Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam proses pembelajaran.


Penilaian juga merupakan ujung tombak dari suatu kegiatan pencapaian taraf berhasil
tidaknya suatu pembelajaran. Berbeda halnya dengan penilaian terdahulu dengan sekarang,
bedanya penilaian yang dahulu hanya menekankan tagihan penguasaan pengetahuan peserta
didik sebagai hasil belajar pada umunya dengan jalan tes tulis, akan tetapi dalam penilaian
autentik menuntut peserta didik untuk berunjuk kerja dalam situasi yang konkrit. Model
dalam penilaian selalu berkembang dan disempurnakan seiring dengan perkembangan dan
perubahan kurikulum yang berlaku. Perubahan kurikulum yang berlaku di Indonesia sudah
terjadi sebanyak 9 kali yang dimulai dari tahun 1947 yang dikenal dengan “renjana pelajaran”
hingga kurikulum 2013 dikenal dengan kurikulum berkarakter.

Menurut Mardapi (2012:166) menjelaskan bahwa penilaian autentik merupakan salah


satu bentuk asesmen yang meminta peserta didik untuk menerapkan konsep atau teori pada
dunia nyata.Senada dengan pendapat Nurgiantoro (2011:23) mengungkapkan bahwa
penilaian autentik merupakan bentuk penilaian yang menekankan pada kemampuan peserta
didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
Dengan demikian penilaian autentik menuntut peserta didik untuk menunjukkan hasil belajar
yang dimiliki dalam kehidupan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau hanya karangan
semata tetapi juga real dari dalam diri siswa tersebut. Penilaian dapat diterapkan pada
berbagai aspek keterampilan berbahasa, yaitu berbicara, membaca, menulis, dan menyimak.
Keempat keterampilan berbahasa tersebut yang memiliki tingkat kesulitan dalam
pembelajaran yaitu keterampilan menulis. Keterampilan ini melibatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi karena menuntut siswa untuk mengeluarkan ide dan kreativitas 2 dalam bentuk
karya. Selain itu dengan penilaian tersebut juga dianggap adil karena
bukan hanya kompetensi pengetahuan saja yang dinilai melainkan proses
dalam pembelajaran juga ikut dinilai. Salah satu penekanan dalam
kurikulum 2013 adalah pelaksanaan penilaian autentik (authentic
assessment). Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap
penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan
secara optimal. Pada kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi
penekanan yang serius dimana guru dalam melakukan penilaian hasil
belajar benar-benar memperhatikan penilaian autentik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar penilaian pembelajaran?
2. Bagaimana menata ulang ragam penilaian pembelajaran?
3. Bagaimana penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013?
4. Bagaimana keutamaan otentik dalam konteks kurikulum 2013?
5. Bagaimana mendesain penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013?
6. Bagaimana implementasi penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penilaian pembelajaran
2. Untuk mengetahui menata ulang ragam penilaian pembelajaran
3. Untuk mengetahui penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013
4. Untuk mengetahui keutamaan otentik dalam konteks kurikulum 2013
5. Untuk mengetahui mendesain penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013
6. Untuk mengetahui implementasi penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar penilaian pembelajaran

Di dunia pendidikan ada beberapa degan penilaian yaitu evaluasi, penilaian, tes, dan
pengukuran. Dalam keempat istilah ini terkadang digunakan mengacu pada hal sama.
Perbedaan pengukuran dan tes menurut Nitho (1996), Ebel dan Friesbie (1991) menyatakan
bahwa pengukuran merupakan sebuah prosedur penentuan dan penetapan skor untuk
menentukan spesifikasi atribut atau karakteristik siswa. Senada dengan pendapat kedua ahli,
Miller (2009) menyatakan bahwa pengukuan dipandang sebagai proses menetapkan nilai
hasil tes atau jenis penilaian lainnyayang memiliki aturan-aturan khusus. Terhadap penilaian
Angelo dan Croos (1993) menyatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses yang
didesain untuk membantu guru menemukan apa yang telah dipelajari siswa di dalam kelas
dan bagaimana tingkat keberhasilan mereka mempelajarinya.

