Anda di halaman 1dari 3

Nama : Abdul Majid Yuli Krismanto

Nim : 171600152
Kelas : Akuntansi B 2017
Matkul : Akuntansi Sektor Publik
Lembar Jawaban UTS
Akuntansi Sektor Publik

1. - Organisasi bisnis/komersial ( swasta) adalah organisasi yang bertujuan mendapatkan laba


sebanyak-banyaknya bagi pemilik
- Organisasi non-komersial (sektor publik) adalah suatu kegiatan yang lebih banyak
berhubungan dengan aktivitas sosial dan pelayanan masyarakat. Contohnya, lembaga
pemerintahan, partai politik, yayasan, sekolah, universitas, rumah sakit danorganisasi sejenis
lainnya. Dari sudut pandang kepemilikan, organisasi ini dimiliki secara kolektif oleh
masyarakat/publik.
Kategori organisasi jenis sebenarnya masih bisa diklasifilcasikan lagi menjadi:
a. Lembaga Pemerintahan adalah organisasi pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah.
Secara operasional, organisasi ini diselenggarakan oleh pemerintah, dengan kata lain
pengelolanya adalah pemerintah dan pemiliknya adalah warga negara.
b. Organisasi no pemerintahan / nirlaba berupa organisasi kemasyarakatan, yayasan atau
organisasi non pemerintah lainnya termasuk organisasi internasional.

2. A. Desentralisasi fiskal adalah transfer kewenagan di area tanggung jawab finansial dan
pembuatan keputusan termasuk memenuhi keuangan sendiri, ekspansi penapatan lokal,
transfer penadpatan pajak dan otorisasi untuk meminjam dan memobilisasi sumber-sumber
pemerintah daerah melalui jaminan peminjaman. Dampak yang timbul diakibatkan
penanganan desentralisasi termasuk desentralisasi fiskal bila ditangani kurang baik adalah
suatu aspek yang memungkinkan adanya suatu pemaknaan dimana dalam penganggaran
keuangan pada sektor publik akan berimplikasi rawannya kecurangan-kecurangan serta
kebocoran anggaran yang mengarah pada kurangnya pengawasan dari pemerintah pusat
serta adanya korupsi APBD di setiap daerah. Daripada itu pengawaan serta partisipasi dari
para masyarakat dan penagwasan dari beberapa pihak LSM sangat diperlukan agar
penerapan desentralisasi ini dapat berjalan dengan baik.
          Pada dasarnya penerapan sistem NPM (New Public Management) yang di dasari pada
desentralisasi mempunyai tujuh karakteristik, yaitu :
-       Manajemen profesional di sektor publik
-       Adanya standar kinerja dan ukuran kinerja
-       Penekanan yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome
-       Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik
-       Menciptakan persaingan di sektor publik
-       Pengadopsian gaya manajemen di sektor bisnis ke dalam sektor publik
-       Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih besar dalam menggunakan
sumber daya
Pada konsep ini juga cenderung terhadap peningkatan kinerja apratur pemerintah
B. Terlebih dahulu kita setidaknya mengetahui “bunga rampai” perjalanan dan
penerapan serta kegunaan New Public Management di Indonesia dimana NPM atau
Manajemen Berbasis Kinerja di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1999
dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
merupakan wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan
organisasi dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Dalam perkembangannya, sampai
sekarang pelaksanaan New Public Management pada organisasi pemerintahan di Indonesia
menunjukan perkembangan yang postif, yang berpengaruh pada peningkatan kinerja
pemerintah.
          Reformasi pada akuntansi sektor publik sangat menempati peranan penting dalam
agenda New Public Management dikarenakan pada penerapan New Public Management
terkait pada konsep manajemen kinerja sektor publik yang mana pengukuran kinerja
merupakan ssalah satu dari prinsip-prinsipnya. Karena jika sektor publik masih menggunakan
pendekatan administrasi, maka sektor publik akan tidak mampu memenuhi tuntutan itu.
Karena dalam konsep NPM menghendaki adanya desentralisasi, devoluasi (pendelegasian)
dan pemberian kewenangan yang lebih besar kepada bawahan (pemerintah daerah) yang
bertujuan menciptakan organisasi yang lebih efisien. Di Indonesia sendiri pelaksanaan
desentralisasi sudah terlihat jelas dengan adanya otonomi daerah yang mana diberikan hak,
wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan  pemerintahan dan
kepentingan masyarakatnya sendiri urusan dan kepentingan masyarakat setempat sudah jelas
diatur dalam undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan
undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.

3. Tujuan pengembangan akuntansi pemerintahan yang baru dengan tujuan:


a. Merancang sistem akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah.
b. Menyusun standar dan prinsip Akuntansi Pemerintahan.
c. Membentuk Pusat Pengembangan Akuntansi Pemerintahan di Departemen Keuangan.
d. Melakukan pelatihan, pembinaan, pengawasan dan monitoring serta evaluasi
pelaksanaan sistem akuntansi pemerintahan secara terus menerus.

Ciri-ciri Pokok SAPP:


1) Basis Akuntansi, Cash toward Accrual.
2) Sistem Pembukuan Berpasangan. Didasarkan atas persamaan dasar akuntansi yaitu:
ASET= KEWAJIBAN + EKUITAS DANA.
3) Dana Tunggal.
4) Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi.
5) Bagan Perkiraan Standar (BPS).
6) Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Tujuan SAPP:
1) Menjaga Aset Pemerintah Pusat dan instansi.
2) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang pelaksanaan anggaran
dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat.
3) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan Pemerintah
Pusat.
4) Menyediakan informasi yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien dan efektif.

Pelaksanaan SAPP:
SAAP terdiri dari dua subsistem, yaitu:
1) Sistem Akuntansi Pusat (selanjutnya disebut SiAP);
2) Sistem Akuntansi Instansi (selanjutnya disebut SAI).
SAAP menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Anda mungkin juga menyukai