Anda di halaman 1dari 15

Masalah Penyakit Leptospiosis

Disusun oleh :
Dira Nolivia Fernandi
P05160019009

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


2019

1
Kata pengantar
Dengan meyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayahnya, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga
dapat meyelesaikan Makalah penyakit LEPTOSPIOSIS ini dengan bantuan
dari internet.
Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan lapang dada saya menerima segala saran dan kritik dari
dosen agar saya dapat memperbaiki karya studi kasus ini.

Bengkulu, Oktober 2019

Dira Nolivia Fernandi

Daftar isi

COVER…………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………….iii
BAB I Pendahuluan………………………………………………...1
1. 1 Latar belakang…………………………………………………1
1. 2 Rumusan masalah……………………………………………...1
1. 3 Tujuan dan manfaat……………………………………………1

2
BAB II Pembahasan………………………………………………..3
2. 1 Tipe pencemaran biologis…..………………………………..3
2. 2 Pola penyebaran leptospiosis……….. ……………………………..4
2. 3 Rute perjalanan bakteri leptospiosis…………………………5
2. 4 Distribusi, pertumbuhan dan mekanisme pertahanan diri
leptospirosis…
2. 5 Dampak kesehatan leptospirosis…….
2. 6 metode investigasi bakteri leptospirosis….
2. 7 contoh penderita….
2.8 pencegahan leptospirosis….
2. 9 Gejala klinis dan kronis leptopiosis
BAB III Penutup…………………………………………………....6
1. 1 Kesimpulan…………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan
digolongkan sebagai zoonosis. Leptospirosis disebabkan bakteri patogen
berbentuk spiral genus Leptospira, famili leptospiraceae dan ordo
spirochaetales.
Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti
influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue
dan demam virus lainnya, sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Keluhan-
keluhan khas yang dapat ditemukan, yaitu: demam mendadak, keadaan
umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan
merasa mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama
daerah betis dan paha.
Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di
daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan tinggi
(kelembaban), khususnya di negara berkembang, dimana kesehatan
lingkungannya kurang diperhatikan terutama. pembuangan sampah.
International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara
insiden leptospirosis tinggi dan peringkat tiga di dunia untuk mortalitas.
Di Amerika Serikat (AS) sendiri tercatat sebanyak 50 sampai 150 kasus
leptospirosis setiap tahun. Sebagian besar atau sekitar 50% terjadi di
Hawai. Di Indonesia penyakit demam banjir sudah sering dilaporkan di
daerah Jawa Tengah seperti Klaten, Demak atau Boyolali.
Beberapa tahun terakhir di derah banjir seperti Jakarta dan Tangerang juga
dilaporkan terjadinya penyakit ini. Bakteri leptospira juga banyak

4
berkembang biak di daerah pesisir pasang surut seperti Riau, Jambi dan
Kalimantan.
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 5-40%.
Infeksi ringan jarang terjadi fatal dan diperkirakan 90% termasuk dalam
kategori ini. Anak balita, orang lanjut usia dan penderita
“immunocompromised” mempunyai resiko tinggi terjadinya kematian.
Penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa
mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati
yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematiannya lebih
tinggi lagi

Tujuan
 Mengetahui lebih dalam tentang Leptospirosis
 Mengetahui cara pencegahan Leptospirosis

5
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Tipe Pencemaran Biologis

Jika dalam keadaan seimbang antara ketiga faktor tersebut maka akan
tercipta kondisi sehat pada seseorang/masyarakat. Perubahan pada satu
Environment komponen akan mengubah keseimbangan, sehingga akan
mengakibatkan menaikkan atau menurunkan kejadian penyakit.

1. Faktor Agen (Agent Factor) 


Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
patogen yang disebut Leptospira. Leptospira terdiri dari kelompok
leptospira patogen yaitu L. intterogans dan leptospira non-patogen yaitu L.
biflexa (kelompok saprofit).

2. Faktor Pejamu (Host Factor) 


Dengan adanya binatang yang terinfeksi bakteri leptospira di mana-mana,
leptospirosis pada manusia dapat terjadi pada semua kelompok umur dan
pada kedua jenis kelamin (laki-laki/perempuan). Namun demikian,
leptospirosis ini merupakan penyakit yang terutama menyerang anak-anak
belasan tahun dan dewasa muda (sekitar 50% kasus umumnya berumur
antara 10-39 tahun), dan terutama terjadi pada laki-laki (80%).

3. Faktor Lingkungan (Environmental Factor) 


Perubahan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kesehatan
masyarakat pada kejadian leptospirosis ini meliputi: lingkungan fisik
seperti keberadaan sungai yang membanjiri lingkungan sekitar rumah,
keberadaan parit/selokan yang airnya tergenang, keberadaan genangan air,
keberadaan sampah, keberadaan tempat pengumpulan sampah, jarak
rumah dengan sungai, jarak rumah dengan parit/selokan, jarak rumah
dengan tempat pengumpulan sampah, sumber air yang digunakan untuk
mandi/mencuci, lingkungan biologik seperti keberadaan tikus ataupun
wirok di dalam dan sekitar rumah, keberadaan hewan piaraan sebagai

6
hospes perantara (kucing, anjing, kambing, sapi, kerbau, babi), lingkungan
sosial seperti lama pendidikan, jenis pekerjaan, kondisi tempat bekerja,
ketersediaan pelayanan untuk pengumpulan limbah padat, ketersediaan
sistem distribusi air bersih dengan saluran perpipaan, ketersediaan sistem
pembuangan air limbah dengan saluran tertutup. 

2.2 Pola Penyebaran Leptospirosis

 Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan


melalui air (water borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang
terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada
manusia maupun pada hewan. Kemampuan Leptospira untuk bergerak
dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat
menginfeksi induk semang (host) yang baru. Hujan deras akan membantu
penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir. Gerakan bakteri
memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan
tubuh namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran
darah induk semang.
            Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada
kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya
perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi
becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan
mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Air kencing tikus terbawa
banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang
terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan
reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis, karena bertindak
sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan
lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang
Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.

2.3 Rute Pajanan Bakteri Leptospirosis

Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita


ke penderita dan tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung
terjadi melalui kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva),

7
kontak luka di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus
(gugur kandungan). Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.
            Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau
manusia dengan barang-barang yang telah tercemar urin penderita,
misalnya alas kandang hewan, tanah, makanan, minuman dan jaringan
tubuh. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak ditemukan pada
pekerja pembersih selokan karena selokan banyak tercemar
bakteriLeptospira. Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan
sedikit ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam.

2.4 Distribusi, Pertumbuhan dan Mekanisme Pertahanan Diri


Bakteri/Kuman Leptospirosis

Kuman leptospira masuk ke dalam tubuh penjamu melalui luka iris/luka


abrasi pada kulit, konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut,
faring, osofagus, bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi
droplet infeksius dan minum air yang terkontaminasi. Meski jarang
ditemukan, leptospirosis pernah dilaporkan penetrasi kuman leptospira
melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir. Infeksi melalui
selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam lambung yang
mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak virulen gagal
bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah
setelah 1 atau 2 hari infeksi. Organisme virulen mengalami mengalami
multiplikasi di darah dan jaringan, dan kuman leptospira dapat diisolasi
dari darah dan cairan serebrospinal pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan
penyakit.
Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil; sehingga
menimbulkan vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel.
Patogenitas kuman leptospira yang paling penting adalah perlekatannya
pada permukaan sel dan toksisitas selluler. Lipopolysaccharide (LPS) pada
kuman leptospira mempunyai aktivitas endotoksin yang berbeda dengan
endotoksin bakteri gram negatif, dan aktivitas lainnya yaitu stimulasi
perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit, sehingga terjadi
agregasi trombosit disertai trombositopenia. Kuman leptospira mempunyai
fosfolipase yaitu hemolisin yang mengakibatkan lisisnya eritrosit dan
membran sel lain yang mengandung fosfolipid. Beberapa strain serovar
Pomona dan Copenhageni mengeluarkan protein sitotoksin. In vivo, toksin

8
in mengakibatkan perubahan histopatologik berupa infiltrasi makrofag dan
sel polimorfonuklear. Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah
ginjal dan hati. Di dalam ginjal kuman leptospira bermigrasi ke
interstisium, tubulus ginjal, dan lumen tubulus.
Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan
meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan kebocoran
cairan dan hipovolemia. Ikterik disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati
yang ringan, pelepasan bilirubin darah dari jaringan yang mengalami
hemolisis intravaskular, kolestasis intrahepatik sampai berkurangnya
sekresi bilirubin.
Conjungtival suffusion khususnya perikorneal; terjadi karena dilatasi
pembuluh darah, kelainan ini sering dijumpai pada patognomonik pada
stadium dini. Komplikasi lain berupa uveitis, iritis dan iridosiklitis yang
sering disertai kekeruhan vitreus dan lentikular. Keberadaan kuman
leptospira di aqueous humor kadang menimbulkan uveitis kronik berulang.
Kuman leptospira difagosit oleh sel-sel sistem retikuloendotelial serta
mekanisme pertahanan tubuh. Jumlah organisme semakin berkurang
dengan meningkatnya kadar antibodi spesifik dalam darah. Kuman
leptospira akan dieleminasi dari semua organ kecuali mata, tubulus
proksimal ginjal, dan mungkin otak dimana kuman leptospira dapat
menetap selama beberapa minggu atau bulan.

