Mobilisasi
Mobilisasi
di RUANG 15
“MOBILISASI”
Oleh :
KELOMPOK 10
1. Eka Safitri
2. Ismi Kamelia
3. Dayu Agista Inggidia S
4. Suriyati
1. Pendahuluan
2. Tujuan
3. Sasaran
Pasiendi Ruangan 15 RS. Dr. Saiful Anwar Malang
4. Materi
Validitas data
Tahap implementasi
pada bed pasien Diskusi karu, PP, perawat
konselor
Persiapan
Persiapan Alat
Metode.
7. Proses
6. Media
7.1
5.
Masalah Teratasi Aplikasi hasil analisa dan
diskusi
7.2 Pelaksanaan BST
1. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan dilaksanakan dan memiliki prioritas yang perlu didikusikan.
2. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3. Pemberi justifikasi oleh perawat primer atau perawat
konselor/manajer tetang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ada
akan ditetapkan
7.3 Pasca BST
Mendikusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan
(..........................................................) (.........................................................)
Mengetahui,
Kepala Ruang…….
RS dr. Saiful Anwar Malang
(...........................................................)
Lampiran Materi
A. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang untuk
bergerak dalam lingkungan sekitarnya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan
seharihari (Activities of Daily Living/ADL ) serta pemenuhan terhadap peran yang
diembannya dengan kemampuan tersebut seseorang dapat melakukan aktifitas fisik
yang bersifat kebutuhan dasar, olah raga serta mampu berpartisipasi dalam kegiatan
baik dilingkungan keluarga, kelompok maupun sosial kemasyarakatan. Tercapainya
keadaan tersebut diperlukan fungsi-fungsi sistem tubuh yang adekuat, sehingga
tidak terjadi keterbatasan baik fisik maupun psikologis (Kozier, 1997).
B. Jenis mobilitas fisik
1. Jenis-jenis Mobilisasi
a. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang unuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan dapat menjalankan
peran sehari-hari.mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motoriik volunteer
dan sensori untk dapat mengontrol sluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilisasi sebagian,merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1). Mobilisasi sebagai temporer,merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya hanya sementara.hal tersebut dapat
disebabkan karena trauma refersibel pada sitem muskoloskeletal,contohnya
adalah dislokasi sendi dan tulang.
2). Mobilisasi sebagai permanen,merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan
oleh rusaknya sistem saraf reversible, contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke,paraplegia karena cedera tulang belakang,poliomielitas karena
terganggunya sitem saraf motorik dan sensorik.
3.Ligamen
Adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,mengilat,fleksibel
mengikat sendi menjadi satu,dan menghubungkan tulang dengan
kartilago.Misalnya ligament antervertebra,ligament flavum dan ligament nonelastis.
4. Tendon
Adalah jaringan ikat fibrosa bewarna putih,mengilat yang menghubungkan
otot dengan tulang.Tendon bersifat kuat,fleksibel dan tidak elastic.
5. Kartilago
Adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler,yang terletak
terutama pada sendi dan toraks,trakea,laring,hidung dan telinga.
6.Otot yang Penting dalam Pergerakan
Otot yang penting dalam pergerakan melekat di region skelet tempat
pergerakan itu ditimbulkan oleh pengungkitan. Pengungkitan terjadi ketika tulang
tertentu seperti humelus, ulna dan radius serta sendi yang berhunbungan seperti
sendi siku bekerja sama sebagai pengungkit. Selanjutnya kekuatan yang bekerja
pada ujung tulang mengangkat berat pada itik yang lain untuk memutar tulang pada
arah yang berlawanan dengan gaya yang diberikan. Oto yang melekat dengan
tulang pengungkit memberikan kekuatan yang penting untuk menggerakan objek.
Gerakan mengungkit adalah karakteristik dari pergerakan ekstimitas atas.
Otot lengan sejajar satudengan yang lainnya dan memanjang kan tulang secara
maksimal. Otot sejajar ini memberikan kekuatan dan bekerja dengan tulang dan
sendi untuk memampukan lengan mengangkat objek.
7.Otot Yang Penting Dalam Membentuk Poatur/ Kesejajaran Tubuh
Otot terutama berfungsi memepertahankan postur, bebentuk pendek dan
menyerupai kulit karena membungkus tendon dengan arah miring berkumpul
secara tidak langsung pada tendon. Otot ekstremitas bawah, tubuh, leher dan
punggug yang terutama berfungsi membentuk postur tubuh (posisi tubuh dalam
kaitanya dengan ruang sekitar) kelompok otot itu bekerja sama untuk menstabilkan
dan menopang berat badan saat berdiri atau duduk dan memungkinkan individu
tersebut umtuk mempertahankan postur duduk atau berdiri.
8.Pengaturan postur dan gerakan otot
Postur dan penggerakan dapan mencerminkan kepribadian dan suasana hati
seseorang. Postur dan pergerakan juga tergantung pada ukuran skelet dan
perkembangan otot skelet. Koordinasi dan pengaturan kelompok otot yang berbeda
tergantung pada tonus otot dan aktifitas dari otot antagonistik, sinergistik dan
antigravitas.
a.Tonus Otot : tonus otot atau tonus adalah suatu keadaan normal dari tegangan
otot yang seimbang. Ketegangan dicapai dengan kontrkasi dan
relaksasi secra bergantian tanpa gerakan aktif, serat dan kelompok
otot tertentu. Tonus otot memungkinkan bagian tubuh
mempertahankan posisi fungsional tanpa kelemahan otot. Tonus
otot juga mendukung kembalinya aliran darah vena ke jantung
seperti yang terjadi pada otot kaki. Tonus otot dipertahankan
melalui penggunaan otot yang terus menerus. Aktifitas sehari-hari
membutuhkan kerja otot dan membantu mempertahankan tonus
otot akibatnya dari imobilisasi atau tirah baring menyebabkan
aktivitas dan tonus otot berkurang.
b.Kelompok otot : Kelompok otot antogonistik, sinergistik, dan antigravitas
dikoordinasi oleh sistem saraf, dan bekerja sama untuk
mempertahankan postur dan memulai pergerakan.
c. Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan yang
sama. Ketika lengan fleksi, kekuatan otot kontraksi dari otot bisep brakhialis
ditingkatkan oleh otot sinergik, yaitu brakhialis. Selanjutnya aktifitas otot
sinergistik terdapat dua penggerakan aktif yaitu bisep brakhialis dan brakhialis
berkontraksi sementara otot antogonistik yaitu otot trisep brakialis berelaksasi.
d. Otot antagonistik bekerja sama untuk menggerakan sendi. Selama pergerakan,
otot penggerak aktif berkontraksi dan otot antagonisnya relaksasi. Misalnya
ketika lengan fleksi maka otot bisep brakhialis aktif berkontraksi dan otot
antagonisnya, trisep brakhialis relaksasi. Selama lengan diekstensikan maka otot
trisep brakhialis aktif berkontraksi sehingga lawannya yaitu otot bisep brakhialis
relaksasi.
e. Otot antigravitas sangat berpengaruh pada stabilisasi sendi. Otot secara terus
menerus melawan efek gravitasi tubuh dan mempertahankan postur tegak atau
duduk. Pada orang dewasaotot anti grafitasi adalah otot ekstensor kaki, gluetus
maksimus, quadrisep femoris, otot soleus dan otot punggung.
D. Mekanisme Tubuh Dalam Fisiologi Pergerakan
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan
struktur sebagai berikut : organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf
sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut
saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan
mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak
refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih
cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik
kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak
refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar ; misalnya, bukan saja tidak menarik
tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan panas.
(Evelyn Pearce, 2009 : 292)
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-
tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks
dari rangsangan yang berbahaya merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks
ekstensor (polisinaps) rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari refleksi pada
anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerakan refleks
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat
dari gerak sadar misalnya menutup mata pada saat terkena debu. Untuk terjadinya
gerakan refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut, organ sensorik yang
menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan
impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut
sel-sel akan melanjutkan impuls danmenghantarkan impuls-impils menuju
substansi pada kornu posterior medula spinalis. Sel saraf motorik menerka impuls
dan menghantarkan impuls-impuls melalui serabut motorik. Kegiatan sistem saraf
pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks.Dengan kegiatan refleks
dimungkinkan terjadi hubungan kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ
yang terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan sekelilingnya.Refleks
adalah respon yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi diluar
kehendak.Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan
lingkungan baik didalam maupun diluar organisme yang melibatkan sistem saraf
pusat dalam maupun memberikan jembatan (respons) terdapat rangsangan. Refleks
dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi atau
relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan
refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan
diluar maupun didalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut.Dengan
demikian seberapa besar peran sistem saraf pusat dapat mengukur kehidupan
organisme.
1.Gaya Hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan
tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara
yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan
seorang pramugari atau seorang pemambuk.
4.Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi
dengan seorang pelari.
c. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau
kehilangan seseorang yang dicintai
A. Mobilisasi Pasien
1. Menaikkan Posisi Klien yang Melorot, ke Atas Tempat Tidur
Pengertian
menempatkan kembali posisi klien yang melorot ke bagian bawah di tempat
tidur pada posisi semula.
Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang sesuai.
b. Memberikan rasa nyaman.
Persiapan Alat
a. Rekstok gantung (overhead trapeze)
b. Sarung tangan
a. Atur Tempat Tidur
• Atur bagian kepala tempat tidur pada posisi datar atau serendah mungkin
yang mampu di toleransi oleh klien. Memperkecil pengaruh gravitasi.
• Naikan tempat tidur setinggi pusat gravitasi anda.
• Kunci semua roda tempat tidur dan naikkan pagar tempat tidur pada sisi
yang jauh dari anda.
• Ambil semua bantal, kemudian letakkan salah satu bantal di atas kepala
tempat tidur. Melindungi kepala klien dari kemungkinan cidera yang tidak
sengaja akibat terbentur dengan kepala tempat tidur saat di pindahkan.
b. Persiapan klien. Minta klien :
• Melakukan fleksi pinggul dan lutut, menumpukkkan telapak kaki di atas
permukaan tempat tidur. Mengurangi gesekan dengan permukaan tempat
tidur dan dapat memberikan tambahan tenaga dorngan.
• Berpegangan pada kepala tempat tidur dengan kedua tangan dan menarik
pada saat dipindahkan, Atau berpegangan pada rekstok gantung dengan
kedua tangan.kemudian mengangkat dan menarik pada saat di pindahkan.
• Atur Posisi Anda dan Pindahkan Klien :
• Berdiri disamping klien dengan wajah menghadap ke arah pergerakan,
lebarkan kedua kaki, satu kaki di depan, dan kaki lainnya di belakang.
Dengan tubuh condong ke depan,fleksikan punggung, lutut dan
pergelangan kaki.
• Letakkan satu tangan di bawah paha klien dan tangan lainnya di bawah
scapula.
• Tegakkan otot-otot gluteal,abdominal, kaki dan lengan. Kemudian
pindahkan/gerakkan klien ke atas sambil klien mendorong dengan telapak
kaki dan menarik dengan kedua tangan pada bagian kepala tempat tidur
atau pada rekstok gantung.
Pelaksanaan:
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang terkuat
c. Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah, bergerak maju dengan
tongkat, sehingga berat badan klien terbagi antara tongkat dan kaki yang
terkuat
d. Kaki yang terkuat maju melangkah setelah tongkat, sehingga kaki terlemah dan
berat badan klien disokong oleh tongkat dan kaki terkuat.
e. Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah. Klen kemungkinan jatuh ke
arah bagian tungkai yang lemah tersebut.
f. Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang telah ditetapkan dalam
rencana keperawatan.
g. Jika klien kehilangan keseimbangan atau kekuatannya dan tidak segera pulih,
masukkan tangan anda keketiak klien, dan ambil jarak berdiri yang luas untuk
mendapatkan dasar tumpuan yang baik. Sandarkan klien pada pinggul
andasampai tiba bantuan, atau rendahkan badan anda dan turunkan klien secara
perlahan ke lantai
h. Dokumentasikan kemajuan klien.
Pelaksanaan:
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pastikan panjang kruk sudah tepat
c. Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi dasar berdiri menggunakan kruk
sebelum mulai berjalan.
d. Ajarkan klien tentang salah satu dari empat cara berjalan dengan kruk
e. Perubahan empat titik atau cara berjalan empat titik memberi kestabilan pada
klien, tetapi memerlukan panahanan berat badan pada kedua tungkai. Masing-
masing tungkai digerakkan secara bergantian dengan masing-masing kruk,
sehingga sepanjang waktu terdapat tiga titikdukungan pada lantai
f. Perubahan tiga titik atau cara berjalan tiga titik mengharuskan klien menahan
semua beratbadan pada satu kaki. Berat badan dibebankan pada kaki yang
sehat, kemudian pada kedua krukdan selanjutnya urutan tersebut diulang. Kaki
yang sakit tidak menyentuh lantai selama fase dini berjalan tiga titik. Secara
bertahap klien menyentuh lantai dan semua beban berat badan bertumpu pada
g. Cara berjalan dua titik memerlukan sedikitnya pembebanan berat badan
sebagian pada masing-masing kaki. Kruk sebelah kiri dan kaki kanan maju
bersama-sama. Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju bersama-sama.
h. Cara jalan mengayun ke kruk ( swing to gait), klien yang mengalami paralisi
tungkai dan pinggul dapat menggunakan cara jalan mengayun ini. Penggunaan
cara ini dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi otot yang
tidak terpakai. Minta klien untuk menggerakkan kedua kruk kedepan secara
bersamaan.pindahkan berat badan kelengan dan mengayun melewati kruk.
i. Cara jalan mengayun melewati kruk ( swing throughgait)
j. Cara jalan ini sangat memerlukan ketrampilan,kekuatan dan koordinasi klien.
Minta klien untuk menggerakkan kedua kruk kedepan secara bersamaan.
Pindahkan berat badan ke lengan dan mengayun melewati kruk.
k. Ajarkan klien menaiki dan menuruni tangga
Pelaksanaan:
a. Ketika klien membutuhkan bantuan maksimal.
• Gerakkan walker kedepan kira-kira 15 cm sementara berat badan bertumpu
pada kedua tungkai
• Kemudian gerakkan kaki kanan hingga mendekakti walker sementara berat
badan dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan.
• Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga mendekati kaki kanan sementara
berat badan bertumpu pada tungkai kanan dan kedua lengan.
b. Jika salah satu tungkai klien lemah
• Gerakkan tungkai yang lemah ke depan secara bersamaan sekitar 15 cm (6
inchi) sementara berat badan bertumpu pada tungkai yang kuat
• Kemudian, gerakkan tungkai yang lebih kuat ke depan sementara berat
badan bertumpu pada tungkai lemah dan kedua lengan.
Pengertian
Posisi dengan pasien dibaringkan kekiri, atau kekanan dengan setengah
telungkup, dan tangan yang dibawah diletakkan dibelakang punggung, serta yang
atas difleksikan didepan bahu.
Tujuan:
a. Mamfasilitasi drainage mulut dan mencegah aspirasi
b. Mengurangi penekanan pada sacrum dan panggul.
c. Mempersiapkan pemeriksaan dan pengobatan area perineal.
d. Mempersiapkan prosedur enema.
Pelaksaan:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Klien miring kekiri atau kekanan dan setengah badan telungkup. Tangan
yang dibawah diletakkan dibelakang punggung, serta yang atas difleksikan
didepan bahu.
4. Dibawah kepala diberi bantal.
5. Dibawah kaki dan tangan yang difleksikan didepan diberi bantal
6. Observasi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan
7. Cuci tangan
8. Catat respon pasien
2. Posisi Trenderlenberg
Pengertian
Posisi klien dengan berbaring datar, baik terlentang atau telungkup dengan
posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Tujuan
a. Memperlancar peredaran darah ke otak
b. Memperlancar drainage secret
c. Memudahkan jalannya pembedahan pada bagian perut.
Indikasi
a. Dilakukan pada yang shock
b. Pada klien dengan pemasangan skin traksi pada kaki
c. Dilakukan pada klien yang mempunyai penyakit pembuluh daerah
peripheral
Alat/bahan:
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Balok penopang bagian kaki tempat tidur
Pelaksanaan:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Pasien dalam keadaan berbaring
4. Tempatkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien
5. Tempatkan bantal dibawah lipatan lutut
6. Tempatkan balok penopang dibagian kaki tempat tidur
7. Atur tempat tidur khusus dengan ditinggikan bagian kaki pasien
8. Cuci tangan
9. Catat respon pasien
Pengertian
Memberikan bagian kepala tempat tidur lebih rendah dari pada bagian kaki
Tujuan
a. Meningkatkan pengosongan lambung
b. Mencegah reflek osophagial
Alat/bahan
a. Bantal
b. Tempat tidur khusus
c. Balok penopang bagian kepala tempat tidur
Pelaksanaan:
d. Cuci tangan
e. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
f. Pasien dalam keadaan berbaring
g. Tempatkan bantal diantara kaki dan ujung tempat tidur pasien
h. Tempatkan bantal dibawah lipatan lutut
i. Tempatkan balok penopang dibagian kaki tempat tidur
j. Atur tempat tidur khusus dengan ditinggikan bagian kepala pasien
k. Cuci tangan
l. Catat respon pasien
Pengertian
Tindakan memberikan posisi dimana pasien berbaring terlentang dengan
posisi kaki ditekuk, telapak kaki menapak diatas tempat tidur dan kedua kaki
diregangkan.
Tujuan:
a. Mempermudah tindakan pemeriksaan dan tindakan perawatan pada daerah
genetalia
b. Mempermudah proses persalinan
c. Untuk mengurangi gangguan nyeri hebat
Indikasi:
a. Dilakukan pada ibu hamil
b. Dilakukan pada waktu melakukan vulva hygine
Alat/bahan:
a. Bantal
b. Tempat tidur khusus
c. Selimut
Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasien dalam keadaan berbaring
d. Pakaian bawah dibuka
e. Menekuk lutut dan tumit diletakkan diatas tempat tidur. Pasien diselimuti
atau menutupi area genetalia
f. Cuci tangan
g. Catat respon pasien
5. Posisi Litotomi
Pengertian
Membaringkan pasien terlentang dengan kedua paha diangkat dan ditekuk
kearah perut, tungkai bawah membuat sudut 90 derajat terhadap paha.
Tujuan:
a. Memudahkan untuk pemeriksaan daerah genetalia dan traktus genetalia.
b. Memudahkan masuknya speculum vagina.
Indikasi:
a. Dilakukan pada klien untuk pemeriksaan kandung kemih
b. Dilakukan pada pemeriksaan girekologi
Alat/bahan:
a. Bantal
b. Tempat tidur khusus
c. selimut
Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasien dalam keadaan berbaring
d. Angkat kedua paha dan ditarik ke atas abdomen
e. Tungkai bawah membentuk sudut 90° terhadap paha
f. Letakkan bagian lutut/kaki pada penyangga kaki di tempat tidur khusus
untuk posisi litotomi
g. Memberikan kenyamanan dan pertahanan klien tetap tertutup selimut
dengan baik.
h. Cuci tangan
i. Catat respon pasien
Pengertian
Posisi klien dengan berlutut kedepan dengan kepala dan dada teratas rileks
pada tempat tidur.
Tujuan:
a. Memberikan pemaparan maksimal pada daerah rectal.
b. Mempermudah pemeriksaan rectum.
Indikasi:
Pemeriksaan rectum dan perineum wanita atau selama prostoskopi
(penempatan bidang visualisasi pada rectum).
Alat/bahan:
a. Tempat tidur
b. selimut
Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada matras tempat tidur
d. Pasang selimut untuk menutupi daerah perineal pasien
e. Cuci tangan
f. Catat respon pasien
7. Posisi Supinasi
Pengertian
Posisi dengan klien berbaring lurus, tulang punggung dan kedua kaki lurus,
posisi lengan dengan telapak tangan menghadap kebawah, untuk menjaga kaki
tetap pada sisi yang tepat.
Tujuan:
a. Agar menjadi lebih rilek
b. Mencegah kontroktur otot abdomen
c. Memudahkan pemeriksaan denyut nadi.
Indikasi:
a. Di lakukan pada ibu hamil muda
b. Dilakukan pada waktu pre dan post operasi
Alat/bahan:
a. Bantal
b. Tempat tidur
Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasien dalam keadaan berbaring
d. Letakan bantal dibawah kepala dan bahu klien
e. Letakan bantal dibawah punggung hingga tumit dan telapak kaki klien jika
dibutuhkan
f. Cuci tangan
g. Catat respon pasien
8. Posisi Pronasi
Pengertian
Posisi telungkup dengan kepala menoleh kesatu sisi dan lengan disamping
bahu untuk mencegah hiperekstensi dan fleksi.
Tujuan:
a. mempersiapkan penatalaksanaan laminectomi
b. mencegah terjadi penekanan pada pasien dengan luka bakar punggung
Indikasi:
a. Untuk klien yang baru sembuh dari pembedahan pada mulut atau
kerongkongan.
b. Hanya dapat dilakukan pada klien yang punggungnya dapat diluruskan
secara tepat, dan dilakukan dalam waktu cepat.
Alat/bahan:
a. Bantal
b. Tempat tidur
Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Minta pasien untuk mengambil posisi telungkup
d. Hadapkan kepala pasien di satu sisi, letakkan bantal dibawah kepala
e. Letakkan bantal yang lain dibawah perut mulai dari diafragma sampai tumit
f. Cuci tangan
g. Catat respon pasien
Pengertian
Merupakan sikap dalam posisi setengah duduk 15 derajat sampai dengan 60
derajat.
Tujuan:
a. Mobilisasi.
b. Memberikan perasaan lega kepada klien yang sesak nafas.
c. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan.
Indikasi:
a. Klien sesak nafas.
b. Klien pasca operasi struma, hidung, thorax.
c. Klien dengan penyakit tenggorakan yang memproduksi sputum, aliran
gelembung dan kotoran pada saluran pernafasan.
Alat/bahan:
Bantal
Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Tinggikan kepala tempat tidur 15-60°
d. Topangkan kepala diatas tempat tidur atau bantal kecil
e. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan
f. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah, bawah paha, dan pergelangan
kaki
g. Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien
h. Turunkan tempat tidur
i. Observasi posisi pasien kesejajaran tubuh, dan tingkat kenyamanan
j. Cuci tangan
k. Catat respon pasien
Pengertian
Posisi duduk, dimana pasien istirahat diatas tempat tidur dengan tubuh agak
dinaikan keatas dan derajat ketinggian (75 – 90) derajat.
Tujuan:
a. Memperbaiki jurah jantung
b. Meningkatkan ventilasi paru
c. Membantu mempermudah komunikasi atau sosialisasi
d. Mencegah aspirasi saat makan
Indikasi:
a. Klien sesak nafas (penyakit jantung dan asma) atau gangguan pernafasan
b. Klien dengan resiko ulkus
c. Klien yang sedang makan atau minum
Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Tinggikan kepala tempat tidur 75-90°
d. Topangkan kepala diatas tempat tidur atau bantal kecil
e. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan
f. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah, bawah paha, dan pergelangan
kaki
g. Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien
h. Turunkan tempat tidur
i. Observasi posisi pasien kesejajaran tubuh, dan tingkat kenyamanan
j. Cuci tangan
k. Catat respon pasien
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Indriono,Anik. (2013), Pengkajian Pemeriksaan Fisik. Tersedia di:
http://stikesmuhammadiyahpringsewu.blogspot.com/2012/09/konsep-pemeriksaan-
fisik-dan-proses.html