NIM : 182381229
KELAS : PHA
KUPANG 2020
A. Latar Belakang
Ketahanan benih pada pertanaman menjadi hal pokok dalam pengelolaan pertanaman
baik pangan dan perkebunan. Ketahanan benih dapat dinilai dari kesehatan benih baik
secara fisik dan fisiologi. Kesehatan secara fisik dapat dinilai dari bentuk dan
ukurannya yang seragam dan tidak terdapat luka yang menjadi penyebab kegagalan
dalam perkecambahan. Secara fisiologi maka benih dituntut mampu berkecambah
dan tumbuh normal dengan baik hingga kurun waktu tertentu (Soesanto, 2006).
Kesehatan benih secara fisiologi dapat terganggu dari organism penganggu tanaman
seperti pathogen tular benih. Pathogen tular benih dapat berupa cendawan (jamur)
dan bakteri. Menanggulangi hal tersebut maka perlu dilakukan uji kesehatan dan cara
penanggulangan yang tepat agar tidak terjadi kerugian secara financial dan terjadi
penyebaran penyakit secara luas.
B. Tujuan
a. Mengetahui presentase benih yang sehat dan sakit.
b. Mengetahui jumlah biji yang sehat yang berkecambah.
c. Mengetahui pathogen yang menyerang, missal cendawan atau bakteri dan
warna pathogen.
d. Mengetahui jumlah biji yang terserang cendawan dan terserang bakteri
C. Dasar Teori
Keberadaan pathogen dapat di istilahkan dengan kata menginfeksi dan
menginfestasi (kontaminan). Infeksi benih terjadi ketika pathogen berada dan
hidup dalam benih mengganggu bahkan merusak embrio, selaput biji,
endosperm dan perisperm. Kontaminasi terjadi ketika pathogen tersebut hanya
berada pada permukaan karena proses pasca penen yang kurang bersih dari
kotoran. Beberapa bakteri yang menyerang pertanaman pangan ialah
Pseudomonas sp., Xanthomonas sp. dan Bacillus sp. Winarni, (2013)
menyebutkan beberapa penyakit yang menyerang tanaman padi antara lain :
sheath root (P.oryzicola), hawar/blight (Xantomonas campestris pv. Oryzae)
dan leaf streak (Xantomonas campestris pv. oryzicola). Kemudian beberapa
penyakit pada kedelai antara lain : busuk coklat/brown root (Pseudomonas
solanacearum), hawar (Pseudomonas syringae pv. glycine), pustule
(Xantomonas campestris pv.glycine) dan wild fire (Pseudomonas syringae pv.
tabaci). Benih yang terinfeksi oleh pseudomonas sp. akan menunjukkan gejala
adanya garis merah pada daunnya (Winarni, 2013).
Gejala benih yang terserang oleh cendawan ialah terdapatnya benang
hifa berwarna putih, bintik hitam sedangkan gejala oleh bakteri terdapatnya
lender kuning pada benih. Jamur tidak dapat tumbuh apabila kandungan air
benih berada dibawah kadar minimum. Namun, jamur gudang dapat tumbuh
pada kadar air tersebut. Dampak yang terjadi akibat serangan jamur ialah
penurunan viabilitas benih, dekomposisi kimia, perubahan warna, terjadi
kenaikan kelembaban dan suhu dalam benih dan produksi mitotoksin pada
benih (Situmeang et al., 2014).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
o Cawan petri
o Kamera.
2. Bahan
o Benih padi,kacang tanah, jagung dan kedelai
o Kertas bulat
o Klorok 1 %
o Air
E. Prosedur kerja
1. Menyiapkan sejumlah biji yang sudah terpilih missal 20 untuk padi, 12-
15 untuk jagung dan kacang tanah kemudian kedelai tanpa sterilisasi.
2. Menyiapkan cawan petri yang sudah tercuci dengan klorok 1 % dan
membilas dengan air steril dua kali, kemudian member alas kertas filter
atau bulat.
3. Membasahi kertas filter dengan air steril dan menutupnya.
4. Mengatur biji yang sudah terpilih dalam cawan petri dengan pinset steril
sampai hampir penuh, menutup cawan dan menginkubasi. Melakukan
pengamatan pada 2, 3, 5 dan 7 hari setelah tanam
5. Mengamati jumlah biji yang sehat dan sakit, jumlah biji yang sehat
berkecambah, jumlah biji yang terserang cendawan dan yang terserang
bakteri, warna koloni pathogen dengan memfoto.
6. Membuat grafik hubungan antara jumlah biji yang sehat dan yang sakit
dengan hari pengamatan, hubungan hari pengamatan dengan dengan
jumlah biji yang terserang bakteri atau cendawan. Menganalisis table dan
grafik yang telah dibuat.
7. Membahas data yang didapatkan
F. Hasil dan Pembahasan
1. Tabel pengamatan hari ke 2
4. Tabel pengamatan ke 7
Pembahsan
G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa uji kesehatan benih
persentase tumbuhnya berbeda beda, terdapat benih yang mati dan terdapat
benih yang tumbuh dengan baik.
H. Daftar Pustaka
Botelho, L. D. S., E. N. Barrocas, J. C. Machado and R. D. S. Martins. 2015.
Detection Of Sclerotinia Sclerotiorum In Soybean Seeds By Conventional
And Quantitative Pcr Techniques. Seed Science, 1-8.
Harahap, A. S., T. S. Yuliani dan Widodo. 2015. Deteksi dan Identifikasi
Cendawan Terbawa Benih Brassicaceae. Fitopatologi Indonesia, 11 (3) : 97-
103.