Anda di halaman 1dari 18

Gagal Ginjal Kronik – Penyebab dan Gejala

Gagal ginjal kronik adalah kerusakan pada bagian ginjal yang menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Banyak orang mengalami penyakit ginjal kronik namun
tidak mengeluhkan gejala apapun pada awalnya. Hal ini dikenal sebagai fase
asimtomatik.

Gagal ginjal kronik biasanya terjadi tiba-tiba dan pertumbuhannya secara


bertahap. Penyakit ini berlangsung lambat dan biasanya tidak muncul hingga
pasien menunjukkan gejala parah dan membahayakan kesehatannya.

Seiring penurunan fungsi organ, gejala sakit ginjal yang bisa dialami oleh
penderita di antaranya:

 Buang air kecil dengan volume dan frekuensi kurang dari normal.
 Pembengkakan pada bagian tubuh yang tidak seharusnya, dan
penambahan berat badan dari penumpukan cairan dalam jaringan
(edema).
 Merasa sangat lelah.
 Penurunan nafsu makan.
 Merasa mual atau muntah.
 Sangat mengantuk atau sulit untuk tidur.
 Sakit kepala, atau kesulitan berpikir jernih.
 Merasakan sensasi logam di mulut.
 Gatal yang parah di seluruh tubuh.

Penyebab Gagal Ginjal Kronik


Penyebab penyakit ginjal kronik idak diketahui secara pasti. Tapi kondisi atau
penyakit yang merusak pembuluh darah atau struktur lainnya dalam ginjal
dapat menyebabkan penyakit ginjal. Penyebab paling umum dari penyakit ginjal
adalah:
 Kadar gula darah tinggi menyebabkan pembuluh darah pada ginjal
mengalami kerusakan. Jika tingkat gula darah tetap tinggi selama
bertahun-tahun, kerusakan ini secara bertahap akan mengurangi
fungsi ginjal.

 Tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan menyebabkan


kerusakan pada pembuluh darah yang tidak terkontrol, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah ginjal
juga. Tekanan darah juga sering meningkat akibat penyakit ginjal
kronis, dan tekanan darah yang sangat tinggi dapat merusak fungsi
ginjal, sehingga tekanan darah tinggi dan kerusakan ginjal saling
membuat hubungan sebab-akibat.

Kondisi lain yang dapat menjadi penyebab gagal ginjal kronik, meliputi:

 Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal polikistik,


pielonefritis, glomerulonefritis, atau masalah ginjal kongenital (bawaan
lahir).
 Arteri renalis (pembuluh darah yang menyuplai ginjal) menyempit atau
tersumbat.
 Penggunaan jangka panjang obat-obatan yang dapat merusak ginjal.
Contohnya meliputi obat nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID),
seperti celecoxib dan ibuprofen, dan antibiotik tertentu.

Sementara itu, diabetes dan tekanan darah tinggi adalah penyebab paling
umum dari penyakit gagal ginjal kronik yang menyebabkan kegagalan ginjal.
Diabetes atau tekanan darah tinggi juga dapat mempercepat perkembangan
penyakit ginjal pada seseorang yang sudah memiliki penyakit ini.

Faktor Risiko Meningkatnya Gagal Ginjal Kronik

Beberapa hal yang menyebabkan penyakit ginjal kronis terkait dengan usia dan
genetik. Anda mungkin dapat mengontrol hal-hal lain yang meningkatkan risiko,
seperti kebiasaan makan dan olahraga.
Sementara ada hal-hal yang tidak bisa dikontrol yang menjadi faktor risiko
utama untuk penyakit ginjal kronis, di antaranya:

 Ginjal semakin lemah pada orang yang lebih tua.


 Ras Afrika-Amerika dan penduduk asli Amerika lebih mungkin untuk
mendapatkan penyakit ginjal kronis.
 Laki-laki. Pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit
ginjal kronis daripada wanita.
 Riwayat keluarga merupakan faktor penting terjadinya diabetes dan
tekanan darah tinggi. Kedua penyakit itu adalah penyebab utama
penyakit ginjal kronis. Selain itu, penyakit ginjal polikistik adalah salah
satu dari beberapa penyakit warisan yang menyebabkan gagal ginjal.

Anda mungkin dapat memperlambat perkembangan penyakit ginjal kronis atau


menunda gagal ginjal dengan mengendalikan hal-hal yang meningkatkan risiko
kerusakan ginjal, seperti:

 Tekanan darah tinggi, yang secara bertahap merusak pembuluh darah


kecil (mikrovaskuler) di ginjal.
 Tingkat gula darah tetap tinggi dapat merusak pembuluh darah di
ginjal. Seiring waktu, kerusakan ginjal dapat berkembang, dan ginjal
mungkin berhenti bekerja sama sekali.
 Makan berprotein dan berlemak. Makan diet rendah protein dan lemak
dapat mengurangi risiko penyakit ginjal.
 Obat-obatan tertentu. Hindari penggunaan jangka panjang obat-
obatan yang dapat merusak ginjal, seperti penghilang rasa sakit
disebut NSAID dan antibiotik tertentu.

Pemeriksaan Gagal Ginjal Kronis


Dokter akan mengambil sampel darah serta tes urine untuk menentukan
apakah terdapat kerusakan pada ginjal atau tidak. Selain itu, akan dilakukan
tes lain pula untuk memastikan kondisi ginjal Anda.
Dokter juga akan menggunakan sinar-X untuk memeriksa ukuran ginjal yang
mungkin menjadi penyebab ginjal rusak, selain adanya gangguan lain,
gangguan pada saluran urine, batu ginjal atau tumor ginjal.

Pemeriksaan ini sangat penting dilakukan untuk membantu mencari tahu:

 Apakah penyakit ginjal terjadi secara tiba-tiba atau telah terjadi


selama waktu yang lama.

 Apa yang menyebabkan kerusakan ginjal.

 Pengobatan mana yang terbaik untuk membantu memperlambat


kerusakan ginjal.

 Seberapa baik pengobatan bekerja.

 Kapan waktu yang tepat untuk memulai dialisis atau kapan waktu yang
tepat untuk dilakukan transplantasi ginjal.

Setelah seseorang didiagnosis dengan penyakit gagal ginjal kronik, tes darah
dan urine dapat membantu Anda dan dokter untuk memantau penyakit.

Tes untuk Memeriksa Fungsi Ginjal


Ketika fungsi ginjal menurun, zat-zat seperti ureum, kreatinin, dan elektrolit
tertentu mulai meningkat kadarnya di dalam darah. Pemeriksaan ureum,
kreatinin, dan elektrolit penting dilakukan untuk menjadi suatu ukuran seberapa
baik ginjal bekerja.

 Tes kreatinin darah membantu untuk memperkirakan laju filtrasi


glomerulus (GFR) dengan mengukur tingkat kreatinin dalam darah.
Dokter dapat menggunakan GFR secara teratur untuk memeriksa
seberapa baik ginjal bekerja dan untuk tahap penyakit ginjal Anda.
 Perhitungan nitrogen urea darah (BUN) untuk mengukur seberapa
banyak nitrogen dari produksi limbah urea dalam darah. Tingkat BUN
naik bila ginjal tidak bekerja cukup baik untuk menghilangkan urea
dari darah.
 Tes gula darah puasa dilakukan untuk mengukur gula darah. Kadar
gula yang tinggi akan merusak pembuluh darah di ginjal.
 Elektrolit dalam darah akan meningkat jika ginjal tidak menjalankan
fungsinya untuk membuang sejumlah elektrolit tubuh.
 Tes darah untuk hormon paratiroid (PTH) memeriksa tingkat PTH, yang
membantu mengontrol kadar kalsium dan fosfor.
 Urinalisis (UA) dan tes urine untuk mikroalbumin, atau tes urine
lainnya, dapat mengukur protein dalam urine. Urine normal
seharusnya tidak mengandung protein.

Tes darah, terutama hemoglobin untuk mengetahui kondisi anemia. Jika ginjal
tidak menghasilkan cukup hormon eritropoetin untuk membuat sel darah
merah, maka anemia dapat terjadi. Selain pemeriksaan hemoglobin,
pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk mengetahui:

 Jumlah retikulosit menunjukkan berapa banyak sel darah merah


sedang diproduksi oleh sumsum tulang. Retikulosit yang banyak
menunjukkan bahwa tubuh kekurangan sel darah merah.
 Pemeriksaan tingkat zat besi, hal ini dibutuhkan untuk eritropoetin
agar dapat bekerja dengan cara yang seharusnya.
 Tes serum ferritin mengukur protein yang mengikat zat besi dalam
tubuh.

