Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PARU OBSTRUKTIF KRONIK

Disusun Oleh :
Gina Sonia
Ilham Rizy Pratama
Muhammad Taufik K
Shalma Islami Putri

STIKES KARSA HUSADA GARUT


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas nikmatnya yang telah dierikan kepada
kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “penyakit paru
obstruktif kronik”
Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembingbing yang telah memberikan
bimbingannya dan teman-teman yang memberikan dukungan dan masukannya
kepada kami dan menyelesaikan tugas ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Garut.23 oktober 2019


DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................1
KATAPENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif……….…………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN
A.Definisi Gastritis .................................................................................................4
BEtiologi ................................................................................................................ 5
C.Manifestasi klinis ............................................................................................... 5
D.Patofisiologi ....................................................................................................... 6
E .Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 7
F.Penataklaksanaan ................................................................................................ 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik


yang progresif, artinya  penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin
memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini
terdapat fase-fase eksaserbasi akut. Berbagai faktor  berperan pada perjalanan
penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu faktor yang menimbulkan atau
memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi
lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran nafas
yang terjadi, dan identifikasi komponen yang memugkinkan adanya reversibilitas.
Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan
faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan
makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan PPOK perlu
diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga pengobatan PPOK menjadi lebih
baik. Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan
kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluar udara paru-paru. Penyakit paru obstruksi kronik adalah
kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru  berupa memanjangnya
periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan
tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner &
Suddart, 2002) Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai
dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami
perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. (Mansunegoro, 1992)

Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah
sebagai berikut:
 Bronkitis kronik Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir
setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
(Bruner & Suddart, 2002)
 Emfisema paru Emfisema paru merupakan suatu distensi abnormal ruang
udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.
(Bruner & Suddart, 2002)
 Asma Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible
dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. (Bruner & Suddart, 2002)
 Bronkiektasis Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronik
yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru
dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda
dari saluran pernapasan atas,dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah
yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe. (Bruner & Suddart, 2002)

B.Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar
bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab utama timbulnya 80-90%
kasus PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan sosial-ekonomi dan status
pekerjaan yang rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi
pertambangan, perokok pasif atau terkena polusi udara dan konsumsi alkohol
yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30-40 tahun paling banyak
menderita PPOK.
C.Manifestasi Klinis
1.Batuk yang sangat produktif, puruken dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
inhalan, udara dingin atau infeksi
2.Sesak nafas dan dipsnea
3.Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada
mengembang.
4.Hipoksia dan hiperkapnea
5.Takipnea
6.Dipsnea yang menetap (corwin, 2000)

D. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-
sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir
yang dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan
tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan
membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang
berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien
kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernafasan. Penyempitan bronkial
lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan
nafas

E.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1.Pemeriksaan radiologis Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
 Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.

 Corak paru yang bertambah Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk


kelainan foto dada yaitu:

a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia


dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan
pink puffer.
b. Corakan paru yang bertambah.

2. Pemeriksaan faal paru Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang
menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru
terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal)
atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan
KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small
airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli
untuk difusi berkurang.(5)
3. Analisis gas darah Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun,
timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis.
Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga
menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia
menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu
penyebab payah jantung kanan.(5)
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III,
dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet
. 5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap

F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1.Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik.
2.Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian
3.Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal. Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:.
 Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara. 2.
 Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
 Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empiris.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
9.a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat
kembali mengerjakan pekerjaan semula.
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang dideritanya.

Analisa Data

No. Tanggal Data Problem Etiologi


1 7-2-2017 DS : Bersihan Penumpukan
1.    pasien mengatakan jalan nafas sekret
sesak nafas tidak efektif
2.    pasien mengataakn
batuk batuk
3.    pasien mengatakan
sekret tidk bisa keluar
DO :
1.    pasien tampak sesak
2.    pasien tampak cemas
3.    Tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHg
N  : 90 x/menit
R  : 24 x/menit
S   : 36°C
4.    Hidung terpasang
oksigen dengan nasal
canul 3 Lpm
5.    Pada pemeriksaan fisik
paru terdengar auskultasi
ronchi
6.    Pasien terpasang
oksigen dengan nasal
canul 3 Lpm
7.    Pemeriksaan thorak
tanggal 2 Februari 2017
Hasil :
a.     Cordis : Cardiomegali
b.     Pulmo : Bronchitis
dengan gambaran
emifisematis long

2 7-2-2017 DS : Intoleransi Kelemahan


1.  pasien mengatakan selama aktifitas umum
sakit gerakannya terbatas
hanya berada ditempat
tidur dan beraktifitas
dibantu keluarga
2.  pasien mengatakan tidak
dapat beraktifitas dan
hanya ditempat tidur
DO :
1.     Tanda-tanda vital :
TD: 120/80 mmHg
N  : 90 x/menit
R  : 24 x/menit
S    : 36°C
2.     Pasien tampak memakai
pempers
3.     Tangan kiri terpasang
infus Asering 15 tpm
4.     Skala Norton
Kesimpulan : Beresiko
dekubitus (13)
5.     Indeks Katz : G
(Ketergantungan untuk
semua fungsi diatas)
6.     Modifikasi Skala Morse
Kesimpulan : resiko jatuh
sedang (45)
3 7-2-2017 DS : Resiko Kegelisahan/
1.  pasien mengatakan tidur gangguan sering
tidak nyenyak, ±6 istirahat bangun
jam/hari, dan sering tidur malam
terbangun
DO :
1.    Tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHg
N  : 90 x/menit
R  : 24 x/menit
S  : 36°C
2. pasien tampak gelisah

B.  Diagnosa Keperawatan


No.D Diagnosa Keperawatan Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi Paraf
x
1 Bersihan jalan nafas 7 Februari 2017
tidak efektif b/d
penumpukan sekret
2 Intoleransi aktifitas b/d 7 Februari 2017
kelemahan umum
3 Resiko gangguan 7 Februari 2017
istirahat tidur b/d
kegelisahan sering
bangun malam

C.  Rencana Keperawatan


No.D Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Paraf
x Hasil
1 Setelah dilakukan 1.    Kaji TTV 1.    Mengetahui
tindakan keperawatan 2.    Berikan keadaan umum
selama 3x24 jam posisi semi dan mengetahui
masalah bersihan jalan fowler adanya
nafas tidak efektif 3.    Berikan O2 abnormalitas
dapat teratasi dengan sesuai pada pernafasan
kriteria hasil : kebutuhan pasien
1.    Frekuensi nafas 4.    Ajarkan 2.    Memberi
dalam batas normal : teknik distraksi posisi nyaman
16-20 x/ menit relaksasi dan
2.    Sekret dapat keluar 5.    Kolaborasi memaksimalka
3.    Pasien tidak batuk dengan tim n ekspansi paru
medis pada saat
pernafasan
3.    Memberi
oksigen sesuai
kebutuhan
pasien
4.    Memberi
rasa nyaman
dan rileks
5.    Memberi
terapi sesuai
kebutuhan
pasien
2 Setelah dilakukan1.   Kaji TTV 1.    Mengetahui
tindakan keperawatan2.   Kaji tingkat keadaan umum
selama 3x24 jam ketergantungan pasien
masalah intoleransi pasien 2.    Sebagai dasar
aktifitas dapat teratasi3.   Bantu pasien untuk
dengan kriteria hasil : dalam memberikan
1.    Pasien dapat pemenuhan latihan gerak
melakukan aktifitas kebutuhan ADL pasien
secara bertahap 4.   Bantu pasien 3.      Membantu
2.    Pasien dapat memilih memenuhi
beraktifitas tanpa aktifitas sesuai kebutuhan ADL
bantuan orang lain kemampuan pasien
5.   Kolaborasi
4.      Membantu
dengan keluarga memilih latihan
6.   Kolaborasi gerak sesuai
dengan tim kemampuan
medis pasien
5.      Mendukung
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan ADL
6.      Memberikan
terapi sesuai
kebutuhan
pasien
3 Setelah melakukan1.    Kaji faktor1.    Mengetahui
tindakan keperawatan yang penyebab
selama 3x4 jam resiko menyebabkan gangguan
gangguan kebutuhan gangguan tidur istirahat tidur
istirahat tidur dapat2.    Ciptakan2.    Memberi rasa
teratasi dengan kriteria suasana nyaman nyaman
hasil : 3.    Ajarkan3.    Memberi rasa
1.    Pasien tidak tidur distraksi nyaman dan
terjaga relaksasi rileks
2.    Pasien mendapatkan4.    Batasi4.    Mencegah
jam istirahat tidur yang pengunjung terjadinya
berkualitas selama periode ketidaknyaman
istirahat an pada pasien
5.    Kolaborasi5.    Memberi terapi
dengan tim sesuai
medis kebutuhan
pasien

D.  Tindakan Keperawatan


Tgl/Jam No.Dx Implementasi Respon Paraf
7-2-2017 1,2,3 Mengkaji S : Pasien
07.00 TTV, mengkaji mengatakan sesak
faktor nafas, batuk, jika
penyebab malam pasien tidur
gangguan terjaga karena
istirahat tidur, batuk terus
mengkaji menerus, semua
tingkat aktifitas pasien
ketergantungan dibantu oleh
pasien keluarga
O : TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 100 x/menit
R : 32 x/menit
S : 36°C
07.15 1 Memposisikan S : Pasien mengatakan
semi fowler iya
O : Pasien tampak
berposisi semi
fowler
07.30 1 Memasang S : Pasien mengatakan
oksigen iya
dengan nasalO : Pasien tampak
canul 3 Lpm terpasang oksigen
dengan nasal canul
3 Lpm
S : Pasien mengatakan
08.00 1,2,3 Menginjeksi iya
cefotaxime 1O : Injeksi tampak
g, ranitidine 50 masuk lewat IV
mg S : Pasien mengatakan
c 1,3 Mengajarkan iya
teknik distraksiO : Pasien tampak
relaksasi kooperatif
S : Pasien mengatakan
09.00 1 Memberi iya
terapi O : Obat tampak
nebulizer masuk lewat nasal
Ventolin :S : Pasien mengatakan
Flexotid 1 : 1 mau minum obat
12.00 1,2,3 Memberi obatO : Obat diterima
oral ambroxol pasien
1 tab, KSR 1S : Pasien dan
tab, furosemid keluarga pasien
1 tab mengatakan iya
13.00 2 Menciptakan O : Suasana tampak
suasana nyaman
nyaman S : Pasien mengatakan
iya
O : Pasien tampak
13.30 2 Membantu terbantu
pasien
memenuhi
kebutuhan
ADL
8-2-2017 1,2,3 Mengkaji S : Pasien
07.00 TTV, mengkaji mengatakan masih
penyebab sedikit sesak, batuk
gangguan tidur berkurang, tidur
pasien, hanya terjaga
mengkaji sebentar, aktifitas
tingkat masih dibantu
ketergantungan keluarga
pasien O : TTV
T : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 37ºC
S : Pasien mengatakan
07.30 1,2 Mengajarkan iya
teknik distraksiO : Pasien tampak
relaksasi kooperatif
S : Pasien mengatakan
08.00 1,2,3 Menginjeksi iya
cefotaxime 1O : Injeksi masuk
g, ranitidine 50 lewat IV
mg, furosemid
20 mg S : Keluarga pasien
09.00 2 Memotivasi mengatakan
keluarga untuk bersedia
mendorong O : Keluarga pasien
pasien tampak paham
beraktifitas S : Keluarga pasien
10.00 3 Memberi mengatakan iya
arahan O : Keluarga tampak
keluarga untuk paham
membatasi
jumlah
pengunjung S : Pasien mengatakan
12.00 1,2,3 Memberi obat mau meminum obat
oral KSR 1O : Obat tampak
tab, ambroxol diterima pasien
1 tab S : Pasien mengatakan
iya
12.30 3 Menciptakan O : Suasana tampak
suasana lebih nyaman
nyaman
9-2-2017 1,2,3 Mengkaji S : Pasien mengatakan
15.00 TTV, mengkaji sesak nafas
penyebab berkurang, batuk
gangguan berkurang, sudah
istirahat tidur bisa tidur
pasien, O : TTV
mengkaji T :120/80 mmHg
tingkat N : 80 x/menit
ketergantungan R : 20 x/menit
pasien S : 36,5ºC
S : Pasien mengatakan
17.00 1,2,3 Memberikan iya
obat oralO : Obat tampak
ambroxol 1 masuk lewat oral
tab, KSR 1 tab S : Pasien mengatakan
20.00 1,2,3 Memberi iya
injeksi O : Injeksi masuk
ranitidine 50 lewat IV
mg

E.  Evaluasi
Tgl/Jam No.D Evaluasi Paraf
x
10-2-2017 1 S: Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
    Pasien mengatakan batuk berkurang
O: pasien tampak lebh segar
Pasien tidak memakai alat bantu pernafasan
A: Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
teratasi
P: Intervensi dihentikan
10-2-2017 2 S: Pasien mengatakan aktifitasnya sudah bisa
dilakukan mandiri
O: Pasien tampak lebih rileks
A: Masalah intoleransi aktifitas teratasi
P: Intervensi diihentikan
10-2-2017 3 S: Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan
nyenyak
O: Pasien tidur ±8 jam dengan nyenyak
A: Masalah resiko gangguan istirahat tidur
teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP

A.kesimpulan
Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit paru kronik dengan
karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif nonversubel parsial,serta adanya respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang berbahaya.
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel
gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya.

B.saran
Adapun saran dari kami yaitu,untul lebih memahami dan memperdalam
pengetahuan mengenai konsep medis dan konsep proses keperawatan dari
PPOK,pembaca bisa membuka referensi yang lebih lengkap.

Anda mungkin juga menyukai