkan gejala klinis, namun dapat juga Koroid sebagai struktur dari bola
memasuki fase dorman selama bertahun – tahun mata yang terdiri dari banyak
dan bisa menjadi aktif kapan saja.6-8. pembuluh darah sehingga
penyebaran MTB secara hematogen
Klasifikasi dapat terjadi di sana. Apabila hal ini
a. Klasifikasi Anatomis terjadi, maka MTB dapat
TB okular dapat dibedakan menjadi TB menyebabkan peradangan di koroid
intraokular dan TB ekstraokular. TB intraokular yang disebut uveitis TB posterior.
melibatkan struktur bola mata seperti traktus uvea. d) Retinitis dan vaskulitis retina
Traktus uvea adalah lapisan pigmen bola mata TB intraokular dapat mengenai retina
yang terletak di antara sklera dan retina dan dan pembuluh darah retina yang
mengandung banyak pembuluh darah. Traktus masing – masing disebut sebagai
uvea terdiri dari tiga bagian yaitu iris, korpus retinitis dan vaskulitis retina. Jika
siliaris, dan koroid. Jika terjadi peradangan di peradangan melibatkan pembuluh
traktus uvea, pada kasus ini yang disebabkan oleh darah retina, biasanya berkaitan
kuman MTB, hal ini dinamakan uveitis TB. dengan penyakit sistemik. Pada
Berdasarkan lokasi anatomis terjadinya pemeriksaan, kita dapat menemukan
peradangan, uveitis dapat dibedakan menjadi akumulasi benda berwarna keputihan
uveitis anterior dimana peradangan terjadi di bilik mengelilingi arteri atau vena retina
depan mata dan iris, uveitis intermediate dimana yang dinamakan periphlebitis dan
peradangan terjadi di korpus siliaris dan vitreus, merupakan karakteristik dari
uveitis posterior dimana peradangan terjadi di vaskulitis TB. Selain periphlebitis,
retina dan koroid, dan panuveitis dimana kita juga akan menjumpai satu atau
peradangan terjadi di seluruh bagian traktus lebih tanda seperti vitritis, perdarahan
uvea.7, 9 TB ekstraokular melibatkan struktur di retina, neovaskularisasi, dan
sekitar bola mata, seperti jaringan lunak orbita, neuroretinitis.
konjungtiva, glandula lakrimalis, kornea, dan e) Neuroretinitis dan neuropati optik
sklera. Kuman MTB menyerang saraf mata
- TB intraokular7, 9 dengan cara menginfeksi langsung,
Astari. Nusantara Medical Science Journal (NMSJ) 2019; 4(1): 1-6 2
penyebaran dari koroid, penyebaran a. Tes Mantoux positif
melalui hematogen dari paru – paru b. X-ray thorax menggambarkan lesi aktif
atau non-aktif TB
atau fokus infeksi primer lainnya, c. Terdapat bukti TB ekstra paru yang
atau reaksi hipersensitivitas terhadap didiagnosis dengan adanya granuloma
kuman MTB. Pada pemeriksaan, kita TB/BTA/kultur M. tuberkulosis
dapat menjumpai manifestasi seperti D. Tes terapeutik
tuberkel nervus optikus, papillitis, Respon positif terhadap OAT selama 4 sampai
6 minggu
papilledema, neuritis optikus, neuritis
retrobulbar, dan neuroretinitis. Tabel 1. Kriteria diagnosis TB intraokular
Neuroretinitis ditandai dengan edema
diskus optikus. Selain kriteria diagnosis diatas, terdapat kriteria
f) Endoftalmitis dan panoftalmitis diagnosis lainnya yang lebih mudah digunakan
Uveitis anterior, intermediate, dan adalah dengan membagi TB intraokular menjadi
posterior jika tidak diobati dengan tiga kelompok, yaitu confirmed, probable, dan
OAT yang adekuat dapat berlanjut possible TB intraokular.9
menjadi endoftalmitis dan
panoftalmitis. Pada kasus A. Confirmed TB intraokular :
endoftalmitis, kita dapat menemukan 1. Terdapat satu atau lebih tanda klinis TB
kekeruhan di kavitas vitreus. Pada intraokular
2. Konfirmasi mikrobiologi M. tuberkulosis
kasus panoftalmitis, kita dapat dari cairan/jaringan okular
menemukan tanda – tanda B. Probable TB intraokular :
endoftalmitis disertai dengan 1. Terdapat satu atau lebih tanda klinis TB
keterlibatan sklera dan sebagai intraokular (dan eksklusi penyebab lain)
2. X-ray thorax menggambarkan lesi TB atau
akibatnya dapat menyebabkan bukti klinis TB ekstraokular atau
perforasi mata. konfirmasi mikrobiologi dari sputum atau
organ – organ ekstraokular
3. Salah satu dari :
b. Klasifikasi Diagnosis a. Terdapat riwayat terpapar TB dalam
Selain dibedakan berdasarkan lokasi anatomis 24 bulan terakhir
terjadinya peradangan, TB okular dapat b. Bukti imunologis (Tes Mantoux /
IGRA / PCR) yang positif
dibedakan berdasarkan kriteria diagnosis. Dari menunjukkan infeksi TB
tabel dibawah ini, jika terdapat satu atau lebih C. Possible TB intraokular :
tanda – tanda klinis dari A ditambah dengan salah 1. Terdapat satu atau lebih tanda klinis TB
satu hasil tes positif dari B disebut confirmed TB intraokular (dan eksklusi penyebab lain)
2. X-ray thorax tidak konsisten dengan
intraokular. Jika terdapat satu atau lebih tanda –
infeksi TB dan tidak ada bukti klinis TB
tanda klinis dari A ditambah dengan salah satu ekstraokular
hasil tes positif dari C atau perbaikan dengan OAT 3. Salah satu dari :
seperti tertulis di D maka disebut presumed TB c. Terdapat riwayat terpapar TB dalam
intraokular.10 24 bulan terakhir
d. Bukti imunologis (Tes Mantoux /
IGRA / PCR) yang positif
A. Tanda – tanda klinis menunjukkan infeksi TB
a. Terdapat reaksi sel di bilik depan mata dan ATAU
atau vitreous dengan atau tanpa sinekia 1. Terdapat satu atau lebih tanda klinis TB
posterior intraokular (dan eksklusi penyebab lain)
b. Tampakan bola salju opasitas pada 2. X-ray thorax konsisten dengan infeksi TB
vitreous inferior atau bukti klinis TB ekstraokular tetapi
c. Perselubungan perivaskular oleh eksudat tidak terdapat riwayat terpapar TB dalam
inflamasi 24 bulan terakhir dan tidak terdapat bukti
d. Granuloma koroid tunggal atau multifokal imunologis (Tes Mantoux / IGRA / PCR)
dengan atau tanpa eksudatif ablasi retina yang positif menunjukkan infeksi TB
e. Granuloma diskus optikus dengan atau
tanpa neuroretinitis Tabel 2. Kriteria diagnosis TB intraokular
f. Abses subretina
B. Pemeriksaan penunjang lokal Penegakan diagnosis
a. Ditemukan BTA atau kultur M. a) Anamnesis
tuberkulosis dari cairan okular Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada
b. PCR positif untuk M. tuberkulosis dari
cairan okular pasien adalah :
C. Pemeriksaan penunjang sistemik Keluhan utama, onset, mata kanan atau kiri,
Astari. Nusantara Medical Science Journal (NMSJ) 2019; 4(1): 1-6 3
durasi, keluhan tambahan, keluhan khas TB paru dirujuk ke bagian lain untuk mencari
(batuk lama berdahak, demam subfebris, keringat kemungkinan asosiasi infeksi yang mungkin ada
malam hari, penurunan berat badan), riwayat di tempat lain.
kontak dengan penderita TB, riwayat TB dan
pengobatan TB sebelumnya, riwayat infeksi, Terapi
riwayat konsumsi obat – obatan, gejala mata Seluruh pasien TB okular (baik intraokular
buram, floater, fotofobia. maupun ekstraokular) perlu untuk dikonsultasikan
dengan spesialis penyakit infeksi/Spesialis
b) Pemeriksaan fisik Paru/Internis sebelum memutuskan regimen
Pada pemeriksaan fisik mata dapat ditemukan terapi.6,7 Pengobatan untuk TB okular hampir
tanda-tanda sebagai berikut : adanya sel di bilik sama dengan pengobatan pada TB ekstraparu
depan mata atau vitreous bersamaan dengan yaitu dengan menggunakan obat OAT dengan
ditemukannya9 rentang waktu tertentu. Penelitian membuktikan
(1) Sinekia posterior yang luas penggunaan OAT selama 9 bulan menurunkan
(2) Perivasculitis retina dengan atau tanpa angka rekurensi uveitis TB sebanyak 11 kali.14
koroiditis atau luka yang diskrit Penelitian lainnya juga menyebutkan penggunaan
(3) Koroiditis serpiginoid multifokal OAT menurunkan angka rekurensi uveitis TB
(4) Granuloma koroid (tunggal atau multifokal) sebanyak 2 kali.15
(5) Granuloma diskus optikus
(6) Neuropati optik Lokal
Pemberian obat topikal dapat diberikan steroid
c) Pemeriksaan penunjang dan sikloplegik untuk pengobatan pada uveitis.16
- X-ray thorax : pemeriksaan x-ray thorax perlu
dilakukan untuk melihat lesi TB pada paru – paru Sistemik
sebagai organ yang paling sering terkena TB. Terdapat beberapa kontroversi dalam tatalaksana
Pemeriksaan ini dapat dilakukan walaupun TB okular seperti durasi pemberian obat anti
dilaporkan bahwa hasil x-ray normal pada 70% tuberkulosis (OAT) dan pemberian sistemik
pasien.6 kortikosteroid. Apakah TB okular merupakan
- Polymerase Chain Reaction (PCR) : infeksi yang sesungguhnya pada mata atau terkait
pemeriksaan PCR menggunakan cairan akuos reaksi sistemik tersembunyi dari infeksi TB,
dapat mendeteksi MTB dengan sensitivitas setidaknya diketahui bahwa OAT dapat
77,77% dan spesifisitas 100%.11 menurunkan risiko berkembangnya TB aktif
- Kultur : TB intraokular adalah penyakit 80%-90% pada mereka yang menderita infeksi
paucibacillary dan hampir tidak mungkin untuk TB laten.6
berhasil mendapatkan sampel dari cairan atau a.) Obat Anti Tuberkulosis
jaringan intraokular. Sebagai hasilnya, kultur Hingga saat ini, belum terdapat
sangat jarang dapat menunjukkan MTB.9 konsensus untuk pengobatan TB okular.
- Tes Mantoux : hasil positif didefinisikan sebagai Pada studi terbaru melaporkan
diameter indurasi lebih dari 10 mm pada pasien penggunaan sedikitnya satu dan
tanpa HIV dan lebih dari 5 mm pada pasien HIV9 sebanyak-banyaknya 4 macam OAT
dengan sensitivitas 71% dan spesifisitas 66%.12 dengan rentang pengobatan mulai dari 6
Tes Mantoux tidak dapat membedakan infeksi TB bulan sampai 18 bulan. Pengobatan
aktif dan TB laten. Pada beberapa negara kombinasi yang terdiri dari pyrazinamid,
berkembang, tes ini masih rutin dilakukan sebagai etambutol, isoniazid dan rifampin sangat
bagian dari pemeriksaan penunjang untuk TB. dianjurkan. Dua macam OAT dihentikan
- Interferon-Gamma Release Assays (IGRA) setelah 2-3 bulan, dan pengobatan
seperti QuantiFERON-TB gold test : sensitivitas dilanjutkan selama 9-12 bulan kedepan
dan spesifisitas mencapai 58% dan 77% dalam dengan menggunakan isoniazid dan
mendiagnosis TB paru aktif dan 82% dan 76% rifampin.7, 16 Pada penelitian Gupta et al,
dalam mendiagnosis TB intraokular.13 IGRA pada 150 pasien dengan TB okular
tidak dapat membedakan infeksi TB aktif dan TB mendapat terapi OAT antara 6 sampai 15
laten dan sering menimbulkan hasil positif palsu. bulan, didapatkan sekitar 95% dari pasien
didapatkan respon terhadap pengobatan
d) Rujukan dengan terjadinya resolusi pada
Semua pasien dengan diagnosis TB okular harus peradangan intraokular.7 Pada studi
Astari. Nusantara Medical Science Journal (NMSJ) 2019; 4(1): 1-6 4
dimana pasien yang merespon terhadap efek samping dari Azatioprin yaitu
OAT, perbaikan terjadi diantara 2 minggu supresi sumsum tulang, gangguan
sampai 3 bulan. Pada pasien yang gastrointestinal, dan hepatotoksik,
merespon dalam 2 bulan mungkin akan sehingga kita perlu memeriksakan darah
bermanfaat pada terapi OAT selama 6 lengkap dan hitung trombosit setiap 4
bulan. Sedangkan pada pasien yang tidak minggu dan fungsi hati setiap 12 minggu.
ada respon pada 2-3 bulan pertama, perlu Kita harus menghentikan pemberian
dipertimbangkan pemberian terapi lini Azatioprin jika total sel darah putih
kedua atau mengganti terapi melalui kurang dari 3.500 sel/mm3, trombosit
pertimbangan status kesehatan kurang dari 100.000 sel/mm3, atau enzim
keseluruhan pasien dan konsultasi dengan hati lebih dari 5 kali jumlah normal.18, 19
spesialis penyakit infeksi.17
b.) Kortikosteroid Komplikasi
Pemberian steroid pada tuberkulosis TB intraokular dapat menyebabkan beberapa
okular direkomendasikan, namun hingga komplikasi seperti glaukoma sekunder, katarak
saat ini belum ada data dari clinical trial sekunder, sinekia posterior, perdarahan vitreus,
mengenai terapi tersebut. Pemberian dan Cystoid Macular Edema (CME).7, 20
steroid sistemik direkomendasikan pada
kondisi inflamasi okular yang persisten Simpulan
dan vaskulitis retina. Pada sebuah Mycobacterium tuberculosis dapat
literatur disebutkan bahwa pemberian menyerang mata dan mengakibatkan tuberkulosis
terapi steroid bersama dengan OAT intraokular. Sampai saat ini, tidak ada data akurat
menunjukkan hasil luaran yang lebih baik
mengenai prevalensi TB intraokular yang
bila dibandingkan dengan pemberian
OAT semata. Prednison oral dapat sebenarnya karena terdapat beberapa kontroversi
diberikan dengan tujuan mengontrol dalam hal terminologi, diagnosis, dan terapi. TB
reaksi inflamasi dan mengurangi edema intraokular dapat dibedakan berdasarkan lokasi
makula selama 4-6 minggu. Pemberian anatomis maupun kriteria diagnosis. Penegakan
steroid mulai diturunkan perlahan setelah diagnosis membutuhkan anamnesis, pemeriksaan
6 minggu. Pemberian terapi steroid dapat fisik, dan pemeriksaan penunjang yang tepat. TB
ditunda untuk melihat respon penderita
intraokular diterapi dengan OAT, kortikosteroid,
terhadap OAT, akan tetapi keputusan ini
harus berdasarkan penilaian risiko dan imunosupresan. Jika tidak diobati atau
kehilangan penglihatan. Pemberian pengobatan tidak adekuat, TB intraokular dapat
steroid tunggal tanpa OAT harus menyebabkan komplikasi yang serius.
dihindari karena dapat menyebabkan
multiplikasi kuman basili yang dapat DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan panoftalmitis atau dapat
memunculkan kembali TB sistemik 1. Kementerian Kesehatan RI. 2014.
akibat dari aktivasi infeksi.7, 16 Pedoman Nasional Pengendalian
c.) Imunosupresan Tuberkulosis. Direktorat Jenderal
Pengobatan utama TB okular adalah OAT Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
dan sistemik steroid. Pada beberapa Lingkungan. Jakarta.
kasus, seperti serpiginous-like 2. Pollett S, Banner P, O'Sullivan MV,
choroiditis, pengobatan maksimal dengan Ralph AP. Epidemiology, Diagnosis and
OAT dan sistemik steroid tetap Management of Extra-Pulmonary
menunjukkan inflamasi yang menetap Tuberculosis in a Low-Prevalence
atau bahkan memburuk dan sering Country: A Four Year Retrospective
kambuh. Oleh sebab itu, kita dapat Study in an Australian Tertiary Infectious
menambahkan imunosupresan, seperti Diseases Unit. PloS one
Azatioprin dengan dosis awal 1 2016;11:e0149372.
mg/kgBB/hari (maksimal 2,5 – 4 3. Yang Z, Kong Y, Wilson F, et al.
mg/kgBB/hari) dalam dosis tunggal atau Identification of risk factors for
terbagi dua. Dalam pemberian extrapulmonary tuberculosis. Clin Infect
Azatioprin, kita perlu memperhatikan Dis 2004;38:199-205.

Astari. Nusantara Medical Science Journal (NMSJ) 2019; 4(1): 1-6 5


4. Cailhol J, Decludt B, Che D. 17. Kee AR, Gonzalez-Lopez JJ, Al-Hity A,
Sociodemographic factors that contribute Gupta B, Lee CS, Gunasekeran DV,
to the development of extrapulmonary Jayabalan N, Grant R, Kon OM, Gupta V,
tuberculosis were identified. J Clin Westcott M, Pavesio C, Agrawal R, Anti
Epidemiol 2005;58:1066- 71. tubercular therapy for intraocular
5. Vos AG, Wassenberg MW, de Hoog J, et tuberculosis: A systematic review and
al. Diagnosis and treatment of meta analysis, Survey of Ophthalmology
tuberculous uveitis in a low endemic (2016), doi:
setting. Int J Infect Dis 2013;17:e993–9. 10.1016/j.survophthal.2016.03.001.
6. Ang M, Chee S-P. Controversies in ocular 18. Babu K, Mahendradas P. Medical
tuberculosis. Br J Ophthalmol Management of Uveitis – Current Trends.
2017;101:6-9. Indian Journal of Ophthalmology.
7. Gupta V, Gupta A, Rao NA. Intraocular 2013;61(6):277-283. doi:10.4103/0301-
tuberculosis--an update. Survey of 4738.114099.
ophthalmology 2007;52:561-87. 19. Bansal R, Gupta V, Gupta A. Current
8. Sharma A, Thapa B, Lavaju P. Ocular approach in the diagnosis and
tuberculosis: an update. Nepal J management of panuveitis. Indian
Ophthalmol 2011:3(5):52-67. Journal of Ophthalmology.
9. Gupta A, Sharma A, Bansal R, Sharma K. 2010;58(1):45-54. doi:10.4103/0301-
Classification of intraocular tuberculosis. 4738.58471.
Ocul Immunol Inflamm 2015;23:7-13. 20. Basu et al. Degree, duration, and causes
10. Agrawal R, Gonzalez-Lopez JJ, Nobre- of visual impairment in eyes affected with
Cardoso J, et al. Predictive factors for ocular tuberculosis. Journal of
treatment failure in patients with Ophthalmic Inflammation and Infection
presumed ocular tuberculosis in an area of 2014,4:3.
low endemic prevalence. Br J Ophthalmol
2016;100:348-55.
11. Sharma K, Gupta V, Bansal R, et al.
Novel multi–targeted polymerase chain
reaction for diagnosis of presumed
tubercular uveitis. J Ophthalmic Inflamm
Infect. 2013;3:25.
12. Targeted tuberculin testing and treatment
of latent tuberculosis infection. American
Thoracic Society. MMWR Recomm Rep
2000;49:1–51.
13. Babu K, Satish V, Satish S, et al. Utility
of QuantiFERON TB gold test in a south
Indian patient population of ocular
inflammation. Ind J Ophthalmol.
2009;57:427–430.
14. Ang M, Hedayatfar A, Wong W, Chee
SP. Duration of anti-tubercular therapy in
uveitis associated with latent
tuberculosis: a case-control study. Br J
Ophthalmol 2012;96: 332–336.
15. Bansal R, Gupta A, Gupta V, Dogra MR,
Bambery P, Arora SK. Role of Anti-
Tubercular Therapy in Uveitis with
latent/manifest tuberculosis. Am J
Ophthalmol 2008;146:772–779.
16. Oluleye, T. Tuberculous Uveitis. Journal
of Multidisciplinary Healthcare 2013:6
41-3.

Astari. Nusantara Medical Science Journal (NMSJ) 2019; 4(1): 1-6 6

Anda mungkin juga menyukai