Anda di halaman 1dari 1

Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan.

hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. oleh karena itu ada penulis yang menggunakan
istilah teknik audit dan jenis bukti audit (types of audit evidence) dalam makna yang sama. Ada tujuh
teknik, yang dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa indonesia, yakni :

1. Memeriksa fisik (physical examination)


2. Meminta konfirmasi (confirmation )
3. Memeriksa dokumen (documentation)
4. Review analitikal (analytic review atau analytical review)
5. Meminta informasi lisan atau tertulis dai auditee (inquiries of the auditee)
6. Menghitung kembali (reperformance)
7. Mengamati (observation)

Jika teknik-teknik audit itu diterapkan dalam audit umum, maka bukti audit yang berhasil dihimpun
akan mendukung pendapat auditor independen. Dala audit investigatif, teknik-teknik audit tersebut
bersifat eksploratif, mencari wilayah garapan atau prabing (misalnya dalam review analitikal) maupun
pendalaman (misalnya dalam confirmation dan documentation)

Teknik-teknik audit relatif sederhana untuk diterapkan dalam audit investigatif. Sederhana, namun
ampuh. Tema kesederhanaan dalam pemilihan teknik audit (termasuk audit investigatif) dikemukakan
beberapa penulis pasca-Sarbanes Oxley.

Fraud 101 adalah judul buku yang dikarang oleh Howard R. Davia. Ia adalah seorang akuntan
forensik dari general accountability Office di Amerika serikat (dahulunya bernama General
Accounting Office-GAO serupa dengan BPK). Angka 101 (dalam fraud 101) menandakan bahwa
mata kuliah itu adalah mata kuliah pengantar, untuk pemula. Davia sebenarnya ingin mengingatkan
kita bahwa teknik audit untuk pemula sekalipun, bisa menjadi teknik audit yang ampuh jika
digunakan dengan tepat.

Peringatan serupa juga diberikan Thomas P. Houck dalam buku yang berjudul why and how audits
must change, salah satu teknik yang diunggulkannya adalah analytical procedures (atau review
analitikal) yang dijelaskannya dengan kata sifat (adjective) yang serba wah: quality, efficiency, client
service, dan staff morale. Berulang kali Houck, dalam bukunya diatas, menekankan pentingnya ‘think
analytical first’, dan bukan lansung terjun ke prosedur audit (atau audit investigatif) yang detail.

Mengenai sifat eksploratif dari teknik audit atau audit investigatif, Davia dalam bukunya diatas
mengibaratkan orang memancing. Memancing bukan sekedar memasang umpan pada kail dan
melemparkan tali pancing, sambil mengharapkan ikan akan datang. Mungkin saja ikan akan datang
dan memakan umpan. Banyak auditor mencoba menangkap fraud dengan cara demikian. Pemancing
yang terampil memulai dengan bertanya pada dirinya “ikan apa yang akan ku pancing hari ini?” untuk
ikan yang berbeda ada pancing yang berbeda, ada umpan yang berbeda, ada lokasi yang berbeda.
Probing atau eksplorasi dalam menemukan fraud tidak berbeda dari memancing tadi.

Anda mungkin juga menyukai