2.5 Dampak Kesehatan yang Ditimbulkan oleh Bakteri Leptospirosis


Gambaran patologi leptospirosis ditandai dengan terjadinya vaskulitis,
kerusakan endotel, dan infiltrasi inflamasi yang terdiri dari sel monosit, sel
plasma, histosit dan netrifil. Gambaran histologi leptospirosis yang
mencolok yaitu kerusakan hati, ginjal, jantung dan paru.
Kerusakan hati akibat nekrosis sentrilobular yang disertai proliferasi sel
kupffer. Sering ditemukan adanya disosiasi sel-sel hati, degenerasi
sitoplasma, inti sel-sel parenkim mengecil dan infiltrasi mononukleus pada
daerah portal.
Kerusakan ginjal lebih nyata dibandingkan dengan kerusakan hati, yaitu
edema, dan pendarahan di medula. Adanya gambaran nefritis interstisial
yang berlanjut menjadi nekrosis tubulus pada kasus berat. Silinder protein,
pigmen darah, eritrosit dan sisa sel tubulus dapat ditemukan di medula
tubulus.
Invasi otot rangka oleh kuman leptospira mengakibatkan timbulnya
pembengkakan, vakuolisasi miofibril, nekrosis fokal, infiltrasi histiosit,
netrofil dan sel plasma leptospira, misalnya pada otot gastroknemius.

9
Kerusakan pada jantung ditandai dengan petekie di endokardium dan
epikardium, serabut otot sembah, disertai vakuolisasi, degenerasi dan
infiltrasi sel radang. Pada beberapa kasus terjadi miokarditis toksik atau
endokarditis akut.
Kerusakan pada paru bervariasi dari inflamasi intetstisial setempat
disertai eksravasasi hingga infiltrasi bronkopneumonik luas.

2.6 Metode Investigasi Bakteri Leptospirosis

Pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk memastikan diagnosa


leptospirosis, terdiri dari pemeriksaan secara langsung untuk mendeteksi
keberadaan kuman leptospira atau antigennya (kultur, mikroskopik,
inokulasi hewan, immunostaining, reaksi polimerase berantai), dan
pemeriksaan secara tidak langsung melalui pemeriksaan antibodi terhadap
kuman leptospira ( MAT, ELISA, tes penyaring).
Golden standar pemeriksaan serologi adalah MAT, suatu pemeriksaan
aglutinasi secara mikroskopik untuk mendeteksi titer antibodi aglutinasi,
dan dapat mengidentifikasi jenis serovar. Pemeriksaan penyaring yang
sering dilakukan di Indonesia adalah Lepto Tek Dri Dot dan LeptoTek
Lateral Flow.
Diagnosis leptospirosis dapat dibagi dalam 3 klasifikasi yaitu :
Suspek, bila ada gejala klinis, tanpa dukungan tes laboratorium.
Probable, bila gejala klinis sesuai leptospirosis dan hasil tes serologi
penyaring yaitu dipstick, lateral flow, atau dri dot positif.
Definitif , bila hasil pemeriksaan laboratorium secara langsung positip,
atau gejala klinis sesuai dengan leptospirosis dan hasil tes MAT / ELISA
serial menunjukkan adanya serokonversi atau peningkatan titer 4 kali atau
lebih.

2.7 Contoh Penderita Leptospirosis

10
Gambar.1 Contoh penderita akibat Leptospirosis

2.8 Eliminasi/Pencegahan Leptospirosis

Pencegahan penularan leptospira dapat dilakukan melalui tiga jalur


imtervensi yang meliputi intervensi sumber infeksi, intervensi pada jalur penularan
dan inmtervensi pada pejamu manusia. Berbagai kegiatan yang dapat mencegah
leptospirosis :

 Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 


 Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari
tikus.
 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. 
 Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun
setelah bekerja di sawah/kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-
tempat yang tercemar lainnya.
 Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis
(petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain)
dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan. 
 Menjaga kebersihan lingkungan 
 Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang. 
 Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung. 
 Menghindari pencemaran oleh tikus. 

11
 Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang
tercemar oleh tikus

2.9 Gejala Klinis Leptospirosis

Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya


seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah
dengue dan demam virus lainnya, sehingga seringkali tidak terdiagnosis. ,
oleh karena itu pada setiap kasus dengan keluhan demam, harus selalu
dipikirkan leptospirosis sebagai salah satu diagnosis bandingnya, terutama
di daerah endemik. Keluhan-keluhan khas yang dapat ditemukan, yaitu:
demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah,
nafsu makan menurun dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan
sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha. 
Gejala klinis leptospirosis yang tidak spesifik dan sulitnya tes laboratorium
untuk konfirmasi diagnosis mengakibatkan penyakit ini seringkali tidak
terdiagnosis. Mayoritas kasus leptopirosis adalah anikterik yang terdiri
dari 2 fase/stadium yaitu fase leptospiremia/ fase septikemia dan fase
imun, yang dipisahkan oleh periode asimtomatik.  Manifestasi klinis
berupa demam ringan atau tinggi yang bersifat remiten, mialgia terutama
pada otot betis, conjungtival suffusion (mata merah), nyeri kepala,
menggigil, mual, muntah dan anoreksia, meningitis aseptik non spesifik. 
Leptospirosis ringan atau anikterik merupakan penyebab utama fever of
unknown origin di beberapa negara Asia seperti Thailand dan Malaysia.
Mortalitas pada leptospirosis anikterik hampir nol, meskipun pernah
dilaporkan kasus leptospirosis yang meninggal akibat perdarahan masif
paru dalam suatu wabah di Cina. Tes pembendungan terkadang positif,
sehingga pasien leptospirosis anikterik pada awalnya di diagnosis sebagai
pasien dengan infeksi dengue. Pada leptospirosis ikterik, pasien terus
menerus dalam keadaan demam disertai sklera ikterik, pada keadaan berat
terjadi gagal ginjal akut, ikterik dan manifestasi perdarahan yang
merupakan gambaran klinik khas penyakit Weil. 
Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten dan fase imun menjadi
tidak jelas atau nampak tumpang tindih dengan fase septikemia.
Keberadaan fase imun dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah kuman
leptospira yang menginfeksi, status imunologi, status gizi pasien dan

12
kecepatan memperoleh terapi yang tepat. Gejala klinik leptospirosis ikterik
lebih berat, yaitu gagal ginjal akut, ikterik dan manifestasi perdarahan
(penyakit Weil ). Selain itu dapat terjadi Adult Respiratory Distress
Syndromes (ARDS), koma uremia, syok septikemia, gagal kardiorespirasi
dan syok hemoragik sebagai penyebab kematian pasien leptospirosis
ikterik.

Stadium Pertama :
Demam menggigil 
Sakit kepala 
Malaise 
Muntah 
Konjungtivitis 
Rasa nyeri otot betis dan punggung 
Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari 
Gejala yang Khas :
Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada
mata) 
Rasa nyeri pada otot-otot Stadium Kedua 
Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita 
Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama 
Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi
meningitis.
Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat. 

2.10 Gejala Klinis Kronis Leptospirosis

 Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6


 Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
 Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal
jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
 Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
 Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran
pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata
(konjungtiva).

13
 Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah tersebut dapat disimpulkan :
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan
digolongkan sebagi zoonosis yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti
manusia.
Hewan yang paling banyak mengandung bakteri leptospira ini (resevoir)
adalah hewan pengerat dan tikus
Penyakit leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di
musim penghujan.
Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi secara langsung ataupun
tidak langsung, sedangkan penularan dari manusia ke manusia sangat
jarang.
Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal
ataupun fase lanjut (fase imunitas).
Selain pengobatan antibiotik, perawatan pasien tidak kalah pentingnya
untuk menurunkan angka kematian.
Angka kematian pada pasien leptospirosis menjadi tinggi terutama pada
usia lanjut, pasien dengan ikterus yang parah, gagal ginjal akut, gagal
pernafasan akut.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis menyarankan :
Pada orang berisiko tinggi terutama yang bepergian ke daerah berawa-
rawa dianjurkan untuk menggunakan profilaksis dengan doxycycline.
Masyarakat terutama di daerah persawahan, atau pada saat banjir mungkin
ada baiknya diberi doxycycline untuk pencegahan.

14
Para klinisi diharapkan memberikan perhatian pada leptospirosis ini
terutama di daerah-daerah yang sering mengalami banjir.
Penerangan tentang penyakit leptospirosis sehingga masyarakat dapat
segera menghubungi sarana kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ilunifk83.com/t239-demam-yang-perlu-diwaspadai
http://belajarsukes.blogspot.com/2011/03/makalah-leptospirosis.html
http://charizzogarvet.wordpress.com/2011/06/20/mengenal-leptospirosis/
http://hidupsehatgembira.blogspot.com/2012/02/leptospirosis.html
http://klinikblogger.blogspot.com/2010/10/leptospirosis.html
http://kahar-spombob.blogspot.com/2011/06/leptospirosis.html
http://ezzahhidayati.blogspot.com/2011/04/penyakit-leptospira.html

15

Anda mungkin juga menyukai