Anda di halaman 1dari 31

ATELEKTASIS

MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sistem Respirasi
Dosen : Ns. Rangga Saputra, S.Kep

DISUSUN OLEH:
1. MEGA ARISKA 16213071
2. MELISA SAPUTRI 16213073
3. MUHAMAD RUSTAMI 16213079
4. NADIA ARYANI 16213083
5. NURLAELAH 16213092
6. NURUL KHOTIMAH 16213094
7. NURYANTI O 16213096
8. PAJRIYAH 16213097
9. PUTRI LADIA 16213102
10. RANI TRIANI 16213105
11. RATU DISA R.H 16213106

Program Studi S1 Keperawatan


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI
TANGERANG
2016 - 2017
KATA PENGANTAR

i
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah Sistem Respirasi
dengan topik “Atelektasis”.

Adapun tujuan kami menyusun makalah ini untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan kami, penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya tentang
Atelektasis. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini diantaranya ucapan terima kasih kepada
Dosen Pengajar Ns. Rangga Saputra, S.Kep yang telah memberikan tugas penting untuk
berkembangnya pengetahuan tentang Atelektasis. Namun, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat konstruksi demi kemajuan dimasa yang akan datang.
Kami berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas kurang dan lebihnya makalah ini, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tangerang, November 2017


    

                              


Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ............................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ............................................................................................................... 3
2.3 Gejala ................................................................................................................. 5
2.4 Klasifikasi .......................................................................................................... 5
2.5 Patofisiologi ....................................................................................................... 6
2.6 Pathway .............................................................................................................. 8
2.7 Manifestasi Klinis .............................................................................................. 9
2.8 Komplikasi.......................................................................................................... 9
2.9 Pemeriksaan Pada Atelektasis ............................................................................ 10
2.10 Pentalaksanaan .................................................................................................. 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus .................................................................................................................. 12
3.2 Analisa Data ....................................................................................................... 12
3.3 Prioritas Masalah ................................................................................................ 14
3.4 Intervensi ............................................................................................................ 14
3.5 Implementasi & Evaluasi ................................................................................... 16
BAB IV ANALISA JURNAL
4.1 SWOT Jurnal ...................................................................................................... 26
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 27
5.2 Saran ................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat
meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau
pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang
lebih muda daripada anak yang lebih tua dan remaja. Stenosis dengan penyumbatan
efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (atau kolaps) dari suatu
lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula kelainan-kelainan lain di
samping tidak adanya udara daripada lobus dan posisi yang disebabkannya daripada
dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.
Penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis pertama kali di Indonesia
ditemukan pada tahun 1971. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah,
sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia. Sejak pertama kali
ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah
maupun luas wilayah. Di Indonesia insiden terbesar terjadi pada 1998, dengan
Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999
IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung
meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan
23,87 (tahun 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Ateletaksis ?
2. Apa saja etiologi Ateletaksis?
3. Apa gejala Ateletaksis ?
4. Apa saja klasifikasi pada Ateletaksis?
5. Bagaimana patofisiologi pada Ateletaksis?
6. Bagaimana pathway (perjalanan penyakit) pada Ateletaksis ?
7. Apa saja manifestasi klinis pada Ateletaksis ?
8. Apa saja komplikasi pada Ateletaksis ?
9. Apa saja pemeriksaan pada Ateletaksis ?
10. Bagaimana penatalaksanaan pada Ateletaksis ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan definisi Ateletaksis
2. Mendeskripsikan etiologi Ateletaksis
3. Mendeskripsikan gejala Ateletaksis
4. Mendeskripsikan klasifikasi pada Ateletaksis
5. Mendeskripsikan patofisiologi pada Ateletaksis
6. Mendeskripsikan pathway (perjalanan penyakit) pada Ateletaksis
7. Mendeskripsikan manifestasi klinis pada Ateletaksis
8. Mendeskripsikan komplikasi pada Ateletaksis
9. Mendeskripsikan pemeriksaan pada Ateletaksis
10. Mendeskripsikan penatalaksanaan pada Ateletaksis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kolapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang kolaps tidak
mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas.Kondisi ini
mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk prosesdifusi dan kecepatan
pernafasan berkurang. ( Elizabeth J.Corwin , 2009)
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal.
( Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson 2006)
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus ataupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal. Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru, kolap ini dapat
meliputi subsegmen paru atau keseluruhan paru.

2.2 Etiologi
Atelektasis sering kali terjadi setelah penggunaan anestesi untuk pembedahan.
Anestesi yang digunakan pada saat pembedahan dapat menyebabkan perubahan pada
pola pernapasan, serta penyerapan gas asing dan tekanan pada paru-paru. Kondisi
tersebut dapat menyebabkan alveoli menjadi mengempis dan menimbulkan
atelektasis. Selain disebabkan oleh anestesi, penyebab atelektasis juga bisa berbeda-
beda, baik pada kasus atelektasis obstruktif maupun non-obstruktif.

1. Atelektasis Obstruktif :
a. Sumbatan Cairan Mukus

Atelektasis obstruktif dapat terjadi dikarenakan adanya penggumpalan lendir


atau cairan mukus yang menyebabkan aliran udara dari trakea ke alveoli
menjadi terganggu. Sumbatan cairan mukus sering terjadi pada saat
pembedahan dikarenakan akumulasi cairan mukus tidak bisa dikeluarkan
melalui batuk atau muntahan. Sumbatan cairan mukus juga dapat terjadi pada
anak-anak, penderita cystis fibrosis, atau pada orang yang mengalami serangan
asma berat.

3
b. Benda Asing
Atelektasis obstruktif sangat umum terjadi pada anak-anak yang tidak sengaja
menghisap benda asing seperti kacang atau mainan dan masuk ke paru-paru.
c. Penyempitan Saluran Udara Bronkus
Infeksi kronis seperti infeksi jamur, tuberkulosis (TBC) dan penyakit lain dapat
melukai dan mempersempit bronkus.
d. Tumor pada saluran bronkus besar
Tumor yang tumbuh di daerah saluran udara bronkus dapat menghalangi aliran
udara.
e. Gumpalan darah
Jika terdapat perdarahan pada paru-paru dan penderita tidak bisa mengeluarkan
darah tersebut, maka penggumpalan bisa terjadi dan menghalangi aliran udara
masuk ke alveoli.
2. Sama seperti pada kasus atelektasis obstruktif, faktor yang menyebabkan terjadinya
atelektasis non-obstruktif juga bermacam-macam, namun tergantung kepada
jenisnya.
a. Atelektasis relaksasi dapat disebabkan oleh :
 Efusi pleura, yaitu munculnya cairan pada paru-paru
 Pneumotoraks
 Emfisema bulosa
b. Atelektasis kompresi dapat disebabkan oleh:
 Benjolan pada dinding otot dada, selaput paru-paru, atau di dalam jaringan
parenkim paru-paru
 Gumpalan cairan pada selaput paru-paru
c. Atelektasis adhesif dapat disebabkan oleh:
 Penyakit membran hialin
 Sindrom stres pernapasan akut (ARDS)
 Menghirup asap atau rokok
 Operasi bypass
 Uremia, yaitu meningkatnya kadar ureum dalam darah karena adanya
kegagalan fungsi ginjal
 Napas pendek berkepanjangan

4
d. Atelektasis sikatrik dapat disebabkan oleh:
 Fibrosis pulmonal idiopatik
 TBC kronis
 Infeksi jamur
 Fibrosis radiatif

2.3 Gejala
Gejala yang muncul pada atelektasis sulit diamati karena tidak muncul secara
cepat. Gejala atelektasis yang muncul bergantung pada ukuran paru-paru yang terkena
atelektasis, adanya penyumbatan pada bronkus, atau adanya infeksi yang dapat
memperparah atelektasis. Secara umum, gejala atelektasis bisa berupa :
1. Sulit bernapas (dispnea)
2. Batuk
3. Napas cepat dan pendek
Jika atelektasis terjadi akibat adanya penyumbatan atau halangan pada bronkus,
dapat timbul gejala-gejala berikut:
1. Nyeri pada daerah yang terkena atelektasis
2. Dispnea yang terjadi secara tiba-tiba
3. Sianosis, yaitu kebiruan pada kulit, bibir, dan ujung-ujung jari karena kekurangan
oksigen
4. Meningkatnya denyut jantung (takikardia)
5. Tekanan darah rendah (hipotensi)
6. Demam
7. Syok

2.4 Klasifikasi
1. Atelektasis obstruktif
Ini merupakan jenis atelektasis yang paling sering terjadi.
Atelektasis obstruktif muncul akibat saluran antara trakea
(tenggorokan) dengan alveoli terhalangi, sehingga gas karbon
dioksida yang seharusnya dibuang diserap kembali oleh darah di
alveoli. Obstruksi yang terjadi pada atelektasis obstruktif dapat
diakibatkan oleh tumor, benda asing, atau sumbatan lendir

5
mukosa. Obstruksi pada atelektasis obstruktif dapat terjadi pada
bronkus besar (lobular) maupun bronkus kecil (segmental).
2. Atelektasis non-obstruktif
Atelaksis jenis ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub jenis, di
antaranya:
 Atelektasis relaksasi
Kondisi ini terjadi akibat membran dalam paru-paru (pleura
viseralis) kehilangan kontak dengan membran luar paru-paru
(pleura parietalis), baik karena adanya cairan atau udara di
rongga pleura.
 Atelektasis kompresi
Kondisi ini terjadi akibat munculnya lesi pada rongga dada yang
menekan paru-paru dan mendorong udara keluar dari alveoli,
sehingga mengurangi volume paru-paru.
 Atelektasis adhesif
Kondisi ini terjadi akibat kekurangan surfaktan pada paru-paru.
Surfaktan pada paru-paru berfungsi untuk mengurangi tekanan
permukaan pada alveoli. Kekurangan surfaktan dapat
menyebabkan terjadinya pengempisan alveoli.
 Atelektasis sikatrik
Pada kondisi ini, berkurangnya volume alveoli adalah akibat
kerusakan atau luka pada dinding alveoli karena penyakit
granulomatosa atau nekrosis paru-paru.
 Atelektasis replacement
Atelektasis ini terjadi akibat alveoli pada seluruh segmen paru-
paru dipenuhi atau digantikan oleh sel-sel tumor, misalnya pada
karsinoma sel bronkioalveolar, sehingga volume udara pada paru-
paru berkurang.

2.5 Patofisiologi
Obstruksi bronkhial karena adanya benda asing atau sumbatan eksudat kental
yang mengganggu saluran pernapasan dan menghambat udara masuk ke zona alveolus
dapat menyebabkan atelektasis. Udara yang berada dalam alveolus menjadi sulit

6
untuk keluar dari alveolus dan akan terabsorpsi sedikit demi sedikit ke aliran darah
yang menyebabkan alveolus kolaps (untuk mengembangkan alveolus yang kolaps
total diperlukan tekanan udara yang lebih besar seperti halnya seseorang harus
meniup balon lebih keras pada waktu mulai mengembangkan balon). Mekanisme ini
dikenal dengan atelektasis absorpsi dan dapat disebabkan oleh obstruksi bronkhus
intrinsik atau ekstrinsik.
Obstruksi bronkhus intrinsik paling sering disebabkan oleh sekret atau eksudat
yang tertahan, sedangkan obstruksi ekstrinsik pada bronkhus biasanya disebabkan
oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma, atau jaringan parut
paru akibat dari hiperakvitas dari proses tuberkulosis paru. Risiko atelektasis
meningkat pada klien dengan penurunan mekanis ketika melakukan ventilasi seperti
saat klien yang harus melakukan posisi supinasi, membebat dada karena nyeri, depresi
pernapasan akibat opioid, sedatif, retakan otot, dan distensi abdomen. Penderita
atelektasis biasanya banyak dijumpai pada balita yang lahir prematur dimana paru
tidak dapat mengembang dengan sempurna sehingga paru tampak padat dan kempis.
Namun atelektasis juga bisa terjadi pada dewasa yang mengalami obstruksi jalan
nafas (bronkus) jika terjadi penyumbatan dalam saluran nafas maka udara di dalam
alveoli akan terserap ke dalam aliran dalah sehingga alveoli akan terserap ke dalam
aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat.
Atelektasis juga dapat terjadi akibat tekanan pada jaringan paru yang
menghambat ekspansi normal paru pada saat inspirasi. Mekanisme ini disebut dengan
atelektasis tekanan. Proses tekanan tersebut dapat diakibatkan oleh adanya
penumpukan cairan di dalam thoraks (efusi pleura), udara di dalam rongga pleura
(pneumothoraks), pembesaran jantung, distensi perikardium oleh cairan (efttsi
perikardial), pertumbuhan tumor di dalam thoraks, atau kenaikan diafragma ke arah
atas akibat adanya tekanan abdominal yang dialami klien. Penderita dengan
atelektasis jika tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kematian.

7
2.6 Pathway

Efusi pleura, Ekstrinsik: neoplasma, Intrinsik: sekret, benda


pneumothoraks pembesaran KGB, asing
aneurisma, jaringan parut

Kompresi paru Obstruksi


Akumulasi sekret
bronkus
Bronkus terjepit
Gg. Bersihan
Udara dari luar tidak
jalan nafas
Ekspansi paru dapat masuk kedalam
tidak maksimal alveoli

Sesak nafas Udara alveoli terserap


kedalam aliran darah

Gg. Alveoli terisi


Alveoli menciut dan
Pertukaran sel darah,
memadat
gas lendir, serum

Intoleransi Hipoksi kapiler


Nyeri akut aktivitas dan jaringan Bakteri, virus
masuk

CRT > 3 detik,


sianosis Infeksi

Gg. Perfusi Proses


jaringan peradangan

Hipertermi
8
2.7 Manifestasi Klinis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak napas
yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala
sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Gejalanya bisa
berupa gangguan pernafasan, nyeri dada dan batuk. Jika disertai infeksi bias terjadi
demam dan peningkatan denyut jantung, kadang bias terjadi syok (tekanan darah
sangat rendah).
Gejala tergantung pada berapa banyak dari paru-paru yang terlibat. Seseorang
mungkin tidak menyadari atelektasis jika hanya sebagian kecil dari paru-paru yang
terlibat. Tetapi jika sebagian besar paru-paru yang terlibat, seseorang mungkin
memiliki gejala-gejala berikut :
 Sesak nafas
 Kelelahan
 Demam
 Nyeri dada pada sisi yang terkena
 Sianosis, warna biru di kulit menunjukan bahwa jaringan kekurangan oksigen

2.8 Komplikasi
Jika atelektasis tidak ditangani dengan baik, dapat muncul komplikasi-
komplikasi sebagai berikut:
1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi pada saat darah mengalami kekurangan oksigen.
Hal ini disebabkan karena atelektasis menghambat kemampuan paru-paru untuk
menyuplai oksigen melalui alveoli.
2. Pneumonia

9
Atelektasis, terutama atelektasis obstruktif akibat gumpalan cairan mukus, dapat
memicu terjadinya infeksi, dan salah satunya adalah pneumonia. Tidak hanya itu,
apabila pneumonia terjadi, maka risiko penderita untuk terkena sepsis juga ada.
3. Kegagalan pernapasan
Atelektasis masih dapat diobati jika hanya terjadi pada sebagian kecil paru-paru.
Akan tetapi, jika atelektasis sudah menyebar ke satu segmen atau bahkan ke
seluruh bagian paru-paru, terutama pada penderita penyakit paru-paru atau anak
kecil, maka dapat menyebabkan kegagalan pernapasan atau bahkan kematian.
4. Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh kerusakan,
penebalan, dan pelebaran secara permanen pada saluran bronkus.

2.9 Pemeriksaan Pada Atlektasis


a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru yang terjadi. Hasil
pemeriksaan fisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang sering ditemukan
adalah :
1. Inspeksi → berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit
2. Palpasi → fremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser ke arah sisi yang
sakit
3. Perkusi → pekak atau datar
4. Auskustasi → suara pernapasan tidak terdengar
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologis : Pada atelektasis dengan penyebab TB paru sering
ditemukan adanya infiltrat khas TB paru dan gambaran adanya atelektasis paru
c. Pemeriksaan Laboratorium
1. Bronkoskopi
2. Dapat ditemukan obstruksi
3. Corpus alienum

2.10 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan yaitu untuk mengeluarkan dahak atau benda
asing dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.

10
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya
3. Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
5. Postural drainase
6. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
8. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena
mungkin perlu diangkat. Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap
biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau
tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Tn. S usia 45 tahun datang ke RS.X dengan keluhan sesak berat sejak 2 hari
yang lalu. Pasien mengatakan sesak terasa saat aktifitas maupun istirahat. Tn.S juga
mengeluh batuk berdahak berwarna hijau sejak 2 hari. Sebelum masuk RS Tn.S
mengeluh nyeri dada dan punggung kiri nyeri dirasakan tajam seperti tertusuk
terutama saat batuk dan menarik nafas. Skala nyeri 7. Setelah dilakukan pengkajian
TD 100/80 mmHg, Nadi 120x/menit, Suhu 39 0C, RR 28 x/menit. Terdapat suara
tambahan ronchi. Leukosit 12.300, PCO2 64 mmHg, PaO2 60 mmHg, HCO3 37
mmol/L, BE 9,4, SaO2 85%, PH arteri 7,00. Pasien tampak gelisah dan keluar
keringat berlebih. Bibir pasien tampak sianosis.

3.2 Analisa Data


Data Diagnosa Keperawatan
1. Ds : Domain 12 : Kenyamanan
Tn.S mengeluh Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
P : Nyeri dada kiri 00132 : Nyeri Akut
Q : Seperti ditusuk
R : Dada sebelah kiri
S : Skala nyeri 7
T : Saat batuk dan menarik nafas

Do :
- Pasien tampak gelisah

12
- TTV : TD 100/80 mmHg, Nadi 120
x/menit
2. Ds : Domain 11 : Keamanan / Perlindungan
Pasien mengatakan : Kelas 2 : Cedera Fisik
- Sesak sejak 2 hari yang lalu 00031 : Ketidakefektifan Bersihan
- Batuk berdahak berwarna hijau Jalan Nafas

Do :
- Nadi 120 x/menit
- RR 28 x/menit
- Terdengar suara tambahan ronchi
- Tampak gelisah
3. Ds : Domain 11 : Keamanan / Perlindungan
Pasien tidak dapat dikaji Kelas 6 : Termoregulasi
00007 : Hipertermia
Do :
- Tampak gelisah
- Pasien tampak mengeluarkan keringat
berlebih
- Suhu 390C, TD 100/80 mmHg
4. Ds : Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran
Pasien mengeluh : Kelas 4 : Fungsi Respirasi
- Terasa sesak saat beristirahat maupun 00030 : Gangguan Pertukaran Gas
beraktifitas

Do :
- Bibir pasien tampak sianosis
- Tampak gelisah
- Tampak keluar keringat berlebih
- Hasil AGD :
 PCO2 64 mmHg
 HCO3 37 mmol/L
 PaO2 60 mmHg
 BE 9,4

13
 SaO2 85%
 PH arteri 7,00

3.3 Prioritas Masalah


Prioritas Masalah Ke- Diagnosa Keperawatan
I Domain 11 : Keamanan / Perlindungan
Kelas 2 : Cedera Fisik
00031 : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
II Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran
Kelas 4 : Fungsi Respirasi
00030 : Gangguan Pertukaran Gas
III Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
00132 : Nyeri Akut
IV Domain 11 : Keamanan / Perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi
00007 : Hipertermia

3.4 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Domain 11 : Setelah dilakukan tindakan Domain 2: Fisiologis Kompleks
Keamanan / keperawatan Manajemen Jalan Kelas K : Manajemen
Perlindungan Nafas diharapkan masalah Pernafasan
Kelas 2 : Cedera dapat teratasi dengan rentang 3140 : Manajemen Jalan Nafas
Fisik waktu 16-30 menit, dengan - Posisikan pasien untuk
00031 : kriteria hasil memaksimalkan ventilasi.
Ketidakefektifan Domain 2 : Kesehatan - Buang sekret dengan
Bersihan Jalan Fisiologi memotivasi pasien untuk
Nafas Kelas E : Jantung paru melakukan batuk atau
0410 : Status Pernafasan : menyedot lendir.
Kepatenan Jalan Nafas - Motivasi pasien untuk bernafas
(041004) Frekuensi pernafasan pelan, dalam dan batuk efektif
(1-5) - Instruksikan bagaimana agar
(041007) Suara nafas bisa melakukan batuk efektif
tambahan (1-5)
(041015) Dispnea saat istirahat
(1-5)

14
2. Domain 3 : Setelah dilakukan tindakan Domain 2 : Fisiologis Kompleks
Eliminasi dan keperawatan Monitor Kelas K : Manajemen
Pertukaran Pernafasan diharapkan Pernafasan
Kelas 4 : Fungsi masalah dapat teratasi dengan 3350 : Monitor Pernafasan
Respirasi rentang waktu 15 menit atau - Monitor kecepatan, irama,
00030 : kurang, dengan kriteria hasil kedalaman dan kesulitan
Gangguan Domain 2 : Kesehatan bernafas
Pertukaran Gas Fisiologi - Monitor suara nafas tambahan
Kelas E : Jantung paru seperti ngorok atau mengi
0402 Status Pernafasan : - Monitor pola nafas (seperti
Pertukaran Gas bradipneu, takipneu,
(040208) Tekanan parsial pernafasan 1:1)
oksigen di daerah arteri (1-5) - Monitor saturasi oksigen pada
(040209) Tekanan parsial pasien yang tersedasi
karbondioksida didarah arteri - Auskultasi suara nafas, catat
(1-5) area dimana terjadi penurunan
(040210) PH arteri (1-5) atau tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan
3. Domain 12 : Setelah dilakukan tindakan Domain 1 : Fisiologi Dasar
Kenyamanan keperawatan Manajemen Kelas E : Peningkatan
Kelas 1 : Nyeri diharapkan masalah Kenyamanan Fisik
Kenyamanan dapat teratasi dengan rentang 1400 : Manajemen nyeri
Fisik waktu lebih dari 1 jam dengan - Lakukan pengkajian nyeri
00132 : Nyeri kriteria hasil kompherensif yang meliputi
Akut Domain 5 : Kondisi Kesehatan lokasi, karakteristik, frekuensi,
Yang Dirasakan kualitas, intesitas atau beratnya
Kelas V : Status Gejala nyeri dan faktor pencetus.
2102 : Tingkat Nyeri - Gali bersama pasien faktor-
(210208) Tidak bisa istirahat faktor yang yang dapat
(1-3) menurunkan atau
(210225) Mengeluarkan memperlambat nyeri.
keringat (1-3) - Evaluasi pengalaman nyeri
(210226) Berkeringat berlebih dimasa lalu yang meliputi
(1-3) riwayat nyeri individu atau
keluarga atau nyeri yang
menyebabkan
ketidakmampuan yang tepat.
- Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
4. Domain 11 : Setelah dilakukan tindakan Domain 2 : Fisiologi Kompleks
Keamanan / keperawatan Perawatan Kelas M : Termoregulasi
Perlindungan Hipertermia diharapkan 3786 : Perawatan Hipertermia
Kelas 6 : masalah dapat teratasi dengan - Monitor suhu pasien,
Termoregulasi rentang waktu 16-30 menit, menggunakan alat pengukur
00007 : dengan kriteria hasil dan rute yang tepat

15
Hipertermia Domain 2 : Kesehatan - Bebaskan pasien dari
Fisiologi lingkungan yang dingin
Kelas I : Pengaturan Regulasi - Bagi panas tubuh, gunakan
0800 : Termoregulasi baju yang tidak terlalu tebal
(080013) Tingkat pernafasan untuk memfasilitasi
(1-3) pemindahan panas
(080019) Hipertermia (1-3) - Monitor adanya syok
(080014) Dehidrasi (1-3) pemanasan kembali
- Monitor warna dan suhu kulit

3.5 Implementasi
Hari Ke-1
No Diagnosa Hari / Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan Tgl /
jam
1. Domain 11 : Senin, - Mengobservasi S:
Keamanan / 27 TTV - Pasien
Perlindungan Novem TD 100/80 mengatakan
Kelas 2 : Cedera ber mmHg, Nadi sesak terasa
Fisik 2017 120x/menit, RR karna banyak
00031 : 08.00 28 x/menit lendir yang
Ketidakefektifan - Memposisikan dirasakan
Bersihan Jalan pasien untuk menumpuk
Nafas memaksimalkan
ventilasi O:
- Membuang sekret - TTV
dengan TD 100/80
memotivasi mmHg, Nadi
pasien untuk 120x/menit, RR
melakukan batuk 28 x/menit
atau menyedot - Pasien tampak
lendir masih sesak
karna sekret
yang masih
menumpuk
- Suara nafas
tambahan
Ronchi(+)

A:
Masalah teratasi
sebagian

P:
Lanjutkan
intervensi
- Kaji TTV
secara berkala

16
- Motivasi pasien
untuk bernafas
pelan, dalam
dan batuk
efektif
- Instruksikan.
bagaimana agar
bisa melakukan
batuk efektif
2. Domain 3 : Senin, - Memonitor S:
Eliminasi dan 27 kecepatan, irama, - Pasien
Pertukaran Novem kedalaman dan mengatakan
Kelas 4 : Fungsi ber kesulitan sesak masih
Respirasi 2017 bernafas dirasakan
00030 : 09.00 - Memonitor suara
Gangguan nafas tambahan O:
pertukaran gas seperti ngorok - Pasien tampak
atau mengi gelisah karna
- Memonitor pola sesak
nafas (seperti - Auskultasi suara
bradipneu, tamabahan
takipneu, ronchi
pernafasan 1:1) - Hasil AGD :
- Hasil AGD :  PCO2 64
 PCO2 64 mmHg
mmHg  HCO3 37
 HCO3 37 mmol/L
mmol/L  PaO2 60
 PaO2 60 mmHg
mmHg  BE 9,4
 BE 9,4  SaO2 85%
 SaO2 85%  PH arteri
 PH arteri 7,00 7,00
- Suara nafas
tambahan
ronchi (+)

A:
Masalah teratasi
sebagian

P:
Lanjutkan
intervensi
- Monitor saturasi
oksigen pada
pasien yang
tersedasi
- Auskultasi suara
nafas, catat area

17
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
3. Domain 12 : Senin, - Melakukan S:
Kenyamanan 27 pengkajian nyeri - Pasien
Kelas 1 : Novem kompherensif mengatakan
Kenyamanan ber yang meliputi P : Nyeri dada
Fisik 2017 lokasi, kiri
00132 : Nyeri 11.00 karakteristik, Berkurang
Akut frekuensi, Q : Seperti
kualitas, intesitas ditusuk
atau beratnya R : Dada sebelah
nyeri dan faktor kiri
pencetus S : Skala nyeri 7
P : Nyeri dada T : Saat batuk
kiri dan menarik
Q : Seperti nafas
ditusuk
R : Dada sebelah O:
kiri Pasien tampak
S : Skala nyeri 7 - Pucat
T : Saat batuk - Berkeringat
dan menarik - menahan rasa
nafas nyeri
- Menggali
bersama pasien A:
faktor-faktor Masalah teratasi
yang yang dapat sebagian
menurunkan atau
memperlambat P:
nyeri Lanjutkan
- Mengevaluasi intervensi
pengalaman nyeri - Berikan
dimasa lalu yang informasi
meliputi riwayat mengenai nyeri,
nyeri individu seperti penyebab
atau keluarga nyeri, berapa
atau nyeri yang lama nyeri akan
menyebabkan dirasakan, dan
ketidakmampuan antisipasi dari
yang tepat ketidaknyamanan
akibat prosedur
- Ajarkan prinsip-
prinsip
manajemen nyeri
- Ajarkan
penggunaan

18
teknik non
farmakologi
(seperti hypnosis,
relaksasi, terapi
musik,
akupreassur)
- Pastikan
perawatan
analgesik bagi
pasien dilakukan
dengan
pemantauan yang
ketat
4. Domain 11 : Senin, - Memonitor suhu S :
Keamanan / 27 pasien, - Pasien
Perlindungan Novem menggunakan mengatakan
Kelas 6 : ber alat pengukur dan tubuh merasa
Termoregulasi 2017 rute yang tepat panas
0
00007 : 11.30 Suhu 39 C
Hipertermia - Membebaskan O:
pasien dari Suhu 390C
lingkungan yang
dingin A:
- Membagi panas Masalah teratasi
tubuh, gunakan sebagian
baju yang tidak
terlalu tebal P:
untuk Lanjutkan
memfasilitasi intervensi
pemindahan - Memonitor suhu
panas pasien,
menggunakan
alat pengukur dan
rute yang tepat
- Monitor adanya
syok pemanasan
kembali
- Monitor warna
dan suhu kulit

Hari Ke-2
No Diagnosa Hari / Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan Tgl /
Jam
1. Domain 11 : Selasa, - Mengobservasi S:
Keamanan / 28 TTV Pasien mengatakan
Perlindungan Novem TD 110/80 - Sudah merasa
Kelas 2 : Cedera ber mmHg, Nadi lebih baik sedikit
Fisik 2017 110x/menit, RR pada

19
00031 : 08.00 25 x/menit pernafasannya
Ketidakefektifan - Memotivasi karna mampu
Bersihan Jalan pasien untuk mengeluarkan
Nafas bernafas pelan, sekret dengan
dalam dan batuk menggunakan
efektif teknik batuk
- Menginstruksikan efektif
bagaimana agar
bisa melakukan O:
batuk efektif - TTV
TD 110/80
mmHg, Nadi
110x/menit, RR
25 x/menit
- Mampu
mengeluarkan
sekret sedikit tapi
sering
- Suara nafas
tambahan ronchi
(-)

A:
Masalah teratasi
sebagian

P:
Lanjutkan
intervensi
- Mengobservasi
TTV secara
berkala
- Posisikan pasien
untuk
meringankan
sesak nafas
- Buang sekret
dengan
memotivasi
pasien untuk
melakukan batuk
atau menyedot
lendir.
2. Domain 3 : Selasa, - Memonitor S:
Eliminasi dan 28 saturasi oksigen - Pasien
Pertukaran Novem pada pasien mengatakan
Kelas 4 : Fungsi ber - Mengauskultasi sesak mulai
Respirasi 2017 suara nafas, catat berkurang
00030 : 08.30 area dimana
Gangguan terjadi penurunan O:

20
Pertukaran Gas atau tidak adanya - Hasil AGD :
ventilasi dan  PCO2 50
keberadaan suara mmHg
nafas tambahan  HCO3 30
- Hasil AGD :
mmol/L
 PCO2 50
mmHg  PaO2 60
mmHg
 HCO3 30
mmol/L  BE 9,0
 PaO2 60  SaO2 90%
mmHg  PH arteri 7,12
 BE 9,0 - Suara nafas
tambahan ronchi
 SaO2 90%
(-)
 PH arteri 7,12
- Pasien tampak
lebih tenang
dengan kondisi
tidak terlalu sesak

A:
Masalah teratasi
sebagian

P:
Lanjutkan
intervensi
- Monitor
kecepatan, irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas
- Monitor suara
nafas tambahan
seperti ngorok
atau mengi
- Auskultasi suara
nafas
- Monitor hasil
AGD
- Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (misal
nebulizer)
3. Domain 12 : Selasa, - Memberikan S:
Kenyamanan 28 informasi - Pasien
Kelas 1 : Novem mengenai nyeri, mengatakan
Kenyamanan ber seperti penyebab P : Nyeri dada
Fisik 2017 nyeri, berapa kiri berkurang

21
00132 : Nyeri 09.00 lama nyeri akan Q : Seperti
Akut dirasakan, dan ditusuk
antisipasi dari R : Dada sebelah
ketidaknyamanan kiri
akibat prosedur S : Skala nyeri 5
- Mengajarkan T : Saat batuk
prinsip-prinsip O:
manajemen nyeri Pasien tampak
- Mengajarkan mampu mengikuti
penggunaan penggunaan teknik
teknik non non farmakologi
farmakologi saat nyeri dirasa
(seperti hypnosis, dengan
relaksasi, terapi penggunaan teknik
musik, hypnosis
akupreassur)
- Memastikan A:
perawatan Masalah teratasi
analgesik bagi sebgaian
pasien dilakukan
dengan P:
pemantauan yang Lanjutkan
ketat intervensi
- Pertahankan
penggunaan
teknik non
farmakologi
(seperti hypnosis,
relaksasi, terapi
musik,
akupreassur)
- Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri
- Libatkan
keluarga dalam
modalitas
penurunan nyeri,
jika
memungkinkan
4. Domain 11 : Selasa, - Memonitor suhu S :
Keamanan / 28 pasien, - Pasien
Perlindungan Novem menggunakan mengatakan
Kelas 6 : ber alat pengukur dan panas mulai
Termoregulasi 2017 rute yang tepat berkurang dari
0
00007 : 09.30 Suhu 38 C tubuhnya.
Hipertermia - Monitor adanya
syok pemanasan O:

22
kembali Suhu 380C
- Monitor warna
dan suhu kulit A:
- Membasahi Masalah teratasi
permukaan tubuh sebagian
dan kipasi pasien
P:
Lanjutkan
intervensi
- Monitor suhu
pasien,
menggunakan
alat pengukur dan
rute yang tepat
- Batasi aktifitas
fisik
- Berikan metode
pendinginan
eksternal (misal
kompres dingin
pada leher,
abdomen, kulit
kepala, ketiak
dan
selangkangan)
sesuai kebutuhan

Hari Ke-3
No Diagnosa Hari / Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan Tgl /
Jam
1. Domain 11 : Rabu, - Mengobservasi S:
Keamanan / 29 TTV - Pasien
Perlindungan Novem TD 110/80 mengatakan
Kelas 2 : Cedera ber mmHg, Nadi sesak mulai
Fisik 2017 100x/menit, RR hilang dan nafas
00031 : 08.00 22 x/menit lebih lega karna
Ketidakefektifan - Memposisikan tidak merasakan
Bersihan Jalan pasien untuk lendir menumpuk
Nafas meringankan lagi.
sesak nafas
- Membuang sekret O:
dengan - TTV
memotivasi TD 110/80
pasien untuk mmHg, Nadi
melakukan batuk 100x/menit, RR
atau menyedot 22 x/menit
lendir - Pasien tampak
lebih ceria dan

23
tidak terlihat
sesak

A:
Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi
Lanjutkan
intervensi
Dx.Keperawatan
II,III,IV
2. Domain 3 : Rabu, - Monitor S:
Eliminasi dan 29 kecepatan, irama, Pasien mengatakan
Pertukaran Novem kedalaman dan - Lebih nyaman
Kelas 4 : Fungsi ber kesulitan saat sesak mulai
Respirasi 2017 bernafas berkurang
00030 : 08.30 RR 22 x/menit
Gangguan - Memonitor suara O:
Pertukaran Gas nafas tambahan - Hasil AGD :
seperti ngorok  PCO2 42
atau mengi mmHg
- Menauskultasi  HCO3 26
suara nafas.
Ronchi (-) mmol/L
- Monitor hasil  PaO2 60
AGD mmHg
Hasil AGD :  BE 9,0
 PCO2 42  SaO2 95%
mmHg  PH arteri 7,38
 HCO3 26 - Suara nafas
mmol/L tambahan.
 PaO2 60 Ronchi (-)
mmHg
 BE 9,0 A:
Masalah teratasi
 SaO2 95%
 PH arteri 7,38 P:
- Memberikan Hentikan intervensi
bantuan terapi Lanjutkan
nafas jika intervensi
diperlukan (misal Dx.Keperawatan
nebulizer) III,IV
3. Domain 12 : Rabu, - Mempertahankan S:
Kenyamanan 29 penggunaan - Pasien
Kelas 1 : Novem teknik non mengatakan nyeri
Kenyamanan ber farmakologi mulai tidak terasa
Fisik 2017 (seperti hypnosis, Skala nyeri 3
00132 : Nyeri 09.00 relaksasi, terapi

24
Akut musik, O:
akupreassur) Pasien tampak
- Mendukung lebih terlihat bugar
istirahat/tidur saat nyeri mulai
yang adekuat berkurang
untuk membantu
penurunan nyeri A:
- Melibatkan Masalah teratasi
keluarga dalam
modalitas P:
penurunan nyeri, Hentikan intervensi
jika Lanjutkan
memungkinkan intervensi
Dx.Keperawatan
IV
4. Domain 11 : Rabu, - Memonitor suhu S :
Keamanan / 29 pasien, - Pasien
Perlindungan Novem menggunakan mengatakan lebih
Kelas 6 : ber alat pengukur dan baik saat semua
Termoregulasi 2017 rute yang tepat keluhannya telah
0
00007 : 09.30 Suhu 36,7 C teratasi dan ingin
Hipertermia - Membatasi segera pulang
aktifitas fisik
- Memberikan O:
metode - Suhu 36,70C
pendinginan - Pasien tampak
eksternal (misal mampu
kompres dingin melakukan
pada leher, aktifitas ringan
abdomen, kulit kembali setelah
kepala, ketiak aktifitas dibatasi
dan beberapa saat.
selangkangan)
sesuai kebutuhan A :
Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi

25
BAB IV
ANALISA JURNAL
4.1 SWOT Jurnal
Jurnal S W O T
Aspirasi - Aspirasi Tindakan Faktor yang Faktor yang
benda asing benda asing bronkoskopi mempengaruhi menghambat
paku dengan jarum pentul pada aspirasi tindakan dalam tindakan
komplikasi tanpa benda tajam bronkoskopi bronkoskopi
atelektasis komplikasi paku dapat pada ateleksis pada aspirasi
dan aspirasi dengan menimbukan adalah : benda asing
benda asing menggunakan komplikasi yg - Umur paku yang
jarum pentul tindakan lain dengan - Keadaan menyebabkan
tanpa bronkoskopi gejala sesak umum atelektasis
komplikasi tanpa nafas, batuk dan - Lokasi benda adalah :
menimbulkan demam yang asing - Kurang nya
gejala apapun kemudian - Tajam atau pengalaman
- Dapat mengakibatkan tidak nya dari anggota
mengetahui atelektasis benda asing tim untuk
komplikasi tersebut melakukan
yang bisa - Lama atau tindakan
terjadi pada tidaknya benda bronkoskopi
aspirasi benda asing di - Kurangnya
asing di saluran kerjasama
saluran pernafasan - Alat yang
pernafasan terbatas untuk
adalah melakukan
atelektasis, tindakan
edema tersebut
mukosa paru,
trakitis,
bronkitis,
jaringan
granulasi dan
efusi pleura

26
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus ataupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal. Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru, kolap ini dapat
meliputi subsegmen paru atau keseluruhan paru. Gejala atelektasis yang muncul
bergantung pada ukuran paru-paru yang terkena atelektasis, adanya penyumbatan
pada bronkus, atau adanya infeksi yang dapat memperparah atelektasis.
Pemeriksaannya dengan bronkoskopi untuk menentukan cabang bronkus mana yang
tersumbat.

5.2 Saran
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat memberikan informasi
mengenai pengetahuan terhadap penyumbatan atau halangan pada bronkus yang
menyebabkan atelektasis. Diharapkan kepada pemerintah dan dinas kesehatan agar
lebih meningkatkan peran sertanya dalam mengurangi angka kematian akibat
atelektasis. Bagi civitas akademik hendaknya dapat meneruskan penelitian ini lebih
lanjut.

27
DAFTAR PUSTAKA

 Djojodibroto, Darmanto. 2009. ”Respirologi (Respiratory Medicine)”. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC
 Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
 Mayo.2010. Dasar-dasar Atelektasis. Mayo Foundation untuk Pendidikan dan
Penelitian Medis
 Price, Sylvia & M. Wilson, Lorraine.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 6.Jakarta: EGC

28

Anda mungkin juga menyukai