Akpri Sap 10

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 6:

Ni Putu Anggie Krisnaningrum (1707531101)


I Gusti Agung Pradnya Utami (1707531103)
Luh Putu Mita Widiantini (1707531105)
I Dewa Ayu Adnyaswari (1707531115)

ASPEK KEPERILAKUAN PADA DESENTRALISASI

A. Pengertian Desentralisasi

Istilah desentralisasi digunakan dalam sejumlah besar literatur yang beragam, dengan
demikian, istilah ini memiliki arti bagi orang yang berbeda. Definisi yang paling populer dari
desentralisasi adalah definisi yang diberikan oleh H.A. Simon “ Suatu organisasi administratif
dalam adalah tersentralisasi sejauh keputusan dibuat pada tingkatan yang relatif tinggi dalam
organisasi tersebut; tedesentralisasi sejauh keputusan itu didelegasikan oleh manajemen
puncak kepada tingkatan wewenanag eksekutif yang lebih rendah.”
Karena hanya terdapat sedikit kesempatan mengenai arti dari istilah desentralisasi, mungkin
adalah lebih berguna untuk fokus pada apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi melalui
desentralisasi. Yaitu masalah – masalah tersebut yaitu, masalah tersebut adalah mengenai
perilaku apa yang diinginkan oleh organisasi dari para manajer nya. Oleh karena itu
desentralisasi merupakan sebagai suatu system yang mendorong berbagai manajer dalam
suatu hierarki berfikir dan bertindak secara independen sementara pada saat yang
sama merupakan bagian dari suatu tim filosofi manajemen yang mencoba untuk
mendorong pemikiran dan tindakan manajer yang independen tanpa mengorbankan
kebutuhan organisaional. Dengan demikian, desentralisasi adalah penyeimbangan antara
independensi dari manajer dengan kebutuhan sebagai pemain tim.

B. Melakukan Desentralisasi atau Tidak

Salah satu dimensi dari restrukturisasi organisasional yang telah memperoleh perhatian yang
besar adalah dikotomi sentralisasi / desentralisasi. Pertama, desentralisasi adalah sikap filosofis
dan respons keperilakuan terhadap kebutuhan dari suatu lingkungan. Kedua, desentralisasi yang
efektif memerlukan pembentukan struktur organisasi sesuai yang menghasilkan suatu anggaran
dasar yang menetapkan aturan-aturan operasi bagi partisipan dan yang melakukan tindak lanjut
secara periodik dengan ukuran kinerja yang sesuai. Sekelompok pedoman normatif dapat
dikembangkan untuk membantu perusahaan untuk bergerak ke arah desentralisasi.
C. Lingkungan Sebagai Faktor Penentu Desentralisasi

Bagian ini membahas mengenai kondisi-kondisi pendahulu yang menciptakan kebutuhan


akan jenis-jenis perilaku manajerial yang dijelaskan oleh Vancil (1980). Suatu pembahasan
umum mengenai alasan-alasan dibutuhkannya desentralisasi mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Desentaralisasi membebaskan manajemen puncak untuk fokus pada keputusan-keputusan


strategis jangka panjang dan bukannya terlibat dalam keputusan-keputusan operasi.
2) Desentralisasi memungkinkan organisasi untuk memberikan respon secara cepat dan efektif
terhadap masalah (manajer lokal) memiliki informasi yang paling baik dan oleh sebab itu,
dapat memberikan respon yang lebih baik pada kebutuhan-kebutuhan lokal.
3) Sistem yang tersentralisasi tidak mampu  menangani semua informasi yang rumit yang
diperlukan untuk membuat keputusan yang optimal.
4) Desentralisasi menyediakan dasar pelatihan yang baik bagi manajemen puncak masa depan.
5) Desentralisasi memenuhi kebutuhan akan otonomi dan dengan demikian merupakan suatu
alat motivasional yang kuat bagi para manajer.
Pada umumnya, semakin tinggi tingkat konflik dan perubahan dalam lingkungan tugas,
semakin besar kebutuhan suatu organisasi untuk mengembangkan kapabilitas pemrosesan
informasi khusus, mengembangkan kemampuan untuk memberi respon dengan cepat,
mendorong perilaku yang mau mengambil resiko dan inovatif dari pihak anggota-anggotanya.

D. Pemilihan Struktur
Pemilihan struktur desentralisasi yang tepat membutuhkan dua keputusan penting berikut :
1) Pembagian Divisi Berdasarkan Tugas/Keputusan dalam Organisasi
Struktur divisi ditentukan berdasarkan lini produk. Desentralisasi cocok untuk perusahaan
dengan multiproduk atau dengan tingkat diversifikasi yang tinggi. Dalam perusahaan yang
multiproduk, penghematan biaya dalam koordinasi menggantikan biaya pada duplikasi fungsi
yang dihasilkan dari divisionalisasi. Kerumitan dalam membagi tugas/keputusan dalam
organisasi besar dikarenakan unit bisnis yang terpisah-pisah secara geografis. Permasalahan lain
yaitu ketika hanya sedikit produk dari perusahaan multiproduk yang terjual di berbagai territorial
yang berbeda, sehingga perusahaan dihadapkan pada pilihan yang sulit dalam menduplikasi
divisi produk pada semua teritorial atau menggunakan divisi geografis untuk semua produknya.

2
2) Membangun Sistem Pertanggungjawaban Penggunaan Sumber Daya
Tahapan kedua dalam memilih struktur adalah dengan membangun system
pertanggungjawaban dalam penggunaan sumber daya pada berbagai fungsi, produk, ataupun
teritorial subunit. Empat tipe unit sumber daya akuntansi yaitu pusat biaya, pusat pendapatan,
pusat laba, dan pusat investasi. Fungsi organisasi paling utama menggunakan pusat pendapatan
dan biaya karena adanya korespondensi antara aktivitas/keputusan dan sumber daya yang
dibebankan.

E. Pengembangan Pedoman
Pedoman merupakan serangkaian aturan dan prinsip yang mengatur hubungan, bai kantar
subunit maupun subunit dengan kantor pusat. Hubungan subunit dengan pusat perlu
mendeskripsikan aktivitas melalui wewenang utama dan kewajiban subunit serta perilaku yang
diharapkan kantor pusat atas manajer subunit dalam menjalankan aktivitas.
1) Pendelegasian Aktivitas
Prasyarat penting dalam desentralisasi adalah dengan menentukan aktivitas mana yang
sebaiknya didelegasikan pada subunit dan aktivitas mana yang sebaiknya dikendalikan secara
terpusat. Penelitian menyarankan enam petunjuk yang akan menjelaskan praktik terkini dan
mungkin berguna bagi perusahaan dalam proses menuju desentralisasi yaitu: penggunaan
personel yang memiliki spesifikasi khusus, skala ekonomi, keseragaman, konsekuensi yang
berlangsung lama, kerangka waktu, dan mendorong eksperimen.
2) Menentukan Norma Perilaku
Hal utama yang paling penting dalam menentukan norma perilaku adalah: sosialisasi, yaitu
proses orientasi norma bagi organisasi yang baru dan menjadi teknik paling penting yang
digunakan untuk mengomunikasikan perilaku yang dapat diterima, spesialisasi, standarisasi, dan
formalitas.
3) Memperjelas Hubungan Antarunit
Pedoman untuk desentralisasi mendorong pencegahan kemungkinan optimalisasi subunit
tertentu. Hal ini menggunakan pendekatan untuk melakukannya, yaitu:
(1) Pendekatan kompetitif, yaitu pendekatan berdasarkan mekanisme pasar dan pasar
internal fiktif untuk menggantikan pasar eksternal. Kompetisi antar subunit didorong

3
dan transfer harga muncul sebagai perannya dalam alokasi sumber daya pada sistem
harga eksternal.
(2) Pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menekankan anggota organisasi dan
mendorong individu untuk bekerja sebagai tim dengan menggunakan aturan,
penghargaan, dan nilai-nilai yang pantas.
Terdapat empat faktor penting dalam hal memilih kompetisi kolaborasi secara berkelanjutan,
yaitu ketersediaan pasar eksternal, strategi saling ketergantungan, ketidaklengkapan harga, dan
tersedianya pilihan untuk keluar.
4) Desentralisasi dan Penentuan Harga Transfer
Harga transfer yaitu harga barang atau jasa yang ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis
lainnya. Penentuan harga transfer mendorong dan mengangkat perilaku tertentu dalam organisasi
dan memperkokoh perilaku yang dikehendaki. Organisasi biasanya menggunakan lima tipe harga
transfer yaitu: (1) Harga pasar, yaitu dasar harga transfer digunakan ketika beberapa tipe produk
tersedia di pasar eksternal; (2) Biaya ditambah margin laba, digunakan sebagai daftar harga
transer dapat berdasarkan mekanisme biaya dengan menjumlahkan biaya penuh atau biaya
variable ditambah dengan margin laba; (3) Biaya variabel, digunakan sebagai dasar harga
transfer mungkin saja optimal secara ekoomis karena biaya itu memperkirakan marginal cost
produksi jangka pendek; (4) Penentuan harga transfer negosiasi, yang mendorong kemampuan
organisasi dalam produktivitas karena negosiator yang baik dapat menentukan harga yang tinggi;
dan (5) Penentuan harga transfer arbitrasi atau didikte, yang digunakan ketika unit-unit bisnis
tidak dapat menyetujui transfer harga atau menolak untuk menyetujuinya.
5) Transfer Harga dan Pedoman Desentralisasi
Tipe perilaku yang diharapkan yaitu: (1) kompetisi dan independensi antarunit pada level
tinggi dengan penentuan harga berdasarkan harga pasar yang kompetitif, (2) kompetisi dan
independensi antarunit antarunit pada level moderat dengan penentuan harga berdasarkan harga
pasar sebagai pembatas, (3) kebutuhan yang sama akan kompetisi dan kolaborasi, dengan harga
transfer negosiasi, (4) kolaborasi antarunit lebih besar dibandingkan kompetisinya dengan harga
transfer arbitrasi, dan (5) kolaborasi tertutup dan rendahnya kompetisi dengan harga transfer
didikte.

4
F. Pengukuran Dan Pengevaluasian Kinerja

Karakteristik pengukuran dan pengevaluasian kinerja yang baik adalah yang mengarahkan
pada keselarasan tujuan yang memenuhi kriteria keterkendalian, kelengkapan, keterpisahan,
kebersamaan, dan ketidakpastian. Keterkendalian adalah ditentukan oleh wewenang dan
tanggung jawab atas terjadinya dan besar kecilnya sesuatu yang dikendalikan (beban,
pendapatan, laba, dan investasi). Timbul perilaku disfungsional oleh manajer yang harus
mengendalikan sesuatu, tetapi tidak memiliki wewenang untuk memengaruhinya. Kelengkapan
mengacu pada pengukuran semua dimensi kinerja yang relevan. Keterpisahan dihubungkan
dengan pemisahan aktivitas-aktivitas dan evaluasi manajerial sehingga dapat membedakan daya
tarik ekonomis suatu aktivitas dengan bagaimana aktivitas tersebut dikelola. Kebersamaan
mengacu pada kenyataan bahwa kinerja organisasi merupakan gabungan dan sinergi dari usaha
dalam tim kerja. Ketidakpastian mengacu pada ketidakmampuan untuk menilai dampak
lingkungan luar terhadap kinerja subunit-subunit organisasi. Desentralisasi yang efektif dapat
terjadi apabila adanya keselarasan antara organisasi induk dengan unit-unit bisnisnya.
Pengukuran kinerja harus mendorong tindakan independen dan team work. Untuk
merealisasikannya, ada tiga komponen yang harus ada dalam pengukuran yaitu :

1) Fokus perhatian, yang memuat panduan tindakan spesifik yang dapat menghasilkan dampak
yang diinginkan dan mendorong persepsi pembagian risiko.
2) Pedoman perilaku, menuntun perilaku ke arah yang diharapkan dapat dilakukan apabila
pengukuran kinerja dapat menghubungkan tindakan dengan dampak. Organisasi
merepresentasikan dampak yang diinginkan dalam pengukuran, yang kemudian menjadi
fokus tindakan organisasi.
3) Peningkatan persepsi kewajaran, merupakan hal yang sangat penting dan paling sulit dari
atribut pengukuran. Namun, hal ini menjadi keharusan apabila ingin mewujudkan
desentralisasi yang efektif. Karena menghadapi evaluasi kinerja harus menggunakan
pengukuran tunggal atau berganda, menggunakan pengukuran finansial dan nonfinansial,
serta mengukur output atau perilaku.

5
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2009. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat
Supriyono, R.A.. 2018. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

Anda mungkin juga menyukai