Menurut Popham (2011a) menyatakan bahwa penilaian merupakan usaha formal yang
dilakukan untuk menjelaskan status siswa dalam variabel penting pendidikan. Variabel
penting pendidikan di sini meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tes dan
pengukuran di sisi lain dipandang sebagai alat untuk melakukan penilaian. Tes merupakan
salah satu jenis penilaian yang secara khusus berisi seperangkat soal yang diberikan selama
periode tertentu untuk membandingkan kondisi seluruh siswa. Penilaian dipandang sebagai
proses pengumpulan informasi tentang siswa yang dapat digunakan untuk membuat
keputusan bagi guru dalam rangka melaksanakan pembelajaran. Karena penilaian sangat
berhubungan dengan pengambilan keputusan dan meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan, penilaian harus secara serius dilakukan guru dengan mempertimbangkan etika
penilaian, proses persiapan yang matang dan mempertimbangkan standarisasi tes.

Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek
(Mehrens dan Lehman). Gronlund (1993) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses
sistematik untuk mengukur tugas belajar siswa secara representatif. Senada dengan Gronlund,
Gullo (2005) mendefinisikan evaluasi sebagai sebuah proses membuat keputusan tentang
prestasi, nilai, keberhasilan program pendidikan, keberhasilan, proyek, kualitas bahan, atau
keunggulan teknik tertentu.

2.2 Menata ulang ragam penilaian pembelajaran


1. Penilaian formatif dan penilaian sumatif

Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilakukan pada setiap tahapan


pembelajaran berbasis pencapaian bukti aktivitas belajara siswa dalam rangka mencapai satu
keterampilan tertentu. Marzano (2006:9) menyatakan bahwa penilaian kelas yang
sesungguhnya adalah penilaian formatif yang dilakukan secara rutin pada setiap proses
pembelajaran. Tierney (1991:35) menyatakan bahwa penilaian yang demikian akan berfugsi
untuk memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa secara jelas dalam
mencapai tujuan tertentu serta mengetahui hal apa yang harus dilakukan dalam rangka
meningkatkan kinerja belajar siswa guna mencapai hasil akhir yang optimal. Popham (2011b:
6) menyatakan secara jelas bahwa penilaian formatif merupakan prosedur terencana yang
digunakan untuk menggambarkan status siswa secara jelas dalam proses pembelajaran yang
akan digunakan guru untuk meningkatkan taktik belajarnya.

2. Penilaian pengetahuan dan penilaian performa

Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur


pengetahuan yang dimiliki siswa. Dalam konteks kurikulum 2013 guru dapat menilai
kompetensi pengetahuan siswa melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis
berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab secara lisan oleh siswa.
Bentuk tes lisan ini bisa saja berupa wawancara, kuis, atau jenis lain,. Instrumen penugasan
berupa pekerjaan rumah dan atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok
sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian kinerja adalah bagian dari asesmen alternatif,
asesmen ini muncul sekitar tahun 1980-an sebagai kritikan terhadap kelemahan tes baku yang
menggunakan tes objektif. Menurut Popham (2011a) ada beberapa kriteria evaluasi untuk
penilaian kinerja yaitu : a) generalisasi hasil penilaian kinerja harus dapat digeneralisasikan
dengan penilaian yang lain, b) otentik, penilaian harus mencerminkan konteks kehidupan
nyata, c) banyak fokus, dapat mengukur berbagai hasil belajar, d) dapat diterapkan dalam
pembelajaran, e) adil, harus memberikan penilaian sesuai dengan kemampuan siswa, f) layak,
dapat digunakan karena ekonomis, praktis, dan efisien, g) berbasis skor, penilaian harus
menggunakan skor dan prosedur penskoran yang jelas. Dan Popham (2011a) menyatakan
bahwa penilaian kinerja setidaknya memiliki tiga kriteria umum yaitu: a) multikriteria,
kinerja siswa harus menggunakan penilaian yang memiliki lebih dari satu kriteria, b) standar
kualitas yang spesifik, masing-masing kriteria kinerja siswa dapat dinilai secara jrlasdan
eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja siswa, dan c) adanya judgement
penilaian, asesmen kinerja membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai
bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata, bukan menilai dengan menggunakan
angka pada komputer atau mesin.

3. Penilaian proyek, produk dan portofolio

Proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.
Proyek juga merupakan suatu sarana yang sangat penting menilai kemampuan umum dalam
suatu bidang. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan sesuatu
secara jelas. Ada tiga hal yang perlu diterapkan yaitu:

a) Kemampuan pengelola
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
b) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan
mempertimbangkan kontribusi pendidik berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek siswa.

Dalam konteks kurikulum 2013 penilaian proyek akan banyak digunakan guru baik
pada jenjang sekolah dasar meupun jenjang sekolah lanjutan. Pada jenjang sekolah dasar,
penilaian proyek akan sering digunakan karena penilaian ini merupakan salah satu penilaian
utama untuk mengukur kemampuan siswa. Contoh penggunaan penilaian proyek dalam
konteks pembelajaran integratif adalah penilaian poster karya anak. Penilaian produk juga
merupakan penilaian yang akan banyak digunakan dalam menilai kemampuan siswa dalam
pembelajaran kurikulum 2013. Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan
dan kualitas suatu produk. Portofolio ditinjau dari hasil adalah portofolio yang menekankan
pada tinjauan hasil terbaik yang telah dilakukan siswa. Potofolio semacam ini bertujuan
untuk mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang di capai. Penilaian
bentuk ini biasanya memerlukan siswa untuk mengoreksi semua pekerjaan mereka.
Portofolio produk dapat juga dibedakan atas portofolio dokumentasi dan portofolio penilaian.
Portofolio dapat berfungsi sebagai alat untuk: melihat perkembangan tanggung jawab peserta
didik dalam belajar, perluasan dimensi belajar, pemahaman kembali proses belajar mengajar,
penekanan pada pengembangan pandangan siswa dalam belajar, dan memberikan indormasi
kepada orang tua tentang perkembangan siswa secara lengkap dukungan data dan dokumen
yang akurat.

Dan bahwa penilaian potofolio memiliki karakteristik yaitu: a) multi sumber yang
artinya portofolio memungkinkan untuk menilai berbagai macam evidence, b) otentik artinya
ditinjau dan konteks maupun fakta harus saling berkaitan satu sama lain, c) dinamis artinya
potofolio mencakup perkembangan dan perubahan, d) eksplisit artinya semua tujuan
pembelajaran berupa kompetensi dasar dan indikator harus dinyatakan dengan jelas, e)
integrasi, portofolio senantiasa berkaitan antara program yang dilakukan siswa di kelas
dengan kehidupan nyata, f) kepemilikan, penilaian portofolio menekankan pada adanya rasa
kepemilikan, g) beragam tujuan, portofolio dilaksanakan tidak hanya mengacu pada suatu
standar kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar.

4. Penilaian sikap, penilaian diri, dan penilaian proses


Penilaian sikap merupakan penilaian kelas terhadap suatu konsep psikologis
yang kompleks. Pada umumnya penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat
dilakukan berkaitan dengan objek sikap yaitu: sikap terhadap mata pelajaran, sikap
terhadap guru mata pelajaran, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap terhadap
materi pembelajaran, sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan
dalam diri siswa melalui materi tertentu, dan sikap berhubungan dengan kompetensi
afektivitas lintas kurikulum. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain: observasi, penilaian diri, penilaian teman, penggunaan jurnal. Observasi
merupakan teknik penilaian yang dilakukan guru secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunkan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. Skala sikap adalah sejenis angket tertutup di mana pertanyaan atau
pertanyaan mengandung sifat-sifat dari nilai-nilai yang menjadi tujuan pengajaran dan
alternatif jawaban mencerminkan atau menampakkan sifat dari nilai yang dimiliki
siswa sebagai hasil belajarnya dalam bentuk bertingkat (rating). Penilaian diri adalah
suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan
dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari.
2.3 Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum 2013

Model penilaian otentik banyak dibicarakan di dunia pendidikan karena model ini
direkomendasikan atau bahkan harus ditekankan, penggunaannya dalam kegiatan menilai
hasil belajar pemelajar. Nurgiyantoro (2011:4) menyatakan bahwa pada hakikatnya penilaian
otentik merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil
belajar siswa. Penilaian otentik juga merupakan sebutan yang digunkan
untuk menggambarkan tugas-tugas yang riil yang dibutuhkan siswa-siswa
untuk dilaksanakan dalam menghasilkan pengetahuan memproduksi
informasi. Secara lebih tegas Wormeli (2006: 32) menyatakan bahwa
penilaian otentik mengacu pada dua aspek, pertama penilaian otentik
berhubungan dengan bagaimana siswa mampu mengaplikasikan hasil
belajaranya di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, penilaian otentik
merupakan penilaian yang mampu mengetahui secara jelas bagaimana
siswa belajar dan hal-hal apa yang menyebabkan siswa terdorong untuk
belajar. penilaian otentik bersifat berpusat pada siswa, terintegrasi
dengan pembelajaran, otentik, berkelanjutan, dan individual. Sifat
penilaian otentik yang komprehensif juga dapat membentuk unsur-unsur
metakognisi dalam diri siswa seperti kemauan mengambil resiko, kreatif,
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berpikir kreatif,
tanggung jawab terhadap tugas dan karya dan rasa kepemilikan.
Penilaian otentik sebenarnya telah lama dikenal di dunia pendidikan,
tetapi baru naik daun di era KTSP. Sebenarnya, bentuk-bentuk penilaian
otentik bukan merupakan barang asing bagi pendidik di indonesia karena
sebagian guru telah melakukan penilaian model itu. Hanya memang pada
umumnya guru lebih akrab dengan penilaian model tradisional.

2.4 Keutamaan Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum 2013

Keutamaan penilaian otentik dibanding penilaian jenis lain menurut


Newmann (1995:3-4) yaitu: a) penilaian otentik memiliki legitimasi yang
jelas dalam hal bahan ajar, keterampilan, dan karakter sehingga bahan
ajar, keterampilan, dan karakter yang terkandung dalam penilaian otentik
dianggap penting dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar maupun
bagi kehidupan sehari-hari siswa. b) penilaian otentik mampu menilai
secara akurat kemampuan siswa sejalan dengan capaian perkembangan
yang diperolehnya dalam setiap tahapan pembelajaran. c) penilaian
otentik adalah penilaian yang mengutamakan kebermaknaan belajar
sehingga penilaian otentik menurut siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri melalui pola inkuiri dan sekaligus
mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi siswa.

Kemendikbud (2013) bahkan secara tegas menyatakan bahwa


proses penilaian dalam kurikulum 2013 harus bergeser dari penilaian
konvensional menuju penilaian otentik. Menilik pernyataan terakhir ini,
penilaian otentik berfungsi juga dalam membentuk sikap dan moral siswa
dan selanjutnya dapat kita katakan membentuk karakter baik pada diri
siswa. Selain Kemendikbud, Fulcher dan Davidson (2007: 51)
mengemukakan bahwa sistem pembelajaran yang dilakukan saat ini
masih menempatkan tes bahwa sebagai pelengkap proses pembelajaran.
Kondisi semacam ini harusnya mulai dihilangkan dan sebaliknya teslah
yang menjadi pemandu pembelajaran. Konsep semacam ini dikenal
dengan istilah Test Driven Instruction. Konsep test driven instruction
merupakan sebuah konsep yang menyakini bahwa mutu proses
pembelajaran akan mampu meningkatkan dengan optimal jika
pembelajaran dipandu oleh serangkaian kegiatan penilaian. Penerapan
penilaian sebagai pemandu proses pembelajaran yang dikemukakan para
ahli di atas inilah yang selanjutnya melahirkan istilah Test Driven Era. Hal
ini berarti sudah saatnyalah tes atau penilaian digunkan sebagai pemandu
proses pembelajaran. Tentang penggunaan penilaian sebagai
pengembangan standar pembelajaran juga dikemukakan oleh Weeden, et
al. (2003: 12) menjelaskan bahwa sebuah proses pembelajaran yang
standar hanya dapat dibentuk melalui penilaian yang baiak. Lebih lanjut
mereka menyarankan bahwa melalui pemanfaatan penilaian inilah akan
terbentuk standar proses pembelajaran sekaligus terbentuk standar hasil
pembelajaran yang dihadapkan.
2.5 Mendesain Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum 2013

