Contoh Kasus Keperawatan Jiwa Dan Role P
Contoh Kasus Keperawatan Jiwa Dan Role P
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman adalah hal yang tidak dapat terelakan dalam kehidupan.
Perkembangan zaman kian hari kian pesat. Mempunyai dampak secara menyeluruh dalam
kehidupan. Banyak orang berpikir perkembangan yang sangat pesat ini membawa banyak hal
positif kepada umat manusia. Tetapi tidak menutup kemungkinan hal yang positif ini berjajar
dengan hal yang negatif juga. Fenomena ini bisa kita tilik dengan sudut pandang dunia
kesehatan.
Dengan semakin berkembangnya kehidupan dan mordenisasi disemua bidang
kehidupan menimbulkan gejolak sosial yang cukup terasa dalam kehidupan manusia.
Terjadinya perang, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan salah satu pemicu yang
memunculkan stress, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa, salah satu contohnya
yaitu perilaku kekerasan.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan
oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah
tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh
keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama
perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari perilaku kekerasan?
2. Bagaimana factor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan?
3. Bagaimana factor presipitasi klien dengan perilaku kekerasan?
4. Bagaimana tanda dan gejala klien dengan perilaku kekerasan?
5. Bagaimana proses terjadinya masalah klien dengan perilaku kekerasan?
6. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan?
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep gangguan alam perasaan serta pendekatan asuhan
keperawatannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari perilaku kekerasan.
2. Mengidentifikasi factor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan.
3. Mengidentifikasi factor presipitasi klien dengan perilaku kekerasan.
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala klien dengan perilaku kekerasan.
5. Mengidentifikasi proses terjadinya masalah klien dengan perilaku kekerasan.
6. Mengidentifikasi asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000).
Suatu keadaan di mana seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998).
Sedangkan menurut Maramis (2004), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di
mana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan
termasuk orang lain dan barang-barang.
3.1 Kasus
Sdr. T (19 tahun) datang ke RSJ karena di rumah ia sering menyendiri, marah-marah
dan sering memukul-mukul diri ke tembok. Di awal pengkajian Sdr. T mengatakan “aku ini
sangat bodoh dan sangat memalukan. Kepandaianku sebanding dengan kebodohan seekor
keledai”. 2 minggu sebelum MRS Sdr T suka menyendiri dikamar, tak mau berinteraksi
dengan orang lain, tak mau makan minum dan mandi. Hal ini terjadi sejak ia mendapat kabar
buruk tentang dirinya. T yang pandai dalam semua bidang pelajaran menerima hasil UJIAN
NASIONAL yang menyatakan bahwa dirinya TIDAK LULUS ujian yang sangat
membuatnya malu dan merasa sangat bodoh dan membuatnya syok. T mengatakan “mengapa
ini terjadi padaku? Tuhan tidak adil. T selalu memukul orang yang menayakan tentang
ketidaklulusannya.
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Pengkajian
1. Data demografi
a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor rekam medik
c. Perawat menuliskan sumber data yang didapat
2. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan
tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari individu
dengan gangguan mood
5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri klien
a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)
b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebut
c. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat kegelisahan, keparahan
gangguan mood)
d. Sistem pendukung yang ada
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik
maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan riwayat penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau keluarga
tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan mood, tanda-tanda
kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
3.2.2 Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
DS: klien merasa tidak berguna, Gangguan konsep diri: harga diri rendah
merasa kosong
DO: kehilangan minat melakukan
aktivitas
DS: klien merasa minder kepada Isolasi sosial: menarik diri
kedua adiknya, sedih yang
berlebihan
DO: klien menghindar dan
mengurung diri
DS: Klien mengatakan benci atau perilaku kekerasan terhadap orang lain
kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras,pandangan tajam.
DS : Klien mengatakan benci atau Risiko tinggi mencederai orang lain
kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras,pandangan tajam.
Berduka disfungsional
Isolasi Sosial
Core Problem
Perilaku kekerasan
3.2.4 Intervensi
N Diagnosis Perencanaan Intervensi
O Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1 Resiko TUM:
mencederai diri Klien tidak
b.d perilaku mencederai diri
kekerasan sendiri Klien mau membalas
1.1.1 Beri salam atau anggil nama
TUK: salam 1.1.2 Sebutkan nama perawat
Klien dapat KLien mau menjabat sambil jabat tangan
membina hubungan tangan 1.1.3 Jelaskan maksud hubungan
saling percaya Klien mau menyebutkan interaksi
nama 1.1.4 Jelaskan tentang kontrak
Klien mau tersenyum yang akan dibuat
Klien mau kontak mata
1.1.5 Beri rasa aman dan sikap
Klien mau mengetahui empati
nama perawat 1.1.6 Lakukan kontak singkat tapi
sering
2. Klien dapat 2.1 Klien 2.1.1 Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perasaannya
penyebab perilaku perasaannya 2.1.2 Bantu klien
kekerasan 2.2 Klien dapat mengungkapkan penyebab
mengungkapkan perasaan jengkel atau kesal
perasaan jengkel ataupun
kesal
3.2.5 Evaluasi
12. Klien dapat membina hubungan saling percaya
13. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
14. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik
15. Klien mampu dan berupaya untuk memenuhi personal hygiene
16. Klien dapat meningkatkan harga diri
17. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
18. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari masalahnya
19. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
20. Klien mampu meningkatkan produktifitas dan membuat jadwal harian
PEMBAHASAN DAN SKENARIO
4.2 SKENARIO
Di sebuah kamar pasien Pav I no 3. Datanglah seorang perawat.
