KELOMPOK : ……..
ANGGOTA : 1.
2.
3.
4.
5.
Orientasi Masalah
Komodo menjadi salah satu hewan yang keberadaannya terancam punah. Pada tahun
2008 beberapa media massa nasional pernah membuat sebuah tulisan yang berisi tentang
punahnya Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Padar, sebuah pulau kecil dalam kawasan
Taman Nasional Komodo (TNK) di ujung barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kepala
seksi pengelolaan Balai TNK di Pulau Padar, Ramang Isaka mengungkapkan bahwa pada
tahun 2000 komodo sudah tidak ditemukan lagi di Pulau Padar. Hal ini dibuktikan dengan
tidak ditemukannya lagi kotoran Komodo di pulau tersebut.
Kepunahan hewan langka ini diduga karena aksi perburuan liar serta berubahnya
lingkungan akibat pembakaran liar menjadi penyebab komodo punah. Pada tahun 1980
hingga 1990-an komodo di Pulau Padar masih tergolong banyak, namun karena aksi pemburu
liar yang membakar hutan membuat puluhan ekor komodo yang ada di pulau itu ikut
terbakar. Hanya ada 2.500 ekor komodo yang masih dinyatakan hidup. Mereka tersebar di
Pulau Komodo, Pulau Rinca serta Pulau Gili Motang. Biawak komodo sendiri hanya dapat
bertahan hidup di lokasi yang memiliki ketersediaan air cukup, tempat yang aman, banyaknya
pepohonan rimbun dan persediaan makanan yang melimpah.
Pasca pelepasan lahan gambut untuk satu juta hektare lahan pertanian di Kalimantan
Tengah tahun 1996, kebakaran hutan hebat terjadi saat kemarau panjang pada tahun 1997.
Diperkirakan, 2,57 gigaton karbon terlepas ke atmosfer. Jumlah karbon akibat kebakaran
hutan yang mencemari udara itu setara dengan karbon dioksida yang dihasilkan oleh 2.488
pembangkit listrik berbahan bakar batu bara selama setahun.
Tahun 2012, populasi Komodo di TNK dilaporkan mencapai 4.647 ekor, yang
menyebar di Pulau Komodo sebanyak 2.065 ekor, Pulau Rinca sekitar 2.355 ekor, Pulau Gili
Motang 131 ekor dan di Pulau Nusa Kode hanya sekitar 95 ekor. Sementara itu, komodo di
Pulau Padar sudah tidak ditemukan lagi. Air liur komodo mengandung 60 bakteri yang dapat
menyebabkan keracunan dalam darah, parahnya lagi dapat menyebabkan kematian hanya
dalam jangka waktu satu hari.
Kawasan Pulau Padar ditetapkan sebagai bagian dari Taman Nasional Komodo pada
6 Maret 1980 hingga dinyatakan sebagai Cagar Manusia dan Biosfer pada 1977 sebagai
Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.Tak hanya itu komodo juga dinobatkan
sebagai Simbol Nasional oleh Presiden Soeharto pada tahun 1992 sebagai Kawasan
Perlindungan Laut, dan juga sebagai salah satu Taman Nasional Model di Indonesia pada
tahun 2006.
sumber : https://www.indozone.id/news/gmsXlb/punahnya-komodo-akibat-perburuan-liar-
dan-kerusakan-lingkungan/read-all
Pertanyaan
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Kerusakan Alam dan Musnahnya Jutaan
Spesies Nyata, Saatnya Bertindak
Kompas.com - 10/05/2019, 16:00 WIB
Dalam sebuah pernyataan, IPBES memperkirakan sekitar satu juta spesies hewan dan tumbuh-
tumbuhan terancam punah dalam beberapa puluh tahun mendatang, sesuatu yang tidak pernah
terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Alam secara global sedang menurun pada tingkat
yang juga belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia,” demikian peringatan para
ilmuwan dalam laporan itu. Skenario yang mereka gambarkan itu mengerikan karena semuanya
tergantung pada ekosistem yang sama, tanpa pengecualian. Keanekaragaman hayati adalah
keanekaragaman delapan juta spesies hewan dan tumbuhan di bumi. Tingkat kepunahan mereka
saat ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata 10 juta tahun terakhir. "Rata-rata sekitar seperempat
dari semua spesies, di banyak kelompok, terancam risiko kepunahan yang tinggi," ujar Thomas
Brooks, kepala tim ilmuwan di International Union for Conservation of Nature.
Laporan itu mengidentifikasi lima hal yang dilakukan manusia sehingga keanekaragaman hayati
berkurang drastis, termasuk mengubah habitat menjadi pertanian dan kota, penangkapan ikan
berlebihan, mendorong perubahan iklim melalui pembakaran bahan bakar fosil, mencemari air
dan udara, dan memungkinkan spesies invasif mengalahkan flora dan fauna endemik.
Para pemimpin IPBES, yang mengeluarkan laporan itu, mengatakan dengan tindakan-tindakan
itu manusia melukai diri sendiri dengan mengancam pasokan makanan, air, dan kesehatan
mereka. Mereka menyerukan agar manusia menghindari efek terburuk dengan mengubah cara
kita memproduksi apa yang kita konsumsi, mulai dari makanan dan energi, sampai pada
bagaimana kita menangani limbah dengan lebih baik.
Mereka menyerukan agar manusia menghindari efek terburuk dengan mengubah cara kita
memproduksi apa yang kita konsumsi, mulai dari makanan dan energi, sampai pada bagaimana
kita menangani limbah dengan lebih baik.
Pertanyaan
Mengevaluasi
Yuk presentasikan
hasil diskusi kelompok
di depan kelas !!
PENUTUP
Yuk Merefleksi !!
Jika kalian menjawab “YA” pada pertanyaan di atas, maka kalian siap
untuk mempelajari materi berikutnya !
KUNCI JAWABAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Artikel 1
Artikel 2
7. Termasuk keragaman tingkat ekosistem
8. Rumusan masalah :
- Mengapa banyak keanekaragaman hayati yang terancam punah di dunia ? apa
faktor yang paling berpengaruh ?
- Apa dampak yang mungkin ditimbulkan dari kepunahan keanekaragaman
hayati ?
- Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kepunahan
keanekaragaman hayati ?
9. Hipotesis :
- Karena ada lima hal utama yakni mengubah habitat menjadi pertanian dan
kota, penangkapan ikan berlebihan, mendorong perubahan iklim melalui
pembakaran bahan bakar fosil, mencemari air dan udara, dan memungkinkan
spesies invasif mengalahkan flora dan fauna endemik. selain itu juga karena
kurangnya kesadaran manusia dalam menjaga alam sehingga keseimbangan
ekosistem terganggu
- Berkurangnya spesies-spesies akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem,
selain itu peran dari tanaman sebagai penghasil oksigen dan sebagai sumber
makanan hewan dan manusia akan mempengaruhi kehidupan manusia
- Dengan meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan, melakukan sosialisasi
ke beberapa tempat dengan kekayaan alam hayati yang tinggi terutama,
membentuk LSM yang berfokus untuk melindungi keanekaragaman hayati
dan bekerja sama dengan dinas setempat, memberikan aspirasi kepada
pemerintah untuk membentuk beberapa peraturan atau UU terkait
perlindungan keanekaragaman hayati.
10. Hilangnya keanekaragaman hayati dikarenakan oleh beberapa hal, yakni:
- transformasi habitat yang merusak seperti pembangunan perkebunan, infrastruktur
kota, pemukiman, tambak, dan lain-lain yang menyebabkan terdegradasinya bahkan
lenyapnya ekosistem tersebut.
- Adanya perubahan iklim akibat dari adanya pemanasan global yang disebabkan oleh
banyaknya sektor industri dan transportasi yang menggunakan energi fosil sehingga
mengeluarkan limbah gas rumah kaca (terutama gas CO2). Situasi
seperti ini menyebabkan naiknya permukaan air laut, perubahan pola distribusi dan
musim hujan, naiknya frekuensi kejadian bencana alam (kekeringan, banjir,
longsor, dan lain-lain) yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati (biodiversity) yang menunjang keberlangsungan
perikehidupan manusia
- polusi, kegiatan industri menyebabkan pencemaran baik tanah, air dan udara.
Pencemaran lingkungan tersebut akan berdampak negatif terhadap biodiversitas, baik
dalam tingkat genetik, spesies, maupun ekosistem.
- karena eksploitasi berlebihan sehingga menyebabkan menurunnya kelimpahan atau
jumlah individu jenis-jenis yang dieksploitasi yang pada akhirnya mengakibatkan
kelangkaan atau kepunahan dari jenis-jenis tersebut. Hal ini
dapat terlihat pada kegiatan intensifikasi pertanian, perikanan, peternakan, dan
kehutanan yang akan mengakibatkan berkurang atau hilangnya keanekaragaman
hayati (biodiversity) bahkan rusaknya ekosistem (Kusmana, 2015).
11. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
- pelestarian plasma nutfah sebagai varietas unggul yang memiliki sifat produktivitas
tinggi, tahan hama dan penyakit serta mutu yang baik untuk masyarakat
- rotasi tanaman, bisa membantu mengendalikan serangga yang bersifat hama spesifik
pada tanaman tetentu
- pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan
- memberikan perhatian pada iklim yang tidak menentu, pencemaran dan perubahan
habitat
- menjamin pembagian keuntungan secara adil dan merata dari pemanfaatan
sumberdaya
- Memobilisasi sumber-sumber dana dan teknis untuk pelaksanaan konvensi
keanekaragaman
12. Kesimpulan :
– keanekaragaman hayati sangat penting dilestarikan dan dijaga untuk kelangsung
keseimbangan makhluk hidup yang ada, karena pada dasarnya, makhluk yang satu
dengan makhluk yang lain saling ketergantungan
- beberapa tahun terakhir ini, keanekaragaman hayati semakin berkurang. Hal ini bisa
disebabkan oleh faktor alam dan faktor buatan seperti ulah manusia. Polusi,
pencemaran tanah, air, udara juga termasuk didalamnya. Bahkan benacana alam
seperti tanah longsor, banjir dan lainnya juga ikut berdampak pada semakin
berkurangnya keanekaragaman hayati
- upaya yang bisa dilakukan adalah dengan senantiasa menjaga alam, tidak mencemari
dan mengeksploitasi secara berlebihan
- melakukan penyuluhan dan mengupayakan kesadaran lingkungan pada teman
terdekat dan orang-orang disekitar
- melakukan pembangunan yang berkelanjutan dan sesuai AMDAL
- melindungi semua spesies dan melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila
mengetahui penangkapan dan perdagangan hewan maupun tumbuhan yang ilegal
Daftar Rujukan
Kusmana, Cecep. 2015. Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) Sebagai Elemen Kunci
Ekosistem Kota Hijau. Bogor. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010801.
Mustari,A,H. Siga,H,R. Noviandi,T. Ayatullah. Zainuddin. 2010. Kajian Ekologi dan Status
Keberadaan Komodo (Varanus komodensis) di Pulau Padar Taman Nasional Komodo.
Media Konservasi 15 (1). 13-20
Wake,I,A,M,S. Jumari. Soeprobowati, R,R. 2016. Potensi Habitat Komodo (Varanus
komodensis, Ouwens 1912) di Pulau Ontole Sebagai Destinasi Ekowisata di Kepulauan
Flores. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana UNDIP:FKM
UNDIP Press