Laba Dikonversi
Laba Dikonversi
TINJAUAN PUSTAKA
11
12
Meskipun para akuntan lebih menekankan pada pelaporan kejadian yang telah
terjadi, informasi masa lalu ini dimaksudkan untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi di masa depan.
Proses akuntansi meliputi pengumpulan data dan pengolahan data
perusahaan. Dalam proses akuntansi diidentifikasi berbagai transaksi atau
peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui
pengukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran transaksi yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dan memberikan gambaran secara layak
tentang keadaaan keuangan serta hasil usaha perusahaan dalam suatu periode yang
akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan yaitu Laporan Keuangan.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas yang relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau
mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika bebas dari pengertian
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur (representation faithfulness) atau disajikan
secara wajar.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
perusahaan.
Dari berbagai cara mengukur laba menunjukkan suatu konsep dasar yaitu:
laba adalah hasil dari investasi. Salah satu definisi laba yang diterima secara luas
adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil dari investasi)
dan kondisi perusahaan di akhir periode masih sama baiknya atau kayanya (well-
off) dengan di awal periode.
Hendriksen membagi konsep laba menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Tingkatan Stuktural / Sintaksis
2. Tingkatan Semantris / Interpretatif
3. Tingkatan Pragmatis / Behavioral
Pada tingkatan sistaksis laba didekati melalui aturan-aturan yang
mendefinisikannya. Laba akuntansi adalah penjumlahan dari banyak pos positif
dan negatif. SFAC 1 mengasumsikan bahwa laba dalam laporan keuangan
merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba dalam
laporan keuangan dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.
Ada dua pendekatan dalam pengukuran laba dalam tingkatan sistaksis
yaitu:
1. Pendekatan transaksi (transaction approach) terhadap pengukuran laba, yakni
merupakan pendekatan yang lebih konvensional yang digunakan oleh para
akuntan. Pendekatan ini melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian
aktiva dan kewajiban bahwa perubahan ini hanya merupakan akibat dari
transaksi (eksternal dan internal). Transakasi eksternal timbul dari hubungan
dengan pihak luar. Transaksi internal timbul dari perubahan penilaian pasar
atau perubahan harapan belaka.
2. Pendekatan aktivitas terhadap pengukuran laba, yaitu memusatkan pada
deskripsi aktivitas sebuah perusahaan dan bukan pada pelaporan transaksi.
Laba diasumsikan timbul bila aktivitas-aktivitas atau kejadian-kejadian
tertentu terjadi, tidak hanya sebagai hasil dari transaksi spesifik.
Pada tingkatan semantis laba didekati melalui hubungan pada realitas
ekonomi yang mendasarinya, konsep laba pada tingkat ini menunjukan dua hal
yaitu:
1. Konsep pemeliharaan modal (capital maintanance). Laba komprehensif
merupakan perubahan dalam modal sendiri (aktiva bersih) suatu kesatuan
usaha selama satu periode.
2. Konsep maksimasi laba. Pengujian keberhasilan atau kegagalan operasi suatu
perusahaan merupakan upaya untuk melihat sejauh mana kas yang diterima
kembali melebihi (atau kurang daripada) kas yang dikeluarkan
(diinvestasikan) dalam jangka panjang.
Pada tingkatan pragmatis laba didekati melalui pengurangan oleh investor
tanpa memperhatikan bagaimana hal itu diukur ataupun pengertiannya. Konsep
pragmatis dari laba berkaitan dengan proses keputusan dari investor dan kreditor,
reaksi harga sekuritas dalam pasar yang teratur terhadap pelaporan laba,
keputusan pengeluaran modal dari manajemen dan reaksi umpan balik dari
manajemen dan akuntan.
Ada dua konsep pengukuran laba yang banyak digunakan yaitu:
1. The Current Operating Concept of Income
Konsep laba operasi kini memusatkan perhatian pada pengukuran efisien
perusahaan. Istilah efisien berkaitan dengan pemanfaatan secara efektif sumber
daya perusahaan dalam mengoperasikan perusahaan dan menghasilkan laba.
Dalam menentukan laba, penekanan tertentu diletakkan pada istilah kini (masa
berjalan) dan operasi. Hanya perubahan nilai dan kejadian yang dapat
dikendalikan oleh manajemen dan yang dihasilkan dari periode berjalan yang
harus dimasukkan. Pendukung konsep ini menyatakan bahwa laba bersih yang
dilaporkan lebih berarti untuk perbandingan antar periode dan antar perusahaan
dan untuk membuat prediksi.
Sales = + (time)
Dari ketiga model tersebut di atas, yang paling umum dan banyak
digunakan oleh para peneliti dari berbagai negara, untuk mengklasifikasikan
perusahaan kedalam kelompok income smoothers (melakukan income smoothing)
atau non-income smoothers (tidak melakukan income smoothing), dalam
penelitian mengenai income smoothing adalah model Eckel. Model Eckel ini
membandingkan kovarian laba (CV∆I) dengan kovarian penjualan (CVS ), mana
yang lebih besar. Suatu perusahaan dikategorikan sebagai income smoothers jika
kovarian labanya lebih kecil dari kovarian penjualan CVI < CVS. ∆I merupakan
perubahan laba dalam satu periode, S merupakan perubahan
penjualan/pendapatan dalam satu periode. CV merupakan koefisien variasi dari
variabel, yaitu standar deviasi I atau S dibagi dengan rata-rata I atau S
Koefisien variasi (coefficient of variation / CV) dimaksud di atas, untuk
penjualan/pendapatan (sales/revenue) dan laba (income), dapat dirumuskan
sebagai berikut:
o∆I
CV∆I =
∆I
o∆S
CV∆S =
∆S
Keterangan:
I = Standar deviasi perubahan laba dalam satu periode
S = Standar deviasi perubahan penjualan/pendapatan dalam satu periode
I = Rata – rata perubahan laba dalam satu periode
S = Rata – rata perubahan penjualan/pendapatan dalam satu periode
b. Relatif Return
Return total di atas dapat bernilai negatif atau positif. Kadangkala, untuk
perhitungan tertentu, misalnya rata-rata geometrik yang menggunakan
perhitungan pengakaran dibutuhkan suatu return yang harus bernilai positif.
Untuk itu, relatif return dapat digunakan, yaitu dengan menambah nilai 1 (satu)
terhadap nilai return total sebagai berikut :
Relatif Return = (return total +1)
c. Rata-rata Aritmatik
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa rata-rata aritmatika tidak
memperhatikan tingkat pertumbuhan kumulatif return dari waktu ke waktu,
sehingga jarang digunakan untuk mengukur return. Rata-rata aritmatika
dirumuskan sebagai berikut:
R1 + R 2 + R n
RA = n
Keterangan :
RA = Rata-rata aritmatika
R1,2,…..n = return untuk periode ke 1,2,…,n
n = jumlah periode return
d. Rata-rata Geometrik
Rata-rata geometrik (geometric mean) banyak digunakan untuk
menghitung rata-rata return beberapa periode, misalnya untuk menghitung rata-
rata return beberapa periode, misalnya untuk menghitung return mingguan, atau
return bulanan, yang mana dihitung berdasarkan rata-rata geometirk dari return-
return harian. Untuk perhitungan return seperti ini, rata-rata geometrik lebih tepat
digunakan dibandingkan jika menggunakan metode rata-rata aritmatik biasa,
karena rata-rata geometrik memperhatikan pertumbuhan return suatu surat
berharga (saham, obligasi, dll) dari waktu ke waktu, sedangkan rata-rata aritmatik
tidak. Rata-rata geometrik ini secara metematis dirumuskan sebagai berikut :
RG = [(1+R1)] (1+R2)…..(1+Rn)]1/n = 1
Keterangan :
RG = Rata-rata geometrik
R1,2,…..n = Return untuk periode ke 1,2,…n
n = jumlah periode return.
Keterangan :
IKK = Indeks kemakmuran kumulatif dari periode pertama s.d periode ke – n
KK0 = kekayaan awal, biasanya digunakan nilai Rp. 1
Rt = Return periode ke-t, mulai dari awal periode (t=1) s.d akhir periode (t=n)
(1 + R)
Rµ= (1 + IF)— 1
Keterangan :
Rµ = Return disesuaikan dengan tingkat inflasi
R = Return nominal
IF = Tingkat inflasi
2. Return Ekspektasi
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa return ekspektasi (expected
return) adalah return yang diharapkan terjadi di masa yang akan datang. Jadi
return ini belum terjadi melainkan yang diharapkan terjadi. Expected return akan
dijelaskan secara singkat oleh penulis karena return ini tidak digunakan dalam
penelitian.
Expected return dapat dihitung berdasarkan beberapa cara, antara lain:
a. Berdasarkan nilai ekspektasi masa depan
Return ekspektasi cara ini dihitung dengan metode nilai ekspektasi
(expected value), yaitu mengalikan masing-masing hasil masa depan
(outcome) dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk
perkalian tersebut.