ORIENTASI
Suster : “Selamat pagi mas? Perkenalkan nama saya ners Gabby nur inayah, biasa dipanggil
ners Gabby, kalo boleh tau mas namanya siapa?suka di panggil apa?”
Pasien : (Diam saja sambil melotot)
Suster : “Mas, perkenalkan nama saya ners Gabby, mas namanya siapa?”
Pasien : “TARMIN”(dengan nada ketus)
Suster : “Ooh.. mas Tarmin, mas Tarmin hari ini kabarnya bagaimana?”
Pasien: (diam)
Suster : “mas Tarmin, suster nanya nih”
Pasien : (Diam)
Suster : “Kenapa mas Tarmin? Lagi tidak enak badan ta? Kok diam saja?”
Pasien : (Diam)
Suster : “yaudah kalo mas Tarmin tidak mau berbicara sekarang, 10 menit lagi suster
kembali, suster harap mas Tarmin sudah mau bicara”
10 menit kemudian
KERJA
Suster : “Loh(muka kaget) mas Tarmin kok kepalanya dibentur2in, jangan dong mas..”
Pasien: (sambil membentak suster) “Biarin, Percuma saya hidup, saya ini orang yang gak
berguna, orang bodoh”
Suster : (Berusaha menarik pasien dari tembok) “Siapa yang bilang mas Tarmin ini tidak
berguna?”
Pasien: “Saya ini gak berguna!!!!”(sambil teriak)
Suster : “Di dunia ini tidak ada yang tidak berguna mas Tarmin, semua yang di ciptakan oleh
Tuhan pasti ada manfaatnya. Apalagi mas Tarmin masih mempunyai tubuh yang lengkap”.
Pasien: (tertunduk)
Suster :”Begini saja mari suster ajak mas Tarmin jalan-jalan ke taman, bagaimana?”
Pasien: “ngapain?”
Suster: “biar pikiran mas Tarmin tenang tidak marah-marah lagi.”
Pasien: (pasien mau menerima ajakan suster).
Di Taman
Suster: mas gimana uda bisa merasa tenang belum perasaannya sekarang?
Pasien: (termenung)
Suster: mas kalau boleh suster tau sebenarnya ada apa kok mas mengatakan bahwa mas itu
tidak berguna?
Pasien: saya merasa malu dan tidak berguna sus sebab saya tidak lulus UAN..bodoh soal
begitu saja saya tidak lulus..
Suster: mas kegagalan itu bukan akhir segalanya tapi kegagalan itu adalah keberhasilan yang
tertunda.
Pasien: tapikan tetep aja gagal. (lalu mengepalkan tangan dan seolah ingin memukul tanah)
Suster: tenang ya Mas Tamin ! apa yang membuat Tamin kesal?
Pasien : saya kesal kalau ada yang tanya-tanya sama saya tentang ketidaklulusan saya.
Rasanya ingin saya pukul saja mereka.
Suster : ooh, begitu. Mas Tamin ini kesal kalau ada yang menanyakan tentang ketidaklulusan
itu ya. sekarang coba dipikirkan, memukul seseorang yang tidak bersalah itu perilaku yang
baik atau tidak?
Pasien : tidak sus.
Suster : yaa bagus. Itu perilaku yang tidak baik. Itu kan bisa melukai orang itu. Selain itu,
tangan Mas Tamin kan bisa jadi sakit atau luka. Bagaimana menurut Tamin?
Pasien : iya ya sus. Tidak ada gunanya juga memukul orang lain. Malah membuat tangan
saya pegal pegal.
Suster : baiklah, kalau begitu.. mari suster ajarkan cara untuk mencegah Mas Tamin
melakukan kekerasan. Kalau timbul rasa kesal pada diri Mas Tamin, sesegera mungkin tarik
napas dalam. Instruksikan diri Mas Tamin untuk tenang. Ayo sekarang dicoba ¡
Pasien : (mempraktekkan nafas dalam)
TERMINASI
Suster : ya bagus. Sekarang bagaimana perasaan Tamin?
Pasien : Kalau saya masih merasa kesal bagaimana, Sus?
Suster : Kalau Tamin masih kesal, cobalah untuk mengekspresikannya ke benda yang tidak
bahaya. Memukul bantal misalnya. Ayo sekarang dicoba !
Pasien : begini sus? Iya sus, saya lega sekarang
Suster : naaah.. bagus. Begitu kan lebih baik. Tamin bisa mempraktekkan 2 cara tadi kalau
Tamin sedang kesal. Apakah Tamin sudah mengerti?
Pasien : iya sus (menganggukkan kepala)
Suster : Oke. ¡ suster yakin Tamin bisa mengendalikan emosi dengan baik. Kalau begitu,
sesuai kontrak tadi bahwa kita mengobrol 10 menit saja. Sekarang sudah 10 menit, suster
melanjutkan pekerjaan suster ya. Tamin bisa mencari kesibukan yang lain.
Pasien : baik sus.
Suster : besok suster akan menemui Tamin lagi untuk menanyakan 2 cara yang tadi sudah
suster ajarkan sudah Tamin kerjakan atau belum. Tamin mau kita bertemu kapan dan di
mana?
Pasien : pagi jam 9 sus. Di taman.
Suster : baik pagi jam 9, di taman ya. Sampai bertemu besok.