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan ketika akan


mengembangkan penilaian otentik. Rhodes dan Shanklin (Richardson,
2009: 60) menyarankan tiga langkah awal untuk mengembangkan
penilaian otentik di dalam kelas. Ketiga langkah tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Biarkan siswa menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang


alami
2. Berikan pilihan siswa baik dalam bahan maupun kegiatan untuk
memastikan mereka akan menemukan tujuan yang jelas dan asli
selama pembelajaran membaca dan menulis
3. berikuti fokus arah siswa untuk berkomunikasi secara alami melalui
interaksi dengan orang lain.

Menurut Johnson (2009:36) menjelaskan ada lima langkah dalam


mengembangkan penilaian otentik yaitu: menentukan konten,
mengembangkan tugas, mengadministrasikan tes, menskor dan
melaporkan, dan meninjau ulang penilaian. Dan menurut Muller
(Nurgiyantoro, 2011:30-33) dan Newmann (1995:61-63) yaitu:

a) Penentuan standar
Standar maksutya sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang
harus diketahui atau dapat dilakukan pembelajaran. Disamping
standar ada goal dan objektif dan standar berada di antara
keduanya. Standar dapat diobservasi dan diukur ketercapaiannya.
b) Penentuan tugas otentik
Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan
kepada pemelajar untuk mengukur pencapaian kopetensi yang
dibelajarkan, baik ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung
atau ketika sudah berakhir. Tugas otentik sering disinonimkan
dengan penilaian otentik walaupun sebenarnya cakupan makna
yang kedua lebih luas.
c) Pembuatan kriteria
Standar (kompetensi) merupakan arah dan acuan kompetensi
pembelajaran yang dibelajarkan oleh pendidik dan sekaligus akan
dicapai dalam oleh subjek didik, proses pembelajaran haruslah
secara sadar diarahkan kecapaian kompetensi yang ditetapkan
sebelumnya. Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan
capaian tingkat capaian dan bukti nyata capaian belajar subjek
belajar dengan kualitas tertentu yang diinginkan. Kriteria lazimnya
juga telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran.
d) Pembuatan rubrik
Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat,
yaitu kriteria dan tingkatan capaian kinerja (level of performance)
yang di ukur tingkat capaian kinerja yang secara esensial dan
konkret mewakili standar yang diukur capaiannya. Tingkat capaian
kinerja, di pihak lain, umumnya ditunjukkan dalam angka, dan yang
lazim adalah 1-3 atau 1-5, besar kecilnya angka sekaligus
menunjukkan tinggi rendahnya capaian. Tiap angka tersebut
biasanya mempunyai deskripsi verbal yang diwakili, misalnya skor
1: tidak ada kinerja, sedang skor:5 kinerja sangat menyakinkan dan
bermakna.
2.6 Implementasi Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum
2013

Implementasi penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013 telah


secara tegas dinyatakan dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar penilaian. Berdasarkan Permendikbud tersebut Standar
Penilaian Pendidikan dipandang sebagai kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan istrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam
konteks kurikulum 2013 fungsi penilaian seyogianya dipandang secara
lebih modern. Dalam konteks kurikulum 2013 fungsi penilaian bukan
hanya terletak pada empat fungsi tradisional melainkan meluas yaitu:

a) Penilaian berfungsi untuk menentukan persepsi masyarakat tentang


keefektifan pendidikan.
b) Penilaian terhadap perfoma siswa harus semakin dipandang sebagai
bagian proses evaluasi guru.
c) Penilaian hendaknya digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.

Permendikbud nomor 66 tahun 2013 lebih lanjut menjelaskan bahwa


penilaian hasil belajar jenjang pendidikan dan menegah didasarkan pada
prinsip yaitu: a) objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak
dipengaruhi faktor subjektivitas penilai, b) terpadu berarti penilaian oleh
pendidik dilakukan secara terencana menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan, c) ekonomis berarti penilaian yang
efesien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporannya. d)
transparan berari prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. e) akuntabel
berarti penilaian penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan
hasilnya. f) edukatif berarti mendidik dan memotivasi siswa dan guru.

Penilaian dalam konteks tradisional memang telah digunakan untuk


mengukur keefektifan proses pembelajaran. Namun dalam konteks
modern, penilaian hendaknya juga difungsikan sebagai alat dalam proses
evaluasi guru. Berkenaan dengan fungsi ini, anggapan yang selama ini
muncul bahwa pembelajaran yang tidak berhasil hanya semata-mata
terjadi karena faktor rendahnya mutu siswa. Berkenaan dengan fungsi
terakhir, penilaian dalam konteks kurikulum 2013 hendaknya di gunakan
sebagai pemandu proses pembelajaran, sejalan dengan hal tersebut,
proses pengembangan instrumen, penilaian harus dilakukan sebelum
mengembangkan strategi pembelajaran.

Sejalan dengan cakupan tersebut, teknik dan instrumen yang


digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Kompetensi Sikap


Permendikbud No. 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa
pendidikan melakukan
penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat” (peer evalution) oleh peserta didik,
dan jurnal. Observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator
perilaku yang diamati. Penilaian diri merupakan teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Penilaian antar peserta didik merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling
menilai terkait dengan pencapaian kopetensi. Jurnal merupakan
catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta
didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Permendikbud No. 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa
pendidik menilai kompetensi pengetahuan siswa melalui tes
tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis yang bisa
digunakan guru berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan dan uraian yang dilengkapi
pedoman penskoran; instrumen tes lisan berupa daftar
pertanyaan; dan instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah
dan/atau proyek yang di kerjakan secara individual atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Berkaitan dengan penilaian keterampilan, Permendikbud No.
66 tahun 2013 menjelaskan bahwa pendidik menilai kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunkan tes praktik, proyek, dan penilaian
portofolio. Tes ini jelaskan bahwa: a) tes praktik adalah penilaian
yang menuntut respons berupa keterampilan melakukan suatu
aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi, b)
proyek adalah tugas-tugas belajar yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu, c) penilaian portofolio
adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif,integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,
prestasi, dan kreativitas peserta didik dalam kurun waktu
tertentu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penilaian merupakan usaha formal yang dilakukan untuk menjelaskan status


siswa dalam variabel penting pendidikan. Variabel penting pendidikan di sini meliputi
ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tes dan pengukuran di sisi lain
dipandang sebagai alat untuk melakukan penilaian. Penilaian otentik juga
merupakan sebutan yang digunkan untuk menggambarkan tugas-
tugas yang riil yang dibutuhkan siswa-siswa untuk dilaksanakan
dalam menghasilkan pengetahuan memproduksi informasi
Kemendikbud (2013) bahkan secara tegas menyatakan bahwa
proses penilaian dalam kurikulum 2013 harus bergeser dari
penilaian konvensional menuju penilaian otentik. Ranah penilaian
kurikulum meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam ranah sikap
penilaian dilakukan dengan cara observasi, penilaian diri, penilaian antarpeserta didik,
dan jurnal. Pada ranah pengetahuan penilaian dilakukan dengan cara tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Sedangkan dalam ranah keterampilan dilakukan tes praktek,
projek dan portofolio.

3.2 Saran
Penulis menyarankan agar beberapa hal terkait makalah tersebut dapat
memberi manfaat bagi kita diantaranya menambah wawasan pada keilmuwan
selanjutnya yang akan menjelaskan tentang judul makalah ini. Dan untuk penulis
selanjutnya dengan adanya keterbatasan makalah ini penulis dapat lebih
mengembangkan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks

Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai