PNEUMONIA
A. Pengertian
B. Etiologi
Sebagian besar penyebab pnuomonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
lambung ke dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab pneumonia
tersebut dikelompokan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit
dan penyulit yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai
penyebab pneumonia adalah virus terutama Respiratory Syncial Virus (RSV)
yang mencapai 40%, sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama
Streptococcus Pneumoniae dan Haemophilus Influenzae type B (Hib). Awalnya,
mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjasi
penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan
(parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah
(Nurarif & Kusuma, 2013).
C. Manifestasi Klinis
Tanda –tanda klinis utama pneumonia yaitu :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman,atau sianosis (biasanya tanda lanjut)
5. Melemah atau kehilangan suara nafas
6. Retaksi dinding toraks: interkostal, substernal, diafragma, atau supra
klavikula
7. Napas cuping hidung
8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
didekatnya)
9. Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih
kecil)
10. Anak-anak yang lebih besar tidak nampak sakit
11. Demam
12. Ronchi
13. Sakit kepala
14. Sesak nafas
15. Menggigil
16. Berkeringat
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a. Kulit yang lembab
b. Mual dan munta
(Betz & Sowden, 2009)
D. Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan
respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme
memasuki saluran pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi
orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien
dengan penurunan kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen
masuk. Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen.
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur
trakeobronkial yang bercabang cabang mencegah mikroorganisme dengan
mudah memasuki saluran pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks
batuk dan refleks tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah
adhesi mikroorganisme di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih
memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan
makrofag membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan
mikroorganisme bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi repons
inflamasi host. Pada saat ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul.
Respons inflamasi tubuh akan memicu penglepasan mediator inflamasi seperti
IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis Factor) yang akan menghasilkan
demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru-paru dan menyebabkan leukositosis
perifer sehingga meningkatkaan sekresi purulen. Mediator inflamasi dan
neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler alveolar lokal. Bahkan eritrosit
dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan hemoptisis. Kebocoran
kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales
pada auskultasi serta hipoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu vasokonstriksi
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan
menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan
perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga
berujung pada kematian.
(Nurarif & Kusuma, 2013)
E. Pathway
Nyeri pleuritik
Radang bronkial
MK: Resiko infeksi
MK: Nyeri Akut
Radang pada bronkus
MK: Hipertermi
Frekuensi nafas
Gelisah
Ancaman
kehidupan
Susah tidur
MK: Ansietas
MK: Gangguan pola
tidur
Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
1. Ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Misnadiarly, 2009) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
adalah :
1. Sinar X, mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma sinar X dada
mungkin lebih bersih.
2. GDA, tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. JDL Leukositosis, biasanya ditemukan meskipun sel darah putih rendah
terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun.
4. LED Meningkat
5. Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat dan
komplain menurun
6. Elektrolit Na dan CI mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat 8.Aspirasi / biopsi jaringan paru
H. Komplikasi
Menurut (Misnadiarly, 2009) komplikasi pada pneumonia yaitu :
a. Abses paru
b. Edusi pleural
c. Empisema
d. Gagal napas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolik
k. Dehidrasi
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Lakukan pengkajian identitas pasien yang meliputi: nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
2) Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, nyeri dan
kelemahan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk
dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung
jari terasa dingin.
4) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah
sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya
seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat
merokok.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain
seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan Rambut
Inspeksi: bentuk kepala simetris, tidak terdapat lesi, tidak mengalami
hidrosefaalus, kulit kepala bersih
Palpasi: tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
2) Hidung
Inspeksi: tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak terdapat lesi, lubang
hidung simeris
Palpasi: tidak ada massa, tidak terdapat nyeri tekan
3) Telinga
Inspeksi: kedua telinga simetris, tidak ada lesi, telinga besih
Palpasi: tidak ada nyeri teka
4) Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis/ warna merah muda, warna sklera warna
kuning/putih, kedua mata simetris
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
5) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil, dan Pharing
Inspeksi: mukosa bibir lembab/kering, lidah kotor/bersih, tidak terdapat
pembesan tonsil
6) Leher dan Tenggorokan
Inspeksi: warna kulit sama dengan warna sekitar, tidak terdapat
pembesaran kelenjar thyroid, tidak nampak vena jugularis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
7) Dada atau Thorax
a. Paru-Paru
- Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis
sirkumoral, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta
nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada
anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.
Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada
fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada
kedalam akan tampak jelas.
- Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi
mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.
- Perkusi
Sonor sebelah kanan ICS 1-5
Sonor sebelah kiri ICS 1-2
- Auskultasi
Mendengarka suara tambahan dengan menggunakan stetoskop
seperti terdapat suara tambahan whezing atau ronchi pada lapang
paru
b. Pemeriksaan Jantung
Perkusi: ICS II-V sinisra pekak, batas atas ICS III midclavicula
sinistra, batas kanan ICS IV lineal parasternalis dexstra, batas
kiri/bawah ICS IV midclavicula sinistra
Auskultasi: bunyi jantung normal Bj 1 dan Bj 2 tunggal, tidak
terdengar suara tambahan
c. Payudara
8) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: tidak terdapat asites, tidak ada lesi, warna kulit sama dengan
daerah sekitar
Perkusi: terdengar suara timpani dikuadran kiri atas, kiri bawah, kanan
bawah, terdengar suara redup dikuadran kanan atas karena ada organ
hepar
Kekuatan otot tidak mengalami gangguan dengan nilai 5, CRT < 2 detik,
akral hangat, tidak terdapat sianosis
4 Intervensi Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan kompensasi
frekuensi nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola nafas membaik
SLKI:
1. Frekuensi pernafasan membaik
2. Kedalaman nafas membaik
3. Penggunaan otot bantu nafas menurun
SIKI:
Observasi
- Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
- Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas.
- Monitor pola nafas.
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan semifowler atau fowler
Edukasi
- Anjurkan tekhnik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas meningkat
SLKI:
1. Produksi sputum menurun
2. Mampu melakukan batuk efektik membaik
3. Pola nafas membaik
SIKI:
Observasi
- Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
- Monitor suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada dan adanya suara nafas tambahan.
Terapeutik
- Lakukan penyedotan atau suctionmelalui endotrakeal atau nasotrakeal
sebagaimana mestinya
- Lakukan fisioterapi dada
Edukasi
- Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
- Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk
Kolaborasi
- Kolaborasia pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
SIKI:
Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat.
3. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien.
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana cara menghindari
infeksi.
Perlindungan infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
4. Berikan agen imunisasi dengan tepat
5. Jaga penggunaan antibotik dengan bijaksana
SLKI:
1. Menunjukkan pola tidur yang baik
2. Tidak ada tanda-tanda gangguan tidur
SIKI:
Manajemen lingkungan : kenyamanan
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
2. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
3. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk istirahat
4. Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan
Peningkatan tidur
1. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
3. Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur
4. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan sebelum tidur dan minuman
yang mengganggu tidur
5. Ajarkan pasien bagaimana melakukan relaksasi otot autogenik
SLKI:
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC
Misnadiarly, 2009. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoni pada Anak Orang
Dewasa, Usia Lanjut Edisi 1,Jakarta, Pustaka Obor Populer.