Tes lain yang mungkin dilakukan dokter untuk memantau fungsi ginjal atau
untuk mengetahui adakah penyakit ginjal lain serta kondisi tertentu yang
mengakibatkan menurunnya fungsi ginjal, diantaranya:

 USG ginjal membantu memperkirakan berapa lama seseorang memiliki


penyakit ginjal kronis. USG dapat memastikan apakah aliran urine
terhambat di ginjal. USG dapat membantu menemukan penyebab
penyakit ginjal, seperti penyakit ginjal obstruksi atau polycystic.

 Pemeriksaan doppler duplex atau angiogram ginjal mungkin dilakukan


untuk memeriksa masalah yang disebabkan oleh aliran darah yang
terbatas (stenosis arteri renalis).

 Biopsi ginjal dapat membantu mengetahui penyebab dari penyakit


ginjal kronis. Setelah transplantasi ginjal, dokter dapat menggunakan
pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ginjal baru tersebut cocok
untuk pasien.

Sementara itu, para ahli merekomendasikan tes skrining untuk penderita


penyakit ginjal kronis, terutama orang-orang  yang masuk  ke dalam kelompok
berisiko tinggi, seperti penderita diabetes atau tekanan darah tinggi, atau
adanya penyakit ginjal yang turun temurun dalam keluarga.

Pemeriksaan ginjal pada kelompok orang yang berisiko tinggi sebelum penyakit
ginjal didiagnosis dapat memberi kesempatan terbaik untuk mengendalikan
penyakit ini.

Gagal ginjal kronik adalah kerusakan pada bagian ginjal yang menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Banyak orang mengalami penyakit ginjal kronik namun
tidak mengeluhkan gejala apapun pada awalnya. Hal ini dikenal sebagai fase
asimtomatik.

Gagal ginjal kronik biasanya terjadi tiba-tiba dan pertumbuhannya secara


bertahap. Penyakit ini berlangsung lambat dan biasanya tidak muncul hingga
pasien menunjukkan gejala parah dan membahayakan kesehatannya.

Seiring penurunan fungsi organ, gejala sakit ginjal yang bisa dialami oleh
penderita di antaranya:

 Buang air kecil dengan volume dan frekuensi kurang dari normal.
 Pembengkakan pada bagian tubuh yang tidak seharusnya, dan
penambahan berat badan dari penumpukan cairan dalam jaringan
(edema).
 Merasa sangat lelah.
 Penurunan nafsu makan.
 Merasa mual atau muntah.
 Sangat mengantuk atau sulit untuk tidur.
 Sakit kepala, atau kesulitan berpikir jernih.
 Merasakan sensasi logam di mulut.
 Gatal yang parah di seluruh tubuh.

Penyebab Gagal Ginjal Kronik


Penyebab penyakit ginjal kronik idak diketahui secara pasti. Tapi kondisi atau
penyakit yang merusak pembuluh darah atau struktur lainnya dalam ginjal
dapat menyebabkan penyakit ginjal. Penyebab paling umum dari penyakit ginjal
adalah:

 Kadar gula darah tinggi menyebabkan pembuluh darah pada ginjal


mengalami kerusakan. Jika tingkat gula darah tetap tinggi selama
bertahun-tahun, kerusakan ini secara bertahap akan mengurangi
fungsi ginjal.

 Tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan menyebabkan


kerusakan pada pembuluh darah yang tidak terkontrol, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah ginjal
juga. Tekanan darah juga sering meningkat akibat penyakit ginjal
kronis, dan tekanan darah yang sangat tinggi dapat merusak fungsi
ginjal, sehingga tekanan darah tinggi dan kerusakan ginjal saling
membuat hubungan sebab-akibat.

Kondisi lain yang dapat menjadi penyebab gagal ginjal kronik, meliputi:
 Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal polikistik,
pielonefritis, glomerulonefritis, atau masalah ginjal kongenital (bawaan
lahir).
 Arteri renalis (pembuluh darah yang menyuplai ginjal) menyempit atau
tersumbat.
 Penggunaan jangka panjang obat-obatan yang dapat merusak ginjal.
Contohnya meliputi obat nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID),
seperti celecoxib dan ibuprofen, dan antibiotik tertentu.

Sementara itu, diabetes dan tekanan darah tinggi adalah penyebab paling
umum dari penyakit gagal ginjal kronik yang menyebabkan kegagalan ginjal.
Diabetes atau tekanan darah tinggi juga dapat mempercepat perkembangan
penyakit ginjal pada seseorang yang sudah memiliki penyakit ini.

Faktor Risiko Meningkatnya Gagal Ginjal Kronik

Beberapa hal yang menyebabkan penyakit ginjal kronis terkait dengan usia dan
genetik. Anda mungkin dapat mengontrol hal-hal lain yang meningkatkan risiko,
seperti kebiasaan makan dan olahraga.

Sementara ada hal-hal yang tidak bisa dikontrol yang menjadi faktor risiko
utama untuk penyakit ginjal kronis, di antaranya:

 Ginjal semakin lemah pada orang yang lebih tua.


 Ras Afrika-Amerika dan penduduk asli Amerika lebih mungkin untuk
mendapatkan penyakit ginjal kronis.
 Laki-laki. Pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit
ginjal kronis daripada wanita.
 Riwayat keluarga merupakan faktor penting terjadinya diabetes dan
tekanan darah tinggi. Kedua penyakit itu adalah penyebab utama
penyakit ginjal kronis. Selain itu, penyakit ginjal polikistik adalah salah
satu dari beberapa penyakit warisan yang menyebabkan gagal ginjal.
Anda mungkin dapat memperlambat perkembangan penyakit ginjal kronis atau
menunda gagal ginjal dengan mengendalikan hal-hal yang meningkatkan risiko
kerusakan ginjal, seperti:

 Tekanan darah tinggi, yang secara bertahap merusak pembuluh darah


kecil (mikrovaskuler) di ginjal.
 Tingkat gula darah tetap tinggi dapat merusak pembuluh darah di
ginjal. Seiring waktu, kerusakan ginjal dapat berkembang, dan ginjal
mungkin berhenti bekerja sama sekali.
 Makan berprotein dan berlemak. Makan diet rendah protein dan lemak
dapat mengurangi risiko penyakit ginjal.
 Obat-obatan tertentu. Hindari penggunaan jangka panjang obat-
obatan yang dapat merusak ginjal, seperti penghilang rasa sakit
disebut NSAID dan antibiotik tertentu.

Pemeriksaan Gagal Ginjal Kronis


Dokter akan mengambil sampel darah serta tes urine untuk menentukan
apakah terdapat kerusakan pada ginjal atau tidak. Selain itu, akan dilakukan
tes lain pula untuk memastikan kondisi ginjal Anda.

Dokter juga akan menggunakan sinar-X untuk memeriksa ukuran ginjal yang
mungkin menjadi penyebab ginjal rusak, selain adanya gangguan lain,
gangguan pada saluran urine, batu ginjal atau tumor ginjal.

Pemeriksaan ini sangat penting dilakukan untuk membantu mencari tahu:

 Apakah penyakit ginjal terjadi secara tiba-tiba atau telah terjadi


selama waktu yang lama.

 Apa yang menyebabkan kerusakan ginjal.


 Pengobatan mana yang terbaik untuk membantu memperlambat
kerusakan ginjal.

 Seberapa baik pengobatan bekerja.

 Kapan waktu yang tepat untuk memulai dialisis atau kapan waktu yang
tepat untuk dilakukan transplantasi ginjal.

Setelah seseorang didiagnosis dengan penyakit gagal ginjal kronik, tes darah
dan urine dapat membantu Anda dan dokter untuk memantau penyakit.

Tes untuk Memeriksa Fungsi Ginjal


Ketika fungsi ginjal menurun, zat-zat seperti ureum, kreatinin, dan elektrolit
tertentu mulai meningkat kadarnya di dalam darah. Pemeriksaan ureum,
kreatinin, dan elektrolit penting dilakukan untuk menjadi suatu ukuran seberapa
baik ginjal bekerja.

 Tes kreatinin darah membantu untuk memperkirakan laju filtrasi


glomerulus (GFR) dengan mengukur tingkat kreatinin dalam darah.
Dokter dapat menggunakan GFR secara teratur untuk memeriksa
seberapa baik ginjal bekerja dan untuk tahap penyakit ginjal Anda.
 Perhitungan nitrogen urea darah (BUN) untuk mengukur seberapa
banyak nitrogen dari produksi limbah urea dalam darah. Tingkat BUN
naik bila ginjal tidak bekerja cukup baik untuk menghilangkan urea
dari darah.
 Tes gula darah puasa dilakukan untuk mengukur gula darah. Kadar
gula yang tinggi akan merusak pembuluh darah di ginjal.
 Elektrolit dalam darah akan meningkat jika ginjal tidak menjalankan
fungsinya untuk membuang sejumlah elektrolit tubuh.
 Tes darah untuk hormon paratiroid (PTH) memeriksa tingkat PTH, yang
membantu mengontrol kadar kalsium dan fosfor.
 Urinalisis (UA) dan tes urine untuk mikroalbumin, atau tes urine
lainnya, dapat mengukur protein dalam urine. Urine normal
seharusnya tidak mengandung protein.

Tes darah, terutama hemoglobin untuk mengetahui kondisi anemia. Jika ginjal
tidak menghasilkan cukup hormon eritropoetin untuk membuat sel darah
merah, maka anemia dapat terjadi. Selain pemeriksaan hemoglobin,
pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk mengetahui:

 Jumlah retikulosit menunjukkan berapa banyak sel darah merah


sedang diproduksi oleh sumsum tulang. Retikulosit yang banyak
menunjukkan bahwa tubuh kekurangan sel darah merah.
 Pemeriksaan tingkat zat besi, hal ini dibutuhkan untuk eritropoetin
agar dapat bekerja dengan cara yang seharusnya.
 Tes serum ferritin mengukur protein yang mengikat zat besi dalam
tubuh.

Tes lain yang mungkin dilakukan dokter untuk memantau fungsi ginjal atau
untuk mengetahui adakah penyakit ginjal lain serta kondisi tertentu yang
mengakibatkan menurunnya fungsi ginjal, diantaranya:

 USG ginjal membantu memperkirakan berapa lama seseorang memiliki


penyakit ginjal kronis. USG dapat memastikan apakah aliran urine
terhambat di ginjal. USG dapat membantu menemukan penyebab
penyakit ginjal, seperti penyakit ginjal obstruksi atau polycystic.

 Pemeriksaan doppler duplex atau angiogram ginjal mungkin dilakukan


untuk memeriksa masalah yang disebabkan oleh aliran darah yang
terbatas (stenosis arteri renalis).

 Biopsi ginjal dapat membantu mengetahui penyebab dari penyakit


ginjal kronis. Setelah transplantasi ginjal, dokter dapat menggunakan
pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ginjal baru tersebut cocok
untuk pasien.
Sementara itu, para ahli merekomendasikan tes skrining untuk penderita
penyakit ginjal kronis, terutama orang-orang  yang masuk  ke dalam kelompok
berisiko tinggi, seperti penderita diabetes atau tekanan darah tinggi, atau
adanya penyakit ginjal yang turun temurun dalam keluarga.

Pemeriksaan ginjal pada kelompok orang yang berisiko tinggi sebelum penyakit
ginjal didiagnosis dapat memberi kesempatan terbaik untuk mengendalikan
penyakit ini.
BAB I PENDAHULUAN

a. LATAR BELAKANG

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah
metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Tetapi
pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi tersebut akan berubah. Gagal
ginjal kronik biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehingga biasanya diketahui setelah jatuh
dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Gagal ginjal kronik dapat
terjadi pada semua umur dan semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal ginjal kronik,
kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.

Melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka perawat harus dapat mendeteksi secara dini
tanda dan gejala klien dengan gagal ginjal kronik. Sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensip pada klien dengan gagal ginjal kronik.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran perawatan pada penyakit gagal ginjal kronik.

C. TUJUAN

Tujuan umum

Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik.

Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik

b. Mampu membuat analisa data pada pasien gagal ginjal kronik

c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.

d. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.

e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.

f. Mampu membuat evaluasi pada pasien gagal ginjal kronik

D. MANFAAT

1. Secara umum

a. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan khususnya gagal
ginjal kronik.
b. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengangagal ginjal kronik
dan penatalaksanaan masalah keperawatan.

c. Meningkatkan ketrampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Gagal
ginjal kronik.

2. Secara khusus

a. Bagi Penulis Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit
gagal ginjal kronik agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.

b. Bagi Pembaca Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang gagal ginjal kronik lebih
dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit gagal ginjal kronik.

c. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
penanganan gagal ginjal kronik sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik
d. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah informasi tentang gagal ginjal kronik serta dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi
ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).

Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia
karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta
elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999; 626)

B. ETIOLOGI

Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :

1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)

2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)

3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)

4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)

5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)

6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)

7.Nefropati toksik

8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) (Price & Wilson, 1994)

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2
kelompok :

1. Penyakit parenkim ginjal a. Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal


polikistik, Tbc ginjal b. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM

2. Penyakit ginjal obstruktif : Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluks ureter. Secara
garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang
memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi
yang lama, scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal.

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369) :

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah
tersinggung, depresi

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik
waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :

Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual,
muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis pitting


edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital friction rub pericardial, pembesaran vena leher
b. Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar

c. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan kussmaul d.
Gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna

e. Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat kesadaran, disorientasi,


kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku

f. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang,kelemahan pada tungkai Fraktur tulang,
Foot drop

g. Reproduktif : Amenore, Atrofi testekuler

D. PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi
sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium :

1. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan
lewat ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan
hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat
menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks
mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin
kapiler.
2. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat. 3
3. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan.
Tanda khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi
hipertensi.
4. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan
hipertensi hampir selalu ditemui.
5. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin plasma
disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.

D. PATHWAY ETIOLOGI
¯ Jumlah nefron fungsional å ¯ Nefron yg terserang hancur Neferon yg masih
utuh ¯ ¯ ¯ 90% nefron hancur ¯ 75% nefron hancur ¯ Adaptasi ¯ Tdk dpt
mengkompensasi (ketidakseimbangan cairan elektrolit) ¯ GFR å (BUN &
kreatinin ↗) ¯ Nefron hipertropi ¯ GFR å 10% dari normal (BUN & kreatinin ↗) ¯
Adaptasi ¯ ↗kecepatan filtrasi, ↗beban solut, ↗reabsorpsi ¯ Urine isoosmotis ¯
Kecepatan filtrasi & beban solut ↗ ¯ Keseimbangan cairan elektrolit
dipertahankan ¯ Kegagalan proses filtrasi ¯ Ketidakseimbangan dlm glomerulus
& tubulus ¯ Fungsi ginjal rendah ¯ Oliguri ¯ Poliuri, nokturi, azotemia ¯ å
cadangan ginjal Uremia ↗ ¯ Insufisiensi ginjal ¯ Penumpukan kristal urea di kulit
¯ Gagal ginjal ¯ Angiotensin ↗ ¯ Pruritus ¯ Eritropoetin di ginjal å ¯ Retensi Na+
¯ Gangguan integritas kulit SDM å ¯ Kelebihan volume cairan Pucat, fatigue,
malaise anemia ¯ Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan Intoleransi aktivitas F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Didalam memberikan pelayanan keperawatan
terutama intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik
secara medis ataupun kolaborasi antara lain : Pemeriksaan Laboratorium a.
Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin) b. Pemeriksaan UrinWarna, PH, BJ, kekeruhan, volume,
glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT2. 2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia) 3. Pemeriksaan USG Menilai
besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate 4.
Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen G.
PENCEGAHAN Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi
sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa
kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok
adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada
pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan
orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001).
H. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan
CKD dibagi tiga yaitu : 1. Konservatif a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium
darah dan urin b. Observasi balance cairan c. Observasi adanya odema d. Batasi
cairan yang masuk 2. Dialysis a. peritoneal diálisis biasanya dilakukan pada kasus
– kasus emergency. b. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang
tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis) c.
Hemodialisis d. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan : e. AV fistule :
menggabungkan vena dan arteri f. Double lumen : langsung pada daerah jantung
(vaskularisasi ke jantung) 3. Operasi a. Pengambilan batu b. transplantasi ginjal

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Anda mungkin juga menyukai