RISDA RIZKILLAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kualitas Perkawinan dan
Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis saya ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Risda Rizkillah
NIM I251130126
RINGKASAN
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KUALITAS PERKAWINAN DAN LINGKUNGAN
PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN
SUAMI ISTRI BEKERJA
RISDA RIZKILLAH
Tesis
sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc
Judul : Kualitas Perkawinan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga
dengan Suami Istri Bekerja
Nama : Risda Rizkillah
NIM : I251130126
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Herien Puspitawati, MSc., MSc. Dr. Ir.Dahrul Syah, MScAgr.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Rasa syukur juga penulis
haturkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi motivator
kehidupan bagi penulis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS. dan
Dr. Tin Herawati, SP, M.Si selaku pembimbing tesis atas bimbingan, doa, dan
arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua
Drs. Lukman Al Hakim, M.Pd dan Dra. Cucu Sumiati serta keluarga besar yang
telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya yang tidak pernah
berhenti. Selain itu, terima kasih kepada rekan penelitian yaitu Fitri Apriliana
Hakim, Fitri Meliani, dan Nurlita Tsania yang telah berjuang bersama untuk
mencapai target penelitian agar selesai tepat pada waktunya serta teman-teman
IKA ‘05 atas bantuan dan saran yang telah diberikan. Akhir kata, semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang
terdapat didalamnya.
Risda Rizkillah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 9
Latar Belakang 9
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Keluarga 4
Teori Struktur Fungsional 5
Teori Sosial Konflik 5
Teori Gender 6
Karakteristik Pekerjaan Istri 6
Karakteristik Anak 7
Kualitas Perkawinan 8
Kualitas Lingkungan Pengasuhan 9
Penelitian Terdahulu 10
KERANGKA PIKIR 13
METODE PENELITIAN 14
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 14
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh 14
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 15
Pengolahan dan Analisis Data 16
Definisi Operasional 18
KUALITAS PERKAWINAN DAN LINGKUNGAN PENGASUHAN
MENURUT JENIS PEKERJAAN ISTRI PADA KELUARGA DENGAN
SUAMI ISTRI BEKERJA 19
Abstrak 19
Abstract 19
Pendahuluan 20
Tujuan Penelitian 20
Manfaat Penelitian 20
Metode Penelitian 21
Hasil 22
Pembahasan 35
Simpulan 38
KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEKERJAAN ISTRI, KUALITAS
PERKAWINAN, DAN KUALITAS LINGKUNGAN PENGASUHAN 39
Abstrak 39
Abstract 39
Pendahuluan 40
Tujuan Penelitian 41
Manfaat Penelitian 41
Metode Penelitian 41
Hasil 42
Pembahasan 50
PEMBAHASAN UMUM 53
SIMPULAN 55
SARAN 56
DAFTAR PUSTAKA 56
LAMPIRAN 61
RIWAYAT HIDUP 65
DAFTAR TABEL
1 Penelitian terdahulu 11
2 Variabel, skala, dan pengolahan data 16
3 Model Regresi Linier 17
4 Rata-rata dan uji beda karaktersitik keluarga 22
5 Sebaran keluarga berdasarkan jam kerja dan jenis pekerjaan (%) 23
6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan istri dan jenis pekerjaan (%) 23
7 Sebaran keluarga berdasarkan pengalaman bekerja dan jenis pekerjaan
(%) 24
8 Rata-rata dan uji beda karaktersitik pekerjaan 24
9 Rata-rata capaian variabel dan dimensi kualitas perkawinan (%) dan
uji beda berdasarkan jenis pekerjaan 24
10 Sebaran istri berdasarkan kategori kualitas perkawinan dan jenis
pekerjaan (%) 25
11 Rata-rata capaian (%) dan uji beda indikator kebahagiaan perkawinan
berdasarkan jenis pekerjaan 26
12 Rata-rata capaian (%) dan uji beda indikator kepuasan perkawinan
berdasarkan jenis pekerjaan 27
13 Sebaran contoh berdasarakan kategori lingkungan pengasuhan dan
jenis pekerjaan (%) 28
14 Sebaran keluarga (%) dan uji beda tanggap rasa dan kata berdasarkan
jenis pekerjaan 29
15 Sebaran keluarga (%) dan uji beda penerimaan terhadap perilaku anak
berdasarkan jenis pekerjaan 29
16 Sebaran keluarga (%) dan uji beda pengorganisasian lingkungan anak
berdasarkan jenis pekerjaan 30
17 Sebaran keluarga (%) dan uji beda penyediaan mainan anak
berdasarkan jenis pekerjaan 30
18 Sebaran keluarga (%) dan uji beda keterlibatan ibu berdasarkan jenis
pekerjaan 31
19 Sebaran keluarga (%) dan uji beda variasi asuhan berdasarkan jenis
pekerjaan 31
20 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi belajar berdasarkan jenis
pekerjaan 32
21 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi Bahasa berdasarkan jenis
pekerjaan 32
22 Sebaran keluarga (%) dan uji beda lingkungan fisik berdasarkan
pekerjaan 33
23 Sebaran keluarga (%) dan uji beda kehangatan dan penerimaan
berdasarkan jenis pekerjaan 33
24 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi akademik berdasarkan
jenis pekerjaan 34
25 Sebaran keluarga (%) dan uji beda modelling berdasarkan jenis
pekerjaan 34
26 Sebaran keluarga (%) uji beda variasi pengalaman berdasarkan jenis
pekerjaan 35
27 Sebaran keluarga (%) dan uji beda berdasarkan lingkungan
pengasuhan (penerimaan) serta jenis pekerjaan 35
28 Karaktersitik keluarga dan pekerjaan istri 42
29 Rata-rata capaian variabel dan dimensi kualitas perkawinan (%) 43
30 Sebaran istri (%) berdasarkan kategori kualitas perkawinan 43
31 Rata-rata capaian kebahagiaan perkawinan (%) 43
32 Rata-rata capaian kepuasan perkawinan (%) 44
33 Sebaran rata-rata skor (%) menurut komponen lingkungan pengasuhan
anak 45
34 Sebaran contoh (%) berdasarakan kategori pencapaian lingkungan
pengasuhan 46
35 Sebaran koefisien korelasi antara variabel utama dengan karakteristik
keluarga 47
36 Pengaruh kualitas perkawinan dan jenis pekerjaan istri terhadap
kualitas lingkungan pengasuhan anak 47
37 Pengaruh karakteristik keluarga, pekerjaan istri, dan kualitas
perkawinan terhadap kualitas lingkungan pengasuhan anak 48
38 Pengaruh dimensi kualitas perkawinan dan jenis pekerjaan terhadap
kualitas lingkungan pengasuhan anak 49
39 Sebaran koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga, anak, dan
pekerjaan istri serta kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan
pengasuhan anak 49
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir 14
2 Teknik penarikan contoh 15
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
2013). Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa peran pengasuhan pada ibu
sudah semakin berkurang padahal masa kanak-kanak merupakan masa kehidupan
yang sangat penting dan merupakan masa kritis bagi anak sehingga kualitas
pengasuhan yang baik mutlak diperlukan. Orangtua, terutama ibu merupakan
orang pertama dan utama yang mempengaruhi proses sosialisasi anak. Untuk
itu, penting untuk dilakukannya penelitian terkait kualitas perkawinan dan
lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja.
Perumusan Masalah
menyesuaikan diri dan menjalankan perannya dengan baik. Hall dan Moss (2001)
dalam Kusumowardhani (2012) juga menyatakan bahwa semakin banyaknya
pasangan suami istri bekerja sering dianggap sebagai “biang keladi” atau
penyebab utama meningkatnya angka perceraian secara drastis. Pada tahun 2012
terjadi kasus perceraian sebanyak 777 kasus di kota bogor (BPS 2013). Selain itu,
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama MA RI, juga menyatakan bahwa
kasus perceraian meningkat pada tahun 2007 sebesar 157.771 kasus menjadi
223.371 kasus pada tahun 2009. Penyebab terbesar (77 528 kasus) pemicu
perceraian adalah salah satu pihak baik suami atau istri meninggalkan kewajiban.
Kualitas perkawinan yang tidak baik dapat memberikan kecenderungan
dilakukannya pengasuhan anak yang tidak baik, karena pengasuhan anak yang
baik dapat terwujud ketika orangtua dapat berinteraksi dengan baik, memberikan
kasih sayang, dan kehangatan pada anak. Penelitian Sunarti (2008) mengelaborasi
bahwa pada lingkungan pengasuhan masih terdapat ibu yang menunjukkan
perilaku negatif terhadap anaknya seperti berteriak, menunjukkan kekecewaan,
memukul, dan memarahi anak, hal tersebut menunjukkan masih terbatasnya
kemampuan ibu dalam pengorganisasian lingkungan anak, juga penyediaan
mainan anak. Selain itu Bowlby (1969) dalam Puspitawati (2012) menyatakan
bahwa perkembangan anak menekankan pada peran utama pengasuh, terutama
selama tahun pertama kehidupan anak dalam menetapkan dasar bagi bayi untuk
mengembangkan bonding atau keterikatan yang sehat dan pengertian diri.
Meninjau kepada fenomena diatas penelitian ini ingin menjawab pertanyaan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan pada
keluarga dengan suami istri bekerja ?
2. Adakah perbedaan kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan
pengasuhan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal?
3. Adakah hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan,
kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga
dengan suami istri bekerja?
4. Adakah pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan, dan
kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan pengasuhan pada
keluarga dengan suami istri bekerja?
Tujuan Penelitian
Umum :
Menganalisis pengaruh kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan
pengasuhan.
Khusus :
1. Menganalisis kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan pada
keluarga dengan suami istri bekerja
2. Menganalisis perbedaan kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan
pengasuhan antara istri yang bekerja di sektor formal dan informal
4
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga
Beban ganda yang dimiliki perempuan di sektor domestik dan publik dapat
mengakibatkan terjadinya masalah dan konflik dalam keluarga. Hal tersebut dapat
diulas menggunakan teori konflik sosial yang memandang konflik sebagai suatu
hal yang alamiah, normal, dan tidak dapat dielakkan dalam seluruh sistem sosial
termasuk keluarga, bahkan konflik dianggap sebagai sumber motivasi yang
dibutuhkan untuk perubahan, yang terdapat dimana-mana dalam semua jenis
interaksi sosial dan seluruh tingkat organisasi sosial yang prevalensinya
dimotivasi oleh minat individu dan berhubungan dengan kebutuhan, nilai, tujuan,
dan sumberdaya (Sunarti 2012). Asumsi dasar yang melandasi teori konflik sosial
yaitu, a) manusia tidak mau tunduk pada konsensus, dimana saat ini tipe keluarga
sudah beralih dari keluarga tradisional menjadi keluarga modern, b) manusia
adalah individu otonom yang mempunyai kemauan sendiri tanpa harus tunduk
kepada norma dan nilai, manusia secara garis besar di motivasi oleh keinginannya
sendiri, meningkatnya wanita bekerja juga salah satunya didasarkan pada
keinginan wanita dalam mengaktualisasikan dirinya di dunia kerja, c) konflik
adalah sesuatu yang laten dan tak terelakkan dalam grup sosial, d) Keadaan
normal suatu masyarakat biasanya cenderung pada keadaan konflik dibandingkan
keadaaan yang harmoni, dan e) konflik merupakan suatu proses konfrontasi antara
6
individu, grup, sumberdaya yang langka, atau kombinasi dari ketiganya (Klein
dan White 1996).
Teori Gender
Karakteristik Anak
Kualitas Perkawinan
baik dan menyenangkan pada anak. Stimulasi merupakan salah satu factor yang
sangat penting dalam merangsang pertumbuuhan dan perkembangan anak.
Apabila stimulasi dilakukan dengan baik maka anak akan memiliki perkembangan
yang lebih baik dibandingkan anak yang kurang mendapatkan stimulasi
(Rusyantia 2006). Pendidikan yang dimiliki oleh ibu juga menentukan baik
buruknya lingkungan penngasuhan yang diberikan kepada anak, dimana ibu
dengan pendidikan yang tinggi cenderung memberikan pengasuhan yang lebih
baik dibandingkan ibu dengan pendidikan yang rendah karena orangtua dengan
pendidikan tinggi akan lebih dapat menerima dengan mudah pengetahuan dan
akses pengetahuan salah satunya pengetahuan mengenai pengasuhan anak (Myers
1992).
Salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas lingkungan
asuh adalah home inventory. Menurut Caldwell dan Bradley (1984), instrumen
HOME didasarkan pada 12 premis teoritis dan empiris mengenai pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan anak, diantaranya :
1. Perkembangan anak dapat ditingkatkan oleh iklim emosional yang positif
2. Perkembangan anak dapat ditingkatkan melalui kontak dengan sejumlah
orang dewasa disekitar anak
3. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan masukan
sensoris yang beragam dan terpola
4. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan kebutuhan
anak secara optimal
5. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan hadirnya orang yang selalu
tanggap secara fsik, kata dan rasa terhadap perilaku anak
6. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan pengorganisasian
lingkungan fisik dan temporal yang baik
7. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan tersedianya lingkungan
yang memiliki larangan sosial yang minimal mengenai perilaku motorik
dan eksploratik
8. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan kesempatan
untuk mendapatkan pengalaman kultural yang beragam
9. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan tersedianya alat permainan
yang memfasilitasi koordinasi proses sensori motorik
10. Perkembangan anak memerlukan kontak dengan orang dewasa yang
memberi nilai terhadap pencapaian perilaku anak
11. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan kesempatan mendapakan
pengalaman kegiatan yang kumulatif
12. Perkembangan optimal memerlukan pemenuhan kebutuhan fisik dasar dan
pemenuhan kebutuhan kesehatan dan keselamatan.
Penelitian Terdahulu
pekerjaan yaitu sektor formal dan sektor informal. Namun, topik mengenai suami
istri bekerja saat ini semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan
keluarga yang harus dipenuhi, sehingga kontribusi istri yang bekerja di luar rumah
semakin meningkat.
Tabel 1 Penelitian terdahulu
Tahun Penulis Judul Hasil
Wanita Bekerja
2010 Christene WS, Pengaruh konflik Memiliki pasangan yang juga
Indah Mula pekerjaan dan konflik bekerja memiliki keuntungan
keluarga terhadap tersendiri, baik dalam hal
kinerja dengan konflik peningkatan pendapatan
pekerjaan sebagai rumah tangga dan taraf hidup,
intervening (studi meningkatnya
pada dual career kemandirian pasangan, serta
couple di meningkatnya kepuasan
Jabodetabek) dalam pernikahan.
2011 Almasitoh Stres kerja ditinjau Peran ganda mengakibatkan
dari konflik peran terjadinya kesulitan bagi
ganda dan dukungan seseorang dan pemicu stres
sosial pada perawat kerja
2009 Parveen Investigating Wanita bekerja yang menikah
Occupational Stress memiliki tingkat stres kerja
among married and yang lebih tinggi dibandingkan
unmarried working wanita bekerja yang belum
women in Hyderabad menikah
city
1995 Ahmad Role Conflict and Perempuan menikah
Coping Behaviour of mengalami konflik kerja-
Married Working keluarga dengan berbagai
Women intensitas dalam mencoba
untuk memenuhi harapan peran
pekerjaan dan keluarga
2011 Alam et.al. Work family conflict Jam kerja yang panjang
of women managers in mempengaruhi keseimbangan
dhaka kerja-keluarga secara langsung
dan anak merupakan korban
dari ketidakseimbangan
tersebut.
Kualitas Perkawinan
2011 Puspitawati dan Fungsi pengasuhan Semakin lemah komunikasi dan
Setioningsih dan interaksi dalm emotional bonding suami istri
keluarga terhadap maka semakin menurun
kualitas perkawinan kualitas perkawinan yang
dan kondisi anak pada dirasakan pasangan.
keluarga tenaga kerja
wanita (TKW)
2005 Sunarti et al. Pengaruh tekanan Kualitas perkawinan , tekanan
ekonomi keluarga, ekonomi, dan dukungan social
dukungan social, mempengaruhi kualitas
kualitas perkawinan, pengasuhan anak. Kualitas
pengasuhan, dan perkawinan juga
12
KERANGKA PIKIR
Salah satu teori yang melandasi ilmu keluarga adalah teori struktural-
fungsional. Teori tersebut mengakui segala keragaman dalam kehidupan sosial
yang kemudian diakomodasi dalam fungsi seseorang dalam sebuah sistem.
Pembagian fungsi terjadi pada struktur keluarga. Pada keluarga tradisional, suami
berperan di sektor publik yang berfungsi sebagai pencari nafkah sedangkan istri
berperan di sektor domestik yang berfungsi sebagai pengelola rumah tangga dan
pengasuh anak. Namun, semakin meningkatnya pendidikan wanita dan semakin
terbukanya lapangan kerja untuk wanita, terjadi pergeseran tipe keluarga menjadi
keluarga modern, dimana istri ikut berperan di sektor publik sehingga istri
memiliki peran ganda.
Wanita yang bekerja di sektor publik dapat bekerja pada jenis pekerjaan
formal atau informal. Peran ganda yang dimiliki oleh wanita menyebabkan wanita
mendapatkan tuntutan baik dari sektor domestik dan sektor publik. Hal tersebut
dapat menyebabkan terjadinya kesulitan pada wanita terlebih ketika wanita
memiliki jam kerja yang panjang, lama perjalanan yang cukup lama, dan
pengalaman bekerja yang sedikit. Apabila pekerja adalah seorang istri dan seorang
ibu maka kesulitan dalam pembagian peran dan waktu dapat terjadi, dimana
pendidikan, pendapatan, dan usia istri dapat menjadi faktor yang berpengaruh
dalam pembentukan kualitas perkawinan dan pengasuhan anak. Apabila
pembagian peran dan waktu tidak dikelola dengan baik, maka akan berakibat tidak
tercapainya pemenuhan peran dan fungsi istri pada keluarga sehingga dapat
menurunkan kualitas perkawinan yang dirasakan dan cenderung mengarahkan
orangtua kepada praktik pengasuhan anak yang negatif.
Kualitas perkawinan meliputi kepuasan perkawinan dan kebahagiaan
perkawinan yang dirasakan oleh istri, dimana didalamnya meliputi besarnya
pengertian, rasa cinta, pemenuhan kebutuhan secara material dan spiritual,
hubungan dengan keluarga besar, kerjasama membina keluarga, dan adanya
keterbukaan masalah seksual diantara suami-istri. Kualitas perkawinan erat
hubungannya dengan pengasuhan anak, dimana lingkungan pengasuhan anak akan
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kehidupan keluarganya. Keluarga yang
memiliki kualitas perkawinan yang kurang baik akan cenderung membentuk
lingkungan pengasuhan anak yang kurang baik pula. Kualitas pengasuhan anak
dibentuk melalui stimulasi yang diberikan orangtua dan keluarga dalam
memberikan kehangatan, suasana penerimaan, pemberian teladan atau contoh,
pemberian pengalaman, dorongan belajar, berbahasa, dan kemampuan akademik.
Kualitas pengasuhan anak ini dapat diukur menggunakan HOME (Home
Observation and Measurement and Measurement of Environments) yang
mengukur beberapa aspek yaitu respon emosi dari pengasuh dan karakteristik
lingkungan yang mendukung terhadap ekonomi dan eksplorasi anak. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
14
Kualitas Perkawinan :
Karakteristik pekerjaan istri:
1. Kebahagiaan perkawinan
1. Formal atau informal
2. Lama jam kerja 2. Kepuasan perkawinan
3. Lama pengalaman bekerja
4. Lama perjalanan ke tempat
kerja
METODE PENELITIAN
Contoh dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak usia
0 – 6 tahun yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal atau informal pada
keluarga dengan suami istri bekerja di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah.
Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified disproportional random
sampling berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal) dengan contoh
sebanyak 120 orang. Teknik penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
15
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan
data primer. Data sekunder didapatkan melalui studi literatur dari buku, internet,
dan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian. Data
primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penggalian informasi yang dilakukan
melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi:
1. Karakteristik keluarga dan pekerjaan istri .
2. Kualitas perkawinan yang terdiri dari kebahagiaan perkawinan dan kepuasan
perkawinan. Kuesioner milik Conger et.al.(1990) yang dikembangkan oleh
Sunarti et. al. (2005) dengan nilai Cronbach’s alpha 0.934.
3. Data kualitas lingkungan asuh diperoleh dengan menggunakan HOME (Home
Observation for Measurement of the Environment) inventory milik Caldwell
dan Bradley (1984), yang dibagi dalam dua kategori, yaitu :
a. Umur 0-36 bulan, terdiri atas tanggap rasa dan kata, penerimaan
terhadap perilaku anak, pengorganisasian lingkungan anak, penyediaan
mainan untuk anak, keterlibatan ibu/pengasuh terhadap anak dan
kesempatan variasi asuhan anak dengan nilai Cronbach’s alpha 0.802.
b. Umur 37-72 bulan meliputi stimulasi belajar, stimulasi bahasa,
lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik,
16
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial.
Proses pengolahan data diawali dengan proses editing, coding, entrying, skoring,
dan cleaning data. Selanjutnya data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik keluarga (besar
keluarga; usia suami, istri, dan anak terakhir; pendidikan suami-istri;
17
Definisi Operasional
Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh keluarga responden
seperti usia (suami, isteri, dan anak terakhir), pekerjaan (suami dan isteri),
pendidikan (suami dan isteri), pendapatan keluarga atau per kapita, besar
keluarga, jenis kelamin anak, dan lama pernikahan.
Karakteristik pekerjaan adalah pekerjaan istri yang dibedakan berdasarkan jenis
pekerjaan (formal atau informal), lama perjalanan kerja, lama jam kerja, dan
lama pengalaman bekerja.
Usia suami, isteri, dan anak adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia
ulang tahun terakhir suami, isteri, dan anak terakhir.
Pendidikan suami dan isteri adalah lama pendidikan formal yang diperoleh
suami dan isteri dalam tahun.
Pendapatan per kapita adalah pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah
anggota keluarga.
Lama pengalaman bekerja adalah lama contoh memiliki pengalaman bekerja
dalam tahun.
Lama pernikahan adalah lama contoh menikah dalam tahun.
Lama Jam Kerja adalah alokasi waktu yang digunakan istri dalam bekerja di
sektor publik termasuk saat perjalanan (dalam jam)
Pekerjaan Formal adalah pekerjaan di suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap
dan sesuai standar yang legal, dan di luar rumah.
Pekerjaan Informal adalah pekerjaan tidak di suatu instansi, bisa bekerja sendiri,
jam kerja tidak tetap, gaji tidak tetap, dan diluar rumah.
Kualitas perkawinan adalah kualitas perkawinan yang diukur berdasarkan
kebahagiaan dan kepuasan menurut persepsi isteri.
Kepuasan perkawinan diukur berdasarkan persepsi istri dalam menilai
kehidupan perkawinannya yang bersifat dinamis diukur dari aspek ekonomi,
cinta, pengasuhan anak, cinta dan hubungan intim.
Kebahagiaan perkawinan diukur berdasarkan suatu kenikmatan yang relatif
permanen, yang dirasakan isteri dalam menilai kehidupan perkawinannya
dilihat dari aspek ekonomi, komunikasi dengan keluarga pasangan,
pengasuhan anak, kepribadian pasangan, komitmen perkawinan, dan
hubungan intim
Kualitas lingkungan pengasuhan adalah tingkat kualitas atau baik buruknya
kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh (ibu) yang diukur
dengan menggunakan HOME (Home Observation for Measurement of the
Environment) inventory.
19
Abstrak
Abstract
Dual role that women have can affect marital quality and parenting
environment quality. This study aims to analyze the differences of family
characteristic, marital and parenting environment quality between wives who
working in formal sector and informal sector. The sample in this study are
working wives in formal or informal sector that had children aged 0-6 years old
taken in stratified disproportional random sampling of 120 people in central
Bogor and west Bogor District. The data was collected by interviewed the wives
using a questionnaire. The result shows that marital quality is higher in wives who
working in formal sector than wives who working in informal sector especially in
economic aspect, communication with spouse, parenting, and intimate
relationship. Parenting environment quality is also higher in wives who working
in formal sector than wives who working in informal sector especially in the
compnents of academic stimulation, language stimulation, physical environment,
modelling, and child experience variation inchildren aged 4-6 years.
Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
dibentuk oleh istri yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal maupun informal,
memberikan informasi terkait komponen kualitas lingkungan pengasuhan yang
baik. Bagi pemerintah dan pihak swasta, dapat digunakan sebagai landasan untuk
membuat kebijakan pekerjaan yang ramah keluarga, dan bagi pembaca, dapat
memberikan pandangan terkait kehidupan keluarga dengan suami istri bekerja.
Metode Penelitian
Hasil
Karkteristik Keluarga
Berdasarkan rata-rata dan uji beda karakteristik keluarga, usia suami dan
istri dengan jenis pekerjaan informal memiliki rata-rata lebih besar (40.6 tahun)
dan (36.6 tahun) dibandingkan usia suami dan istri dengan jenis pekerjaan formal
(36.2 tahun) dan (33.2 tahun). Berdasarkan pendidikan istri dan suami, keluarga
dengan istri yang memiliki jenis pekerjaan formal memiliki tingkat pendidikan
yang lebih tinggi (14.5 tahun) dibandingkan keluarga dengan istri yang memiliki
jenis pekerjaan informal (9.4 tahun). Keluarga dengan istri yang berjenis
pekerjaan formal memiliki pendapatan keluarga yang lebih tinggi (Rp7 992 300)
dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (Rp4 096 700) dengan rata-
rata pendapatan keluarga Rp6 044 125. Berdasarkan lama pernikahan, istri dengan
jenis pekerjaan informal memiliki rata-rata lama pernikahan yang lebih tinggi
(13.5 tahun) dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal (7.8 tahun).
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata karakteristik keluarga, terdapat
perbedaan yang signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan istri
dengan jenis pekerjaan informal pada seluruh item karakteristik keluarga dimana
p-value < 0.05 kecuali item kontribusi pendapatan istri. Hasil menunjukkan bahwa
istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki kontribusi pendapatan keluarga
(44.3%) lebih besar dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (39.6%).
Secara keseluruhan, istri memiliki kontribusi pendapatan sebesar 42 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa walaupun kontribusi pendapatan suami lebih besar
dibandingkan istri namun persentase kontribusi pendapatan istri terhadap
pendapatan keluarga sudah tergolong cukup tinggi. (Tabel 4).
Tabel 4 Rata-rata dan uji beda karaktersitik keluarga
Jenis Pekerjaan
Karakteristik keluarga Total P-Value
Formal Informal
Usia Istri (tahun) 34.8 33.2 36.6 0.003**
Pendidikan Istri (tahun) 12 14.5 9.4 0.000**
Pendapatan Istri (Rp Ribu) 2607 3583.3 1632.7 0.002**
Usia Suami (tahun) 38.3 36.2 40.6 0.000**
Pendidikan Suami 12 13.8 10.2 0.000**
Pendapatan Suami (Rp Ribu) 3437 4410 2465 0.014**
Usia Anak Terakhir (tahun) 3.7 3.3 4.1 0.010**
Jumlah Anggota Keluarga 4.5 4.2 4.8 0.004**
Pendapatan Keluarga (Rp Ribu) 6044 7992.3 4096.7 0.004**
Pendapatan Per-kapita (Rp Ribu) 1441 1974 907.1 0.001**
Lama Pernikahan (tahun) 10.6 7.8 13.5 0.000**
Kontribusi pendapatan istri (%) 42.0 44.3 39.6 0.056
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
23
Kualitas Perkawinan
Istri yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal memiliki capaian lebih
besar pada kualitas perkawinan (80.2%), kebahagiaan perkawinan (80.7%), dan
kepuasan perkawinan (79.7%) dibandingkan istri yang bekerja dengan jenis
25
a. Kebahagiaan perkawinan
Kebahagiaan perkawinan merupakan salah satu dari dimensi kualitas
perkawinan yang diukur berdasarkan suatu kenikmatan relatif permanen yang
dirasakan istri dalam menilai kehidupan perkawinan meliputi beberapa aspek
yaitu: aspek ekonomi, komunikasi pengasuhan anak, kepribadian pasangan,
komitmen perkawinan, dan hubungan intim.
Hasil uji beda indikator kebahagiaan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat signifikan pada dimensi kebahagiaan perkawinan dari
aspek ekonomi (α=0.000), komunikasi dengan keluarga pasangan (α=0.009),
pengasuhan anak (α=0.000), dan hubungan intim (α=0.004), dimana istri yang
bekerja dengan jenis pekerjaan formal lebih baik dibandingkan istri dengan jenis
pekerjaan informal. Istri dengan jenis pekerjaan formal lebih sering tidak
bersitegang dengan pasangan mengenai uang untuk makanan (87.8%), pakaian
(90.0%), perawatan rumah (91.1%), pendidikan anak (87.2%), dan pengobatan
(92.2%) dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal dimana capaian tidak
bersitegang mengenai uang untuk makanan (74.4%), pakaian (77.8%), perawatan
rumah (76.1%), pendidikan anak (70.0%), dan pengobatan (78.9%).
Pada aspek komunikasi dengan keluarga pasangan, hanya item tidak
merasa terasing ditengah keluarga pasangan yang memiliki perbedaan sangat
signifikan (α=0.013), dimana istri dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi
capaiannya (91.1%) dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (79.4%).
Pada aspek pengasuhan dan hubungan intim, seluruh item memiliki perbedaan
26
yang sangat signifikan, dimana istri dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi
dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Namun pada aspek
kepribadian pasangan dan komitmen perkawinan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara istri berjenis pekerjaan formal dengan istri berjenis pekerjaan
informal (Tabel 11).
Tabel 11 Rata-rata capaian (%) dan uji beda indikator kebahagiaan perkawinan
berdasarkan jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Indikator Kebahagiaan Perkawinan Total Formal Informal P-value
b. Kepuasan perkawinan
Kepuasan perkawinan merupakan salah satu dari dimensi kualitas
perkawinan yang diukur berdasarkan persepsi istri dalam menilai kehidupan
perkawinannya yang relatif dinamis dari tiga aspek yaitu: aspek ekonomi,
pengasuhan anak, cinta dan hubungan intim.
Hasil uji beda aspek kepuasan perkawinan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat signifikan pada kepuasan perkawinan dari aspek ekonomi
(α=0.005) dan pengasuhan anak (α=0.009) dimana capaiannya lebih baik dimiliki
oleh istri yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal dibandingkan informal. Istri
dengan jenis pekerjaan formal lebih merasa puas dengan apa yang dimiliki
sekarang (80.6%), tidak merasa kesal dengan kegagalan pasangan dalam
memenuhi keuangan (86.7%), tidak merasa terganggu dengan campur tangan
pasangan dalam mengatur keuangan keluarga (81.7%), dan tidak merasa
terganggu karena keluarga pasangan selalu minta bantuan keuangan (85.6%)
dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Berdasarkan aspek
27
pengasuhan keluarga dengan istri berjenis pekerjaan formal lebih tidak sering
bersitegang dalam menentukan pendidikan anak. Sedangkan berdasarkan aspek
cinta dan hubungan intim, perbedaan yang signifikan terlihat pada item tidak
kecewa walaupun tidak saling terbuka dalam membicarakan masalah seks
(α=0.007), dan merasa hubungan seksualitasnya indah dan menyenangkan
(α=0.011) dimana keluarga dengan istri berjenis pekerjaan formal memiliki skor
yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (Tabel 12).
Tabel 12 Rata-rata capaian (%) dan uji beda indikator kepuasan perkawinan
berdasarkan jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Kepuasan Perkawinan Total P-value
Formal Informal
Aspek Ekonomi 79.0 83.8 74.2 0.005**
Tidak mempermasalahkan pekerjaan pasangan 82.8 86.1 79.4 0.193
Tidak mempermasalahkan pendapatan keluarga 79.4 83.3 75.6 0.148
Merasa puas dengan apa yang dimiliki sekarang 79.4 80.6 68.3 0.016**
Tidak merasa kesal dengan kegagalan pasangan 80.3 86.7 73.9 0.008**
Setuju cara pasangan mengatur keuangan kami 80.8 84.4 77.2 0.104
Tidak terganggu dengan campur tangan orang lain 75.0 81.7 68.3 0.029*
Tidak terganggu dengan campur tangan pasangan 81.7 85.6 77.8 0.105
Tidak bertengkar walaupun tidak terbuka 79.4 82.2 76.7 0.243
Tidak berbeda pendapat mengenai penggunaan 71.1 75.0 67.2 0.119
keuangan
Merasa puas atas prestasi kerja pasangan 80.8 85.6 76.1 0.051
Tidak terganggu ketika keluarga meminta bantuan 83.1 90.6 75.6 0.003**
keuangan
Aspek Pengasuhan Anak 76.9 82.2 71.7 0.009**
Tidak konflik dalam pembagian tanggung jawab anak 75.6 79.4 71.7 0.104
Tidak bersitegang dalam menentukan pendidikan anak 78.3 85.0 71.7 0.002**
Aspek Cinta dan Aspek Hubungan Intim 69.8 72.5 67.1 0.081
Dalam segala hal mengadakan musyawarah 68.9 67.2 70.6 0.551
Pasangan memperlakukan seperti yang diinginkan 60.0 62.2 57.8 0.354
Pasangan mencintai saya sampai saat ini 75.6 79.4 71.7 0.080
Waktu luang yang diisi aktifitas bersama pasangan 63.3 65.6 61.1 0.400
Tidak kecewa karena tidak saling terbuka dalam seks 80.0 86.1 73.9 0.007**
Hubungan seksualitas indah dan menyenangkan 82.8 88.3 77.2 0.011*
Senang jika pasangan mengungkapkan kepuasan sex 58.6 58.3 57.8 0.924
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Kualitas pengasuhan anak dalam penelitian ini adalah tingkat kualitas atau
baik buruknya kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh (ibu) yang
diukur dengan menggunakan HOME (Home Observation for Measurement of the
Environment) inventory. Untuk kepentingan penelitian ini, digunakan dua
instrumen lingkungan pengasuhan yang dibedakan berdasarkan usia anak, yaitu
usia 0-36 bulan dan usia 37-72 bulan. Lingkungan pengasuhan anak usia 0-36
bulan meliputi : 1) tanggap rasa dan kata, 2) penerimaan terhadap perilaku anak,
3) pengorganisasian lingkungan, 4) penyediaan mainan, 5) keterlibatan ibu, dan 6)
kesempatan variasi asuhan, sedangkan anak dengan usia 37-72 bulan meliputi:
1) stimulasi belajar, 2) stimulasi bahasa, 3) lingkungan fisik, 4) stimulasi
28
Tabel 14 Sebaran keluarga (%) dan uji beda tanggap rasa dan kata berdasarkan
jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=35) (n=21)
Tanggap Rasa dan Kata (n=56) 73.05 68.57 66.67 0.092
Ibu berbicara kepada anak 94.6 94.3 95.2 0.092
Ibu menanggapi ocehan anak 89.3 94.3 81.0 0.881
Ibu meyebutkan nama barang 71.4 77.1 61.9 0.177
Omongan ibu jelas dan dapat dipahami anak 89.3 97.1 76.2 0.250
Keaktifan ibu berbicara 66.1 77.1 47.6 0.046*
Ibu berbicara bebas dan terbuka 75.0 80.0 66.7 0.033*
Anak bermain di tempat yang kurang bersih 39.3 28.6 57.1 0.296
Ibu memuji anak 51.8 62.9 33.3 0.034*
Ibu menunjukkan rasa sayang lewat kata-kata 80.4 82.9 76.2 0.033*
Ibu membelai dan mencium anak 82.1 82.9 81.0 0.552
Ibu menanggapi positif pujian anda kepada anak 64.3 68.6 57.1 0.860
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Tabel 16 Sebaran keluarga (%) dan uji beda pengorganisasian lingkungan anak s
berdasarkan jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=35) (n=21)
Pengorganisasian Lingkungan Anak (n=56) 83.9 91.4 71.4 0.001**
Anak diasuh oleh orang yang sama pada saat ibu pergi 91.1 100.0 76.2 0.021*
Mengajak anak pergi ke pasar, toko atau warung 89.3 91.4 85.7 0.512
Anak diajak pergi meninggalkan rumah 94.6 100.0 85.7 0.083
Anak diajak ke dokter, mantri, atau puskesmas 73.2 85.7 52.4 0.013*
Tersedia tempat khusus untuk alat-alat mainan 83.9 91.4 71.4 0.084
Tidak terlihat tempat main-mainan anak berbahaya 71.4 80.0 57.1 0.088
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
e. Keterlibatan ibu.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa (>80%) ibu sering mengawasi
anak secara langsung atau sambil bekerja dan berbicara kepada anak selama
mengerjakan suatu pekerjaan . Namun hanya sekita 40 persen ibu yang mengatur
kapan anak boleh bermain dan kapan tidak boleh bermain. Terdapat perbedaan
sangat signifikan pada item perhatian untuk merangsang perkembangan anak
(α=0.002) berdasarkan jenis pekerjaannya dimana istri dengan jenis pekerjaan
formal lebih tinggi sebarannya (85.7%) dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan
informal (42.9%) (Tabel 18).
31
Tabel 18 Sebaran keluarga (%) dan uji beda keterlibatan ibu berdasarkan jenis
pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=35) (n=21)
Keterlibatan Ibu (n=56) 71.7 75.7 65.1 0.093
Mengawasi anak secara langsung atau sambil bekerja 82.1 80.0 85.7 0.597
Berbicara kepada anak selama mengerjakan suatu 89.3 91.4 85.7 0.512
pekerjaan
Memperhatikan dan merangsang perkembangan anak 69.6 85.7 42.9 0.002**
Menyediakan mainan untuk kematangan jiwa anak 76.8 82.9 66.7 0.199
Mengatur kapan anak boleh bermain dan kapan tidak 44.6 42.9 47.6 0.734
Menyediakan mainan baru untuk mematangkan 67.9 71.4 61.9 0.469
keterampilan
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
a. Stimulasi belajar.
Hasil sebaran keluarga berdasarkan stimulasi belajar yang dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara ibu dengan
jenis pekerjaan formal dengan informal (α=0.027) dimana ibu dengan jenis
pekerjaan formal lebih baik dibandingkan ibu dengan jenis pekerjaan informal.
Lebih dari 90 persen keluarga memiliki mainan bebas berekspresi (spidol,
crayon, cat air). Namun kurang dari separuh keluarga yang membeli/ membaca
koran setiap hari dan berlangganan paling sedikit satu majalah.. Hal ini
menunjukkan bahwa minat baca keluarga tidak terlalu baik terutama pada
32
keluarga dengan istri berjenis pekerjaan informal. Anak dengan ibu berjenis
pekerjaan formal memiliki sebaran yang lebih tinggi dibandingkan anak dengan
ibu berjenis pekerjaan informal dalam penyediaan maianan untuk belajar (warna,
bentuk, dan ukuran) dan kepemilikan buku (Tabel 20).
Tabel 20 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi belajar berdasarkan jenis
pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=25) (n=39)
Stimulasi Belajar (n=64) 60.7 71.6 53.6 0.027*
Mainan untuk belajar warna, bentuk, dan ukuran 73.4 88.0 64.1 0.023*
Mainan yang memiliki peraturan 50.0 52.0 48.7 0.802
Tape recorder dan kaset/vcd 76.6 88.0 69.2 0.065
Mainan bebas berekspresi 93.8 96.0 92.3 0.559
Mainan untuk melatih gerakan tangan yang halus 76.6 88.0 69.2 0.065
Mainan untuk belajar angka 76.6 84.0 71.8 0.248
Buku sendiri paling sedikit 10 buah 37.5 56.0 25.6 0.018*
Keluarga punya buku paling sedikit 10 buah 48.4 52.0 46.2 0.654
Membeli / membaca koran setiap hari 23.4 48.0 7.7 0.278
Berlangganan paling sedikit 1 majalah 25.0 48.0 10.3 0.310
Anak diajari tentang bentuk-bentuk 85.9 88.0 84.6 0.709
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
b. Stimulasi bahasa.
Sebaran keluarga berdasarkan stimulasi bahasa yang dilakukan menunjukkan
lebih dari 90 persen ibu telah mengajari anak huruf-huruf dan mengajari anak
mengucapkan salam, terimakasih, dan lain-lain. Namun, hanya 76.0 persen (istri
dengan jenis pekerjaan formal) dan 66.7 persen (istri dengan jenis pekerjaan
informal) yang kata-katanya selalu menyenangkan anak. Ibu dengan jenis
pekerjaan formal lebih memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara dan
mendengarkan anak dibandingkan ibu dengan jenis pekerjaan informal (α= 0.036)
(Tabel 21).
Tabel 21 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi Bahasa berdasarkan jenis
pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=25) (n=39)
Stimulasi Bahasa (n=64) 85.9 92.6 82.1 0.008**
Mainan untuk mengenal nama-nama binatang 79.7 88.0 74.4 0.165
Diajari huruf-huruf 96.9 100.0 94.9 0.160
Diajari mengucapkan salam, terimakasih, dll 96.9 100.0 94.9 0.160
Ibu berbicara dengan tata bahasa yang benar 87.5 96.0 82.1 0.064
Anak diberi kesempatan berbicara 85.9 96.0 79.5 0.036*
Kata-kata ibu selalu menyenangkan anak 70.3 76.0 66.7 0.433
Anak diberi kesempatan memilih makanan 85.9 92.0 82.1 0.237
sendiri
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
33
c. Lingkungan fisik.
Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan
(α=0.006), dimana istri dengan jenis pekerjaan formal lebih baik dibandingkan
istri dengan jenis pekerjaan informal (Tabel 22).
Tabel 22 Sebaran keluarga (%) dan uji beda lingkungan fisik berdasarkan
pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=25) (n=39)
Lingkungan Fisik (n=64) 60.0 70.9 53.1 0.006**
Rumah keluarga aman dari bahaya 62.5 76.0 53.9 0.068
Tempat main anak bebas dari bahaya 56.3 76.0 43.6 0.008**
Keadaan dalam rumah tidak gelap 50.0 68.0 38.5 0.021*
Para tetangga bersikap ramah 93.8 92.0 94.9 0.650
Rumah tidak sempit 46.9 68.0 33.3 0.006**
Rumah tidak dipenuhi alat rumah tangga 56.3 56.0 56.4 0.975
Dalam rumah bersih dan rapih 54.7 60.0 51.3 0.502
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Keluarga dengan istri berjenis pekerjaan formal memiliki sebaran yang lebih
tinggi dibandingkan keluarga dengan jenis pekerjaan informal dalam hal keadaan
rumah yang tidak gelap, tempat main anak yang bebas dari bahaya, dan keadaan
rumah yang tidak sempit (Tabel 22).
e. Stimulasi akademik.
Anak dengan ibu yang berjenis pekerjaan formal lebih banyak yang diajari
menyanyi oleh ibu dibandingkan anak dengan ibu yang berjenis pekerjaan
informal. Hampr seluruh anak (>90%) diajari tentang angka, warna, menyanyi,
pengertian ruang atau dimensi, dan membaca kata-kata sederhana (76.6%).
34
Berdasarkan uji beda, istri dengan jenis pekerjaan fomal lebih sering mengajari
anak menyanyi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (α= 0.031)
(Tabel 24).
Tabel 24 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi akademik berdasarkan
jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=25) (n=39)
Stimulasi Akademik (n=64) 86.6 92.0 83.1 0.069
Diajari tentang warna 95.3 96.0 94.9 0.838
Diajari menyanyi 79.7 92.0 71.8 0.031*
Diajari pengertian ruang / dimensi 82.8 88.0 79.5 0.386
Diajari tentang angka 98.4 100.0 97.4 0.428
Diajari membaca kata-kata sederhana 76.6 84.0 71.8 0.248
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
f. Modelling.
Hasil uji deskriptif menunjukkan bahwa 96 persen anak pada keluarga dengan
istri berjenis pekerjaan formal dan 82.1 persen anak dengan ibu bejenis pekerjaan
informal dapat menunjukkan kekecewaan atau kemarahannya tanpa dibalas ibu.
Lebih dari separuh istri dengan jenis pekerjaan informal (53.9%) memiliki
peraturan tidak memperbolehkan menyalakan TV setiap saat sedangkan pada istri
dengan jenis pekerjaan formal hanya 48 persen. Hasil uji beda menunjukkan
terdapat perbedaan yang sangat signifikan (α=0.015) antara istri yang berjenis
pekerjaan formal dengan istri yang berjenis pekerjaan informal dalam hal
modelling, dimana istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki sebaran yang
lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (Tabel 25).
Tabel 25 Sebaran keluarga (%) dan uji beda modelling berdasarkan jenis
pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=25) (n=39)
Modelling (n=64) 65.0 76.0 62.1 0.015*
Disuruh menunggu waktu makan atau jajan 48.4 56.0 43.6 0.340
TV tidak boleh dinyalakan setiap saat 51.6 48.0 53.9 0.654
Anak dikenalkan kepada tamu 64.1 64.0 64.1 0.993
Anak dapat menunjukkan kekecewaan 87.5 96.0 82.1 0.064
Anak dapat memukul ibunya tanpa dibalas ibu 73.4 80.0 69.2 0.349
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
g. Variasi pengalaman.
Hasil analisis deskriptif dan uji beda menunjukkan bahwa hasil karya anak
yang ditempelkan disuatu tempat di rumah menenujukkan keluarga dengan istri
berjenis pekerjaan formal lebih banyak yang melakukannya dibandingkan
keluarga dengan istri yang berjenis pekerjaan informal (α= 0.034). Begitu pula
dengan mengajak anak ke musium, terjadi perbedaan yang sangat signifikan
(α= 0.004), lebih banyak dilakukan oleh istri dengan jenis pekerjaan formal
dibandingkan informal (Tabel 26).
35
Tabel 26 Sebaran keluarga (%) uji beda variasi pengalaman berdasarkan jenis
pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=25) (n=39)
Variasi Pengalaman 67.5 76.0 62.1 0.015*
Punya alat musik mainan atau sungguhan 57.8 68.0 51.3 0.187
Diajak mengunjungi saudara 75.0 76.0 74.4 0.885
Diajak pergi sejauh 80 km atau lebih tahun lalu 70.3 80.0 64.1 0.164
Diajak ke musium, taman mini, toko buku 68.8 88.0 56.4 0.004**
Mengambil dan mengembalikan mainan sendiri 76.6 84.0 71.8 0.268
Ibu menggunakan kalimat yang kompleks 65.6 76.0 59.0 0.155
Hasil karya anak ditempelkan disuatu tempat 28.1 44.0 18.0 0.034*
Diajak makan bersama keluarga 84.4 88.0 82.1 0.530
Diperbolehkan memilih makanan 81.3 80.0 82.1 0.841
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
h. Penerimaan.
Hasil uji beda menunjukkan tidak ada yang perbedaan yang signifikan antara
istri yang berjenis pekerjaan formal dengan istri yang berjenis pekerjaan informal
dalam indikator hukuman, namun berdasarkan analisis deskriptif dilihat dari
capaian rata—rata penerimaan pada anak lebi tinggi pada istri dengan jenis
pekerjaan informal dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal (Tabel 27).
Tabel 27 Sebaran keluarga (%) dan uji beda berdasarkan lingkungan pengasuhan
(penerimaan) serta jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pernyataan Total Formal Informal P-value
(n=25) (n=39)
Penerimaan (n=64) 61.3 60.0 62.2 0.815
Tidak memarahi anak 57.8 48.0 64.1 0.209
Tidak membatasi atau melarang anak secara fisik 57.8 64.0 53.9 0.430
Tidak mencubit atau memukul anak 67.2 68.0 66.7 0.913
Tidak menghukum anak lebih dari sekali 62.5 60.0 64.1 0.746
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Pembahasan
pernikahan, istri dengan jenis pekerjaan informal lebih tinggi dibandingkan istri
dengan jenis pekerjaan formal, hal ini menunjukkan bahwa istri dengan jenis
pekerjaan informal memiliki usia awal menikah lebih awal dibandingkan istri
dengan jenis pekerjaan formal dan dimungkinkan tidak memiliki batasan dalam
kepemilikan anak sehingga jumlah anggota keluarga cenderung lebih besar.
Kualitas perkawinan merupakan suatu kondisi yang dapat diukur
menggunakan dua indikator yaitu kebahagiaan dan kepuasan perkawinan yang
meliputi beberapa aspek, yaitu: aspek ekonomi, pengasuhan anak, kepribadian
pasangan, komitmen perkawinan, cinta dan hubungan intim menurut persepsi istri
dalam menilai kehidupan perkawinannya (Sunarti et.al. 2005). Pada istri dengan
jenis pekerjaan formal, lebih dari separuh istri memilki kualitas perkawinan yang
masuk dalam kategori tinggi, sedangkan pada istri dengan jenis pekerjaan
informal hanya kurang dari sepertiganya yang memiliki kualitas perkawinan
dalam kategori tinggi. Kualitas, kebahagiaan, dan kepuasan perkawinan istri
dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis
pekerjaan informal. Dimana berdasarkan dimensi kebahagiaan perkawinan, aspek
ekonomi, komunikasi dengan keluarga pasangan, pengasuhan anak, dan hubungan
intim lebih baik dimiliki oleh istri yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal
dibandingkan informal. Hal ini dapat terjadi salah satunya karena kondisi ekonomi
seperti aset atau pendapatan yang cenderung lebih tinggi pada istri dengan jenis
pekerjaan formal dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal sehingga
kualitas perkawinan yang terbentuk pada keluarga relatif lebih baik dibandingkan
istri dengan jenis pekerjaan informal, dimana penelitian Herawati (2010) juga
yang menyatakan bahwa asset yang dimiliki keluarga berpengaruh positif
terhadap ketahanan keluarga.
Pertanyaan-pertanyaan tentang kebahagiaan dalam perkawinan (marital
happiness), selalunya berhubungan dengan kepuasan dalam perkawinan (marital
satisfaction) (Ismail 2008). Hasil penelitian menunjukkan kepuasan perkawinan
dari aspek ekonomi dan pengasuhan anak lebih baik dimiliki oleh istri yang
bekerja dengan jenis pekerjaan formal dibandingkan informal. Hal ini dikarenakan
pendapatan yang stabil dan waktu kerja yang sudah terjadwalkan memungkinkan
istri lebih mudah mengatur waktu dan meminimalisir kekhawatiran terkait
pemasukan untuk keluarga, dimana penelitian Sunarti et al. (2014) menunjukkan
bahwa istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki kepuasan kerja yang lebih
tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Istri yang memiliki
kepuasan dan kebahagiaan dengan pekerjaannya memiliki kebahagiaan dan
kepuasan perkawinan yang lebih tinggi (Blair 1998).
Hasil pengukuran kualitas pengasuhan menunjukkan bahwa, hampir
separuh anak pada kategori usia 0-36 bulan dengan ibu yang berjenis pekerjaan
formal memiliki kualitas lingkungan pengasuhan pada kategori tinggi, sedangkan
anak dengan ibu yang bekerja pada jenis pekerjaan informal kurang dari
sepertiganya. Hasil ini sejalan dengan hasil kepuasan perkawinan yang
menunjukkan bahwa istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki kepuasan yang
lebih tinggi pada aspek pengasuhan anak dibandingkan istri dengan jenis
pekerjaan formal, kepuasan perkawinan pada aspek pengasuhan yang lebih tinggi
pada istri berjenis pekerjaan formal ini menujukkan terbentuknya kualitas
pengasuhan yang lebih baik juga dibandingkan istri berjenis pekerjaan informal.
Pada anak dengan kategori usia 37-72 bulan, baik formal maupun informal
37
mayoritas masuk dalam kategori sedang. Ibu dengan jenis pekerjaan formal yang
memiliki anak usia 0-36 bulan lebih baik dalam penerimaan terhadap perilaku
anak dan pengorganisasian lingkungan anak. Hal ini dapat dinilai dimana ibu
dengan jenis pekerjaan formal lebih sedikit yang berteriak kepada anak, jarang
menunjukkan kekecewaan pada anak, tidak pernah mencubit dan memukul anak,
dan lebih sedikit yang melarang anak bermain baik dengan kata maupun isyarat
dibandingkan ibu dengan jenis pekerjaan informal. Hal ini dapat terjadi karena ibu
dengan jenis pekerjaan formal memiliki pengetahuan terkait pengasuhan yang
lebih baik, dimana Huang (2011) menyebutkan bahwa pekerja dengan jenis
pekerjaan formal (white collar) memiliki tingkat intelektualitas dan pengetahuan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja dengan jenis pekerjaan informal
(blue collar), sehingga mereka lebih mengetahui apa yang harus dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan. Tuntutan menjaga sikap di kantor bagi pekerja
formal memungkinkan ibu dengan jenis pekerjaan formal lebih bisa menjaga sikap
dan perilakunya dihadapan anak.
Pada kategori usia 4-6 tahun, ibu dengan jenis pekerjaan formal
membentuk kualitas yang lebih baik dibandingkan ibu dengan jenis pekerjaan
informal terutama pada komponen stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan
fisik, modelling, dan variasi pengalaman.Anak dengan ibu bekerja dengan jenis
pekerjaan formal lebih banyak yang memiliki mainan untuk belajar warna, bentuk,
dan mainan, memiliki buku paling sedikit sepuluh buah, lebih diberikan
kesempatan berbicara, tempat mainan anak lebih aman dari bahaya, keadaan
rumah tidak gelap, rumah tidak sempit, dan lebih sering untuk diajak ke musium
dibandingkan anak dengan jenis pekerjaan informal. Pendapatan yang lebih baik
memungkinkan istri dengan jenis pekerjaan informal memberikan fasilitas yang
lebih baik kepada anak. Ningsih (2013) menyatakan bahwa pendapatan yang lebih
tinggi akan memungkinkan orang untuk lebih nyaman dalam memenuhi
kebutuhan mereka secara fisik dan akan memberi keuntungan status. Selain itu
pendidikan yang lebih baik pada istri dengan jenis pekerjaan formal juga
memungkinkan istri memberikan stimulasi yang lebih baik pada anak dimana
Hartoyo dan Hastuti (2004) juga yang menyatakan bahwa orangtua yang
berpendidikan lebih tinggi pada umumnya lebih memberikan stimulasi lingkungan
(fisik, sosial, emosional, dan psikologis) bagi anak-anaknya dibandingkan dengan
orangtua berpendidikan rendah.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui wawancara hanya pada istri saja, tanpa
melibatkan suami dalam wawancara. Istri yang bekerja dalam penelitian ini adalah
istri yang tinggal di perkotaan dan tidak melihat strata berdasarkan pendapatan
istri. Dengan demikian, diharapkan penelitian selanjutnya dapat melibatkan suami
dalam peneltian, melihat gambaran tidak hanya di perkotaan tapi juga di
perdesaan dan melihat jenis pekerjaan berdasarkan pendapatan.
38
Simpulan
Abstrak
Abstract
The increasing level of female education, and expansion services led to the
increasing of economic participation of women in public sector. This study aims
to analyze correlation between all research variables, and the influence of family
and wive’s job characteristic and marital quality on parenting environment
quality in dual earner families. The sample in this study are working wifes that
had children aged 0-6 years old taken in stratified nonproportional random
sampling of 120 people. The data was collected by interview the wifes using a
questionnaire. The results show that the attainment of marital quality reaches
75.7 percent. Organizing the environment (83,9%) and academic stimulation
(86,6%) are the component with the highest attainment in parenting environment
quality. Parenting environment quality has positive correlation with marital
quality, wife’s education, income per capita and negative correlation with family
size. By using regression analysis, it show that parenting environment quality
influenced by family and wife’s job characteristic and marital quality (R2=0.425).
Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Metode Penelitian
Hasil
Karkteristik Keluarga
Kualitas Perkawinan
a. Kebahagiaan perkawinan
Berdasarkan hasil capaian indikator kebahagiaan. Aspek komitmen
perkawinan memiliki capaian terbesar (86.3%) sedangkan aspek dengan capaian
terkecil (57.8%) ada pada aspek kepribadian pasangan. Capaian item terendah
(45.8%) adalah pasangan memuji atas kemampuan saya sebagai istri sedangkan
item dengan capaian tertinggi (92.5%) adalah istri tidak merasa pasangan
berselingkuh. Pada aspek komunikasi (>80%) istri tidak merasa terasing di tengah
keluarga pasangan, tidak disepelekan oleh mertua atau ipar, dan mudah
berkomunikasi dengan keluarga pasangan (Tabel 31).
Tabel 31 Rata-rata capaian kebahagiaan perkawinan (%)
b. Kepuasan perkawinan
Berdasarkan hasil capaian indikator kepuasan perkawinan (Tabel 32).
aspek yang memiliki capaian tertinggi (79.0%) adalah aspek ekonomi dimana
item dengan capaian (>80%) adalah istri tidak mempermasalahkan pekerjaan
suami, tidak merasa kesal dengan kegagalan suami, setuju dengan cara pasangan
mengatur keuangan, merasa puas atas prestasi kerja pasangan, tidak terganggu
dengan campur tangan pasangan, dan tidak merasa terganggu karena keluarga
pasangan selalu minta bantuan keuangan, sedangkan aspek dengan capaian
terendah (69.8%) adalah aspek cinta dan hubungan intim dimana capaian
terendahnya (58.1%) ada pada pernyataan istri merasa senang jika pasangan
mengungkapkan kepuasannya dalam berhubungan intim.
Tabel 32 Rata-rata capaian kepuasan perkawinan (%)
dalam kategori tinggi. Sebaran dengan kategori tinggi terbanyak terdapat pada
dimensi stimulasi akademik (57.8%). modelling (48.4%). dan stimulasi bahasa
(43.8%), sedangkan pada dimensi penerimaan, lebih dari separuh contoh (53.1%)
masuk dalam kategori rendah (Tabel 34).
Tabel 34 Sebaran contoh (%) berdasarakan kategori pencapaian lingkungan
pengasuhan
Pembahasan
Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu : (1) penelitian ini
menganalisis kualitas perkawinan namun persepsi yang ditanyakan hanya dari
pihak istri saja, akan lebih lengkap apabila suami yang bekerja juga ikut serta
sebagai responden ; (2) penelitian ini hanya menggunakan intrumen dengan
pertanyaan tertutup, akan lebih mendalam analisisnya apabila ditanyakan
beberapa pertanyaan terbuka.
52
Simpulan
PEMBAHASAN UMUM
Pendidikan yang semakin tinggi pada wanita dan tuntutan ekonomi yang
semakin meningkat mengakibatkan meningkatnya partisipasi wanita di bidang
ketenagakerjaan. Wanita bekerja di sektor formal atau informal. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas 2009) menjelaskan ciri-ciri
kegiatan sektor informal, yaitu : manajemen sederhana, tidak memerlukan izin
usaha, modal rendah, padat karya, tingkat produktivitas rendah, tingkat
pendidikan formal biasanya rendah, penggunaan teknologi sederhana, sebagian
besar pekerja adalah keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, mudahnya keluar
masuk usaha, dan kurangnya dukungan dan pengakuan pemerintah. Di sisi lain,
pekerja sektor formal dicerminkan oleh pekerja manajerial (white collar) yang
terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan
ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga
usaha di bidang jasa.
Pada penelitian ini lebih dari separuh suami dan istri masuk dalam kategori
usia 31-40 tahun, dimana lebih dari sepertiga istri memiliki lama pendidikan pada
kisaran 13-16 tahun sedangkan suami hanya 10-12 tahun. Istri dengan jenis
pekerjaan formal didominasi dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta
sedangkan istri dengan jenis pekerjaan informal didominasi dengan wiraswasta.
Hampir separuh suami bekerja sebagai karyawan swasta dan seperempatnya
bekerja sebagai wiraswasta. Karakteristik pekerjaan istri yang memiliki perbedaan
yang nyata adalah jumlah pindah kerja dan lama perjalanan ke tempat kerja. Istri
yang bekerja di sektor formal menempuh perjalanan ke tempat kerja lebih lama
daripada istri yang bekerja di sektor informal. Hal ini dikarenakan istri yang
bekerja di sektor informal dapat memilih sendiri tempat kerjanya sehingga
dimungkinkan untuk bekerja dekat dengan rumah sedangkan istri dengan jenis
pekerjaan formal yang mayoritas karyawan swasta harus bekerja sesaui dengan
tempat kerjanya yang biasanya jauh dari sektor perumahan.
Jumlah pindah kerja lebih tinggi dialami oleh istri yang bekerja di sektor
informal daripada istri di sektor formal. Waktu kerja dan tugas dalam pekerjaan
yang fleksibel memungkinkan pekerja informal cenderung lebih sering berpindah
kerja, selain itu jenis pekerjaan formal yang cenderung menggunakan kontrak dan
menghasilkan pendapatan yang tetap dan lebih tinggi menyebabkan pekerja lebih
memilih untuk tidak berpindah kerja. Rata-rata jam kerja istri adalah 7.6 jam/hari.
Jam kerja istri di sektor formal maupun informal tidak berbeda nyata. Jam kerja
bagi para pekerja di sektor swasta telah diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pada
Pasal 77 ayat 1, UU No.13 tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pengusaha
wajib untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah
diatur dalam 2 sistem. Kedua sistem tersebut yaitu untuk karyawan yang bekerja 6
hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1
minggu. Karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja
mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.
Keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal memiliki kualitas
perkawinan, kebahagiaan perkawinan, kepuasan perkawinan, dan kualitas
54
lingkungan pengasuhan yang lebih baik dibandingkan keluarga dengan istri yang
bekerja di sektor informal. Aspek kebahagiaan perkawinan yang berbeda secara
nyata antara pekerja di sektor formal dan informal adalah aspek ekonomi,
komunikasi dengan keluarga pasangan, pengasuhan anak, dan hubungan intim
sedangkan pada kepuasan perkawinan adalah aspek ekonomi dan pengasuhan
anak. Pada aspek ekonomi kebahagiaan perkawinan, hampir seluruh item
memiliki rata-rata capaian yang tinggi diantaranya istri tidak bersitegang
mengenai uang untuk makanan, pakaian, perawatan, dan pengobatan. Rata-rata
pendapatan yang lebih besar pada keluarga dengan jenis pekerjaan formal
memungkinkan ia memiliki kualitas perkawinan yang lebih baik dibandingkan
istri dengan jenis pekerjaan informal dimana beberapa studi mengaitkan status
pekerjaan dan pendapatan berhubungan positif terhadap kepuasan pernikahan
(Zeitlin et al. 1995). Pada dimensi kepuasan perkawinan, aspek dengan capaian
terendah adalah aspek cinta dan hubugan intim dimana capaian rata-rata tingkat
kesenangan jika pasangan mengungkapkan kepuasan sex hanya mencapai 58.6
persen, hal ini menunjukkan masih banyak responden yang tidak merasakan
kesenangan jika pasangan mengungkapkan kepuasan sex.
Pada variabel kualitas lingkungan pengasuhan anak, sebaran komponen
dengan capaian tertinggi terdapat pada stimulasi akademik, stimulasi Bahasa , dan
pengorganisasian lingkungan, sedangkan komponen dengan capaian skor terendah
adalah lingkungan fisik, stimulasi belajar, dan penerimaan. Pendapatan yang
tinggi membuat keluarga dapat memberikan fasilitas yang baik bagi anggota
keluarga terutama anak, dan Papalia, Olds, dan Fieldman (2009) menyatakan
bahwa keluarga yang miskin akan cenderung menerapkan pengasuhan yang
negatif. Kemiskinan akan menghambat keluarga dalam menyediakan fasilitas
untuk menstimulasi anak. Hal ini ditunjukkan pada hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa berdasarkan rata-rata capaian skor komponen penyediaan
mainan untuk anak lebih besar pada istri dengan jenis pekerjaan formal
dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal, hasil ini juga mendukung
hasil lainnya yang menunjukkan bahwa berdasarkan uji beda stimulasi belajar dan
stimulasi bahasa lebih baik dilakukan pada anak dengan ibu berjenis pekerjaan
formal dibandingkan ibu dengan jenis pekerjaan informal. Selain itu, pendidikan
istri dengan jenis pekerjaan formal yang lebih baik mengakibatkan terbentuknya
kualitas lingkungan pengasuhan yang lebih baik.
Pendidikan istri berhubungan positif dengan kualitas lingkungan
pengasuhan anak, kualitas perkawinan, dan pendapatan per kapita, yang artinya
semakin tinggi pendidikan istri maka akan semakin baik kualitas lingkungan
pengasuhan anak, kualitas perkawinan, dan pendapatan per kapita yang dimiliki
oleh keluarga. Sejalan dengan penilitian Elmanora et al. (2012) dan Hastuti et al.
(2011) yang menunjukkan bahwa ibu yang pendidikan tinggi memiliki hubungan
positif signifikan dengan pengasuhan, pendidikan dapat meningkatkan
pengetahuan ibu dalam mengasuh anak-anaknya. Pada hasil ditunjukkan bahwa
istri dengan jenis pekerjaan formal yang memiliki pendidikan yang lebih baik
dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal lebih aktif berbicara, berbicara
bebas dan terbuka, lebih memperhatikan dan merangsang perkembangan anak,
lebih menghargai anak dengan menyimpan hasil karya anak disuatu tempat
dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal.
55
SIMPULAN
SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah agar dapat melaksanakan kebijakan terkait pendidikan perempuan,
dan memberikan program peningkatan kualitas lingkungan pengasuhan anak
khusus ibu, dan memberi kebijakan terkait peran ayah yang harus memiliki
kontribusi lebih pada pengasuhan
2. Perusahaan swasta agar memberikan kebijakan ramah keluarga terutama untuk
keluarga yang masih memiliki anak kecil
3. LSM dan perguruan tinggi memberikan pelatihan untuk meningkatkan atau
mengembangkan kemampuan istri yang bekerja di sektor informal sehingga
dapat meningkatkan pendapatan
4. Keluarga baik suami dan istri dapat lebih mengungkapkan cintanya kepada
pasangan dan dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas keluarga baik di
sektor domestik dan publik.
DAFTAR PUSTAKA
Boss PG, Doherty WJ, LaRossa R, Schumm WR, Steinmetz SK. 1993.
Sourcebook of Family Theories Methods ( A Contextual Approach). New
York (USA) : New York and London. Plenum Press.
Caldwell, BM, Bradley RH.. 1984. Home Observation for Measurement of the
Environment. University of Arkansas, Little Rock, Arkansas.
Cherlin AJ. 2002. Public & private families an introduction. New York (US) :
McGraw-Hill Companies Inc.
Christine WS, Oktorina M, Mula I. 2010. Pengaruh konflik pekerjaan dan konflik
keluarga terhadap kinerja dengan konflik pekerjaan sebagai intervening
variabel (studi pada dual career couple di jabodetabek). Jurnal manajemen
dan kewirausahaan. 12(2): 121-132
Duvall EM, Miller BC. 1985. Marriage and family development. New York :
Harper&Row Publisher.Inc.
Duvall EM. 1977. Marriage and family developmet(5th ed). New York (US) : J. B.
Lippincott Company.
Eliana N, Ratina R. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja
wanita pada PT. Agricinal kelurahan bentuas kecamatan palaran kota
samarinda. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Pembangunan 4(2): 11-18.
ElizabethR. 2007. Pemberdayaan wanita mendukung strategi gender
mainstreaming dalam kebijakan pembangunan pertanian di perdesaan. Jurnal
Forum Penelitian Agro Ekonomi 25(2).
Elmanora, Muflikhati, Alfiasari. 2012. Gaya pengasuhan dan perkembangan
social emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis. Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen. 5(2): 128-137
Foley S, YUE. 2005. The effects of work stressor, perceived organizational
support,and gender on work-family conflict in Hongkong. Asia pasific
Journal Of Management. 22: 237-256.
Friedman SD, Greenhaus JH. 2000. Work and Family – Allies or Enemie. Oxford
New York : Oxford University Press.
Guzman. 2000. Effects of wives’ employment on marital qualiity.Madison : A
National Survey of Families and Household
Hariyono W, Suryani D, Wulandari Y.2009. Hubungan antara beban kerja, stres
kerja, dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di rumah sakit
Islam Yogyakarta PDHI kota Yogyakarta. Jurnal kesehatan masyarakat 9(3).
Hartoyo, Hastuti D. 2004. Perilaku investasi pada anak keluarga nelayan dan
implikasinya terhadap pengentasan kemiskinan. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Hasanah T. 2013. Pengaruh pemberdayaan keluarga terhadap peningkatan
pengetahuan perkembangan dan pengasuhan anak usia prasekolah. [tesis]
Bogor : Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Hastuti D, Fiernanti DY, Guhardja S. 2011. Kualitas lingkungan pengasuhan dan
perkembangan social emosi anak usia balita di daerah rawan pangan. Jurnal
Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4(1): 57-65.
Hatta JH. 2011. Hubungan sumber konflik pekerjaan-keluarga dan pengaturan
alokasi waktu kerja fleksibel dengan capaian kerja auditor. Media Riset
Akuntansi 1(2).
58
Tati. 2004. Pengaruh tekanan ekonomi keluarga, dukungan social, dan kualitas
perkawinan terhadap pengasuhan anak. [tesis] Bogor : Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Waite LJ, Luo Y, Lewin AC. 2009. Marital happiness and marital stability :
consequences for psychological well-being. Journal of Social Science
Research 30 : 201-212.
Williams PD et al. 2000. Mothers’ developmental expectations for young children
in the Philippines. International Journal of Nursing Studies 37: 291-301.
Wuryandari M, Indrawati ES, Siswati. 2010. Perbedaan persepsi suami istri
terhadap kualitas pernikahan antara yang menikah dengan pacaran dan ta’aruf.
Jurnal Psikologi . 4(2): 1-8.
Zeitlin, M. et al. 1995. Strengthening the Family: Implication for International
Development. Tokyo: United Nations-University Press.
Zhang X. 2012. The effects of parental education and family income on mother-
child relationships, father-child relationships, and family environments in the
people’s republic of China. Journal of Family Process 51(4) : 483-497.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita per bulan menurut
jenis pekerjaan
Pendapatan per kapita per Formal Informal Total
bulan n % n % n %
<288 742 (a) 0 0.0 11 18.3 11 9.2
288 742.5-360 927.5 (b) 3 5.0 9 15.0 12 10.0
360 928-433 113 (c) 0 0.0 5 8.3 5 4.2
>433 113 (d) 57 95.0 35 58.3 92 76.7
Total 60 100.0 60 100.0 120 100.0
Rata-rata±SD (Ribu Rp) 1 974±2 203 9 074±1 143 1 441±1 828
Min-Max (Ribu Rp) 300-16 250 120-7 500 120-16 250
Keterangan: a=miskin; b=mendekati miskin; c=mendekati tidak miskin; d=tidak miskin
63
Lampiran 8 Sebaran keluarga (%) berdasarkan jumlah pindah kerja menurut jenis
pekerjaan
Jumlah pindah kerja Formal Informal Total
n % n % n %
0 30 50.0 23 38.3 53 44.2
1 3 5.0 3 5.0 6 5.0
2 10 16.7 12 20.0 22 18.3
3 13 21.7 7 11.7 20 16.7
4 4 6.7 5 8.3 9 7.5
5 0 0.0 4 6.7 4 3.3
>5 0 0.0 6 10.0 6 5.0
Total 60 100.0 60 100.0 120 100.0
Rata-rata±SD 1.3±1.4 2.3±2.6 1.8±2.2
Median 0.5 2.0 2.0
Min-Max 0-4 0-12 0-12
Lampiran 9 Sebaran keluarga (%) berdasarkan jam kerja menurut jenis pekerjaan
Jam kerja (jam) Formal Informal Total
n % n % n %
≤8 47 78.3 41 68.3 88 73.3
>8 13 21.7 19 31.7 32 26.7
Total 60 100.0 60 100.0 120 100.0
Rata-rata±SD 7.9±1.8 7.4±2.9 7.6±2.4
Median 8.0 7.0 8.0
Min-Max 3.5-15.0 2.5-16.0 2.5-16.0
RIWAYAT HIDUP