Anda di halaman 1dari 14

UANG

Pendahuluan
Pengaruh uang terhadap perekonomian tidak terlepas dari defenisi uang. Defenisi dan pengukuran
uang secara tepat dengan cara mengeksplorasi fungsi uang akan memberi penjelasan mengapa dan
bagaimana uang dapat meningkatkan efesiensi ekonomi. Defenisi uang dalam kehidupan sehari –
hari sangat beragam akan tetapi defenisi uang bagi para ekonom sangat spesifik. Defenisi dan
fungsi uang selalu berevolusi sesuai dengan perkembangan ekonomi.

Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefenisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima
secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di
masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. dalam ekonomi modern, uang didefenisikan
sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
barang – barang dan jasa – jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang

Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang – barang, juga
untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Untuk lebih rinci uang dibedakan menjadi
2 (dua) fungsi asli dan turunan, yaitu :

Pada fungsi asli uang ada 3 (tiga) yaitu :

1. Uang berfungsi sebagai alat tukar (medium of exchange) yang dapat mempermudah
pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang,
tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan – kesulitan pertukaran dengan
cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.
2. Uang berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat digunakan untuk
menunjukkan nilai berbagai macam barang dan jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan
besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk
menentukan harga barang dan jasa (alat petunjuk harga) sebagai alat satuan hitung, uang
berperan untuk memperlancar pertukaran.
3. Uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk
mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seorang penjual saat
ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang yang dijualnya, maka ia dapat
menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang.

Pada fungsi turunan yaitu uang sebagai alat pembayaran, sebagai alat pembayaran utang, sebagai
alat penimbun atau pemindah kekayaan (modal) dan alat untuk meningkatkan status usaha.

Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Uang kartal (common money) adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh
masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari – hari.
2. uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang
dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini hanya beredar dikalangan tertentu saja, sehingga
masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia tidak mau barang dan jasa yang
diberikannya dibayar dengan ini, untuk menarik uang giral, orang menggunakan cek.

Uang menurut bahan pembuatan terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Uang logam adalah uang yang terbuat dari logam, biasanya emas atau perak karena kedua
logam tersebut itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah
dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama dan dapat dibagi menjadi satuan
yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai.

Nilai yang terdapat di dalam uang logam, yaitu :

a. Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya berapa nilai emas
dan perak yang digunakan untuk mata uang.
b. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang tertera
pada mata uang. Misalnya seratus rupiah (Rp.100,00) dan lima ratus rupiah
(Rp.500.00)
c. Nilai tukar, yaitu kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan suatu barang (daya
beli barang). Misalnya uang Rp. 100.00 dapat ditukarkan dengan permen dan
Rp.10.000.00 dapat ditukarkan dengan semangkuk bakso.

2. Uang kertas adalah uang yag terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu dan
merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut UU No. 23 tahun 1999 tentang bank
Indonesia, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang
terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas)

Permintaan Uang (Money Demand/MD)

Dalam sejarah ekonomi telah tercatat bahwa sebagai alat pertukaran pernah digunakan suatu
barang yang berharga seperti gading gajah, tulang dab berbagai jenis logam. Meskipun demikian,
berbagai barang berharga ini tidak semata – mata berperan sebagai uang. Dalam perekonomian
yang mempergunakan barang sebagai uang (uang barang), nilai tukar uang akan dipengaruhi oleh
permintaan barang, baik dalam kapasitasnya sebagai uang maupun sebagai barang, baik dalam
kapasitasnya sebagai uang maupun sebagai barang. Pada saat emas dipergunakan sebagai uang,
misalnya, maka nilai tukar uang atau harga uang dipengaruhi oleh permintaan emas sebagai
perhiasan dan emas sebagai uang. Pengaruh ganda demikian, yaitu harga uang akibat permintaan
barang dalam kapasitasnya bukan sebagai alat tukar, dapat diabaikan apabila uang yang dimaksud
adalah uang fiat. Dalam perkembangannya, akhir – akhir ini uang fiat yang secara intrinsik tidak
bernilai karena dibuat dari kertas atau barang lain yang tidak berharga, mendominasi bentuk uang.

Jumlah uang diminta di dalam suatu perekonomian, termasuk berbagai jenis kekayaan moneter
lain, sangat dipengaruhi oleh kendisi kelembagaan, peraturan pemerintah dan perkembangan
teknologi. Perkembangan teknologi pembayaran misalnya, telah mengubah jumlah uang yang
diminta untuk suatu tingkat pendapatan tertentu. Sebelum cek dan kartu kredit dipergunakan secara
luas, biasanya seluruh pendapatan seseorang akan diwujudkan dalam bentuk uang. Namun setelah
cek dan kartu kredit dipergunakan secara luas, masyarakat tidak perlu memegang seluruh
pendapatannya dalam bentuk uang. Pengaruh demikian tidak menyebabkan konsep permintaan
uang menjadi usang sebagaimana pengaruh teknologi. Dalam praktek penghitungan jumlah atau
stok uang dalam perekonomian perlu diperjelas. Pada prinsipnya bentuk kekayaan yang dapat
dimasukkan dalam pengertian stok uang hanya berupa kekayaan yang memberi hak atas sejumlah
kas. Dan segala benuk hak yang dapat berfungsi sebagai uang tanpa membebani biaya yang berarti
bagi pemiliknya.

Perkembangan teknologi selanjutnya memang memungkinkan adanya transaksi tanpa adanya


transfer (perpindahan) sejumlah uang secara maujud (tangible), namun transaksi diselesaikan
dengan mengubah rekening bank pembeli dan penjual. Perkembangan teknologi transaksi
demikian tidak dapat diartikan bahwa perekonomian sudah tidak mempergunakan uang secara
literer dan menjadi suatu perekonomian tanpa uang sebagaimana jaman barter. Sebagaimana
prinsip diatas, stok uang tetap ada dalam perekonomian berupa rekening bank para partisipan suatu
perekonomian.

Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi
sumber – sumber ekonomi yang bersifat terbatas. Pada prinsipnya, dengan sumber ekonomi yang
terbatas manusia haruslah memilih alokasi yang memberikan kepuasan yang sebesar – besarnya.
Dengan pendapatan tertentu, apabila seseorang ingin memperbanyak konsumsi maka jumlah
kekayaan akan semakin kecil. Demikian juga apabila dia ingin memiliki salah satu bentuk
kekayaan lebih banyak maka dengan sendirinya pemilikan bentuk kekayaan yang lain akan
menjadi lebih sedikit. Untuk mengantisipasi hal tersebut, seseorang akan membanding –
bandingkan hasil (return) dari masing – masing bentuk kekayaan. Dari hasil perbandingan tersebut
dia akan menentukan komposisi dan proporsi dari masing – masing bentuk kekayaan agar
diperoleh hasil yang maksimum.

Salah satu bentuk kekayaan seseorang adalah uang. Semakin banyak uang yang dipegang maka
semakin kaya. Kekayaan dapat diujudkan dalam bentuk uang, surat berharga, deposito atau barang.
Pertanyaanya : mengapa seseorang memilih kekayaan dalam bentuk uang, yang tidak
menghasilkan pendapatan, sedangkan kalau diujudkan surat berharga atau deposito berjangka
dapat menghasilkan uang ? jawaban terhadap pertanyaan inilah yang kemudian merupakan teori
prtmintaan uang. Jadi, teori permintaan uang pada dasarnya ingin menjawab pertanyaan mengapa
(alasan – alasan apa) yang menyebabkan seseorang memilih kekayaan dalam bentuk kas. Hal ini
berkaitan dengan manfaat uang seperti tersebut pada lampiran berikut ini.

Dalam setiap diskusi mengenai permintaan uang perlu diperjelas mengenai definisi uang. Hal ini
perlu mengingat adanya banyak definisi uang. Dalam literature buku uang dapat didefenisikan
sebagai alat pertukaran (medium of exchange), yaitu suatu barang atau bentuk kekayaan rill
(tangible asset) yang secara umum diterima sebagai pembayaran. Tentu saja uang yang dipegang
juga dipergunakan sebagai penyimpan nilai, namun peran ini mungkin kecil di dalam suatu
perekonomian. Uang bisa dipergunakan sebagai alat pengukur (medium of account), ringkakasnya
harga biasanya dinyatakan dalam satuan uang.

Teori Permintaan Uang Keynes


Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kertas berdasarkan kegunaan uang.
Seperti kita ketahui, uang dapat berfungsi sebagai alat tukar (transaksi) dan penyimpan kekayaan.
Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes membedakan antara motif transaksi,
berjaga – jaga dan serta spekulasi.

Seseorang memerlukan uang karena dia akan melakukan transaksi dan untuk berjaga – jaga (kalau
sakit, musibah, dan sebagainya yang pada akhirnya merupakan kegiatan transaksi). Selain itu
orang mau memegang uang karena motif spekulasi. Dalam hal ini seseorang berusaha supaya hasil
dari uang yang dipegang maksimum, dengan kombinasi uang yang dipegang dengan bentuk
kekayaan lainnya.

Permintaan Uang untuk Tujuan Transaksi dan Bejaga – jaga

Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membelanjai transaksi. Transaksi ini sering
terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini seringkali tidak bisa
diperkirakan terlebih dahulu, sehingga sangat diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun
seandainya pengeluaran dan penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di
tangan tetap diperlukan. Sebab, penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi terima, atau
pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting perlu dilakukan sebelum penerimaan datang, atau
pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting dilakukan sebelum penerimaan datang, atau
mungkin suatu transaksi yang memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukan
sebelum penerimaan datang dan sebagainya.

Keynes menyatakan, bahwa ada keterkaitan antara uang untuk transaksi (Money transaction/Mt) ,
Pendapatan rill (PN) dan permintaan rill (L1). Dengan demikian permintaan uang kas untuk tujuan
transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang, makin besar
keinginan akan uang kas untuk transaksi, seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya
tinggi, biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat
yang pendapatannya lebih rendah. Ketergantungan permintaan uang untuk transaksi terhadap
pendapatan dapat digambarkan, sebagai berikut :
Gambar 7.1 Permintaan Uang untuk Transaksi

Mt
L1

PN

Permintaan uang untuk transaksi (riil) ditunjukkan dengan L1. terlihat semakin tinggi pendapatan
maka semakin tinggi banyak uang yang dipegang masyarakat untuk keperluan transaksi (M1)
hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dengan pendapatan rill (Y/PN) tidak selalu linier
(garis lurus). Berbeda dengan Kaum Klasik, Keynes lebih menekankan analisisnya pada motif
spekluasi, yaitu peranan tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang untuk spekulasi.

Permintaan Uang untuk Tujuan Spekulasi


Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang lebih dari
kebutuhannya untuk keperluan transaksi, karena. Namun demikian, Keynes memfokuskan
analisisnya pada permintaan uang untuk speklulasi. Menurut Keynes, masyarakat bersedia
memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena uang merupakan salah satu
bentuk kekayaan. Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun
kekayaan (store of value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk
menimbun kekayaan (asset demand for money).

Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes, ditentukan oleh
perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya ada dua bentuk kekayaan, uang
(Money M) dan (Bond B). apabila memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun
memperoleh kemudahan untuk melakukan transaksi. Dengan memegang Obligasi, seseorang akan
memperoleh bunga. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan
masyarakat memegang uang kas untuk tujuan / motif spekulasi. Alasannya. Pertama apabila
tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money) makin
besar / tinggi, orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyaakat akan uang kas akan
makin kecil. Sebaliknya, makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat untuk
menyimpan uang kas. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya
tingkat bunga “normal” berdasarkan pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru
terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang menyebabkan masing – masing
orang bersikap indifferent (tidak acuh) apakah ia memegang uang atau obligasi, selain itu, setiap
terjadi perubahan (penyimpanan), tingkat bunga diharapkan alan kembali ketingkat normal, maka
masyarakat akan mengharapkan tingkat bunga tidak akan ada lagi, bahkan diperkirakan akan turun
/ kembali ke tingkat bunga normal tersebut. Apabila pada suatu tingkat bunga berada di atas tingkat
bunga normal maka seluruh uang yang akan dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam
bentuk obligasi dan pada saat tingkat bunga berada di bawah tingkat bunga normal ia akan
memegang kas seluruhnya. Hubungan antara tingkat bunga normal dengan jumlah uang yang
dipegang dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 7.2 Permintaan Uang dengan Tingkat Bunga Normal

r* A

0 Msp
Msp

Misalnya, tingkat bunga normal adalah r*. pada saat tingkat bunga yang terjadi lebih tinggi r*,
uang yang dipegang akan berupa obligasi (sehingga Ms, jumlah uang untuk spekulasi nol),
sedangkan pada tingkat bunga di bawah r*, seluruh uang untuk spekulasi dipegang dalam bentuk
kas (Msp banyak). Pada saat tingkat bunga sama dengan r* maka ia tidak acuh, apakah memegang
kas atau obligasi (dalam grafik dicerminkan oleh segi empat 0r*AMsp)

Untuk lebih jelasnya dimisalkan hasil (return) obligasi pertahun adalah Ri dimana i menunjukkan
tahun 1, 2, 3,….. n tingkat bunga adalah r, maka nilai sekarang dari penghasilan obligasi adalah
PDV dari total R.

R1 R2 R3 Rn
PDV Obligasi     ..... 
1  r  1  r  1  r 
2 3
1  r n

Sehingga persamaan diatas dapat di formulasikan sebagai berikut :

 1 - 1/1  r T 
PDV Obligasi  R x  
 r 

Dimana :
R : Return
r : Tingkat Bunga
PDV : Obligasi
t : Periode waktu jatuh tempo

Dengan demikian semakin tinggi r, maka PDV atau harga obligasi semakin rendah. Obligasi
adalah surat berharga yang memberikan hasil (return R) yang tetap jumlahnya nilai sekarang
(present discounted value, PDV) dari R (selama memegang obligasi) ini merupakan harga
sekarang dari obligasi. Nilai sekarang dari suatu penerimaan yang akan diterima di masa
mendatang besarnya berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Semaikn tinggi tingkat bunga,
maka semakin rendah PDV dari R atau semakin rendah harga sebuah obligasi. Dengan demikian
apabila tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal, masyarakat berharap tingkat bunga akan
turun (harga obligasi naik), masyarakat lebih baik memegang obligasi. Dengan demikian
sebaliknya, apabila tingkat bunga kenyataan dibawah normal, masyarakat memperkirakan tingkat
bunga akan naik kembali pada tingkat bunga normal tersebut. Harga suarat berharga diperkirakan
turun (sebab tingkat bunga naik) sehingga mereka akan menjual surat berharga dan dengan
demikian keinginan memegang uang kas naik.
Ketergantungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 7.3 Permintaan


Uang untuk Spekulasi Gambar 7.4 Liqudity Trap

r r

rL

Gambar 7.3 menunjukkan adanya hubungan positif antara tingkat bunga (r) dengan permintaan
L2uang unruk spekulasi oleh orang (individu) berbentuk patah
uang untuk spekulasi (L2). Permintaan
seperti pada gambar 7.2. hal ini karena harapan mengenai suku bunga yang akan terjadi
Msp Msp sudah

pasti. Pada suku bunga di atas r* harapan untuk memperoleh keuntungan (gain) dari obligasi
positif, sehingga masyarakat mengalokasikan uangnya dalam bentuk obligasi semua. Pada gambar
3.2 untuk r>r* banyaknya Msp=0. pada saat suku bunga dibawah / lebih rendah dari r* harapan
memperoleh keuntungan dari obligasi negatif sehingga masyarakat lebih senang memegang uang
dari pada memegang obligasi. Pada r<r*, banyaknya uang yang dipegang untuk spekulasi sama
dengan total kekayaan (ingat asumsi hanya terdapat dua bentuk kekayaan adan oligasi). Pada saar
r=r% harapan memperoleh keuntungan dari obligasi sama denga nol sehingga orang bersikap tak
acuh apakah memegang kas atau obligasi.

Untuk seluruh perekonomian, dianggap bahwa terdapat suatu rentang (range) suku bunga normal.
Tiap orang memiliki harapan berbeda mengenai seberapa besar laju perubahan suku bunga menuju
normal. Dengan kata lain tiap masyarakat memiliki harapan memperoleh keuntungan dari obligasi
dengan tingkat yang berbeda – beda. Pada umumnya semakin rendah suku bunga, semakin besar
orang berharap suku bunga akan naik. Dengan kata lain semakin banyak orang ingin memegang
uang (menjual obligasi). Dengan demikian sebaliknya pada tingkat bunga yang tinggi. Permintaan
uang untuk spekulasi akan berupa kurva dengan slope negatif seperti gambar 3.3

Gambar 7.4 menunjukkan adanya apa yang oleh Keynes diebut “liquidity trap” bagian horizontal
dari permintaan uang kas pada tingkat bunga rL. Liquidity trap menggambarkan bahwa pada
tingkat bunga yang begitu rendah (menurut ukuran pengalaman – pengalaman masa lalu),
elastisitas permintaan uang kas menjadi tidak terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan
memegang surat berharga pada tingkat bunga ni ((rL) karena mesyarakat memperkirakan bahwa
di kemudian hari tingkat bunga akan naik sebab tingkat bunga rL sudah begitu rendah, tidak
mungkin turun lagi. Dengan kata lain setiap masyarakat akan mengharapkan harga surat berhaga
akan turun di masa datang sehingga dan tidak ada seorangpun yang mau membeli surat berharga
sekarang, semuanya menghendaki uang kas.

Secara matematis, permintaan uang total ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Mt = kY, untuk
tujuan transaksi yang besarnya tergantung dari pendapatan dan Ms=l(r)W, untuk tujuan spekulasi
(yang besarnya tergantung tingkat bunga (r) dan kekayaan (w) dimasukkan sebagai veriabel sebab
permintaan uang untuk spekulasi merupakan bagina dari kekayaan total (assets demand fo money)
Permintaan uang total : (M/P)d=kY+1(r)W, merupakan permintaan uang rill. Karena analisa
Keynes adalah analisa jangka pendek, maka W dianggap tidak berubah, sehingga dapat dituliskan
sebagai berikut : (M/P)d=kY+1(r). dengan demikian Keynes telah memasukkan tingkat bunga
sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan uang. Kenyataannya, sampai sekarang ini pasti
penting tingkat bunga dalam mempengaruhi permintaan uang masih diterima oleh banyak ahli,
bahkan dalam perkembangna selanjutnya tingkat bunga juga mempengaruhi uang untuk tujuan
transaksi.

Gambar Permintan Uang untuk Transaksi dan Spekulasi

L1

rL L2

Md=L1+L2

Mt (L1) Md

Ada beberapa hal yang mempengaruhi permintaan uang, diantaranya :


1. Pendapatan rill, semikin tinggi pendapatan, permintaan akan uang akan semakin besar, ini
karena konsumsi dan tabungan akan bertambah seiring dengan meningkatkatnya
pendapatan.
2. Tingkat suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, permintaan uang untuk motif spekulasi
akan berkurang. Tingginya suku bunga akan membuat biaya pinjaman uang untuk
berspekulasi bertambah mahal, selain itu, jika tingkat suku bunga tinggi, masyarakat akan
lebih baik menabung di bank dengan jaminan suku bunga yang ada lebih tinggi dari pada
suku bunga spekulasi.
3. Pengeluaran konsumen, pengeluaran konsumen akan bertambah pada bulan – bulan
musiman (seperti hari raya keagamaan) akibatnya permintaan akan uang akan bertambah.
Penawaran Uang (Money Demand/MS)
Penciptaan uang

Pada perekonomian disuatu negara peran bank sentral sebagai lembaga yang berperan dalam
mengendalikan instrumen kebijakan moneter dengan melakukan pengendalian jumlah uang yang
beredar dimasyarakat, bank sentral mempunyai otoritas dalam menciptakan jumlah uang beredar
dan juga mengurangi jumlah uang yang beredar dengan analisis situasi makro yaitu pertumbuhan
ekonomi, inflasi dan juga nilai mata uang, dengan demikian uang yang beredar di masyarakat akan
berkaitan dengan asal muasal penciptaan uang. Penciptaan uang adalah proses memproduksi atau
menghasilkan uang baru, dan bank sentral dalam proses penciptaan uang baru tersebut dengan tiga
cara yaitu (1) mencetak mata uang kertas dan logam (2) melalui pengadaan hutang dan pinjaman
(3) melalui beragam kebijakan pemerintah.
Uang Inti (Reserve Money)

Uang yang dikeluarkan oleh Saldo rekening Koran (giro)


Pemerintah (Bank Sentral) pada Bank Sentral

Ditangan Masyarakat Di Milik


Umum Bank - Bank Bank - Bank

Cadangan Bank
Uang Kartal

Sebagai Jaminan

Saldo Rekening
Koran (Giro) pada
Bank - Bank

Milik
Masyarakat

Uang Giral

Jumlah Uang Beredar

Sumber Budiono (2001)

Anda mungkin juga menyukai