Anda di halaman 1dari 6

RESUME

SISTEM OPERASI SCADA AREA PENGATUR DISTRIBUSI JAKARTA RAYA


DAN TANGERANG SERTA CARA MANUVER DAYA BEBAN SAAT TERJADI
GANGGUAN GFD DENGAN LOAD BREAKING SWITCH (LBS)
Oleh : Rama Andikatama
LT-3E / 19

PLN sebagai perusahaan di negara kita yang mengelola energi listrik dituntut harus mampu
emberikan keandalan dan keamanan pasokan listrik bagi konsumen. Keandalan dalam arti (listrik
tidak pernah padam). Untuk mewujudkan harapan tersebut sangat sulit dicapai PLN jika hanya
menerapkan cara-cara lama, sehingga PLN mau tidak mau harus menerapkan teknologi-teknologi
baru pada sistemnya .
Salah satu langkah untuk mewujudkan hal tersebut adalah PLN Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang yang menggunakan system SCADA ( Supervisory Control And Data Aquisition ) pada
jaring distribusinya. Untuk mengotrol dan memonitoring jaringan distribusi saat di jalankan serta
mendeteksi masalah dan ganguan dengan cepat sehingga system jaringan listrik akan semakin handal
dan aman.
Sistem SCADA ( Supervisory Control And Data Acquisition ) berarti system pengolahan data
terintegrasi (terpusat) yang berfungsi mensupervisi, mengendalikan dan mendapatkan data secara
real time. Sistem SCADA dipakai oleh PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (Area Pengatur
Distribusi) sebagai penyedia dan pengatur jaringan listrik tegangan menengah (JTM ) 20 kV di
wilayah Jakarta Raya dan Tangerang.
Sistem SCADA digunakan sebagai operasi real time yang dilakukan terus menerus. Dalam
pengoperasiannya sistem ini mencakup operasi Telemetring (pengukuran jarak jauh), Telekontrol
(komando jarak jauh) dan Telesignalling (pensignalan jarak jauh).
Sistem scada terdiri dari 3(tiga) sub system yaitu:
1. Pusat Kontrol
Master Station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak yang ada di control
center,Berupa Main Komputer (Server).
2. Media transmisi data
Sebagai media untuk komunikasi data antara Main Komputer di Pusat Kontrol dengan
RTU yang dipasang di gardu-gardu PLN media nya antara lain:
3. Remote Terminal Unit (RTU)
Remote terminal unit (RTU) adalah salah satu komponen peralatan SCADA yang
didesain untuk memonitor aktivitas substation pada suatu sistem tenaga listrik
GFD (Ground Fault Detector) merupakan pendeteksi gangguan hubung tanah yang
digunakan pada sistem SCADA dan memanfaatkan arus gangguan sesaat untuk menghidupkan
(mengaktifkan) rangkaiannya.

Karena GFD tidak memiliki catudaya permanen. Jika terjadi gangguan maka CT (Current
Transformator) akan mengkonversi arus gangguan menjadi besaran arus dan tegangan yang
kemudian disearahkan dan digandakan serta diregulasi untuk memberikan taraf tegangan yang baik
(stabil) guna mensuplay seluruh rangkaian GFD.
Pada saat yang bersamaan komparator- komparator rangkaian membandingkan tegangan input
dengan tegangan referensi, jika tegangan input lebih tinggi dari tegangan referensi maka output
komparator akan tinggi, output komparator tersebut akan diteruskan ke blok rangkaian output yang
selanjutnya mengaktifkan transistor yang berfungsi sebagai saklar, lalu transistor tersebut
mengaktifkan relay untuk menutup kontaknya untuk memberikan sinyal adanya gangguan.

Sistem SCADA PLN Area Pengatur Distribusi diterapkan pada metode jaringan spindle.
Model jaringan spindle
Sebuah sistem spindle terdiri atas berapa percabangan yang disebut feeder enyulang). Masing-
masing penyulang emiliki nama tertentu, demikian pula dengan rdu–gardu pada tiap penyulang
tersebut.
Dalam sebuah penyulang terdiri atas berapa gardu yang diremote kontrol yaitu GI (Gardu
induk), CDS (Central Distribution ubstation) gardu tengah, GH (gardu hubung) dan DS
(Distribution Substation). Semuanya dilengkapi dengan fasilitas remote kontrol, kecuali gardu DS
tidak dilengkapi RTU hanya dilengkapi peralatan interface antara RTU ke mekanik kubikel motoris
serta power suplay. Pada sistem spindle dilengkapi dengan sebuah feeder (penyulang) express,
dimana feeder ini digunakan untuk memback-up bila terjadi gangguan jaringan listrik melalui gardu
hubung.

Manuver Penanganan Gangguan

Jaringan Spindel Saat Keadaan Normal


Pada setiap penyulang dalam suatu spindle terdapat beberapa switch, CB(circuit breaker) atau
PMT(Pemutus Tenaga) pada GI(gardu induk), LBS(Load Breaker Switch) pada CDS(gardu distribusi
tengah) dan GH(gardu hubung). Pada keadaan normal CB atau PMT pada gardu induk dan LBS pada
gardu distribusi CDS dan DS pada keadaan tertutup (close), sedangkan LBS pada GH selalu terbuka
(open), kecuali feeder express pada posisi tertutup (close).

Sistem Spindel saat Keadaan Normal


Jaringan Spindel Saat Terjadi Gangguan

Pada setiap penyulang mempunyai pendeteksi gangguan yang dinamakan sesuai dengan
hirarki pada jaringan, pada gardu induk pendeteksi gangguan didapat dari relay proteksi hubung
tanah dan dinamakan OPT (outgoing protection tripping) , sedangkan pada gardu distribusi
(CDS, DS) dilengkapi dengan Homopolair Fault Detektor (HFD), begitu pula pada gardu hubung
dilengkapi dengan HFD, alat bantu ini akan mengirimkan indikasi gangguan hubung tanah ke
pusat kontrol melalui RTU dengan fasilitas telesignalling, alat bantu ini diharapkan akan lebih
mempermudah alokasi gangguan yang terjadi pada jaring distribusi sehingga penyaluran tenaga
listrik dapat terus dilakukan tanpa harus mengganggu distribusi listrik pada gardu yang lain.

Penyulang “Merah” terdapat arus gangguan

Cara Penaganan Gangguan Pada Jaringan Sistim Spindel

a. Bila pada penyulang (contoh penyulang merah) terjadi gangguan yang berasal dari
gardu dibawah gardu tengah (CDS), maka HFD akan mengirimkan adanya sinyal
gangguan hubung tanah pada pusat kontrol melalui RTU, CB pada gardu induk akan
trip (terbuka) selanjutnya switch (LBS) pada gardu tengah (CDS) akan dibuka dan CB
pada gardu induk akan dimasukkan kembali, sehingga separuh jaringan dari penyulang
yang terganggu akan menyala dan hanya gardu yang ada dibawah CDS saja yang
padam.

b. Bila pada penyulang terjadi gangguan di atas gardu tengah (CDS) maka HFD tidak akan
mengirimkan signal gangguan ke pusat kontrol tetapi OPT pada gardu induk akan
mengirimkan signal gangguan tersebut, CB pada gardu induk akan trip (terbuka) maka
switch pada gardu tengah (CDS) akan dibuka dan switch pada gardu hubung (feeder
express) akan dimasukkan dan LBS pada penyulang di GH juga dimasukkan, sehingga
separuh jaringan akan menyala dan yang padam hanya pada gardu di atas gardu tengah
(CDS).
Penyulang “Merah” terdapat arus gangguan HFD pada Gardu tengah mendeteksi gangguan

c. Pada contoh diatas gangguan terjadi pada sisi bagian bawah penyulang maka sisi
tengah hingga bagian bawah penyulang akan mati sementara waktu. Pada saat itu
petugas akan mendtangi setiap gardu yang berada pada sisi tengah ke bwah untuk
melihat sinyal GFD yang dipancarkan di pitu gardu, bila menyala berati gardu tersebut
dialiri arus gangguan. Hingga petugas mengetahui gardu mana yang
bermasalah.Kemudian gardu yang terdapat gangguan pada sisi outgoing dan ingoing
nya diputus. Sehingga gardu yang tidak bermasalah dapat disupply kembali berasal dari
GI atau berasal dari GH

Pendeteksian tempat gangguan Gardu yang terkena gangguan incoming


dan outgoing nya diputus
Gardu dialiri arus listrik dari GI Gardu dialiri arus listrik dari GH

Anda mungkin juga menyukai