Anda di halaman 1dari 22

12 PENYAKIT PADA LANSIA

1. HIPERTENSI
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit
jantung, stroke, dan terkadang kematian. Tekanan darah adalah kekuatan yang
diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah
utama dalam tubuh. Tekanan ini tergantung pada resistensi pembuluh darah dan
seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa jantung dan
semakin sempit arteri, maka semakin tinggi tekanan darah. Seseorang bisa
dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang berbeda,
pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140
mmHg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah lebih
besar dari 90 mmHg.

Faktor Risiko Hipertensi


Seiring bertambahnya usia, kemungkinan mengidap hipertensi akan meningkat.
Berikut ini faktor-faktor pemicu yang dapat memengaruhi peningkatan risiko
hipertensi:
 Berusia di atas 65 tahun.
 Mengonsumsi banyak garam.
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan hipertensi.
 Kurang makan buah dan sayuran.
 Jarang berolahraga.
 Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung
kafein).
Penyebab Hipertensi
Ada dua jenis tekanan darah tinggi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder.
Berikut penyebab masing-masing kedua jenis hipertensi tersebut:
1. Hipertensi Primer
Pada kebanyakan orang dewasa penyebab tekanan darah tinggi ini
seringkali tidak diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara
bertahap selama bertahun-tahun.
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena memiliki kondisi
kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul
tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi
primer.

Gejala Hipertensi
Gejala yang muncul akibat hipertensi, antara lain:
 Sakit kepala
 Lemas
 Masalah dalam penglihatan
 Nyeri dada.
 Sesak napas.
 Aritmia.
 Adanya darah dalam urine.

2. DIABETES
Diabetes adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang
yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas
nilai normal. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Faktor Risiko Diabetes


Faktor risiko diabetes tipe 1, antara lain:
1. Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih
memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang
mengidap penyakit yang sama, karena berhubungan dengan gen tertentu.

2. Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis
khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe
1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari
sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun.

3. Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4-7
tahun, kemudian pada anak-anak usia 10-14 tahun.
4. Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu
dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4
bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta
menderita penyakit kuning saat lahir.

Faktor risiko diabetes tipe 2, antara lain:


 Berat badan berlebih atau obesitas
 Distribusi lemak perut yang tinggi
 Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga
 Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga
 Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat
terjadi sebelum usia 45 tahun
 Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari
normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes
 Riwayat diabetes saat hamil

Penyebab Diabetes
Diabetes disebabkan karena adanya gangguan dalam tubuh, sehingga
tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel, sehingga
glukosa menumpuk dalam darah. Pada diabetes tipe 1, gangguan ini
disebabkan karena pankreas tidak dapat memproduksi hormon tertentu.
Sedangkan pada diabetes tipe 2, gangguan ini terjadi akibat tubuh tidak efektif
menggunakan hormon tertentu atau kekurangan hormon tertentu yang relatif
dibandingkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa yang tinggi ini dapat
merusak pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf,
sehingga mengakibatkan berbagai macam komplikasi.

Gejala Diabetes
Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2, antara lain:
 Sering merasa haus.
 Frekuensi buang air kecil meningkat, terutama pada malam hari.
 Rasa lapar yang terus-menerus.
 Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
 Lemas dan merasa lelah
 Luka yang lama sembuh.

Pengobatan Diabetes
Pengobatan diabetes tipe 1, antara lain:
 Hormon tertentu untuk mengontrol glukosa darah. Pemberian hormon ini
dengan cara disuntikkan pada lapisan di bawah kulit sekitar 3-4 kali sehari
sesuai dosis yang dianjurkan dokter.
 Pola makan sehat dan olahraga teratur untuk membantu mengontrol tingkat
glukosa darah.
 Merawat kaki dan memeriksakan mata secara berkala untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut.
Pengobatan diabetes tipe 2, antara lain:
 Perubahan pola hidup sehat, antara lain:
 Menghindari makanan berkadar glukosa tinggi atau berlemak tinggi
 Meningkatkan makanan tinggi serat
Melakukan olahraga secara teratur, minimal 3 jam setiap minggu
 Menurunkan dan menjaga berat badan tetap ideal.
 Menghindari atau berhenti merokok

3. INKONTINENSIA URINE
Merupakan kondisi hilangnya kontrol kandung kemih, sehingga
pengidap bisa mengeluarkan urine tanpa disadari. Bukan hanya memalukan,
tetapi inkontinensia urine juga merupakan tanda kondisi kesehatan tertentu.

Faktor Risiko Inkontinensia Urine


Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang mengalami inkontinensia
urine semakin meningkat. Selain itu, ada juga faktor lain yang bisa memicu
terjadinya kondisi tersebut, yaitu konsumsi obat tertentu, seperti obat darah
tinggi, obat anti-nyeri, dan beberapa golongan obat penenang. Kondisi fisiologis
yang menurun juga beberapa penyakit seperti pembesaran prostat, infeksi
saluran kemih dapat menjadi faktor risiko terjadinya inkontinensia urin.
Dibanding pria, wanita lebih rentan mengalami inkontinensia urine
karena memiliki saluran kemih lebih pendek. Sedangkan pria yang mengidap
pembesaran prostat lebih berisiko mengalami inkontinensia urine.
Penyebab Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh kondisi yang terkait saluran
kemih bagian bawah maupun kondisi yang tidak terkait saluran kemih bagian
bawah. Jika terkait saluran kemih bagian bawah, kondisi ini lebih diakibatkan
karena aktivitas otot dinding kandung kemih yang berlebihan. Hal tersebut bisa
dipengaruhi oleh penyakit saraf, sumbatan di saluran kemih, batu di kandung
kemih atau pun kanker kandung kemih. Namun, inkontinensia urine juga dapat
terjadi meski saluran kemih normal. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada
lanjut usia dan terkait dengan kondisi mobilitas juga kognitif.

Gejala Inkontinensia Urine


Berdasarkan gejalanya, inkontinensia urine bisa dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
 Inkontinensia Stres. Urine bocor keluar di saat terjadi tekanan di
kandung kemih, misalnya saat batuk, bersin, atau tertawa
 Inkontinensia Urge. Pengidap memiliki keinginan yang kuat untuk tiba-
tiba buang air kecil diikuti dengan keluarnya urine yang tidak disengaja
(mengompol). Pengidap bisa buang air kecil hingga lebih dari 8 kali
dalam sehari, termasuk di malam hari
 Inkontinensia Overflow. Pengidap sering mengompol dalam jumlah
urine yang sedikit-sedikit karena kandung kemih tidak sepenuhnya
kosong.

Pengobatan dan Efek Samping Inkontinensia Urine


Menentukan penyebab, jenis, dan tingkat keparahan inkontinensia urine
sangat penting, agar dokter bisa memberikan pengobatan yang tepat.
Pengobatan inkontinensia urine meliputi:
 Terapi perilaku untuk mengurangi inkontinensia urine dengan edukasi,
pemantauan kebiasaan berkemih, penyesuaian asupan cairan dan
kafein, penurunan berat badan untuk wanita yang kelebihan berat
badan, penggunaan alat bantu (misalnya, tempat berkemih di samping
tempat tidur), dan berbagai jenis pelatihan kandung kemih dan saluran
uretra (misalnya, meningkatkan jarak waktu berkemih dan latihan otot
panggul).
 Terapi obat untuk merelaksasikan kandung kemih. Obat yang
digunakan merupakan obat golongan antikolinergik yang dapat memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, sulit BAB, penglihatan buram
dan rasa seperti kebingungan.

Pencegahan Inkontinensia Urine


Inkontinensia urine di antaranya dapat dicegah dengan:
 Menjaga berat badan tetap ideal
 Latihan otot panggul ( senam kegel
 Membatasi mengonsumsi minuman yang bersifat diuretic, seperti teh
dan kopi

4. OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah penyakit ketika tulang secara perlahan kehilangan
kepadatannya, sehingga menjadi lemah dan rentan akan fraktur (patah tulang).
Osteoporosis paling sering menyebabkan fraktur di panggul, tulang belakang,
dan pergelangan tangan.

Gejala Osteoporosis
Osteoporosis dikenal sebagai penyakit sunyi atau silent disease, sebab
pengidap tidak merasakan gejala apapun sampai kecelakaan seperti terpeleset
atau jatuh menyebabkan patah tulang.

Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis


Faktor risiko osteoporosis meliputi banyak kondisi, di antaranya bisa
dimodifikasi dan sebagian lainnya tidak dapat dimodifikasi
 Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
Hormon seks. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus
menstruasi yang bolong-bolong maupun menopause dapat
menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki,
kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan osteoporosis. Hal
ini dapat dimodifikasi dengan perubahan pola makan dan juga terapi
hormonal. Anoreksia nervosa. Pada anoreksia nervosa, tubuh tidak
mendapatkan nutrisi yang seharusnya, sehingga kekurangan komponen
yang dibutuhkan untuk menjaga kepadatan tulang Konsumsi kalsium
dan vitamin D yang kurang dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.

 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:


Jenis kelamin: Perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis
daripada pria
Usia: Sebagai penyakit degeneratif, osteoporosis menyerang individu
dengan usia lanjut sekitar 40 tahun ke atas.
Ukuran tubuh yang kecil dan kurus pada perempuan
Perempuan dengan etnis Kaukasia dan Asia memiliki risiko paling tinggi
dibanding perempuan Hispanik dan kulit hitam.
Riwayat keluarga dengan osteoporosis.

Perawatan untuk osteoporosis meliputi:


 Diet seimbang kaya kalsium dan vitamin D
 Rencana latihan
 Gaya hidup yang sehat
 Obat-obatan, jika diperlukan. (terapi penggantian estrogen, modulator
reseptor estrogen selektif, kalsitonin, dan bifosfonat.)

Pencegahan Osteoporosis
 Diet
Diet sehat dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup membantu
membuat tulang pengidap kuat. Banyak orang mendapatkan kurang dari
setengah kalsium yang mereka butuhkan. Sumber kalsium yang baik adalah
susu rendah lemak, yoghurt, keju, jus jeruk, sereal, dan roti. Vitamin D juga
dibutuhkan untuk tulang yang kuat. Beberapa pengidap mungkin perlu minum
pil vitamin D.
 Olahraga
Jenis-jenis olahraga yang bisa mencegah osteoporosis, yaitu:
Berjalan
Mendaki
Jogging
Naik tangga
Angkat beban
Tenis
Dansa
 Gaya Hidup
Gaya hidup yang bisa mencegah osteoporosis, yaitu:
Kurangi merokok
Kurangi alcohol

5. PRESBIKUSIS
Proses penuaan seringkali ditandai dengan menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh, salah satunya adalah fungsi pendengaran. Sekitar 30-
35% orang berusia antara 65-75 tahun akan mengalami gangguan
pendengaran secara perlahan lahan akibat proses penuaan yang dikenal
dengan istilah presbicusis.
Akibat adanya gangguan pendengaran ini, seringkali orang-orang
disekitarnya akan berbicara dengan suara yang lebih lantang dan keras dengan
para lansia. Namun demikian bukan berarti semakin keras suara yang
diucapkan akan terdengar lebih baik bagi mereka karena ternyata suara yang
terlalu keras pun akan terdengar menyakitkan di telinga mereka.

Mengapa Lansia Mengalami Gangguan Pendengaran?


Penyebab terjadinya presbikusis yang tepat belum diketahui hingga saat
ini, namun secara umum diketahui bahwa penyebabnya bersifat multifaktorial.
Diduga timbulnya presbikusis berhubungan dengan faktor bawaan, pola makan,
metabolisme, atheriosklerosis, diabetes melitus, infeksi, bising, gaya hidup,
obat-obatan, dll. Presbikusis umumnya akan menyerang kedua telinga secara
perlahan-lahan sehingga orang tersebut tidak dapat menyadari adanya
gangguan pendengaran pada dirinya.

Bertambahnya usia sering disertai perubahan dan penurunan fungsi


tubuh, salah satunya indera pendengaran. Dalam istilah medis, penurunan
pendengaran pada usia lanjut disebut presbikusis. Kondisi ini tidak mengancam
nyawa, tapi bisa memengaruhi kualitas hidup pengidapnya.
Presbikusis terjadi secara perlahan seiring pertambahan usia. Ditandai
dengan berbagai perubahan pada indera pendengaran, seperti perubahan
struktur telinga dalam, perubahan peredaran darah ke telinga, gangguan saraf
pada sistem pendengaran, dan kerusakan pada rambut getar di telinga. Setiap
gejala dari gangguan pendengaran ini umumnya terjadi di kedua telinga.

Kapan Pendengaran Mulai Berkurang?


Presbikusis diawali dengan penurunan kemampuan mendengar suara
bernada tinggi. Gejala ini berkembang dan membuat pengidap presbikusis sulit
mendengar dalam kebisingan, sulit membedakan suara "s" dan "th", dan telinga
berdenging. Kamu dicurigai mengalami penurunan pendengaran jika menyetel
suara televisi lebih kencang dari biasanya, sulit memahami percakapan di
telepon, dan meminta orang lain mengulang perkataannya.
Presbikusis akan terus memburuk seiring berjalannya waktu. Itu
sebabnya penurunan pendengaran akibat faktor usia tidak bisa disembuhkan.

Bisakah Presbikusis dicegah?


Sebenarnya tidak bisa, tapi kamu bisa melakukan beberapa hal untuk
mencegah keadaan memburuk. Jika kamu didiagnosa mengidap presbikusis,
cobalah untuk:
1. Hindari Suara Bising
Batasi paparan suara bising dari sumber manapun, termasuk earphone,
speaker, petasan, kendaraan, dan lainnya. Waktu mendengarkan musik pakai
earphone yang direkomendasikan tidak lebih dari delapan jam dengan volume
suara maksimal 60 persen.
2. Gunakan Pelindung
Misalnya pakai sumbat telinga saat berada di lingkungan bising. Situasi
ini rentan dialami pekerja pabrik atau industri berat, pekerja transportasi,
pekerja konstruksi, penambang, dan pekerja lainnya. Jika tidak memungkinkan,
beri jarak atau jauhi sumber suara bising.
3. Rutin Periksa Telinga
Tujuannya untuk memastikan presbikusis tidak memburuk dan
mengecek gangguan pendengaran lain yang mungkin terjadi. Gunakan momen
untuk membicarakan keluhan pada telinga dan tanya dokter tentang cara
merawat kesehatan telinga yang benar.
4. Atur Pola Makan Sehat
Caranya dengan konsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kalori.
Bagi pengidap diabetes, disarankan untuk membatasi konsumsi gula dan rutin
memantau kadar gula darah. Pasalnya kadar gula darah yang tinggi bisa
membuat presbikusis yang diidap memburuk. Sebaiknya tanyakan dokter
Halodoc tentang asupan yang baik dikonsumsi saat mengidap presbikusis atau
gangguan pendengaran lain.

Itulah alasan lansia sering mengidap gangguan pendengaran. Selain


karena faktor usia, penurunan pendengaran pada lansia bisa terjadi karena
peredaran darah terganggu, sering terkena suara bising, mengidap diabetes,
efek samping konsumsi obat, kebiasaan merokok, serta riwayat keluarga
dengan penurunan pendengaran.

6. Jantung
Pada dasarnya, denyut jantung seseorang dipengaruhi oleh usia dan
aktivitasnya. Misalnya, orang yang berolahraga pasti denyutnya akan lebih
cepat ketimbang mereka yang bersantai. Nah, hal yang mesti diketahui adalah
bila jumlah denyut jantung yang berlebihan atau berdetak lebih lambat dari
biasanya, maka bisa menimbulkan masalah pada kesehatan tubuh. Lambatnya
denyut jantung dalam dunia medis biasa disebut dengan bradikardia. Kata ahli,
melambatnya detak jantung ini kebanyakan enggak menimbulkan gejala.
Namun, bila lambatnya detak jantung sering terjadi dan diiringi gangguan irama
jantung, ini yang mesti diperhatikan.
Pasalnya, kondisi ini bisa berdampak pada organ dan jaringan tubuh
lain yang tidak terpenuhi pasokan darah. Meskipun bradikardia umumnya
terjadi pada lansia, tetapi gangguan jantung ini sebenarnya bisa dialami oleh
semua usia. Kata ahli, cara paling mudah untuk melihat normal atau tidaknya
detak jantung bisa diketahui secara tidak langsung dengan menghitung denyut
nadi di pergelangan tangan selama satu menit. Misalnya, detak jantung normal
orang dewasa berkisar 60—100 kali dalam satu menit. Anak-anak pada usia 1
—12 tahun di antara 80—110, sedangkan bayi (kurang dari satu tahun)
berkisar 100—160 kali dalam satu menit.

Gejala
Meski terkadang tak menimbulkan gejala, ada kalanya Bradikardia bisa
menimbulkan berbagai kondisi fisik seperti di bawah ini:
 Sesak napas.
 Hampir pingsan atau pingsan.
 Kelelahan.
 Pusing.
 Nyeri pada dada.
 Kelemahan.
 Mudah lelah saat beraktivitas fisik.
 Linglung atau masalah pada ingatan.
 Bisa Menimbulkan Komplikasi

Untuk sebagian orang, memiliki detak jantung lambat (<60 detakan), seperti
para atlet profesional, memang tak menimbulkan gejala apapun. Sebab,
mungkin saja hal itu sudah sesuai dengan fungsi tubuhnya. Namun, untuk
sebagian orang kondisi ini juga bisa menandai adanya masalah pada sistem
listrik jantung.
Kondisi ini bisa diartikan bahwa alat pacu jantung alami yang dimiliki
oleh tubuh tidak bekerja dengan baik. Alhasil, jantung berdetak sangat lambat
dan tidak bisa memompa darah untuk kebutuhan berbagai fungsi organ tubuh.
Namun yang mesti diperhatikan, dalam tahap yang parah dampak
bradikardia bisa menyebabkan kematian. Nah, karena seseorang yang
memasuki usia 65 tahun atau lebih cenderung memiliki detak jantung yang
lambat dan lemah, karena itu para lansia membutuhkan penanganan dan
perawatan khusus.
Kata ahli, kondisi bradikardia yang parah dan tak ditangani dengan tepat
bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Mulai dari hipertensi, hipotensi, sinkop
(pingsan), angina pektoris, hingga gagal jantung.

Penyebab
Gangguan jantung ini bisa disebabkan oleh banyak faktor. Nah, berikut hal
yang bisa menyebabkannya menurut para ahli:
 Adanya infeksi pada jaringan jantung.
 Terjadinya kerusakan jaringan jantung, terkait penuaan.
 Penumpukan zat besi pada organ (hemokromatosis).
 Tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Komplikasi dari operasi jantung.
 Cacat jantung kongenital, kelainan jantung bawaan lahir.
 Rusaknya jaringan jantung karena penyakit jantung atau serangan
jantung.
 Sleep apnea obstruktif, dan gangguan pernapasan berulang selama
tidur.

Penyakit peradangan, seperti demam reumatik atau lupus. Pada dasarnya,


denyut jantung seseorang dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Misalnya,
orang yang berolahraga pasti denyutnya akan lebih cepat ketimbang mereka
yang bersantai. Nah, hal yang mesti diketahui adalah bila jumlah denyut
jantung yang berlebihan atau berdetak lebih lambat dari biasanya, maka bisa
menimbulkan masalah pada kesehatan tubuh.

Lambatnya denyut jantung dalam dunia medis biasa disebut dengan


bradikardia. Kata ahli, melambatnya detak jantung ini kebanyakan enggak
menimbulkan gejala. Namun, bila lambatnya detak jantung sering terjadi dan
diiringi gangguan irama jantung, ini yang mesti diperhatikan.
Pasalnya, kondisi ini bisa berdampak pada organ dan jaringan tubuh
lain yang tidak terpenuhi pasokan darah. Meskipun bradikardia umumnya
terjadi pada lansia, tetapi gangguan jantung ini sebenarnya bisa dialami oleh
semua usia.

7. Asam urat
Asam Urat adalah bentuk dari penyakit arthritis yang menyebabkan kemerahan,
pembengkakan, dan rasa sakit yang datang secara tiba-tiba pada sendi tubuh Anda.
Gejala asam urat seringkali datang tiba-tiba. Penyakit ini dapat menyerang seluruh
sendi di tubuh, akan tetapi sendi lutut, pergelangan kaki, telapak kaki, dan juga jempol
adalah bagian yang paling sering terkena asam urat.
Sebenarnya asam urat merupakan senyawa alami yang diproduksi tubuh.
Selama kadar asam urat dalam tubuh normal, Anda tidak akan mengalami masalah.
Namun, ketika kadarnya melonjak naik, barulah bisa bisa memicu penyakit. Kadar
asam urat yang normal adalah di bawah 6 mg/dL untuk perempuan dan laki-laki di
bawah 7 mg/dL.
Kadar asam urat bisa tinggi disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi
makan yang mengandung purin tinggi. Masalahnya, saat mencerna makanan yang
mengandung purin, tubuh akan secara otomatis memproduksi asam urat. Jadi siapa
saja yang mengonsumsi makanan dengan purin tinggi akan memiliki kadar asam urat
yang tinggi pula.
Seringnya penyakit asam urat dikaitkan dengan orang lanjut usia, padahal asam urat
tinggi dapat memengaruhi semua orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin.
Semakin hari, semakin banyak orang yang tidak memerhatikan pola makan dan
apa saja kandungan dari makanan yang dikonsumsi. Hal inilah yang membuat pola
makannya menjadi buruk dan dapat meningkatkan risiko asam urat. Asam urat pada
usia muda juga bisa disebabkan oleh faktor genetik. Ini artinya mereka yang memiliki
anggota keluarga berpenyakit asam urat berisiko mengalami kondisi yang sama. Oleh
sebab itu anda perlu waspada terhadap gejala asam urat yang bisa menyerang tiba-
tiba. Nah, berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, gejala asam urat,
penyebabnya serta langkah pengobatannya secara alami.

8. Gangguan Penglihatan
Salah satu masalah kesehatan yang terkait dengan proses penuaan adalah
gangguan penglihatan. Hal ini umum terjadi karena penuaan menyebabkan penurunan
fungsi berbagai organ tubuh, seperti sistem saraf, jantung dan pembuluh darah, serta
alat indera, termasuk mata. Gangguan penglihatan dapat menyebabkan penderitanya
sulit untuk melakukan kegiatan sehari-hari, berisiko mengalami cedera karena terjatuh,
bahkan mengalami depresi akibat keterbatasan ini.

Gangguan Penglihatan pada Lansia


Beberapa gangguan penglihatan yang sering ditemui pada lansia adalah:
1. Katarak
Katarak adalah kondisi yang menyebabkan lensa menjadi keruh, sehingga
penderitanya mengalami:
 Penglihatan kabur (seperti melihat asap atau awan atau warna tampak pudar)
 Ketidakmampuan melihat dalam cahaya yang redup
 Silau ketika melihat cahaya
 Penglihatan ganda
2. Presbiopi
Presbiopi adalah gangguan penglihatan jarak dekat akibat penurunan elastisitas lensa
dan fungsi otot bola mata seiring bertambahnya usia. Keluhan yang biasanya dialami
adalah:
 Penurunan kemampuan melihat jarak dekat
 Rasa lelah atau pegal pada mata
 Nyeri kepala
3. Mata kering
Mata kering adalah kondisi yang terjadi akibat penurunan produksi air mata dan
penguapan lapisan air mata. Gejala yang dirasakan bisa berupa:
 Mata merah dan terasa panas
 Penglihatan kabur
 Nyeri pada mata
 Seperti ada pasir di mata
 Mata cepat lelah
4. Radang dan Infeksi
Infeksi juga sering terjadi pada lansia karena adanya gangguan pembuangan air mata,
kerusakan lapisan mata, dan penurunan kekebalan tubuh. Penyakit infeksi mata yang
kerap terjadi pada lansia adalah konjungtivitis, keratitis, dan endoftalmitis. Biasanya,
pasien yang mengalami infeksi mata akan mengeluhkan nyeri, silau, dan merah pada
mata, serta gangguan penglihatan.
5. Glaukoma
Pada glaukoma, terjadi penyumbatan aliran cairan bola mata, sehingga cairan tersebut
akan menumpuk dan mengakibatkan tekanan dalam bola mata meningkat. Tingginya
tekanan dalam bola mata ini akan merusak serabut saraf penglihatan. Gejala utama
glaukoma adalah penurunan luas lapang pandang, yang biasanya dikeluhkan seperti
melihat dari lubang kunci. Gejala ini tidak signifikan pada tahap awal, sehingga sulit
terdiagnosis.

6. Retinopati
Masalah kesehatan yang umum diderita oleh lansia, seperti hipertensi dan kadar gula
darah tinggi, dapat memicu terjadinya retinopati atau kerusakan pada lapisan retina.
Penderita retinopati biasanya mengalami gejala berupa:
 Penglihatan yang kabur
 Objek melayang (floaters) atau adanya area hitam pada penglihatan
 Kesulitan membedakan warna
 Gangguan melihat saat malam hari

Orang yang telah berusia di atas 65 tahun disarankan untuk melakukan


pemeriksaan mata setiap 1-2 tahun sekali, walaupun tidak ada keluhan. Sedangkan
lansia dengan diabetes melitus disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata setiap
tahun sejak terdiagnosis, dan lansia yang memiliki risiko glaukoma disarankan untuk
melakukan pemeriksaan mata setiap 6-12 bulan sekali.
Selain rutin memeriksakan mata, Anda dianjurkan untuk menerapkan pola makan
yang sehat, menjaga kebersihan, rajin berolahraga, dan beristirahat yang cukup guna
mencegah terjadinya gangguan penglihatan di hari tua. Jangan ragu untuk
berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami keluhan yang berkaitan dengan
mata.

9. Insomnia
Insomnia alias susah tidur pada malam hari bisa terjadi pada siapa saja.
Namun, kondisi ini disebut lebih rentan dialami oleh orang yang sudah lanjut usia
(lansia).
Gangguan tidur adalah kondisi yang sama sekali tidak boleh dianggap sepele.
Pasalnya, hal ini bisa menyebabkan terganggunya berbagai fungsi pada tubuh.
Kurang tidur bisa menyebabkan seseorang mengalami penurunan konsentrasi,
kurang fokus, stres, hingga tekanan darah meningkat. Kabar buruknya, kondisi ini
ternyata cukup sering dialami, terutama pada orang yang sudah lanjut usia alias
lansia. 
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya gangguan tidur
pada lansia. Salah satunya ternyata berkaitan dengan penurunan fungsi otak. Pada
orang yang sudah lanjut usia, terjadi perubahan pada kinerja organ tersebut. Otak
bertugas untuk mengirim sinyal rasa lelah dan mengantuk pada tubuh.
Hal itu yang bisa membuat seseorang bisa tidur dengan nyenyak di malam
hari. Pada lansia, kinerja neuron otak mulai melemah, dan menyebabkan sinyal
tersebut tidak bekerja dengan baik. 
Selain karena penurunan fungsi otak, susah tidur pada lansia bisa saja terjadi
sebagai gejala dari penyakit tertentu. Seperti diketahui, seiring bertambahnya usia,
risiko seseorang mengidap penyakit tertentu pun akan menjadi lebih tinggi. Apalagi
jika semasa muda orang tersebut tidak memiliki cukup “tabungan” untuk menjaga
kesehatan, misalnya tidak menerapkan pola hidup sehat dan jarang berolahraga. 
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan insomnia pada lansia, yaitu
kondisi penyakit akut atau kronis yang diidap, misalnya penyakit jantung,
pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis, penyakit ginjal, ataupun penyakit
reumatik, seperti pengapuran tulang yang dapat mengakibatkan nyeri terus-
menerus, sehingga menyebabkan lansia kesulitan tidur. Penggunaan obat-obatan
tertentu juga dapat menyebabkan insomnia, seperti golongan beta blocker yang
digunakan untuk pengobatan hipertensi dan obat antiparkinson. 
Selain faktor-faktor diatas, insomnia pada lansia juga sering disebabkan karena
kondisi psikologis, seperti stres, depresi, atau kecemasan,akibat kesendirian,
pasangan meninggal, merasa tidak berguna, ataupun merasa diabaikan oleh
keluarga. Faktor lingkungan atau kebiasaan di siang hari juga dapat menyebabkan
tidak dapat tidur pada malam hari. Seperti, kurangnya aktivitas pada siang hari,
tidur siang, ataupun kondisi kamar tidur yang tidak nyaman, misalnya suhu kamar
terlalu dingin atau panas, tempat tidur yang tidak nyaman, maupun lingkungan
sekitar kamar berisik. 
Meski gangguan tidur adalah hal yang wajar terjadi pada orang lanjut usia,
tapi tidak ada salahnya untuk tetap waspada terhadap kondisi ini. Insomnia yang
cukup parah dan terjadi dalam jangka panjang sebaiknya tidak diabaikan begitu
saja. Jika gangguan tidur berlanjut, dan mulai terasa serius, segera hubungi dokter
untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan segera. 

Tips Tidur Nyenyak untuk Lanjut Usia 


Gangguan tidur pada lansia sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja. Salah
satu kunci yang bisa dilakukan untuk memperbaiki pola tidur adalah dengan
menerapkan gaya hidup sehat, misalnya dengan membiasakan konsumsi makanan
sehat, berhenti merokok, dan jangan mengonsumsi minuman beralkohol.
Menciptakan suasana yang nyaman juga bisa membantu lansia tidur lebih
nyenyak. 
Selain itu, mengatur jam tidur dengan rutin juga bisa membantu mengatasi
masalah tidur pada lanjut usia. Hal ini bisa dilakukan dengan menetapkan jam tidur
secara konsisten, dan usahakan untuk selalu tidur pada jam tersebut. Dengan
begitu, tubuh akan ikut menyesuaikan dan terlatih untuk bisa tidur di jam yang
tepat. 
Menghindari makan terlalu dekat dengan jam tidur juga bisa membantu
menghindari insomnia. Selain itu, hindari mengonsumsi minuman yang
mengandung kafein dan soda setidaknya enam jam sebelum tidur. 
Jauhkan perangkat elektronik, misalnya handphone dari jangkauan. Hindari
menonton televisi dan atur penerangan agar tubuh lebih mudah terlelap. Agar lebih
mudah terlelap, coba lakukan latihan relaksasi dengan mengatur pernapasan.
Mandi dengan air hangat sebelum tidur juga bisa membantu merelaksasikan tubuh
dan meningkatkan kualitas tidur malam. 

10. DEMENSIA
Demensia adalah sindrom yang paling sering terjadi pada orang-orang
lansia berusia di atas 65 tahun. Sindrom ini bisa menyebabkan pengidapnya
mengalami penurunan kemampuan fungsi otak, seperti menurunnya daya
ingat, berkurangnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, serta
menurunnya kecerdasan mental. Orang yang mengidap demensia tidak
langsung serta merta mengalami penurunan fungsi otak secara drastis.
Melainkan, penyakit ini berkembang secara progresif. Yuk, ketahui proses
terjadinya demensia di sini.

Penyebab Demensia
Demensia terjadi karena sel saraf otak di bagian tertentu mengalami
kerusakan, sehingga menyebabkan kemampuan otak untuk berkomunikasi
dengan saraf tubuh lainnya menjadi menurun. Akibatnya, pengidap demensia
akan mengalami gejala sesuai area otak yang mengalami kerusakan.
Demensia umumnya berkembang secara progresif. Namun, ada juga kondisi
lain yang menyerupai demensia yang sifatnya sementara dan dapat dipulihkan.

Apa Itu Demensia Progresif?


Demensia progresif adalah penurunan fungsi otak yang disebabkan oleh
kerusakan sel saraf otak tertentu. Kondisi ini bisa memburuk seiring
berjalannya waktu dan tidak bisa benar-benar disembuhkan. Ada berbagai jenis
demensia progresif, antara lain:

1. Penyakit Alzheimer. Ini adalah penyebab demensia yang paling umum.


Penyebab penyakit Alzheimer masih belum diketahui. Namun, beberapa
kelainan genetik diduga bisa meningkatkan risiko penyakit ini.

2. Lewy Body Dementia. Jenis demensia ini disebabkan karena terbentuknya


gumpalan protein yang tidak normal pada otak yang bisa juga terjadi pada
Alzheimer dan Parkinson.
3. Demensia Vaskuler. Selain kerusakan sel saraf otak, penyebab demensia
tertinggi kedua adalah adanya gangguan pada pembuluh darah otak.
Gangguan ini juga bisa menyebabkan stroke.

4. Demensia Frontotemporal. Merupakan kumpulan penyakit yang memiliki


gejala berupa degenerasi sel otak bagian frontal dan temporal. Jenis
demensia progresif ini juga sering dikaitkan dengan perilaku, kepribadian,
hingga kemampuan berbahasa.

5. Demensia Campuran. Demensia ini merupakan gabungan dari Alzheimer,


demensia vaskuler, dan Lewy body dementia.

Gejala Demensia
Tiap pengidap demensia bisa mengalami gejala yang berbeda-beda
tergantung penyebabnya. Namun, sindrom ini tidak hanya akan memengaruhi
kognitif pengidap, tapi juga psikologisnya. Dari segi kognitif, berikut gejala
demensia yang biasanya akan dialami pengidap lansia:
 Hilang ingatan
 Konsentrasi menurun
 Sulit berkomunikasi
 Sulit berbahasa
 Tidak mampu memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu
 Kebingungan
 Sulit mengambil keputusan
 Koordinasi pergerakan tubuh tidak seimbang.
 Sementara gejala demensia lansia dari sisi psikologis, seperti:
 Sering merasa gelisah
 Ketakutan atau paranoid
 DepresI
 Suasana hati dan perilaku yang berubah-ubah
 Halusinasi
 Agitasi.
Pada kondisi yang sudah parah, pengidap bisa mengalami gejala berupa
kelumpuhan di salah satu sisi tubuh, tidak mampu menahan hasrat buang air
kecil, serta napsu makan berkurang dan sulit menelan.

Tahap Perkembangan Demensia


Ada 5 tahap perkembangan kondisi yang akan dialami pengidap demensia.
Tahapan ini sekaligus menjadi penentu tingkat keparahan demensia
seseorang. Kelima tahap tersebut, antara lain:
Tahap 1: fungsi otak pengidap masih bekerja secara normal.
Tahap 2: pengidap mulai mengalami penurunan fungsi otak, tapi masih bisa
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Tahap 3: pengidap mulai mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, tapi masih dalam tahap ringan.
Tahap 4: pengidap mulai membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tahap 5: kemampuan fungsi otak pengidap menurun secara drastis, sehingga
harus bergantung pada orang lain untuk menjalani kehidupannya sehari-hari.

11. STROKE
Stroke merupakan kondisi yang dapat mengancam hidup seseorang
dan juga dapat menimbulkan kerusakan permanen. Stroke adalah suatu kondisi
di mana suplai darah menuju otak terganggu atau kurang lancar, sehingga
jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Dalam hitungan menit, sel – sel
otak mulai mati.
Stroke dapat menyerang siapa saja tanpa pandang umur. Ada 2 macam
faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang terkena Stroke, yaitu faktor
Risiko yang dapat diubah dan yang tak dapat diubah. Faktor Risiko yang tidak
bisa diubah antara lain : Umur, jenis kelamin (wanita lebih rentan), keturunan,
dan riwayat keluarga yang pernah terserang stroke / pennyakit jantung koroner.
Faktor Risiko yang dapat diubah sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup,
diantaranya : kebiasaan merokok, kurang aktivitas, alkohol, narkoba, obesitas,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan dyslipidemia.
Penyebab Stroke secara umum dibagi menjadi 2 :
 Stroke iskemik: Darah yang membeku menyumbat pembuluh darah.
Jenis ini biasa terjadi pada orang lanjut usia.
 Stroke Hemorhagic : Terjadi ketika pembuluh darah di dalam otak bocor
atau pecah sehingga darah mengalir ke dalam otak atau ke permukaan
otak. Jenis stroke ini lebih mematikan.
Gejala Stroke antara lain :
 Sakit kepala secara tiba-tiba dan parah
 Kesulitan melihat di satu atau kedua mata
 Tiba-tiba pusing dan kesulitan berjalan
 Kebingungan secara tiba-tiba Kesulitan berbicara
 Mati rasa tiba-tiba atau kelemahan wajah, lengan atau kaki

Pengobatan stroke tergantung dari penyebab stroke itu sendiri. Stroke


diobati menggunakan obat – obatan, seperti obat pencegahan untuk
menurunkan tekanan darah, obat penurun kolesterol, obat untuk
menghilangkan pembekuan darah. Seberapa besar kemungkinan seseorang
bisa pulih belum bisa diketahui. Banyak orang membutuhkan rehabilitasi seperti
terapi bicara, terapi fisik, dan terapi kerja.

Stroke dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat (makan makanan
sehat, olahraga teratur, tidak merokok, minum alkohol sesuai takaran).
Menurunkan tingkat kolesterol & tekanan darah tinggi dengan obat – obatan
juga bisa mengurangi risiko terkena stroke. Menjaga kadar normal gula darah
juga penting untuk mencegah terjadinya stroke.

12. OSTEOARTHRITIS
Osteoarthritis adalah pengapuran sendi yang disebabkan karena faktor
penuaan. Kondisi ini berbeda dengan osteoporosis yang terjadi akibat
pengeroposan tulang. Biasanya, osteoarthritis menyerang sendi penyangga
berat badan, seperti pada lutut, pinggul, punggung, leher, dan sendi pada jari-
jari. Lantas, apa yang membuat lansia rentan alami osteoarthritis? Ini
jawabannya.
Mengapa Lansia Rentan Alami Osteoarthritis?
Osteoarthritis sebenarnya bisa terjadi pada segala kelompok usia,
termasuk orang berusia muda dan lansia. Namun seringnya, gejala
osteoarthritis baru muncul pada saat seseorang menginjak usia lebih tua. Hal
ini didukung oleh National Library of Medicine yang menyebutkan banyak orang
mengalami gejala osteoarthritis pada usia 70 tahun.
Pada usia muda, osteoarthritis lebih disebabkan karena faktor trauma.
Misalnya, karena cedera olahraga, kecelakaan, atau faktor genetik. Sedangkan
pada lansia, osteoarthritis disebabkan karena melemahnya sendi dan tulang
seiring pertambahan usia.
Bertambahnya usia bukan hanya membuat sendi dan tulang menjadi
kaku, melainkan juga membuat produksi cairan sinovial yang berfungsi sebagai
pelumas menjadi berkurang. Akibatnya, lansia rentan mengalami pergesekan
antara tulang dan sendi, menyebabkan tulang rawan menipis dan menimbulkan
gejala fisik yang mengganggu aktivitas. Di antaranya adalah nyeri, bengkak,
dan masalah pergerakan sendi.
Selain usia, adakah faktor lain penyebab osteoarthritis? Tentu ada,
berikut ini faktor risiko osteoarthritis selain usia yang perlu diketahui:
 Riwayat keluarga. Risiko pengapuran sendi meningkat pada orang yang
memiliki riwayat kondisi serupa di dalam keluarga.
 Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko mengalami pengapuran sendi
dibandingkan pria. Risiko ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon
estrogen pada perempuan setelah menopause.
 Kelebihan berat badan (overweight atau obesitas). Kelebihan berat
badan memberi tekanan lebih besar pada persendian, tulang rawan,
dan tulang (terutama pada lutut). Hal ini yang memicu terjadinya
pengapuran pada lutut hingga membatasi kemampuan gerak.
 Pekerjaan. Terutama pekerjaan yang melibatkan sendi dan tulang
secara berlebihan.
 Cedera pada sendi. Misalnya, akibat kecelakaan atau terjatuh.
 Mengidap penyakit radang sendi lain, seperti asam urat atau rheumatoid
arthritis.

Bagaimana Pengobatan Osteoarthritis pada Lansia?


Osteoarthritis termasuk kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Meski
begitu, tetap ada pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala
yang muncul, yaitu:
 Menurunkan berat badan bagi pengidap yang mengalami kelebihan
berat badan.
 Menjalani fisioterapi atau terapi okupasi.
 Menggunakan alat khusus untuk membantu mengurangi rasa sakit,
terutama saat berdiri dan berjalan.
 Mengonsumsi obat pereda rasa sakit (seperti paracetamol dan obat
antiinflamasi nonsteroid), obat antidepresan (seperti duloxetine), dan
obat pereda nyeri topikal (dioleskan pada bagian sendi yang mengalami
nyeri ringan).
 Operasi, dianjurkan jika pengobatan yang telah dilakukan belum
berhasil mengatasi osteoarthritis. Prosedur ini dilakukan untuk
memperbaiki, memperkuat, dan mengganti sendi yang rusak.

Bagaimana dengan upaya pencegahannya?


Untuk mencegah risiko osteoarthritis, perlu rutin berolahraga untuk
menguatkan sendi dan tulang (setidaknya 20-30 menit per hari), menjaga
postur tubuh saat duduk dan berdiri, serta menjaga berat badan agar tidak
obesitas.

Anda mungkin juga menyukai