Tugas Paru Obstruktif Kronik
Tugas Paru Obstruktif Kronik
Disusun Oleh :
Gina Sonia
Ilham Rizy Pratama
Muhammad Taufik K
Shalma Islami Putri
Puji syukur kepada ALLAH SWT atas nikmatnya yang telah dierikan kepada
kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “penyakit paru
obstruktif kronik”
Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembingbing yang telah memberikan
bimbingannya dan teman-teman yang memberikan dukungan dan masukannya
kepada kami dan menyelesaikan tugas ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
PENDAHULUAN
A.Pengertian
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner &
Suddart, 2002) Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai
dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami
perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. (Mansunegoro, 1992)
Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah
sebagai berikut:
Bronkitis kronik Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir
setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
(Bruner & Suddart, 2002)
Emfisema paru Emfisema paru merupakan suatu distensi abnormal ruang
udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.
(Bruner & Suddart, 2002)
Asma Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible
dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. (Bruner & Suddart, 2002)
Bronkiektasis Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronik
yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru
dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda
dari saluran pernapasan atas,dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah
yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe. (Bruner & Suddart, 2002)
B.Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar
bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab utama timbulnya 80-90%
kasus PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan sosial-ekonomi dan status
pekerjaan yang rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi
pertambangan, perokok pasif atau terkena polusi udara dan konsumsi alkohol
yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30-40 tahun paling banyak
menderita PPOK.
C.Manifestasi Klinis
1.Batuk yang sangat produktif, puruken dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
inhalan, udara dingin atau infeksi
2.Sesak nafas dan dipsnea
3.Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada
mengembang.
4.Hipoksia dan hiperkapnea
5.Takipnea
6.Dipsnea yang menetap (corwin, 2000)
D. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-
sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir
yang dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan
tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan
membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang
berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien
kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernafasan. Penyempitan bronkial
lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan
nafas
E.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1.Pemeriksaan radiologis Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.
2. Pemeriksaan faal paru Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang
menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru
terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal)
atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan
KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small
airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli
untuk difusi berkurang.(5)
3. Analisis gas darah Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun,
timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis.
Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga
menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia
menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu
penyebab payah jantung kanan.(5)
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III,
dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet
. 5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1.Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik.
2.Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian
3.Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal. Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:.
Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara. 2.
Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empiris.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
9.a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat
kembali mengerjakan pekerjaan semula.
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang dideritanya.
Analisa Data
E. Evaluasi
Tgl/Jam No.D Evaluasi Paraf
x
10-2-2017 1 S: Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
Pasien mengatakan batuk berkurang
O: pasien tampak lebh segar
Pasien tidak memakai alat bantu pernafasan
A: Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
teratasi
P: Intervensi dihentikan
10-2-2017 2 S: Pasien mengatakan aktifitasnya sudah bisa
dilakukan mandiri
O: Pasien tampak lebih rileks
A: Masalah intoleransi aktifitas teratasi
P: Intervensi diihentikan
10-2-2017 3 S: Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan
nyenyak
O: Pasien tidur ±8 jam dengan nyenyak
A: Masalah resiko gangguan istirahat tidur
teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit paru kronik dengan
karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif nonversubel parsial,serta adanya respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang berbahaya.
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel
gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya.
B.saran
Adapun saran dari kami yaitu,untul lebih memahami dan memperdalam
pengetahuan mengenai konsep medis dan konsep proses keperawatan dari
PPOK,pembaca bisa membuka referensi yang lebih lengkap.