Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. Pengertian

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru,merupakan penyakit yang


sering terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2009). Pneumonia
adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh
satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit, atau
aspirasi zat asing (Betz & Sowden, 2009).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing,berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif &
Kusuma, 2013).
Kesimpulannya, pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran
pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi.

B. Etiologi
Sebagian besar penyebab pnuomonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
lambung ke dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab pneumonia
tersebut dikelompokan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit
dan penyulit yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai
penyebab pneumonia adalah virus terutama Respiratory Syncial Virus (RSV)
yang mencapai 40%, sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama
Streptococcus Pneumoniae dan Haemophilus Influenzae type B (Hib). Awalnya,
mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjasi
penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan
(parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah
(Nurarif & Kusuma, 2013).
C. Manifestasi Klinis
Tanda –tanda klinis utama pneumonia yaitu :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman,atau sianosis (biasanya tanda lanjut)
5. Melemah atau kehilangan suara nafas
6. Retaksi dinding toraks: interkostal, substernal, diafragma, atau supra
klavikula
7. Napas cuping hidung
8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
didekatnya)
9. Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih
kecil)
10. Anak-anak yang lebih besar tidak nampak sakit
11. Demam
12. Ronchi
13. Sakit kepala
14. Sesak nafas
15. Menggigil
16. Berkeringat
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a. Kulit yang lembab
b. Mual dan munta
(Betz & Sowden, 2009)

D. Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan
respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme
memasuki saluran pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi
orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien
dengan penurunan kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen
masuk. Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen.
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur
trakeobronkial yang bercabang cabang mencegah mikroorganisme dengan
mudah memasuki saluran pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks
batuk dan refleks tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah
adhesi mikroorganisme di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih
memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan
makrofag membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan
mikroorganisme bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi repons
inflamasi host. Pada saat ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul.
Respons inflamasi tubuh akan memicu penglepasan mediator inflamasi seperti
IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis Factor) yang akan menghasilkan
demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru-paru dan menyebabkan leukositosis
perifer sehingga meningkatkaan sekresi purulen. Mediator inflamasi dan
neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler alveolar lokal. Bahkan eritrosit
dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan hemoptisis. Kebocoran
kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales
pada auskultasi serta hipoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu vasokonstriksi
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan
menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan
perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga
berujung pada kematian.
(Nurarif & Kusuma, 2013)
E. Pathway

Virus, bakteri, jamur

Saluran nafas dalam

Gangguan pembersihan di paru-paru

Nyeri pleuritik
Radang bronkial
MK: Resiko infeksi
MK: Nyeri Akut
Radang pada bronkus
MK: Hipertermi

Akumulasi mukus Produksi mukus Kontraksi berlebih

Timbul reaksi balik Penumpukan sekret Hiperventilasi paru

Pengeluaran energi berlebih Atelektasis Gangguan


MK: Bersihan jalan
nafas tidak efektif difusi
Kelelahan Hipoxemia
MK:
Anoreksia MK: Intoleransi kompensasi Gangguan
aktivitas pertukaran
frekuensi nafas
gas
Obstruksi jalan nafas
MK: Defisit nutrisi
MK: Pola nafas tidak
Gangguan ventilasi efektif

Frekuensi nafas
Gelisah
Ancaman
kehidupan
Susah tidur

MK: Ansietas
MK: Gangguan pola
tidur

Nurarif & Kusuma, 2013


F. Penatalaksanaan
Menurut (Misnadiarly, 2009), penderita yang penyakitnya tidak terlalu
berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu di berikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respons
terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan pada pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
di tentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1. Oksigen 1-2L/menit
2. IVFD dekstrose 10% :Nacl 0,9% = 3: 1,+ KCI10 mEq/500 ml cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
4. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
1. Ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base:


1. Sefaktosin 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Misnadiarly, 2009) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
adalah :
1. Sinar X, mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma sinar X dada
mungkin lebih bersih.
2. GDA, tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. JDL Leukositosis, biasanya ditemukan meskipun sel darah putih rendah
terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun.
4. LED Meningkat
5. Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat dan
komplain menurun
6. Elektrolit Na dan CI mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat 8.Aspirasi / biopsi jaringan paru

H. Komplikasi
Menurut (Misnadiarly, 2009) komplikasi pada pneumonia yaitu :
a. Abses paru
b. Edusi pleural
c. Empisema
d. Gagal napas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolik
k. Dehidrasi
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Lakukan pengkajian identitas pasien yang meliputi: nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
2) Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sesak  napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, nyeri dan
kelemahan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk
dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung
jari terasa dingin.
4) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah
sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya
seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat
merokok.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain
seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan Rambut
Inspeksi: bentuk kepala simetris, tidak terdapat lesi, tidak mengalami
hidrosefaalus, kulit kepala bersih
Palpasi: tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
2) Hidung
Inspeksi: tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak terdapat lesi, lubang
hidung simeris
Palpasi: tidak ada massa, tidak terdapat nyeri tekan
3) Telinga
Inspeksi: kedua telinga simetris, tidak ada lesi, telinga besih
Palpasi: tidak ada nyeri teka
4) Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis/ warna merah muda, warna sklera warna
kuning/putih, kedua mata simetris
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
5) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil, dan Pharing
Inspeksi: mukosa bibir lembab/kering, lidah kotor/bersih, tidak terdapat
pembesan tonsil
6) Leher dan Tenggorokan
Inspeksi: warna kulit sama dengan warna sekitar, tidak terdapat
pembesaran kelenjar thyroid, tidak nampak vena jugularis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
7) Dada atau Thorax
a. Paru-Paru
- Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis
sirkumoral, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta
nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada
anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.
Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada
fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada
kedalam akan tampak jelas.
- Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi
mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.
- Perkusi
Sonor sebelah kanan ICS 1-5
Sonor sebelah kiri ICS 1-2
- Auskultasi
Mendengarka suara tambahan dengan menggunakan stetoskop
seperti terdapat suara tambahan whezing atau ronchi pada lapang
paru
b. Pemeriksaan Jantung

Inspeksi: ictus cordis terlihat di ICS V midclavicula sinistra

Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V midclavicula sinistra

Perkusi: ICS II-V sinisra pekak, batas atas ICS III midclavicula
sinistra, batas kanan ICS IV lineal parasternalis dexstra, batas
kiri/bawah ICS IV midclavicula sinistra
Auskultasi: bunyi jantung normal Bj 1 dan Bj 2 tunggal, tidak
terdengar suara tambahan

c. Payudara

Inspeksi: tidak ada lesi, warna areola coklat

Palpasi: tidak terdapat massa abnormal, tidak ada nyeri tekan

8) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi: tidak terdapat asites, tidak ada lesi, warna kulit sama dengan
daerah sekitar

Auskultasi: bising usus 6-16x/menit

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada hepatomegali

Perkusi: terdengar suara timpani dikuadran kiri atas, kiri bawah, kanan
bawah, terdengar suara redup dikuadran kanan atas karena ada organ
hepar

9) Ektremitas, Kuku, dan Kekuatan Otot

Kekuatan otot tidak mengalami gangguan dengan nilai 5, CRT < 2 detik,
akral hangat, tidak terdapat sianosis

10) Genetalia dan Anus

Inspeksi: tidak terdapat kemerahan pada daerah genetalia, jenis kelamin


laki-laki/perempuan

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan

11) Pemeriksaan Neurologis

Tingkat kesadaran pasien, nilai GCS, dan 12 sistem saraf kranial


3 Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan kompensasi
frekuensi nafas
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gagguan difusi
d. Hipertemi berhubungan dengan adanya peradangan pada bronkus
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksi
g. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri pleuritik, peradangan pada
bronkus
h. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya peradangan pada bronkus
i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan frekuensi
nafas, gelisah, dan susah tidur
j. Ansietas berhubungan dengan ancaman kehidupan

4 Intervensi Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan kompensasi
frekuensi nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola nafas membaik
SLKI:
1. Frekuensi pernafasan membaik
2. Kedalaman nafas membaik
3. Penggunaan otot bantu nafas menurun
SIKI:
Observasi
- Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
- Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas.
- Monitor pola nafas.
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan semifowler atau fowler
Edukasi
- Anjurkan tekhnik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas meningkat
SLKI:
1. Produksi sputum menurun
2. Mampu melakukan batuk efektik membaik
3. Pola nafas membaik
SIKI:
Observasi
- Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
- Monitor suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada dan adanya suara nafas tambahan.
Terapeutik
- Lakukan penyedotan atau suctionmelalui endotrakeal atau nasotrakeal
sebagaimana mestinya
- Lakukan fisioterapi dada
Edukasi
- Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
- Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk
Kolaborasi
- Kolaborasia pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gagguan difusi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan intervensi pertukaran gas meningkat
SLKI:
1. Dispnea menurun
2. PCO2 membaik
3. PO2 membaik
4. PH arteri membaik
SIKI:
Observasi
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor hasil nilai AGD
- Monitor pola nafas
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respiratori sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasika hasil pemantauan

d. Hipertermi berhubungan dengan adanya peradangan pada bronkus


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan termoregulasi membaik
SLKI:
- Suhu tubuh membaik
- Hipoksia menurun
- Dasar kuku sianolik menurun
SIKI:
Observasi
- Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.
- Monitor warna kulit dan suhu.
Terapeutik
- Pasang alat pemantau suhu secara kontinu
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan aktifitas pasien kembali normal atau dapat melakukan
aktifitas secara minimum.
SLKI:
1. Keluhan lelah menurun
2. Dispnea saat aktivitas
3. Dispnea setalah aktivitas
SIKI:
Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan aktivitas klien
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
- Jadwalkan aktivitas dalam kegiatan rutin sehari-hari
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas

f. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan status nutrisi membaik
SLKI:
- Porsi makanan yang dihabiskan cukup meningkat
- Nafsu makan membaik
SIKI:
Manajemen nutrisi
1. Mengidentifikasi status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
2. Monitor kalori dan asupan makanan.
Manajemen cairan (elektrolit)
1. Berikan diet sesuai indikasi melalui selang makan
Manajemen gangguan makan
1. Rundingkan dengan ahli gizi dalam menentukan asupan kalori harian
yang diperlukan untuk mempertahankan berat badan
2. Monitor berat badan anak secara rutin.

g. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri pleuritik, peradangan pada bronkus


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri berkurang sampai hilang.
SLKI:
1. Nyeri membaik
2. Skala nyeri dapat berkurang
SIKI:
Manajemen nyeri
1. Observasi skala nyeri secara komprehensif.
2. Ajarkan penggunaan tehnik non farmakologi.
3. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan mengatasinya dengan
cepat.
4. Kolaborasi dengan orang terdekat untuk memilih dan
mengimplementasikan tidakan penurunan nyeri non farmakologi.
Pemberian analgesik :
1. Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang
hebat.
2. Cek adanya riwayat alergi obat

h. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya peradangan pada bronkus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan tidak terjadi infeksi.
SLKI
1. Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
2. Penularan penyakit ke orang lain tidak ada

SIKI:

Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat.
3. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien.
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana cara menghindari
infeksi.
Perlindungan infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
4. Berikan agen imunisasi dengan tepat
5. Jaga penggunaan antibotik dengan bijaksana

i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan frekuensi nafas,


gelisah, dan susah tidur

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan pola tidur membaik

SLKI:
1. Menunjukkan pola tidur yang baik
2. Tidak ada tanda-tanda gangguan tidur
SIKI:
Manajemen lingkungan : kenyamanan
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
2. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
3. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk istirahat
4. Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan
Peningkatan tidur
1. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
3. Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur
4. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan sebelum tidur dan minuman
yang mengganggu tidur
5. Ajarkan pasien bagaimana melakukan relaksasi otot autogenik

j. Ansietas berhubungan dengan ancaman kehidupan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


cemas berkurang sampai hilang

SLKI:

1. Tidak ada tanda-tanda distress


2. Klien dapat melakukan aktivitas dengan tenang
SIKI:
Pengurangan kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
3. Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
4. Dorong aktivitas yang tidak kompetitif secara tepat
5. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi tekanan
Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi yang tersedia
2. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian
longgar dan mata tertutup
3. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi
4. Tunjukkan dan praktekkan teknik relaksasi pada klien
5. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC

Misnadiarly, 2009. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoni pada Anak Orang
Dewasa, Usia Lanjut Edisi 1,Jakarta, Pustaka Obor Populer.

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


BerdasarkanDiagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai