Anda di halaman 1dari 14

SIKLUS BELAJAR 4E dan 5E

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Strategi Belajar Mengajar
Yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Mimie Henie Irawati, M.S

Disusun oleh:
Kelompok 1
Arei Laxsmie (140341605233)
Ika Airin Nur Ramadhani (140341606536)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2017
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa yang telah


memberikan manusia akal pikiran dan yang telah memberikan
kekayaan alam yang seharusnya dilestarikan dan dimanfaatkan.
Hanya dengan kekuasaan-Nyalah kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Siklus Belajar 4E dan 5E”. Banyak
pihak yang turut membantu menyelesaikan makalah kami,
sehingga patut kiranya bagi kami menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Istamar Syamsuri selaku dosen Strategi Belajar
Mengajar yang telah memberikan motivasi dalam penulisan
makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kesalahan dalam makalah ini, oleh karenanya peneliti mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun, agar makalah ini
benar-benar sempurna. Penulis juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT selalu
menambah berkah dan rahmat- Nya kepada diri kita semua.

Malang, 7 Maret 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui
dalam pendidikan. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang
dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar.
Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat
memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada
setiap siswa . Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan
siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa
dan mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.
Menurut Dahar RW (1998) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang paling umum
dan esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah siswa memperoleh
pengetahuan diluar sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal
tersebut. Dan juga menyatakan bahwa pelajaran kemudian dikembangkan dari
gagasan yang telah ada mungkin melalui langkah-langkah intermediet dan
berakhir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi. Salah satu model
belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model
siklus belajar atau sering disebut Learning Cycle.
Berdasarkan informasi yang diperoleh tidak tercapainya ketuntasan belajar
siswa karena guru belum melaksanakan inovasi pembelajaran yaitu pada
umumnya guru lebih banyak menggunakan waktu untuk menjelaskan materi
pelajaran, guru kurang membimbing siswa untuk memperoleh pengetahuan secara
mandiri. Oleh karena itu perlu usaha perbaikan agar siswa dapat bersikap ilmiah
dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dapat meningkat apabila guru dapat
membangkitkan minat siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar
dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran, memberikan umpan
balik kepada siswa. Salah satu alternatif untuk pemecahan masalah tersebut adalah
dengan menggunakan model pembelajaran yaitu model pembelajaran Siklus
Belajar 4E dan Siklus Belajar 5E.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan model Siklus Belajar 4E ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan model Siklus Belajar 5E ?
1.2.3 Bagaimana tahapan model Siklus Belajar 4E?
1.2.4 Bagaimana tahapan model Siklus Belajar 5E?
1.2.5 Apa keuntungan dan kelemahan model Siklus Belajar 4E dan 5E?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian model Siklus Belajar 4E
1.3.2 Mengetahui pengertian model Siklus Belajar 5E
1.3.3 Mengetahui tahapan model Siklus Belajar 4E
1.3.4 Mengetahui tahapan model Siklus Belajar 5E
1.3.5 Mengetahui keuntungan dan kelemahan model Siklus Belajar 4E dan 5E
BAB II
PEBAHASAN

2.1 Pengertian Model Siklus Belajar 4E


Siklus belajar (learning cycle) 4E adalah model pembelajaran yang
berorientasi pada teori Piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi model
pembelajaran konstruktivis. Model ini dikembangkan oleh Robert Karplus dan
koleganya dalam rangka memperbaiki kurikulum sains SCIS ( Science
Curriculum Improvement Study) dengan tahapan-tahapannya : exploration,
invention dan discovery, namun kemudian dikembangkan oleh Charles R. Barman
dengan tahapan-tahapannya : exploration phase, concept introduction, dan concept
application. Selanjutnya model ini kemudian dikembangkan lagi dan dewasa ini
lebih dikenal dengan model siklus belajar sains 4-E ( 4-E science learning cycle ),
dengan tahapan-tahapan : exploration phase, explanation phase, expansion phase,
evaluation phase (Carin 1993:87)
2.2 Pengertian Model Siklus Belajar 5E
Siklus belajar 5E (learning cycle 5E) adalah salah satu model konstruktivis
lengkap dalam kasus pembelajaran berbasis riset atau brainstorming yang
digunakan di dalam kelas (Campbell dalam Tuna & Kacar, 2013). Learning cycle
5E berpusat pada siswa (student centered) dengan kegiatan yang memberikan
dasar untuk observasi, pengumpulan data, analisis tentang kegiatan, peristiwa, dan
fenomena (Haribhai & Dhirenkumar, 2012). Learning cycle 5E merupakan
rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga
siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperanan aktif (Fajaroh & Dasna, 2008; Wibowo et
al., 2010).
2.3 Tahapan dalam Model Siklus Belajar 4E
Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran yang khas untuk
pembelajaran Biologi. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa siklus belajar
mempunyai relevansi dengan langkah-langkah belajar sains. Siklus belajar yang
dimaksud di sini adalah siklus belajar yang terdiri dari empat langkah atau empat
tahap (4-E) yaitu: eksplorasi (exploration), eksplanasi (explanation), ekspansi
(expansion), dan evaluasi (evaluation) (Martin,1997). Adapun tahapannya terdiri
dari :
a. Fase  I. Exploration (penyelidikan)
Pada fase ini para siswa belajar melalui keterlibatan dan tindakan-
tindakan, gagasan-gagasan mereka dan hubungan-hubungan dengan materi baru
diperkenalkan dengan bimbingan guru yang minimal agar memungkinkan siswa
menerapkan pengetahuan sebelumnya, mengembangkan minat, menumbuhkan
dan memelihara rasa ingin tahu terhadap materi itu. Materi perlu disusun secara
cermat sehingga sasaran belajar itu menggunakan konsep dan gagasan yang
mendasar. Selama fase ini guru menilai pemahaman para siswa terhadap sasaran
pelajaran. Menurut Bybee bahwa, tugas guru disini tidak boleh memberitahukan
atau menerangkan konsep.
b. Fase  II. Explanation (Pengenalan)
Pada fase ini para siswa kurang terpusat dan ditunjukkan untuk
mengembangkan mental. Tujuan dari fase ini guru membantu para siswa
memperkenalkan konsep sederhana, jelas dan langsung yang berkaitan dengan
fase sebelumnya, dengan berbagai strategi para siswa disini harus terfokus pada
pokok penemuan konsep-konsep yang mendasar secara kooeperatif dibawah
bimbingan guru (guru sebagai fasilitator) mengajukan konsep-konsep itu secara
sederhana, jelas dan langsung.
c. Fase  III.Expansion (Perluasan)
Pada fase ini para siswa  mengembangkan konsep-konsep yang baru
dipelajari untuk diterapkan pada contoh-contoh lain, dipakai sebagai ilustrasi
konsep intinya dapat membantu para siswa mengembangkan  gagasan-gagasan
mereka dalam kehidupannya.
d. Fase  IV. Evaluation (Evaluasi)
Pada fase ini ingin mengetahui penjelasan para siswa terhadap siklus
pembelajaran ini. Evaluasi dapat berlangsung setiap fase pembelajaran, untuk
menggiring pemahaman konsep juga perkembangan keterampilan proses.
Evaluasi bukan hanya pada akhir bab. Dari fase-fase yang disebutkan di atas
menurut  Carin dan Martin tujuan paedagoginya adalah sama. Untuk jelasnya
seperti pada gambar.

2.4 Tahapan dalam Model Siklus Belajar 5E


Sesuai dengan namanya, model ini memiliki lima fase/tahap yang setiap
fasenya dimulai dengan huruf E sebagai berikut (Bybee et al., 2006) :
1) Engagement (engage/keterlibatan) merupakan fase saat guru mencoba
memusatkan perhatian siswa dan mengikutsertakan siswa ke dalam
sebuah konsep baru dengan cara memberikan pertanyaan motivasi,
memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari,
demonstrasi, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka
pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa.
Pada fase ini guru menggali pengetahuan awal siswa untuk
mengetahui tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep
yang akan dipelajari. Hal terpenting dalam fase ini adalah guru
menghindari mendefinisikan dan membuat penjelasan tentang konsep
yang akan dibahas.
2) Exploration (eksplore/penjelajahan) merupakan fase kedua yang
sering diwujudkan dalam kegiatan laboratorium (praktikum) dan
diskusi yang dilakukan secara berkelompok. Fase ini memberikan
pengalaman yang nyata bagi siswa. Siswa diajak terlibat secara
langsung pada fenomena atau situasi yang mereka selidiki. Siswa saat
berada di dalam fase ini merancang dan melakukan eksperimen atau
praktikum, melakukan pengujian hipotesis, serta melakukan
pengumpulan data/informasi untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru. Siswa dilibatkan secara fisik dan mental. Sebagai
hasil keterlibatan mental dan fisik mereka dalam kegiatan tersebut,
para siswa akan mampu membentuk hubungan, mengamati pola,
mengidentifikasi variabel, dan bertanya. Guru berperan sebagai
fasilitator atau pemandu yang mengarahkan siswa agar mampu
mengeksplorasi dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan. Guru hanya harus membimbing siswa, tidak berpartisipasi
sepenuhnya kepada karya siswa. Hal terpenting ketika guru
membimbing adalah jika melihat kesalahan siswa maka tidak boleh
langsung memperbaikinya, tetapi harus memberikan beberapa
petunjuk atau menunjukkan beberapa cara agar siswa mengoreksi
sendiri. Sementara siswa berinteraksi satu sama lain dan tidak pasif
dalam proses ini.
3) Explanation (explain/menjelaskan) merupakan fase saat perhatian
siswa difokuskan pada aspek tertentu dari pengalaman mereka pada
fase-fase sebelumnya. Siswa diberikan kesempatan untuk
menunjukkan pemahaman konsep mereka, keterampilan proses, atau
perilaku. Kata explanation berarti tindakan atau proses di mana
konsep, proses, atau keterampilan menjadi jelas dan dapat dipahami.
Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menganalisis data/infor-
masi yang dikumpulkan dari kegiatan pada fase sebelumnya. Guru
membimbing siswa untuk menyampaikan hasil kegiatan yang telah
mereka lakukan dengan menggunakan ide dan kata-kata mereka
sendiri, sehingga diharapkan pemahaman konsep muncul dari
pengalaman mereka setelah melakukan kegiatan. Guru memberikan
definisi formal dan penjelasan ilmiah. Selanjutnya, dengan memberi-
kan penjelasan tingkat pengetahuan dasar kepada siswa, guru bila
memungkinkan agar membantu siswa untuk menyatukan bersama-
sama pengalaman mereka, untuk menjelaskan hasil mereka, dan untuk
membentuk konsep-konsep baru. Tujuan tahap ini adalah untuk
memperbaiki kesalahan dalam temuan siswa sebelum tahap berikut-
nya.
4) Elaboration (elaborate/elaborasi) merupakan fase yang dapat diang-
gap sebagai perpanjangan langkah penelitian karena adanya masalah
suplemen (penguat). Fase ini memfasilitasi siswa untuk dapat
menerapkan konsep yang telah mereka peroleh berdasarkan kegiatan
yang telah mereka lakukan ke dalam situasi atau masalah yang baru.
Masalah baru tersebut memiliki penyelesaian yang identik atau mirip
dengan apa yang dibahas sebelumnya. Siswa menggunakan konsep
yang baru dipelajari dalam situasi berbeda atau mengulangi beberapa
kali aplikasi yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari agar
menjadi masukan ke dalam memori jangka panjangnya dan menjadi
permanen. Selama fase elaborasi, siswa dapat dilibatkan kembali
dalam kegiatan diskusi dan pencarian informasi. Siswa mengiden-
tifikasi masalah dan mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan melalui diskusi.
5) Evaluation (evaluate/menilai) merupakan fase saat guru mencari tahu
kualitas dan kuantitas ketercapaian pemahaman siswa terhadap topik
yang telah mereka pelajari. Fase ini dapat diwujudkan dalam metode
formal atau informal. Guru mengajukan pertanyaan dan membuat
siswa merespon secara lisan atau tulisan. Selain itu, siswa diminta
untuk mengaitkan apa yang telah mereka pelajari dengan situasi di
kehidupan nyata. Fase ini adalah fase di mana siswa dapat
menunjukkan sikap mereka tentang pembelajaran dan dapat merubah
gaya pemikiran mereka atau perilaku. Evaluasi informal dapat terjadi
pada awal dan seluruh urutan model siklus belajar 5E. Guru juga dapat
menyelesaikan evaluasi formal setelah fase elaborasi. Evaluasi bisa
dilakukan secara formatif maupun sumatif dan berfokus pada
kemampuan siswa menggunakan informasi yang telah mereka peroleh
selama kegiatan pembelajaran.

Secara garis besar peran siswa pada setiap tahapan learning cycle 5E model
dapat disajikan pada Gambar 2.1.

Evaluasi
Menggunakan fakta/bukti yang ditemukan untuk menjelaskan.

Mengaplikasikan apa yang dipelajari.


Melaporkan hasil dan menjelaskannya.

Menganalisis hasil pengamatannya.


Mendengarkan hasil pekerjaan siswa lain.

Mencoba dengan eksperimen.


Mendiskusikan dengan siswa lain. Evaluate

Ela
bor
ate
Mengapa hal itu terjadi?
Apa yang saya tahu tentang hal itu?

Explain
E
x
pl
or
e

Engage
Gambar 1 Peran Siswa pada Setiap Tahapan LC5E
(Sumber : Kazu & Bozu, 2012)

Kelima tahapan model siklus belajar 5E dapat digambarkan seperti pada


Gambar 2.2.

Gambar 2 Tahapan Learning Cycle 5E Model


(Sumber: Ergin, 2012)

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar


Ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan strategi ini memberi
keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran.
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi
diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000).
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran.
2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan  terorganisasi.
4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana
dan melaksanakan pembelajaran.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Siklus belajar (learning cycle) 4E adalah model pembelajaran yang
berorientasi pada teori Piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi
model pembelajaran konstruktivis.
 Siklus belajar 5E (learning cycle 5E) adalah salah satu model konstruktivis
lengkap dalam kasus pembelajaran berbasis riset atau brainstorming yang
digunakan di dalam kelas
 Tahapan siklus belajar 4E yaitu (1) Exploration, (2) Explanation, (3)
Expansion, dan (4) Evalution.
 Tahapan siklus belajar 5E yaitu (1) Engagement, (2) Exploration, (3)
Explanation, (4) Expansion, dan (5) Evalution.
 Kelebihan model Siklus Belajar 4E dan 5E yaitu (1) meningkatkan
motivasi belajar (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik
serta (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Kekurangan model Siklus Belajar 4E dan 5E yaitu (1) efektifitas
pembelajaran rendah (2) menuntut kesungguhan dan kreativitas guru, (3)
memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan  terorganisasi (4)
memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN

Bybee, R. W., Taylor, J. A., Gardner, A., Scotter, P. V., Powell, J. C., Westbrook,

A., & Landes, N. 2006. The BSCS 5E instructional model: Origins and
effectiveness. Laporan. Disiapkan untuk Office of Science Education
National Institutes of Health. Tersedia di http://www.bscs.org/sites/
default/files/BSCS_5E_Instructional_Model-Full_Report.pdf.

Carin, A.A . 1993. Teaching Science Through Discovery . Seventh Edition .New


York : Mcmillan   Publishing Company.
Ergin, I. 2012. Constructivist approach based 5E model and usability instructional
physics. Journal Physics Education. 6(1). 14-20. Tersedia di
http://www.
lajpe.org.
Fajaroh, F. & Dasna, I W. 2007. Pembelajaran dengan model siklus belajar
(learning cycle). Artikel. Jurusan Kimia FMIPA UM. Tersedia di
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-
model-siklus-belajar-learning-cycle/.

Haribhai, T. S. & Dhirenkumar, G. P. 2012. Effectiveness of constructivist 5 ‘E’


model. Research Expo International Multidisciplinary Research Journal.
2(2). 76-82. Tersedia di www. researchjournals.in.

Kazu, I. Y. & Bosu, E. 2012. Turkish vocational school students’ perception of 5E


teaching model. International Journal of Learning and Development.
2(6). 221-237. Tersedia di www.macrothink.org/ijld.

Martin, Ralph.E. 1994. Teaching Science For All Children. Boston :Allyn and


Bacon.
Soebagio dkk. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa.
PPGSM.
Tuna, A. & Kacar, A. 2013. The effect of 5E learning cycle model in teaching
trigonometry on students’ academic achievement and the permanence of
their knowledge. International Journal on New Trends in Education and
Their Implications. 4(1). 73-87. Tersedia di www.ijonte.org.

Anda mungkin juga menyukai