1. HIPERTENSI
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit
jantung, stroke, dan terkadang kematian. Tekanan darah adalah kekuatan yang
diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah
utama dalam tubuh. Tekanan ini tergantung pada resistensi pembuluh darah dan
seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa jantung dan
semakin sempit arteri, maka semakin tinggi tekanan darah. Seseorang bisa
dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang berbeda,
pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140
mmHg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah lebih
besar dari 90 mmHg.
Gejala Hipertensi
Gejala yang muncul akibat hipertensi, antara lain:
Sakit kepala
Lemas
Masalah dalam penglihatan
Nyeri dada.
Sesak napas.
Aritmia.
Adanya darah dalam urine.
2. DIABETES
Diabetes adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang
yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas
nilai normal. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
2. Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis
khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe
1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari
sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun.
3. Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4-7
tahun, kemudian pada anak-anak usia 10-14 tahun.
4. Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu
dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4
bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta
menderita penyakit kuning saat lahir.
Penyebab Diabetes
Diabetes disebabkan karena adanya gangguan dalam tubuh, sehingga
tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel, sehingga
glukosa menumpuk dalam darah. Pada diabetes tipe 1, gangguan ini
disebabkan karena pankreas tidak dapat memproduksi hormon tertentu.
Sedangkan pada diabetes tipe 2, gangguan ini terjadi akibat tubuh tidak efektif
menggunakan hormon tertentu atau kekurangan hormon tertentu yang relatif
dibandingkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa yang tinggi ini dapat
merusak pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf,
sehingga mengakibatkan berbagai macam komplikasi.
Gejala Diabetes
Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2, antara lain:
Sering merasa haus.
Frekuensi buang air kecil meningkat, terutama pada malam hari.
Rasa lapar yang terus-menerus.
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
Lemas dan merasa lelah
Luka yang lama sembuh.
Pengobatan Diabetes
Pengobatan diabetes tipe 1, antara lain:
Hormon tertentu untuk mengontrol glukosa darah. Pemberian hormon ini
dengan cara disuntikkan pada lapisan di bawah kulit sekitar 3-4 kali sehari
sesuai dosis yang dianjurkan dokter.
Pola makan sehat dan olahraga teratur untuk membantu mengontrol tingkat
glukosa darah.
Merawat kaki dan memeriksakan mata secara berkala untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut.
Pengobatan diabetes tipe 2, antara lain:
Perubahan pola hidup sehat, antara lain:
Menghindari makanan berkadar glukosa tinggi atau berlemak tinggi
Meningkatkan makanan tinggi serat
Melakukan olahraga secara teratur, minimal 3 jam setiap minggu
Menurunkan dan menjaga berat badan tetap ideal.
Menghindari atau berhenti merokok
3. INKONTINENSIA URINE
Merupakan kondisi hilangnya kontrol kandung kemih, sehingga
pengidap bisa mengeluarkan urine tanpa disadari. Bukan hanya memalukan,
tetapi inkontinensia urine juga merupakan tanda kondisi kesehatan tertentu.
4. OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah penyakit ketika tulang secara perlahan kehilangan
kepadatannya, sehingga menjadi lemah dan rentan akan fraktur (patah tulang).
Osteoporosis paling sering menyebabkan fraktur di panggul, tulang belakang,
dan pergelangan tangan.
Gejala Osteoporosis
Osteoporosis dikenal sebagai penyakit sunyi atau silent disease, sebab
pengidap tidak merasakan gejala apapun sampai kecelakaan seperti terpeleset
atau jatuh menyebabkan patah tulang.
Pencegahan Osteoporosis
Diet
Diet sehat dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup membantu
membuat tulang pengidap kuat. Banyak orang mendapatkan kurang dari
setengah kalsium yang mereka butuhkan. Sumber kalsium yang baik adalah
susu rendah lemak, yoghurt, keju, jus jeruk, sereal, dan roti. Vitamin D juga
dibutuhkan untuk tulang yang kuat. Beberapa pengidap mungkin perlu minum
pil vitamin D.
Olahraga
Jenis-jenis olahraga yang bisa mencegah osteoporosis, yaitu:
Berjalan
Mendaki
Jogging
Naik tangga
Angkat beban
Tenis
Dansa
Gaya Hidup
Gaya hidup yang bisa mencegah osteoporosis, yaitu:
Kurangi merokok
Kurangi alcohol
5. PRESBIKUSIS
Proses penuaan seringkali ditandai dengan menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh, salah satunya adalah fungsi pendengaran. Sekitar 30-
35% orang berusia antara 65-75 tahun akan mengalami gangguan
pendengaran secara perlahan lahan akibat proses penuaan yang dikenal
dengan istilah presbicusis.
Akibat adanya gangguan pendengaran ini, seringkali orang-orang
disekitarnya akan berbicara dengan suara yang lebih lantang dan keras dengan
para lansia. Namun demikian bukan berarti semakin keras suara yang
diucapkan akan terdengar lebih baik bagi mereka karena ternyata suara yang
terlalu keras pun akan terdengar menyakitkan di telinga mereka.
6. Jantung
Pada dasarnya, denyut jantung seseorang dipengaruhi oleh usia dan
aktivitasnya. Misalnya, orang yang berolahraga pasti denyutnya akan lebih
cepat ketimbang mereka yang bersantai. Nah, hal yang mesti diketahui adalah
bila jumlah denyut jantung yang berlebihan atau berdetak lebih lambat dari
biasanya, maka bisa menimbulkan masalah pada kesehatan tubuh. Lambatnya
denyut jantung dalam dunia medis biasa disebut dengan bradikardia. Kata ahli,
melambatnya detak jantung ini kebanyakan enggak menimbulkan gejala.
Namun, bila lambatnya detak jantung sering terjadi dan diiringi gangguan irama
jantung, ini yang mesti diperhatikan.
Pasalnya, kondisi ini bisa berdampak pada organ dan jaringan tubuh
lain yang tidak terpenuhi pasokan darah. Meskipun bradikardia umumnya
terjadi pada lansia, tetapi gangguan jantung ini sebenarnya bisa dialami oleh
semua usia. Kata ahli, cara paling mudah untuk melihat normal atau tidaknya
detak jantung bisa diketahui secara tidak langsung dengan menghitung denyut
nadi di pergelangan tangan selama satu menit. Misalnya, detak jantung normal
orang dewasa berkisar 60—100 kali dalam satu menit. Anak-anak pada usia 1
—12 tahun di antara 80—110, sedangkan bayi (kurang dari satu tahun)
berkisar 100—160 kali dalam satu menit.
Gejala
Meski terkadang tak menimbulkan gejala, ada kalanya Bradikardia bisa
menimbulkan berbagai kondisi fisik seperti di bawah ini:
Sesak napas.
Hampir pingsan atau pingsan.
Kelelahan.
Pusing.
Nyeri pada dada.
Kelemahan.
Mudah lelah saat beraktivitas fisik.
Linglung atau masalah pada ingatan.
Bisa Menimbulkan Komplikasi
Untuk sebagian orang, memiliki detak jantung lambat (<60 detakan), seperti
para atlet profesional, memang tak menimbulkan gejala apapun. Sebab,
mungkin saja hal itu sudah sesuai dengan fungsi tubuhnya. Namun, untuk
sebagian orang kondisi ini juga bisa menandai adanya masalah pada sistem
listrik jantung.
Kondisi ini bisa diartikan bahwa alat pacu jantung alami yang dimiliki
oleh tubuh tidak bekerja dengan baik. Alhasil, jantung berdetak sangat lambat
dan tidak bisa memompa darah untuk kebutuhan berbagai fungsi organ tubuh.
Namun yang mesti diperhatikan, dalam tahap yang parah dampak
bradikardia bisa menyebabkan kematian. Nah, karena seseorang yang
memasuki usia 65 tahun atau lebih cenderung memiliki detak jantung yang
lambat dan lemah, karena itu para lansia membutuhkan penanganan dan
perawatan khusus.
Kata ahli, kondisi bradikardia yang parah dan tak ditangani dengan tepat
bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Mulai dari hipertensi, hipotensi, sinkop
(pingsan), angina pektoris, hingga gagal jantung.
Penyebab
Gangguan jantung ini bisa disebabkan oleh banyak faktor. Nah, berikut hal
yang bisa menyebabkannya menurut para ahli:
Adanya infeksi pada jaringan jantung.
Terjadinya kerusakan jaringan jantung, terkait penuaan.
Penumpukan zat besi pada organ (hemokromatosis).
Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Komplikasi dari operasi jantung.
Cacat jantung kongenital, kelainan jantung bawaan lahir.
Rusaknya jaringan jantung karena penyakit jantung atau serangan
jantung.
Sleep apnea obstruktif, dan gangguan pernapasan berulang selama
tidur.
7. Asam urat
Asam Urat adalah bentuk dari penyakit arthritis yang menyebabkan kemerahan,
pembengkakan, dan rasa sakit yang datang secara tiba-tiba pada sendi tubuh Anda.
Gejala asam urat seringkali datang tiba-tiba. Penyakit ini dapat menyerang seluruh
sendi di tubuh, akan tetapi sendi lutut, pergelangan kaki, telapak kaki, dan juga jempol
adalah bagian yang paling sering terkena asam urat.
Sebenarnya asam urat merupakan senyawa alami yang diproduksi tubuh.
Selama kadar asam urat dalam tubuh normal, Anda tidak akan mengalami masalah.
Namun, ketika kadarnya melonjak naik, barulah bisa bisa memicu penyakit. Kadar
asam urat yang normal adalah di bawah 6 mg/dL untuk perempuan dan laki-laki di
bawah 7 mg/dL.
Kadar asam urat bisa tinggi disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi
makan yang mengandung purin tinggi. Masalahnya, saat mencerna makanan yang
mengandung purin, tubuh akan secara otomatis memproduksi asam urat. Jadi siapa
saja yang mengonsumsi makanan dengan purin tinggi akan memiliki kadar asam urat
yang tinggi pula.
Seringnya penyakit asam urat dikaitkan dengan orang lanjut usia, padahal asam urat
tinggi dapat memengaruhi semua orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin.
Semakin hari, semakin banyak orang yang tidak memerhatikan pola makan dan
apa saja kandungan dari makanan yang dikonsumsi. Hal inilah yang membuat pola
makannya menjadi buruk dan dapat meningkatkan risiko asam urat. Asam urat pada
usia muda juga bisa disebabkan oleh faktor genetik. Ini artinya mereka yang memiliki
anggota keluarga berpenyakit asam urat berisiko mengalami kondisi yang sama. Oleh
sebab itu anda perlu waspada terhadap gejala asam urat yang bisa menyerang tiba-
tiba. Nah, berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, gejala asam urat,
penyebabnya serta langkah pengobatannya secara alami.
8. Gangguan Penglihatan
Salah satu masalah kesehatan yang terkait dengan proses penuaan adalah
gangguan penglihatan. Hal ini umum terjadi karena penuaan menyebabkan penurunan
fungsi berbagai organ tubuh, seperti sistem saraf, jantung dan pembuluh darah, serta
alat indera, termasuk mata. Gangguan penglihatan dapat menyebabkan penderitanya
sulit untuk melakukan kegiatan sehari-hari, berisiko mengalami cedera karena terjatuh,
bahkan mengalami depresi akibat keterbatasan ini.
6. Retinopati
Masalah kesehatan yang umum diderita oleh lansia, seperti hipertensi dan kadar gula
darah tinggi, dapat memicu terjadinya retinopati atau kerusakan pada lapisan retina.
Penderita retinopati biasanya mengalami gejala berupa:
Penglihatan yang kabur
Objek melayang (floaters) atau adanya area hitam pada penglihatan
Kesulitan membedakan warna
Gangguan melihat saat malam hari
9. Insomnia
Insomnia alias susah tidur pada malam hari bisa terjadi pada siapa saja.
Namun, kondisi ini disebut lebih rentan dialami oleh orang yang sudah lanjut usia
(lansia).
Gangguan tidur adalah kondisi yang sama sekali tidak boleh dianggap sepele.
Pasalnya, hal ini bisa menyebabkan terganggunya berbagai fungsi pada tubuh.
Kurang tidur bisa menyebabkan seseorang mengalami penurunan konsentrasi,
kurang fokus, stres, hingga tekanan darah meningkat. Kabar buruknya, kondisi ini
ternyata cukup sering dialami, terutama pada orang yang sudah lanjut usia alias
lansia.
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya gangguan tidur
pada lansia. Salah satunya ternyata berkaitan dengan penurunan fungsi otak. Pada
orang yang sudah lanjut usia, terjadi perubahan pada kinerja organ tersebut. Otak
bertugas untuk mengirim sinyal rasa lelah dan mengantuk pada tubuh.
Hal itu yang bisa membuat seseorang bisa tidur dengan nyenyak di malam
hari. Pada lansia, kinerja neuron otak mulai melemah, dan menyebabkan sinyal
tersebut tidak bekerja dengan baik.
Selain karena penurunan fungsi otak, susah tidur pada lansia bisa saja terjadi
sebagai gejala dari penyakit tertentu. Seperti diketahui, seiring bertambahnya usia,
risiko seseorang mengidap penyakit tertentu pun akan menjadi lebih tinggi. Apalagi
jika semasa muda orang tersebut tidak memiliki cukup “tabungan” untuk menjaga
kesehatan, misalnya tidak menerapkan pola hidup sehat dan jarang berolahraga.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan insomnia pada lansia, yaitu
kondisi penyakit akut atau kronis yang diidap, misalnya penyakit jantung,
pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis, penyakit ginjal, ataupun penyakit
reumatik, seperti pengapuran tulang yang dapat mengakibatkan nyeri terus-
menerus, sehingga menyebabkan lansia kesulitan tidur. Penggunaan obat-obatan
tertentu juga dapat menyebabkan insomnia, seperti golongan beta blocker yang
digunakan untuk pengobatan hipertensi dan obat antiparkinson.
Selain faktor-faktor diatas, insomnia pada lansia juga sering disebabkan karena
kondisi psikologis, seperti stres, depresi, atau kecemasan,akibat kesendirian,
pasangan meninggal, merasa tidak berguna, ataupun merasa diabaikan oleh
keluarga. Faktor lingkungan atau kebiasaan di siang hari juga dapat menyebabkan
tidak dapat tidur pada malam hari. Seperti, kurangnya aktivitas pada siang hari,
tidur siang, ataupun kondisi kamar tidur yang tidak nyaman, misalnya suhu kamar
terlalu dingin atau panas, tempat tidur yang tidak nyaman, maupun lingkungan
sekitar kamar berisik.
Meski gangguan tidur adalah hal yang wajar terjadi pada orang lanjut usia,
tapi tidak ada salahnya untuk tetap waspada terhadap kondisi ini. Insomnia yang
cukup parah dan terjadi dalam jangka panjang sebaiknya tidak diabaikan begitu
saja. Jika gangguan tidur berlanjut, dan mulai terasa serius, segera hubungi dokter
untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan segera.
10. DEMENSIA
Demensia adalah sindrom yang paling sering terjadi pada orang-orang
lansia berusia di atas 65 tahun. Sindrom ini bisa menyebabkan pengidapnya
mengalami penurunan kemampuan fungsi otak, seperti menurunnya daya
ingat, berkurangnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, serta
menurunnya kecerdasan mental. Orang yang mengidap demensia tidak
langsung serta merta mengalami penurunan fungsi otak secara drastis.
Melainkan, penyakit ini berkembang secara progresif. Yuk, ketahui proses
terjadinya demensia di sini.
Penyebab Demensia
Demensia terjadi karena sel saraf otak di bagian tertentu mengalami
kerusakan, sehingga menyebabkan kemampuan otak untuk berkomunikasi
dengan saraf tubuh lainnya menjadi menurun. Akibatnya, pengidap demensia
akan mengalami gejala sesuai area otak yang mengalami kerusakan.
Demensia umumnya berkembang secara progresif. Namun, ada juga kondisi
lain yang menyerupai demensia yang sifatnya sementara dan dapat dipulihkan.
Gejala Demensia
Tiap pengidap demensia bisa mengalami gejala yang berbeda-beda
tergantung penyebabnya. Namun, sindrom ini tidak hanya akan memengaruhi
kognitif pengidap, tapi juga psikologisnya. Dari segi kognitif, berikut gejala
demensia yang biasanya akan dialami pengidap lansia:
Hilang ingatan
Konsentrasi menurun
Sulit berkomunikasi
Sulit berbahasa
Tidak mampu memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu
Kebingungan
Sulit mengambil keputusan
Koordinasi pergerakan tubuh tidak seimbang.
Sementara gejala demensia lansia dari sisi psikologis, seperti:
Sering merasa gelisah
Ketakutan atau paranoid
DepresI
Suasana hati dan perilaku yang berubah-ubah
Halusinasi
Agitasi.
Pada kondisi yang sudah parah, pengidap bisa mengalami gejala berupa
kelumpuhan di salah satu sisi tubuh, tidak mampu menahan hasrat buang air
kecil, serta napsu makan berkurang dan sulit menelan.
11. STROKE
Stroke merupakan kondisi yang dapat mengancam hidup seseorang
dan juga dapat menimbulkan kerusakan permanen. Stroke adalah suatu kondisi
di mana suplai darah menuju otak terganggu atau kurang lancar, sehingga
jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Dalam hitungan menit, sel – sel
otak mulai mati.
Stroke dapat menyerang siapa saja tanpa pandang umur. Ada 2 macam
faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang terkena Stroke, yaitu faktor
Risiko yang dapat diubah dan yang tak dapat diubah. Faktor Risiko yang tidak
bisa diubah antara lain : Umur, jenis kelamin (wanita lebih rentan), keturunan,
dan riwayat keluarga yang pernah terserang stroke / pennyakit jantung koroner.
Faktor Risiko yang dapat diubah sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup,
diantaranya : kebiasaan merokok, kurang aktivitas, alkohol, narkoba, obesitas,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan dyslipidemia.
Penyebab Stroke secara umum dibagi menjadi 2 :
Stroke iskemik: Darah yang membeku menyumbat pembuluh darah.
Jenis ini biasa terjadi pada orang lanjut usia.
Stroke Hemorhagic : Terjadi ketika pembuluh darah di dalam otak bocor
atau pecah sehingga darah mengalir ke dalam otak atau ke permukaan
otak. Jenis stroke ini lebih mematikan.
Gejala Stroke antara lain :
Sakit kepala secara tiba-tiba dan parah
Kesulitan melihat di satu atau kedua mata
Tiba-tiba pusing dan kesulitan berjalan
Kebingungan secara tiba-tiba Kesulitan berbicara
Mati rasa tiba-tiba atau kelemahan wajah, lengan atau kaki
Stroke dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat (makan makanan
sehat, olahraga teratur, tidak merokok, minum alkohol sesuai takaran).
Menurunkan tingkat kolesterol & tekanan darah tinggi dengan obat – obatan
juga bisa mengurangi risiko terkena stroke. Menjaga kadar normal gula darah
juga penting untuk mencegah terjadinya stroke.
12. OSTEOARTHRITIS
Osteoarthritis adalah pengapuran sendi yang disebabkan karena faktor
penuaan. Kondisi ini berbeda dengan osteoporosis yang terjadi akibat
pengeroposan tulang. Biasanya, osteoarthritis menyerang sendi penyangga
berat badan, seperti pada lutut, pinggul, punggung, leher, dan sendi pada jari-
jari. Lantas, apa yang membuat lansia rentan alami osteoarthritis? Ini
jawabannya.
Mengapa Lansia Rentan Alami Osteoarthritis?
Osteoarthritis sebenarnya bisa terjadi pada segala kelompok usia,
termasuk orang berusia muda dan lansia. Namun seringnya, gejala
osteoarthritis baru muncul pada saat seseorang menginjak usia lebih tua. Hal
ini didukung oleh National Library of Medicine yang menyebutkan banyak orang
mengalami gejala osteoarthritis pada usia 70 tahun.
Pada usia muda, osteoarthritis lebih disebabkan karena faktor trauma.
Misalnya, karena cedera olahraga, kecelakaan, atau faktor genetik. Sedangkan
pada lansia, osteoarthritis disebabkan karena melemahnya sendi dan tulang
seiring pertambahan usia.
Bertambahnya usia bukan hanya membuat sendi dan tulang menjadi
kaku, melainkan juga membuat produksi cairan sinovial yang berfungsi sebagai
pelumas menjadi berkurang. Akibatnya, lansia rentan mengalami pergesekan
antara tulang dan sendi, menyebabkan tulang rawan menipis dan menimbulkan
gejala fisik yang mengganggu aktivitas. Di antaranya adalah nyeri, bengkak,
dan masalah pergerakan sendi.
Selain usia, adakah faktor lain penyebab osteoarthritis? Tentu ada,
berikut ini faktor risiko osteoarthritis selain usia yang perlu diketahui:
Riwayat keluarga. Risiko pengapuran sendi meningkat pada orang yang
memiliki riwayat kondisi serupa di dalam keluarga.
Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko mengalami pengapuran sendi
dibandingkan pria. Risiko ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon
estrogen pada perempuan setelah menopause.
Kelebihan berat badan (overweight atau obesitas). Kelebihan berat
badan memberi tekanan lebih besar pada persendian, tulang rawan,
dan tulang (terutama pada lutut). Hal ini yang memicu terjadinya
pengapuran pada lutut hingga membatasi kemampuan gerak.
Pekerjaan. Terutama pekerjaan yang melibatkan sendi dan tulang
secara berlebihan.
Cedera pada sendi. Misalnya, akibat kecelakaan atau terjatuh.
Mengidap penyakit radang sendi lain, seperti asam urat atau rheumatoid
arthritis.