Anda di halaman 1dari 2

Pembesar prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius.

Pada tahap awal


terjadi pembesar prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi
uretra daerah prostat, leher, vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat
sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat dretusor
kedalam mokusa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang trabukulasi. Jika dilihat dari
dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa fisika dapat menerobos keluar diantara serat detrusor
sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar
disebut diverkel. Fase penebalan detrusorsor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut
detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu
lagi untuk kontransi, sehingga terjadi retensi urine total yang berlanjut pada hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas(Wijaya & Putri 2013:98).

Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia, dimana
terjadi perubahan keseimbangan testosterone, esterogen, karena produksi testosterone
menurun, produksi esterogen meningkat dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen
pada jaringan adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon testosteron, yang di
dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT)
dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis protein sehingga
mengakibatkan kelenjar prostat mengalami hyperplasia yang akan meluas menuju kandung
kemih sehingga mempersempit saluran uretra prostatika dan penyumbatan aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin,
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu (Presti et al, 2013).

Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli


berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-
buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-
buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower
urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin. selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. (Joyce,
2014) .

Sumber:

Joyce dkk. 2014. Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta : Salemba Medika.

Presti J, et al. 2013. Neoplasm of The Prostate Gland. USA: The McGraw Hill Compaines
Inc.

Wijaya,A.S dan Putri, Y. M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa


Teori dan Contoh Askep,. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai