Anda di halaman 1dari 6

FARINGITIS

1. Definisi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi,
trauma, toksin, dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi
inflamasi lokal. Penyakit ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada
anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah

2. Jenis-jenis
Secara umum, Jenis faringitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Faringitis akut adalah radang tenggorok yang masih baru, ditandai secara klinis oleh adanya
nyeri tenggorok mulut berbau, nyeri menelan, kadang disertai otalgia (sakit di telinga),
demam tinggi.
b. Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung lama, ditandai secara
klinis oleh nyeri tenggorok. Nyeri tenggorok biasanya lebih ringan dibandingkan nyeri yang
berkaitan dengan infeksi yang dikemukakan diatas. Dapat ditemukan perasaan gatal dengan
sering berdahak. Dinding faring posterior kemerahan dan seringkali mempunyai gambaran
cobblestone (batu kerikil) karena hipertrofi limfoid.

3. Patofisiologi
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang berasal dari
pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini hinggap pada sel
sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini menyebabkan kerusakan
pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan jaringan ini ditandai dengan adanya
tampakan kemerahan pada faring.
Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang menyebabkan bercak
kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak tersebut terjadi sebagai akibat dari
kumpulan darah pada pembuluh darah yang rusak akibat pengaruh toksin.
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema
dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis. Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian
edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk
mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna
putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia,
perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan
dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan
adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena.

4. Epidemiologi
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling
tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia dibawah 1 tahun. Insedensi
meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa
nak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian akibat faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai
hasil dari komplikasi penyakit ini.
5. Etiologi
Etiologi infeksi saluran pernapasan akut terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia. Bakteri
penyebab antara lain genus streptokokus, staphylococcus, pneumococus, hemofilus, bordetella dan
korinebakterium. Virus penyebab antara lain golongan miksovirus, adnevirus, koronovirus,
pikornavirus. Disamping itu faktor-faktor berikut adalah faktor beresiko untuk berjangkitnya atau
mempengaruhi timbulnya infeksi saluran pernapasan akut, yaitu ; gizi kurang, berat badan lahir
rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak
memadai, defisiensi vitamin A, tingkat sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, dan
tingkat pelayanan kesehatan rendah. Gejala umum yang sering terjadi pada penyakit Faringitis yaitu :
batuk, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, influenza dan kadang disertai demam.
Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit di bagian tersebut,
susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada kalanya terjadi pembengkakan di leher.
Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau alergi.
Sekitar 90% dari kasus radang tenggorokan yang disertai hidung berair, demam, dan nyeri telinga
disebabkan oleh virus. Bakteri menjadi penyebab dari 10% kasus sisanya.
Pada 10% kasus sisanya bakteri penyebab radang tenggorokan tersering adalah Streptokokus. Gejala
infeksi bakteri ini adalah tenggorokan yang berwarna merah daging dan tonsil yang mengeluarkan
cairan. Untuk mendiagnosis bakteri ini sebagai penyebab secara pasti adalah dengan melakukan usap
tenggorok untuk kemudian di kultur serta dilakukan pemeriksaan darah.
a.    Infeksi
Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan bisa bersumber dari 3 hal, yakni kesehatan mulut dan
gigi, amandel sebagai sumber infeksi, dan sinusitis.
Kurang menjaga kebersihan bagian mulut, khususnya gigi, dapat menyebabkan radang tenggorokan.
Gigi yang busuk atau berlubang menjadi tempat berkumpulnya kuman. Kuman inilah yang kemudian
masuk ke dalam tenggorokan dan menyebabkan infeksi. Untuk mencegahnya, harus rajin menjaga
kebersihan mulut dan gigi. Kalau ada gigi yang busuk atau berlubang, harus langsung ditangani.
Misalnya, ditambal atau dicabut.
Infeksi pada amandel juga dapat menyebabkan terjadinya radang tenggorokan. Amandel sebenarnya
sangat berfungsi pada anak usia 4 – 10 tahun karena ia merupakan bagian dari pertahanan tubuh.
Terutama pernapasan bagian atas. Amandel yang sudah tidak berfungsi lagi akan menjadi tempat
berkumpulnya kuman sehingga menyebabkan infeksi pada tenggorokan.
Sumber ketiga penyebab infeksi tenggorokan adalah sinusitis. Setiap orang punya beberapa pasang
organ yang disebut sinus paranasal, ada di pipi, di dekat mata, di dahi, dan di dekat otak. Jika organ
ini meradang, itu yang disebut sinusitis. Pada orang dengan sinusitis kronis, lendir akan terus-menerus
mengalir di belakang tenggorokan dan hidung. Hal ini menimbulkan iritasi ke tenggorokan dan
menyebabkan radang.
b.    Iritasi
Iritasi juga bisa menjadi biang keladi radang tenggorokan. Hal ini disebabkan makanan yang masuk,
yaitu makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, terlalu panas atau dingin, dan makanan-makanan yang
terlalu bergetah. Makanan bergetah, contohnya buah-buahan. Jadi, tidak semua buah-buahan aman,
khususnya pada mereka yang punya alergi, karena justru dapat membuat iritasi pada tenggorokan.
Untuk mencegahnya, sebaiknya tidak makan buah-buahan dalam jumlah terlalu banyak. Iritasi juga
sering terjadi pada mereka yang bekerja di lingkungan pabrik. Instalasi zat kimia yang di hirup bisa
menyebabkan iritasi dan radang pada tenggorokan. Oleh sebab itu, penting sekali memakai masker.
c.    Alergi
Sementara alergi merupakan reaksi hipersensitif bagi orang yang memilikinya. Alergi dapat
disebabkan bermacam hal, seperti makanan dan minuman, obat-obatan tertentu, cuaca, dan debu. Zat
yang menyebabkan alergi disebut allergen. Jika allergen masuk ke dalam tubuh penderita alergi, tubuh
pun akan mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan alergi. Akibatnya, timbul reaksi-reaksi tertentu,
seperti gatal-gatal atau batuk-batuk.
Alergi terhadap suatu makanan dapat menyebabkan reaksi sakit pada tenggorokan. Selain itu, radang
tenggorokan sering dialami mereka yang alergi terhadap jenis buah-buahan tertentu dan olahannya,
misalnya jus. Hati-hati, tidak semua jus aman bagi orang-orang yang mengalami radang tenggorokan
berulang karena alergi. Sering batuk dan sakit tenggorokan. Paling sering justru pada jus tomat.
Minyak goreng bekas juga sering menjadi penyebab alergi dan mengakibatkan radang tenggorokan.
Orang yang alergi terhadap minyak goreng bekas harus selalu mengganti minyak setiap kali akan
menggoreng

6. Manifestasi Klinis
1. Mengeluh rasa kering / gatal pada tenggorok.
2. Malaise dan sakit kepala
3. Suhu tubuh meningkat
4. Nyeri
5. Disfagia
6. Batuk
7. Edema Faring

Berdasarkan besar kecilnya anak makamanifestasi klinis penderita faringitis dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Anak yang lebih kecil
a. Demam
b. Malaise umum
c. Anoreksia
d. Sakit tenggorok sedang
e. Sakit kepala
f. Hiperemia ringan sampai sedang
2. Anak yang lebih besar
a. Demam(dapat mencapai 400C)
b. Sakit kepala
c. Anoreksia
d. Disfagia
e. Nyeri abdomen
f. Muntah
g. Faring edema, merah ringan
3. Hiperemia tonsil dan faring dapat meluas ke palatum lunak dan uvula
4. Sering menimbulkan eksudat folikuler yang menyebar dan menyatu membentuk pseudomembran
pada tonsil
5. Kelenjar servikal membesar dan nyeri tekan
Berdasarkan penyebabnya, manifestasi klinis faringitis dapat dibagi dua, tetapi ada banyak
tanda dan gejala yang tumpang tindih dan sulit dibedakan antara satu bentuk faringitis dengan yang
lain.
1. Faringtis Virus
a. Tanda awal: Demam, malaise, anoreksia dengan nyeri tenggorokan sedang
b. Suara parau, batuk dan rinitis
c. Pada kasus berat dapat terbentuk ulkus kecil pada palatum lunak dan dinding faring
posterior.
d. Eksudat.
2. Faringitis Streptokokus
a. Pada anak umur lebih dari 2 tahun: Nyeri kepala, nyeri perut, muntah.
b. Demam 40oC kadang tidak tampak
c. Pembesaran tonsil dan tampak eksudat dan eritema faring
d. Disfagia
e. Kemerahan difus pada tonsil dan dinding penyangga tonsil dengan bintik-bintik petekie
palatum lunak, limfadenitis atau eksudasi folikuler.
6. Diagnosis
Anamnesis
Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38 0C. Faringitis dengan penyebab bakteri
dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu, namun faringitis dengan penyebab noninfeksi
biasanya lebih lama.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan
THT. Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan adanya: Eksudat dan kemerahan pada
tonsil, Bercak kemerahan pada lidah.
Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan beberapa tanda klinis pada pasien dengan riwayat
demam reumatik, yaitu pembengkakan sendi, nyeri, nodul subkutan, murmur jantung.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak,
hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring)
dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop
untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis
etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
b.     Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal
diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
8. Penatalaksanaan
Therapi
Terapi terhadap penderita faringitis yang disebabkan oleh bakteri, diberikan penisilin, dan jika pasien
alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin merupakan obat yang paling disarankan. Untuk
menghindari infeksi dari jamur maka diberikan solusi dengan nystatin 100.000 unit dua kali sehari.
Pada penderita yang disebabkan oleh virus maka diberikan aspiria, acetominopher (tylenol) untuk
membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan. Dianjurkan untuk beristirahat dirumah,
karena faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Kepada pasien juga dianjurkan untuk mengurangi aktivitas sehari-hari dengan kata lain beristirahat,
mengkonsumsi cairan yang banyak, tidak meminum minuman mengandung alkohol dan minuman
yang dingin, kumur-kumur larutan NaCl hangat setiap 2-3 jam untuk mengurangi keluhan rasa sakit,
menghindari makanan yang merangsang seperti cabai dan lain-lain
Pengobatan
a.    Untuk Faringitis Akut
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat mencakup pemberian
Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin merupakan obat pilihan. Untuk pasien
alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai organisme resisten terhadap eritromisin digunakan
sefalosporin. Antibiotik di berikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus
group A dari orofaring.
Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu makan pasien dan
tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang tenggorok sakit sehingga
cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan mulut. Pada kondisi yang parah, cairan
diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia
lakukan dengan minimal 2 sampai 3 liter sehari.
b.    Untuk Faringitis Kronik
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan memperbaiki
setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin mengakibatkan terhadap batuk
kronik.
Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat
(Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi
dekongestan antihistamin seperti Drixarol/ Dimentapp, diminum setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif
dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen.
c.    Pada Anak-anak
Bila anak menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah atau lesu karena gejala radang tenggorokan ini,
kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus selalu dengan obat, mungkin dengan tindakan
yang mudah dan sederhana bisa membantu menenangkan anak.
1)    Nyeri menelan :
Banyak minum air hangat, obat kumur, lozenges, paracetamol untuk meredakan nyeri
2)    Demam
Banyak minum, paracetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air hangat.
3)    Hidung tersumbat dan berair
Banyak minum hangat, anak diuap dengan baskom air hangat, tetes hidung NaCl.
Dalam beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh setelah 2 minggu. Yang
diperlukan adalah kesabaran dan pengawasan orang tua terhadap gejala anak. Bawalah anak ke dokter
bila gejala terlihat makin berat; anak tampak sulit bernapas, kebiruan pada bibir atau kuku, anak
tampak gelisah atau justru sangat mengantuk, atau anak batuk/demam berkepanjangan.
Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik biasanya tidak dipergunakan.
Infeksi oleh virus (misalnya batuk-pilek, radang tenggorokan) sama sekali tidak bisa disembuhkan
dengan antibiotik. Infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem
kekebalan tubuh. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan membuat
menjadi resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan infeksi saat dibutuhkan,
terutama pada anak-anak

Referensi:
Adams, George L. 1997. Buku Ajar Penyakit THT, ed.6. Jakarta: EGC.
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, vol.2, ed.15. Jakarta: EGC.
Iskandar, Nurbaiti, dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, ed.2. Jakarta:
Balai penerbit FKUI..
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. 2008. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2008. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai