Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu
target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan
untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Menurut WHO ( World Health
Organization ) pada tahun 2012 jumlah kasus hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan
akan semakin tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah 1,5 milyar kasus atau sekitar 29% dari total
penduduk dunia. Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab kematian
ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadi perdarahan ( 25% ) biasanya perdarahan pasca
persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12% ) aborsi ( 13% ) dan karena sebab lain (7% ) ( WHO, 2014
).

Hasil dari SDKI ( Survei Demografi dan Kesehatan Indoesia ) tahun 2012,menyatakan bahwa
sepanjang tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak naik. Pada tahun 2012 AKI mencapai 359
per 100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun
2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena terjadinya bumil risti ( ibu
hamil dengan risiko tinggi ) yang salah satunya adalah terkena hipertensi dalam kehamilan ( SDKI,
2012 ).

Prevalensi hipertensi ibu hamil di Indonesia sebesar 6,18% dengan jumlah hipertensi pada ibu
hamil paling banyak di Provinsi Jawa Barat 10,57% ( Berita Kedokteran Masyarakat, 2016 ).
Sedangkan angka kematian ibu ( AKI ) di Provinsi Lampung pada tahun 2012 berdasarkan laporan
dari kabupaten terlihat kasus kematian ibu ( kematian ibu pada saat hamil, melahirkan, dan nifas )
seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar 59,78% terjadi pada saat
persalinan ( Profil Kesehatan Lampung ).

Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya,


terutama apabila terjadi pada wanita yang sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi
ibu dan bagi bayi yang akan dilahirkan. Karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan
dini ( Kemenkes Kesehatan, 2013 ).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi pada ibu hamil ?
2. Apa saja etiologi Hipertensi pada ibu hamil ?
3. Apa saja manifestasi klinis Hipertensi pada ibu hamil ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang Hipertensi pada ibu hamil ?
5. Apa saja penatalaksanaan Hipertensi pada ibu hamil ?
6. Apa saja patofisiologi Hipertensi pada ibu hamil ?
7. Apa saja komplikasi Hipertensi pada ibu hamil ?
8. Apa saja faktor resiko Hipertensi pada ibu hamil ?
9. Apa saja pencegahan Hipertensi pada ibu hamil ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hipertensi pada ibu hamil ?
2. Mengetahui apa saja tanda gejala Hipertensi pada ibu hamil ?
3. Mengetahui apa saja penyebab terjadinya Hipertensi pada ibu hamil ?
4. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang Hipertensi pada ibu hamil ?
5. Mengetahui apa saja penatalaksanaan medis Hipertensi pada ibu hamil ?
6. Mengetahui apa saja patofisiologi Hipertensi pada ibu hamil ?
7. Mengetahui apa saja komplikasi Hipertensi pada ibu hamil ?
8. Mengetahui apa saja faktor resiko Hipertensi pada ibu hamil ?
9. Mengetahui apa saja pencegahan Hipertensi pada ibu hamil ?
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi penulis
Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi penulis untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan Hipertensi pada ibu hamil.
2. Manfaat bagi profesi perawat
Hasil makalah ini dapat di pergunakan untuk meningkatkan kualitas perawat dalam
mengetahui Hipertensi pada ibu hamil.
3. Manfaat bagi masyarakat umum
Hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengenal lebih
jauh pemahaman tentang Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil.
4. Manfaat bagi pendidikan
Hasil makalah ini diharapkan dapat menambah referensi, memberikan informasi,
gambaran dan penjelasan mengenai Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hipertensi pada ibu hamil merupakan tekanan darah tinggi yang terjadi saat hamil.
Biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, dan setelah melahirkan hipertensi ini
bisa hilang. Biasanya hipertensi ini dialami oleh ibu yang sebelum hamil tidak menderita
tekanan darah tinggi. Ibu hamil yang sudah menderita tekanan darah tinggi 140/90
mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg di atas
nilai normal ( Junaidi, 2010 ).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan. Tekanan
darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari preeklampsia, dan dapat
bertahan dalam beberapa minggu setelah melahirkan ( Cunningham et al., 2010 ).
Hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan mobilitas maternal
dan perinatal. Dari seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama hamil, setengah sampai
dua pertiganya di diagnosis mengalami preeklampsi atau eklampsi ( Bobak, 2010 ).

B. Etiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam kehamilan belum
diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai
berikut :
 Primigravida, primipaternitas
 Hiperplasentosis, misalnyamola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar
 Umur d. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
 Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
 Obesitas
Penyebab hipertensi pada ibu hamil disebabkan oleh kondisi hipertensi esensial atau
hipertensi prime. Kondisi tersebut timbul bukan disebabkan oleh adanya gangguan
jantung atau ginjal, melainkan disebabkan pola hidup yang jauh dari kata sehat.

3
Pola hidup yang tidak sehat yang kerap dilakukan oleh Ibu hamil misalnya
mengonsumsi garam berlebihan, tingkat stres berlebihan tidak dikendalikan, merokok,
kebiasaan minum alkohol dan kafein, dan lain sebagainya. Padahal kebiasaan buruk
tersebut dilarang untuk dilakukan oleh ibu hamil karena dapat menimbulkan banyak
risiko kesehatan yang dapat mengganggu kondisi tubuh ibu dan janin dalam kandungan.
Di samping itu, hipertensi pada kehamilan juga bisa disebabkan karena pola makan yang
tidak sehat seperti menu makanan yang mengandung lemak jahat ataupun mengandung
zat-zat berbahaya seperti pewarna makan, pemanis buatan, pengawet buatan, dan masih
banyak lagi.

C. Manifestasi Klinis
Jhonson ( 2014 ), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi dalam
kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Sakit kepala yang parah
2. Perubahan penglihatan, penglihatan menjadi kabur atau sensitivitas cahaya
3. Nyeri perut bagian atas
4. Mual dan muntah
5. Mudah merasa lelah
6. Meningkatnya enzim hati
7. Jumlah trombosit menurun
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyakit teoritis, sehingga terdapat berbagai
usulan mengenai pembagian kliniknya. Pembagian klinik hipertensi dalam kehamilan
adalah sebagai berikut ( Manuaba, 2010 ) :
1. Hipertensi dalam kehamilan sebagai komplikasi
a. Preeklampsi
Preeklampsi adalah suatu sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklampsi
ditegakkan jika terjadi hipertensi disertai dengan proteinuria dan atau edema
yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20. Proteinuria yang
merupakan tanda diagnostik preeklampsi dapat terjadi karena kerusakan
glomerulus ginjal. Dalam keadaan normal, proteoglikan dalam membran
dasar glomerulus menyebabkan muatan listrik negatif terhadap protein,
sehingga hasil akhir filtrat glomerulus adalah bebas protein. Pada penyakit
ginjal tertentu, muatan negatif proteoglikan menjadi hilang sehingga terjadi
nefropati dan proteinuria atau albuminuria. Salah satu dampak dari disfungsi
endotel yang ada pada preeklampsi adalah nefropati ginjal karena
peningkatan permeabilitas vaskular. Proses tersebut dapat menjelaskan

4
terjadinya proteinuria pada preeklampsi. Kadar kreatinin plasma pada
preeklampsi umumnya normal atau naik sedikit (1,0-1,5mg/dl). Hal ini
disebabkan karena preeklampsi menghambat filtrasi, sedangkan kehamilan
memacu filtrasi sehingga terjadi kesimpangan ( Guyton, 2011 ).

b. Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan
preeklampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat
grand mal atau tonik-klonik generalisata dan mungkin timbul sebelum,
selama atau setelah persalinan. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester
akhir dan menjadi sering mendekati aterm. Pada umumnya kejang dimulai
dari makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala nyeri kepala
daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan
hiperrefleksia. Konvulsi eklampsi dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu
(Prawirohardjo, 2013) :
1) Tingkat awal atau aura Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata
penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula
tangannya dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2) Tingkat kejang tonik Berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini
seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangannya menggenggam
dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka terlihat sianotik
dan lidah dapat tergigit.
3) Tingkat kejang klonik Berlangsung antara 1-2 menit. Kejang tonik
menghilang. Semua otot berkontraksi secara berulang-ulang dalam tempo
yang cepat. Mulut membuka dan menutup sehingga lidah dapat tergigit
disertai bola mata menonjol. Dari mulut, keluar ludah yang berbusa, muka
menunjukkan kongesti dan sianotik. Penderita menjadi tak sadar. Kejang
klonik ini dapat terjadi demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh
dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang berhenti dan penderita menarik napas
secara mendengkur.
4) Tingkat koma Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara
perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula
bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang berulang, sehingga penderita
tetap dalam koma. Selama serangan, tekanan darah meninggi, nadi cepat dan
suhu meningkat sampai 40 C.
5) Kejang pada eklampsi berkaitan dengan terjadinya edema serebri. Secara
teoritis terdapat dua penyebab terjadinya edema serebri fokal yaitu adanya

5
vasospasme dan dilatasi yang kuat. Teori vasospasme menganggap bahwa
over regulation serebrovaskuler akibat naiknya tekanan darah menyebabkan
vasospasme yang berlebihan yang menyebabkan iskemia lokal. Akibat
iskemia akan menimbulkan gangguan metabolisme energi pada membran sel
sehingga akan terjadi kegagalan ATP-dependent Na/K pump yang akan
menyebabkan edema sitotoksik. Apabila proses ini terus berlanjut maka dapat
terjadi ruptur membran sel yang menimbulkan lesi infark yang bersifat
irreversible. Teori force dilatation mengungkapkan bahwa akibat
peningkatan tekanan darah yang ekstrim pada eklampsi menimbulkan
kegagalan vasokonstriksi autoregulasi sehingga terjadi vasodilatasi yang
berlebihan dan peningkatan perfusi darah serebral yang menyebabkan
rusaknya barier otak dengan terbukanya tight junction selsel endotel
pembuluh darah. Keadaan ini akan menimbulkan terjadinya edema
vasogenik. Edema vasogenik ini mudah meluas keseluruh sistem saraf pusat
yang dapat menimbulkan kejang pada eklampsi ( Sudibjo P, 2010 ).

2. Hipertensi sebagai akibat dari hipertensi menahun


a. Hipertensi kronik Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah tekanan darah
≥140/90 mmHg yang didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu
pasca persalinan. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi kronis dibagi menjadi
dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Pada hipertensi primer
penyebabnya tidak diketahui secara pasti atau idiopatik. Hipertensi jenis ini
terjadi 90-95% dari semua kasus hipertensi. Sedangkan pada hipertensi
sekunder, penyebabnya diketahui secara spesifik yang berhubungan dengan
penyakit ginjal, 26 penyakit endokrin dan penyakit kardiovaskular
( Manuaba, 2007 ).
b. Superimposed preeclampsia Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang
sudah ada sebelumnya semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu.
Apabila disertai proteinuria, diagnosisnya adalah superimpose preeklampsi
pada hipertensi kronik (superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada
hipertensi kronik biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini daripada
preeklampsi murni, serta cenderung cukup parah dan pada banyak kasus
disertai dengan hambatan pertumbuhan janin ( Manuaba, 2007 ).

3. Hipertensi gestasional

6
Hipertensi gestasional didapat pada wanita dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg
atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan tetapi belum mengalami
proteinuria. Hipertensi gestasional disebut transien hipertensi apabila tidak terjadi
preeklampsi dan tekanan darah kembali normal dalam 12 minggu postpartum.
Dalam klasifikasi ini, diagnosis akhir bahwa yang bersangkutan tidak mengalami
preeklampsi hanya dapat dibuat saat postpartum. Namun perlu diketahui bahwa
wanita dengan hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang
berkaitan dengan preeklampsi, misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium atau 27
trombositopenia yang akan mempengaruhi penatalaksanaan ( Cunningham G,
2013 ).

D. Pemeriksaan Penunjang
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati (2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi diantaranyana :
 Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
 Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr% ).
 Hematokrit meningkat ( nilai normal 37-43 vol% ).
 Trombosit menurun ( nilai normal 150-450 ribu/mm3 ).
 Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
 Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
 Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine aminotransferase
atau meningkatnya aspartate ).
 Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal,
karena gangguan fungsi ginjal.
 Tes non tekanan dengan profil biofisik.
 USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin.
 Pemeriksaan fungsi hati
 Bilirubin meningkat ( nilai normal < 1 mg/dl )
 LDH ( Laktat dehidrogenase ) meningkat
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) >60 ul.
 Serum glutamat pirufat transminase ( SGPT ) meningkat ( nilai normal:
15-45 u/l ).
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( nilai
normal: <31 u/l ).
 Total protein serum normal ( nilai normal: 6,7-8,7 g/dl ).

7
E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga dijelaskan oleh
Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan
hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
 Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah baring.
 Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
 Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan
rendah lemak. d. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur,
yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan
hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih sering,
terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2
minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian menjadi sekali
seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
 Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan USG.
 Pembatasan aktivitas fisik.
 Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak diharuskan,
karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat menurunkan perfusi
plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi
berat, obat-obatan diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti hipertensi
dengan agen farmakologi memiliki tujuan untuk mengurangi tekanan darah
perifer, mengurangi beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke
uterus dan sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

F. Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi
tidak ada satu pun teori yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak
dianut adalah ( Prawirohardjo, 2013) :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta
mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata
memberi cabang arteri radialis. Arteri 13 radialis menembus endometrium menjadi arteri
basalis dan memberi cabang arteri spiralis. Pada kehamilan normal, dengan sebab yang
belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.

8
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks
menjadi gembur dan memudahkan lumen spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri apiralis ini memberi dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada utero plasenta.
Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat,
sehingga dapat menjamin pertumbuhna janin dengan baik.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif
mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga
aliran darah utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat
menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel a. Iskemia plasenta dan
pembentukan oksidan/radikal bebas Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas,
pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan
akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa
penerima molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan
penting yang dihasilkan iskemia plasenta adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,
khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Produksi oksidan pada
manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh. Adanya radikal bebas dalam darah, maka hipertensi dalam kehamilan
disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung
banyak asam lemak tidak jernih menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel. Produksi
oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan
produksi antioksidan. 16 b. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan,
khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misalnya vitamin E pada
hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominan kadar oksidan peroksida
lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat
toksik ini akan beredar di seluruh tubuh melalui aliran darah dan akan merusak membran
sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida
lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan
radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.. Disfungsi sel endotel

9
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel,
yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut “disfungsi endotel” (endothelial disfunction). Pada waktu
terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi
:
1) Ganggguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi endotel adalah
memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) suatu
vasodilator kuat.
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokontriktor
kuat. Dalam keadaan normal perbandingan kadar protasiklin/tromboksan lebih tinggi
kadar prostasiklin (vasodilator). Pada preeklampsi kadar tromboksan lebih tinggi dari
kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi, maka terjadi kenaikan tekana darah.
3) Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus (glomerular endotheliosis).
4) Peningkatan permeabilitas kapiler.
5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar vasodilator
menurun, sedangkan endotelin (vasokontriksi) meningkat.
6) Peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin Faktor imunologik berperan terhadap
terjadinya hipertensi dalam kehamilan dengan fakta sebagai berikut :
a. Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan multigravida.
b. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
c. Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah makin lama periode ini,
makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Pada perempuan hamil normal,
respon imun tidak menolak adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini
disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting
dalam modulasi respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta).
Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh natural
killer cell (NK) ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas
kadalam jaringan desidua ibu, jadi HLA-G merupakan prokondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu 19 disamping untuk menghadapi sel natural
killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan HLA-G. Berkurngnya

10
HLA-G di desidua didaerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua.
Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
mepermudah terjadinya reaksi inflamasi kemungkinan terjadi immune-maladaptation
pada preeklampsia. Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai
kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi sel yang lebih rendah
di banding pada normotensif.
4. Teori adaptasi kardiovaskular Pada hamil normal pembulu darah refrakter tehadap
bahan-bahan vasopresor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka tehadap rangsangan
bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk
menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya refrakter
pembuluh daerah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya sitensis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa daya rafrakter
terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin sintensa inhibitor (bahan
yang menghambat produksi prostaglandin). Prostaglandin ini di kemudian hari ternyata
adalah prostasiklin. Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap
bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehingga pembuluh darah menjadi peka terhadap bahan vasopresor. Banyak peneliti telah
membuktikan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada
hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan
kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat
ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi
akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.

G. Pencegahan
Ada beberapa cara pencegahan hipertensi pada ibu hamil, sebagai berikut :
 Hindari stress
Menghindari stress dapat dilakukan dengan cara :
 Melakukan yoga
 Melakukan hobi yang menyenangkan
 Tanamkan beragam pikiran positif dan hindari pikiran negatif
 Hindari merokok dan mengkomsumsi alkohol
 Cukupi kebutuhan tidur
 Cegah obesitas
 Mengatur pola makan
 Melakukan olahraga secara teratur

11
H. Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada ibu dan janin.
Pada ibu :
 Eklampsia
 Pre eklampsia berat
 Solusio plasenta
 Kelainan ginjal
 Perdarahan subkapsula hepar
 Kelainan pembekuan darah
 Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count).
 Ablasio retina.
Pada janin :
 Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
 Kelahiran prematur
 Asfiksia neonatorum
 Kematian dalam uterus
 Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

I. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko dari hipertensi dalam kehamilan adalah ( Katsiki N et al., 2010 ) :
1. Faktor maternal
a. Usia maternal Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30
tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-
29 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama
kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami
hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun ( Manuaba C,
2007 )
b. Primigravida Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan pertama.
Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan, graviditas paling aman adalah
kehamilan kedua sampai ketiga ( Katsiki N et al., 2010 ).
c. Riwayat keluarga Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal
tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam
kehamilan ( Muflihan FA, 2012 ).

12
d. Riwayat hipertensi Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana komplikasi tersebut
dapat mengakibatkan superimpose preeclampsi dan hipertensi kronis dalam kehamilan
( Manuaba, 2007 ).
e. Tingginya indeks massa tubuh Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi
karena kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko
terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi dalam
kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan
gangguan kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya timbunan lemak berlebih
dalam tubuh ( Muflihan FA, 2012 ).
f. Gangguan ginjal Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil
dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal 12 tersebut berhubungan dengan
kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh
darah ( Muflihan FA, 2012 ).
2. Faktor kehamilan Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrops fetalis dan
kehamilan ganda berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsi dan
eklampsi mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105
kasus bayi kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsi dan satu kasus kematian
ibu karena eklampsi ( Manuaba, 2007 ).

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS

Ny. A mengatakan datang ke klinik maternitas dengan keluhan pusing kaki bengkak
lemas seperti tidak berdaya berkunang-kunang sakit di tengkuk. Ny. A mengatakan ini
adalah kehamilan keduanya saat ini usia 30 thn. Usia kandungan 32 minggu 17 hari. Hasil
pengkajian didapat TD 150/90 mmHg NR 90x/menit RR 20x/menit suhu 37,2C. Riwayat
hipertensi.

B. ANALISA DATA

N DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN


O
1. DS : - Ny. A mengatakan datang Domain 4. Aktivitas/istirahat
ke klinik dengan pusing Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
berkunang-kunang 00204. Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
DO : - TD 150/90 mmHg
- Memiliki riwayat
hipertensi

2. DS : - Pasien mengatakan lemas Domain . aktivitas/istirahat


tidak berdaya dan pusing Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
berkunang-kunang 00092. Intoleransi aktivitas

DO: - Kaki pasien tampak


bengkak
- Pasien tampak lemas

14
C. PRIORITAS MASALAH

N PRIORITAS KE- DIAGNOSA KEPERAWATAN


O
1. 1 Domain 4. Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon
kardiovaskular/pulmonal
00204. Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

2. 2 Domain . aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon
kardiovaskular/pulmonal
00092. Intoleransi aktivitas

D. INTERVENSI

NO DX. KEPERAWATAN NOC NIC


1. Domain 4. Aktivitas/istirahat Setelah dilakukan Domain 2. Fisiologis
Kelas 4. Respon masalah komplek
kardiovaskular/pulmonal keperawatan Kelas N. Manajemen
00204. Ketidakefektifan perawatan emboli : perfusi jaringan
perfusi jaringan perifer perifer selama 16- 4104. perawatan
30 menit, diharap emboli : perifer
masalah dapat o Evaluasi semua
teratasi dengan dada, bahu,
kriteria hasil : punggung atau
Domain II. nyeri pleuritik
Kesehatan fisiologi ( yaitu
Kelas F. Jantung memeriksa
paru intensitas,
0407. perfusi lokasi,
jaringan perifer radiasi,durasi,
o 040727 dan suhu ujung
tekanan kaki dan
darah tangan )
sistolik ( 3- o Monitor nyeri
5) didaerah yang

15
o 040728 terkena
tekanan o Monitor tanda-
darah tanda sirkulasi
diastolik vena menurun
( 3-5 ) diujung kaki
o 040740 dan tangan yang
nilai rata- terkena
rata ( misalnya
tekanan pembesaran
darah ( 3- lingkar ujung
5) kaki dan
tangan )
o Berikan obat
antikoagulan.
2. Domain . aktivitas/istirahat Setelah dilakukan Domain 1. Fisiologis :
Kelas 4. Respon tindakan dasar
kardiovaskular/pulmonal keperawatan Kelas A. Manajemen
00092. Intoleransi aktivitas manajemen energi aktivitas dan latihan
selama 16-30 0180. manajemen energi
menit, diharap o Kaji status
masalah dapat fisiologis pasien
teratasi dengan yang
kriteria hasil : menyebabkan
Domain I. Fungsi kelelahan sesuai
kesehatan dengan konteks
Kelas A. usia dan
Pemeliharaan perkembang
energi o Anjurkan psien
0005. toleransi mengungkapkan
terhadap aktivitas perasaan secara
o 000504 verbal
tekanan mengenai
darah keterbatasan
sistolik yang dialami
ketika o Pilih intervensi
beraktivitas untuk
( 3-5 ) mengurangi

16
o 000505 kelelahan baik
tekanan secara
darah farmakologis
diastolik maupun non
ketika farmakologis,
beraktivitas dengan tepat
( 3-5) o Tetukan jenis
o 000510 dan banyaknya
jarak aktivitas yang
berjalan dibutuhkan
( 3-5 ) untuk menjaga
ketahanan.

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertensi pada ibu hamil merupakan tekanan darah tinggi yang terjadi saat
hamil. Biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, dan setelah melahirkan
hipertensi ini bisa hilang. Biasanya hipertensi ini dialami oleh ibu yang sebelum
hamil tidak menderita tekanan darah tinggi. Ibu hamil yang sudah menderita tekanan
darah tinggi 140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan
diastolik 15 mmHg di atas nilai normal ( Junaidi, 2010 ).

B. SARAN
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat memberikan
informasi mengenai pengetahuan terhadap manifestasi klinis Hipertensi
pada ibu hamil. Diharapkan kepada pemerintah dan dinas kesehatan agar
lebih meningkatkan peran sertanya dalam mengurangi angka kejadian
Hipertensi pada ibu hamil. Bagi civitas akademik hendaknya dapat
meneruskan penelitian ini lebih lanjut.

18
DAFTAR PUSTAKA

R. Buettner, Jennifer. Kedaruratan Medik Untuk Perawat Dan Paramedik. Tangerang:


Karisma Publishing
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Nugroho, Taufan. Dkk. 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha
Medika

19

Anda mungkin juga menyukai