DISUSUN OLEH:
BAGIAN IKM-IKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
salah satu PTM yang memiliki prevalensi cukup tinggi di Indonesia adalah
berkembang.(1)
sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama
(apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6
3
Berdasarkan data Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL
2.082 kasus dan penderita baru sebanyak 2.081 kasus dengan kematian
18 orang.(6)
1.2 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnostik Holistik
Penderita Hipertensi
Untuk pengendalian permasalahan Hipertensi baik pada tingkat
individu maupun masyarakat dilakukan secara komprehentif dan holistik
yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI),
maka mahasiswa program profesi dokter Universitas Muslim Indonesia
melakukan kegiatan kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas dilayanan primer (Puskesmas)
dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta
komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan
klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.
Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
4
1.2.1. Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian hipertensi secara
individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama,
etik moral dan peraturan perundangan.
1.2.2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa
mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis,
sosial dan budaya sendiri dalam penanganan hipertensi, melakukan
rujukan sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang
berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
1.2.3. Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga,
masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi.
1.2.4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi
kesehatan dalam praktik kedokteran.
1.2.5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian hipertensi secara holistik dan
komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil
yang optimum.
1.2.6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu melakukan
prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah hipertensi dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
1.2.7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa mampu
mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat
secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer
5
1.2 Tujuan Dan Manfaat Studi Kasus
Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah
menatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai
individu yang utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan
prinsip pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan
pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine).
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk dapat menerapkan
pelayanan dokter keluarga secara paripurna dan holistik pada pasien
hipertensi dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta
prinsip penatalaksanaan pasien hipertensi berdasarkan kerangka
penyelesaian masalah pasien.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara penegakan diagnosis klinis hipertensi di fasilitasi
pelayanan primer.
b. Mengidentifikasi diagnosi psikososial pada pasien Hipertensi
c. Mengidentifikasi faktor resiko yang berhubungan dengan hipertensi.
d. Mengetahui terapi hipertensi dengan pendekatan holistic pada fasilitas
pelayanan dokter primer.
e. Mengetahui dan melakukan pengendalian hipertensi dalam hal ini
pengobatan maupun pencegahan komplikasi hipertensi.
1.2.3. Manfaat
1. Bagi Institusi pendidikan.
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut
sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (Pasien).
6
Menambah wawasan akan hipertensi yang meliputi proses penyakit
dan penanganan hipertensi sehingga dapat memberikan keyakinan
untuk tetap berobat secara teratur.
3. Bagi tenaga kesehatan.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pemerintah daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang
terlibat di dalamnya mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita
hipertensi.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based
dan pendekatan diagnosis holistik hipertensi serta dalam hal penulisan
studi kasus.
7
6. Keterlibatan petugas Puskesmas yang intensif dalam penanggulangan
DBD.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian
keberhasilan tindakan pengobatan didasarkan pada penderita yaitu hasil
pemeriksaan darah rutin, fisik, dan klinis, keluarga yaitu memahami dan
melakukan penanggualangan dan pemberantasan vektor
nyamuk.Kesembuhan DBD yang baik akan memperlihatkan meningkatnya
jumlah trombosit ,adanya perbaikan klinis, dan menghilangnya gejala, serta
tidak terjadinya penyakit yang sama didalam keluarganya lagi.
8
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
Faktor pengetahuan
Merokok
Gizi
PEJAMU ↑ RESISTENSI
HIPERTENSI
VASKULAR
9
2.2. Hipertensi
2.1.1 Definisi
sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama
guideline- guideline yang ada. Salah satu guideline terbaru yang dapat
ranking paling tinggi dari panel yang diidentifikasi melalui teknik modifikasi
Delphi, yaitu:9
kesehatan?
10
2. Pada pasien hipertensi dewasa, apakah terapi farmakologis
outcome?
kelas dan jenis berbeda mempunyai outcome manfaat dan risiko yang
berbeda?
definisi 140/90 mmHg dari JNC 7 tetap masuk akal." Laporan tersebut juga
mencatat bahwa meskipun ada hubungan linier antara tekanan darah dan
tekanan darah yang terjadi secara alami yang dipelihara pada tingkat tekanan
ke atas, sulit untuk mencapai target tekanan darah sistolik <140 mmHg
Salah satu poin baru yang sangat penting dalam guideline JNC 8 ini
adalah adanya perubahan target tekanan darah sistolik pada pasien berusia
60 tahun ke atas (target sistolik <150 mmHg dan target diastolik <90 mmHg)
11
dibandingkan dengan target sistolik <140 mmHg dan target diastolik ?90
Selain itu, target tekanan darah pada pasien dewasa dengan diabetes
atau penyakit ginjal kronik juga berubah dari guideline sebelumnya <130/90
mmHg menjadi <140/90 mmHg pada guideline JNC 8. Ttarget tekanan darah
sistolik <50 mmHg pada pasien berusia 60 tahun ke atas dan target tekanan
pasien hipertensi.9
2.1.2 Etiologi
yaitu:
12
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
2.1.3 Klasifikasi
darah sistolik ≥150 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
dengan target sistolik <150 mmHg dan target diastolik <90 mmHg.
<140 mmHg) dan ditoleransi baik tanpa efek samping kesehatan dan
13
2. Pada populasi umum <60 tahun, terapi
darah diastolik ≥90 mmHg dengan target tekanan darah diastolik <90
darah sistolik ≥140 mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140
4.Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target tekanan
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target
18-59 <140/90
14
Diabetes Melitus
≥18
Ginjal
2.1.4. Patofisiologi
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Bermula dari jaras saraf
15
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrena. Hormon ini
1) Genetik
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
dalam keluarga.7
2) Usia
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
3) Ras/etnik
16
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering
Amerika Hispanik.11
4) Jenis Kelamin
Lipoprotein (HDL).14
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain
a. Merokok
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
17
otot-otot jantung. Pada penderita tekanan darah tinggi, merokok dapat
adrenal.
b. Minum-minuman beralkohol
18
dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan
yang tinggi. Pembatasan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas per
hari untuk pria dan tidak lebih dari 1 gelas per hari untuk wanita dan
otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras
usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan
aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang
19
dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita
volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer
sekresi Na urin 100 mmol per hari berpengaruh terhadap penurunan TDS
antihipertensi.15
20
2.1.6 Tanda dan Gejala
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak
tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya
tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing,
apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu
kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) dan penglihatan
kabur.17
Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari,
21
darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak
2.1.7 Diagnosis
tatalaksana yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dari the
22
ABPM : Ambulatory Blood Pressure Measurement
2.1.8 Komplikasi
tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
23
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,
kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner
dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi perdarahan yang
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan
ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada
kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara
Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas
24
2.1.9. Penatalaksanaan
1. Non farmakologis
maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang
adalah :
25
Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi
Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per
e) Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
26
2. Terapi farmakologi
tekanan darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target
tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤
130/80 mmHg.8
27
pentingnya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur
supaya mengerti perkembangan kesehatannya dan mengerti
kondisi pasien saat ini.
2. Harus mampu memutuskan tindakan yang tepat jika salah satu
anggota keluarga yang terkena penyakit hipertensi, keluarga
harus dengan cepat memutuskan tindakan yang tepat pada
anggota keluarganya yang terkena hipertensi dengan
membawanya ke fasilitas kesehatan. Keputusan harus diambil
keluarga karena keluarga yang dapat memantau anggota
keluarganya yang terkena hipertensi.
3. Harus dapat memantau kesehatan pasien misalnya dengan
mengatur pola makan pasien. Misalnya makanan yang tinggi
lemak, dan tinggi garam/natrium dapat dihindari
Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan Hipertensi
adalah keterlibatan semua anggota keluarga baik tanggung jawab secara
mental dan emosional. Pengelolaan sarana yang diadakan agar tetap
terjamin dan terpelihara sehingga tidak menjadi tempat perkembangbiakan
vektor penyakit DBD. Rony(2017) mengatakan bahwa beberapa dukungan
keluarga yang dapat membantu tiga bentuk dukungan keluarga sebagai
pencegahan hipertensi yang dirasakan responden dengan nilai tertinggi
adalah keluarga mengingatkan responden untuk menjaga tekanan darahnya,
keluarga menganjurkan untuk makan sayur dan buah setiap hari, dan
keluarga menjaga kedekatan dan kehangatan untuk memotivasi responden
menjaga tekanan darahnya. Sedangkan tiga bentuk dukungan keluarga yang
dirasakan responden ada beberapa masih harus ditingkatkan karena memiliki
nilai terendah yaitu bantuan keluarga dalam memecahkan setiap masalah
dan kendala dalam hal menjaga tekanan darah responden, upaya keluarga
dalam mengingatkan responden meluangkan waktu untuk rekreasi saat hari
28
libur, dan upaya keluarga dalam menyediakan buah dan sayur yang
dibutuhkan oleh responden.
Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga merupakan suatu
bentuk hubungan interpersonal dimana lingkungan keluarga memberikan
bantuan berupa perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian
informasi dan penghargaan atau penilaian terhadap anggota keluarga yang
sedang sakit termasuk dalam perawatan hipertensi. Jenis bantuan dari
dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang
diberikan keluarga dalam bentuk perhatian, simpati dan kasih sayang.
Dengan adanya dukungan emosional di dalam keluarga, secara positif akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anggota
keluarganya. keluarga memberikan perhatian dengan cara menyuruh untuk
segera berobat ke Puskesmas, memberikan kasih sayang yang penuh
dengan cara memenuhi semua kebutuhan yang informan inginkan , lebih
rileks, memberikan suasana yang aman, nyaman dan tenang.
Dalam penelitian Gascón, et. all (2004) mengenai faktor-faktor
penyebab pasien hipertensi kurang patuh dalam melakukan pengobatan
adalah kurangnya pengetahuan tentang manfaat pengobatan yang sedang
dilakukan. Kurangnya informasi yang diberikan kepada pasien dari keluarga
ataupun tenaga medis, adanya faktor rasa takut dan gambaran yang negatif
dari mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi, dan rasa ketidak puasan
pasien akibat lamanya program pengobatan yang harus dilakukan.
29
adalah merupakan sistem organ, terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang
kompleks fungsionalnya.
Diagnostik holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta
kegawatan yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat
penyakit pasien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian
risiko internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta
keluarganya. Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan
Nasional 2004, maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan
sebagai pelaku pelayanan pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnostik Holistik:
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam
kehidupannya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7. Terproteksi dari risiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan
terapi, tujuannya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan pathogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan
dipilihnya.
30
5. Menentukan interfal kunjungan terapi. (Modul Pelatihan dan Sertifikasi
ASPETRI Jateng 2011).
Diagnostik Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi
(penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan sarinagn (Triage), data diisikan dengan
lembaran penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi
faktor individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial.
Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran
keluarga di layanan primer antara lain :
1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai
bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan
secara terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
31
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit
dan proteksi khusus (preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi
setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta
sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang
disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus
menerus demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan
dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter
dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan
kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang
pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
1. Comprehensive care and holistic approach
2. Continuous care
3. Prevention first
4. Coordinative and collaborative care
5. Personal care as the integral part of his/her family
6. Family, community, and environment consideration
7. Ethics and law awareness
8. Cost effective care and quality assurance
9. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
32
Untuk melakukan pendekatan diagnostik holistik, maka perlu kita
melihat dari beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal: Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup
dengan diagnosis kerja dan diagnosis banding.
III. Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal: Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. Derajat Fungsi Sosial:
o Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
o Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan.
o Derajat 3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
o Derajat 4: Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja,
tergantung pada keluarga.
o Derajat 5: Tak dapat melakukan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
33
2. Sugiarto, Aris. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada
http://eprints.undip.ac.id/.
(Hipertensi):1-7.
34
Kedokt Univ Lampung. 2014;3(4).
doi:10.1016/B978-0-323-44320-3.09952-4
14. Shrout T, Rudy DW, Piascik MT. Science Direct: Hypertension update ,
15. Cahyani HF. Hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien
di Indonesia. 2010.
35
Pencegahan Hipertensi dan Kejadian Hipertensi. 2014.
2017;31(2015):620-630. doi:10.1016/j.cjca.2015.02.014
21. Natalia D, Margaretta SL, Putra WD, et al. Tata Laksana Terkini pada
Hipertensi. 2014;20(52):36-41.
36