PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penilaian pembelajaran
2. Untuk mengetahui menata ulang ragam penilaian pembelajaran
3. Untuk mengetahui penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013
4. Untuk mengetahui keutamaan otentik dalam konteks kurikulum 2013
5. Untuk mengetahui mendesain penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013
6. Untuk mengetahui implementasi penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013
BAB II
PEMBAHASAN
Di dunia pendidikan ada beberapa degan penilaian yaitu evaluasi, penilaian, tes, dan
pengukuran. Dalam keempat istilah ini terkadang digunakan mengacu pada hal sama.
Perbedaan pengukuran dan tes menurut Nitho (1996), Ebel dan Friesbie (1991) menyatakan
bahwa pengukuran merupakan sebuah prosedur penentuan dan penetapan skor untuk
menentukan spesifikasi atribut atau karakteristik siswa. Senada dengan pendapat kedua ahli,
Miller (2009) menyatakan bahwa pengukuan dipandang sebagai proses menetapkan nilai
hasil tes atau jenis penilaian lainnyayang memiliki aturan-aturan khusus. Terhadap penilaian
Angelo dan Croos (1993) menyatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses yang
didesain untuk membantu guru menemukan apa yang telah dipelajari siswa di dalam kelas
dan bagaimana tingkat keberhasilan mereka mempelajarinya.
Menurut Popham (2011a) menyatakan bahwa penilaian merupakan usaha formal yang
dilakukan untuk menjelaskan status siswa dalam variabel penting pendidikan. Variabel
penting pendidikan di sini meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tes dan
pengukuran di sisi lain dipandang sebagai alat untuk melakukan penilaian. Tes merupakan
salah satu jenis penilaian yang secara khusus berisi seperangkat soal yang diberikan selama
periode tertentu untuk membandingkan kondisi seluruh siswa. Penilaian dipandang sebagai
proses pengumpulan informasi tentang siswa yang dapat digunakan untuk membuat
keputusan bagi guru dalam rangka melaksanakan pembelajaran. Karena penilaian sangat
berhubungan dengan pengambilan keputusan dan meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan, penilaian harus secara serius dilakukan guru dengan mempertimbangkan etika
penilaian, proses persiapan yang matang dan mempertimbangkan standarisasi tes.
Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek
(Mehrens dan Lehman). Gronlund (1993) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses
sistematik untuk mengukur tugas belajar siswa secara representatif. Senada dengan Gronlund,
Gullo (2005) mendefinisikan evaluasi sebagai sebuah proses membuat keputusan tentang
prestasi, nilai, keberhasilan program pendidikan, keberhasilan, proyek, kualitas bahan, atau
keunggulan teknik tertentu.
Proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.
Proyek juga merupakan suatu sarana yang sangat penting menilai kemampuan umum dalam
suatu bidang. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan sesuatu
secara jelas. Ada tiga hal yang perlu diterapkan yaitu:
a) Kemampuan pengelola
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
b) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan
mempertimbangkan kontribusi pendidik berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek siswa.
Dalam konteks kurikulum 2013 penilaian proyek akan banyak digunakan guru baik
pada jenjang sekolah dasar meupun jenjang sekolah lanjutan. Pada jenjang sekolah dasar,
penilaian proyek akan sering digunakan karena penilaian ini merupakan salah satu penilaian
utama untuk mengukur kemampuan siswa. Contoh penggunaan penilaian proyek dalam
konteks pembelajaran integratif adalah penilaian poster karya anak. Penilaian produk juga
merupakan penilaian yang akan banyak digunakan dalam menilai kemampuan siswa dalam
pembelajaran kurikulum 2013. Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan
dan kualitas suatu produk. Portofolio ditinjau dari hasil adalah portofolio yang menekankan
pada tinjauan hasil terbaik yang telah dilakukan siswa. Potofolio semacam ini bertujuan
untuk mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang di capai. Penilaian
bentuk ini biasanya memerlukan siswa untuk mengoreksi semua pekerjaan mereka.
Portofolio produk dapat juga dibedakan atas portofolio dokumentasi dan portofolio penilaian.
Portofolio dapat berfungsi sebagai alat untuk: melihat perkembangan tanggung jawab peserta
didik dalam belajar, perluasan dimensi belajar, pemahaman kembali proses belajar mengajar,
penekanan pada pengembangan pandangan siswa dalam belajar, dan memberikan indormasi
kepada orang tua tentang perkembangan siswa secara lengkap dukungan data dan dokumen
yang akurat.
Dan bahwa penilaian potofolio memiliki karakteristik yaitu: a) multi sumber yang
artinya portofolio memungkinkan untuk menilai berbagai macam evidence, b) otentik artinya
ditinjau dan konteks maupun fakta harus saling berkaitan satu sama lain, c) dinamis artinya
potofolio mencakup perkembangan dan perubahan, d) eksplisit artinya semua tujuan
pembelajaran berupa kompetensi dasar dan indikator harus dinyatakan dengan jelas, e)
integrasi, portofolio senantiasa berkaitan antara program yang dilakukan siswa di kelas
dengan kehidupan nyata, f) kepemilikan, penilaian portofolio menekankan pada adanya rasa
kepemilikan, g) beragam tujuan, portofolio dilaksanakan tidak hanya mengacu pada suatu
standar kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar.
Model penilaian otentik banyak dibicarakan di dunia pendidikan karena model ini
direkomendasikan atau bahkan harus ditekankan, penggunaannya dalam kegiatan menilai
hasil belajar pemelajar. Nurgiyantoro (2011:4) menyatakan bahwa pada hakikatnya penilaian
otentik merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil
belajar siswa. Penilaian otentik juga merupakan sebutan yang digunkan
untuk menggambarkan tugas-tugas yang riil yang dibutuhkan siswa-siswa
untuk dilaksanakan dalam menghasilkan pengetahuan memproduksi
informasi. Secara lebih tegas Wormeli (2006: 32) menyatakan bahwa
penilaian otentik mengacu pada dua aspek, pertama penilaian otentik
berhubungan dengan bagaimana siswa mampu mengaplikasikan hasil
belajaranya di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, penilaian otentik
merupakan penilaian yang mampu mengetahui secara jelas bagaimana
siswa belajar dan hal-hal apa yang menyebabkan siswa terdorong untuk
belajar. penilaian otentik bersifat berpusat pada siswa, terintegrasi
dengan pembelajaran, otentik, berkelanjutan, dan individual. Sifat
penilaian otentik yang komprehensif juga dapat membentuk unsur-unsur
metakognisi dalam diri siswa seperti kemauan mengambil resiko, kreatif,
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berpikir kreatif,
tanggung jawab terhadap tugas dan karya dan rasa kepemilikan.
Penilaian otentik sebenarnya telah lama dikenal di dunia pendidikan,
tetapi baru naik daun di era KTSP. Sebenarnya, bentuk-bentuk penilaian
otentik bukan merupakan barang asing bagi pendidik di indonesia karena
sebagian guru telah melakukan penilaian model itu. Hanya memang pada
umumnya guru lebih akrab dengan penilaian model tradisional.
a) Penentuan standar
Standar maksutya sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang
harus diketahui atau dapat dilakukan pembelajaran. Disamping
standar ada goal dan objektif dan standar berada di antara
keduanya. Standar dapat diobservasi dan diukur ketercapaiannya.
b) Penentuan tugas otentik
Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan
kepada pemelajar untuk mengukur pencapaian kopetensi yang
dibelajarkan, baik ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung
atau ketika sudah berakhir. Tugas otentik sering disinonimkan
dengan penilaian otentik walaupun sebenarnya cakupan makna
yang kedua lebih luas.
c) Pembuatan kriteria
Standar (kompetensi) merupakan arah dan acuan kompetensi
pembelajaran yang dibelajarkan oleh pendidik dan sekaligus akan
dicapai dalam oleh subjek didik, proses pembelajaran haruslah
secara sadar diarahkan kecapaian kompetensi yang ditetapkan
sebelumnya. Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan
capaian tingkat capaian dan bukti nyata capaian belajar subjek
belajar dengan kualitas tertentu yang diinginkan. Kriteria lazimnya
juga telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran.
d) Pembuatan rubrik
Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat,
yaitu kriteria dan tingkatan capaian kinerja (level of performance)
yang di ukur tingkat capaian kinerja yang secara esensial dan
konkret mewakili standar yang diukur capaiannya. Tingkat capaian
kinerja, di pihak lain, umumnya ditunjukkan dalam angka, dan yang
lazim adalah 1-3 atau 1-5, besar kecilnya angka sekaligus
menunjukkan tinggi rendahnya capaian. Tiap angka tersebut
biasanya mempunyai deskripsi verbal yang diwakili, misalnya skor
1: tidak ada kinerja, sedang skor:5 kinerja sangat menyakinkan dan
bermakna.
2.6 Implementasi Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum
2013
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar beberapa hal terkait makalah tersebut dapat
memberi manfaat bagi kita diantaranya menambah wawasan pada keilmuwan
selanjutnya yang akan menjelaskan tentang judul makalah ini. Dan untuk penulis
selanjutnya dengan adanya keterbatasan makalah ini penulis dapat lebih
mengembangkan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA