Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGERTIAN, SEJARAH, DAN LANDASAN MEDIA PEMBELAJARAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Matakuliah Media Pembelajaran Bahasa


Dosen Pembimbing : Syahrul Mubaroq, M.Pd.

Disusun Oleh :

Febrianti Dwi Rahayu (1810221016)


Ahmad Fani Infal Efendi (1810221030)
Moh. Yusron Fuad Muzakki (1810221021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengertian, Sejarah Dan Landasan Media Pembelajaran”. Salawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, teladan utama
bagi manusia dan rahmat bagi seluruh alam.
Isi makalah ini membahas dan menyajikan tentang Pengertian Media,
Sejarah Media Pembelajaran, Serta Landasan Media Pembelajaran.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah Kurikulum Bahasa Indonesia. Makalah ini ditulis dari hasil
penyusunan data-data yang diperoleh dari buku-buku referensi yang
berhubungan dengan judul makalah.
Penulis mengharapkan, melalui membaca makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita, dalam hal ini dapat menambah wawasan khususnya bagi para
guru dan calon guru, dan umumnya bagi kita semua. Memang makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jember, 02 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ....................................................................................
B.Rumusan Masalah ...............................................................................
C.Tujuan Penulisan .................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Media Pembelajaran.......................................................
2.2 Sejarah Media Pembelajaran............................................................
2.3 Landasan Media Pembelajaran.........................................................

BAB III PENUTUP


3.1Kesimpulan.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil beberapa
permasalahan-permasalahan yang akan dirumuskan pada makalah ini, diantaranya
sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah pengertian media pembelajaran ?
1.2.2 Bagaimanakah sejarah media pembelajaran ?
1.2.3 Bagaimanakah landasan media pembelajaran ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan-tujuan yang dapat
diuraikan dalam makalah ini sebagai berikut.
1.3. 1 Mengetahui pengertian media pembelajaran
1.3.2 Mengetahui bagaimanakah sejarah media pembelajaran
1.3.3 Mengetahui landasan media pembelajaran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media Pembelajaran


Dalam bahasa Arab kata media disebut dengan (wasaail) atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Depdiknas (2003) istilah
media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”
yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada
penerima informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan
proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut
media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar
yang merupakan kombinasi antara perangkat lunak (bahan belajar) dan perangkat
keras (alat belajar). Association for Education and Communication Technology
(AECT), mengartikan kata media sebagai segala bentuk dan saluran yang
dipergunakan untuk proses informasi.

Gerlach dan ely (1971) mengatakan bahwa, media adalah manusia, materi,
atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, ketampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru,
buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Hamalik (1994), media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat,
fikiran, dan perasaan si pembelajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Lebih lanjut Hamalik membedakan pengertian media
menjadi dua yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, media
pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam
proses pengajaran yang terencana, sedangkan dalam artian luas, media tidak
hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga
mencakup alat-alat sederhana, seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan
guru, objek-objek nyata, serta kunjungan ke luar sekolah. Sejalan dengan
pandangan itu, guru-guru pun dianggap sebagai media penyajian, di samping

6
radio dan televisi karena sama-sama membutuhkan dan menggunakan banyak
waktu untuk menyampaikan informasi kepada siswa.

Pada hakikatnya berbagai batasan yang dikemukakan di atas mengandung


pengertian dasar yang sama. Dalam berkomunikasi kita membutuhkan media atau
sarana. Secara umum makna media adalah apa saja yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber Informasi ke penerima informasi. Jadi media pembelajaran
merupakan “perangkat lunak” (Software) yang berupa pesan atau informasi
pendidikan yang disajikan dengan memakai suatu peralatan bantu (Hardware)
agar pesan/informasi tersebut dapat sampai kepada mahasiswa. Di sini jelas
bahwa media berbeda dengan peralatan tetapi keduanya merupakan unsur-unsur
yang saling terkait satu sama lain dalam usaha menyampaikan pesan/informasi
pendidikan kepada mahasiswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa (a)
media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, dan (b) bahwa materi
yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin
dicapai adalah terjadinya proses belajar.

2.2 Sejarah Media Pembelajaran


1. Pendidikan Pada Awalnya Hanya Guru dan Buku

Sejarah awal pendidikan, istilah media pembelajaran belum dikenal, pada


masa awal ini guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh
pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber pembelajaran ini kemudian
bertambah dengan adanya buku. Masa adanya buku ini, dikenal tokoh bernama
Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku
bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku yang ditulis oleh Johan ini
berjudul ”Orbis Sensualium Pictus” (Dunia Tergambar) yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1657. Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep
dasar bahwa tak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu
melalui penginderaan. Pada abad ke 20 tahun 1920 muncul media yang
dinamakan proyektor slide. Media ini menggunakan lentera untuk
menyampaikan materi.

7
2. Masuknya Pengaruh Teori Komunikasi pada Proses Pembelajaran dan
Munculnya AVA

Masa pertengahan abad ke-20 ( Akhir tahun 1950), teori komunikasi yang
dipelajari oleh para ahli secara bersamaan dengan munculnya alat bantu visual
mulai mempengaruhi penggunaan alat visual yang ketika itu mulai dianggap
berguna sebagai penyalur pesan atau informasi belajar sehingga berdampak
pada komunikasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada waktu itu, yang
pada awalnya hanya dianggap sebagai alat bantu dalam proses mengajar
(teaching aids). Alat bantu yang dipakai pada masa sebelumnya adalah alat
bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan
pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap para siswa
didik yang sedang belajar. Kemudian, pada tahap berikutnya, mulailah muncul
pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20 tepatnya tahun 1930,
diciptakanlah media audio contohnya, radio dan recorder (perekam suara). Radio
digunakan untuk menyebarkan informasi secara luas melalui suara. Recorder
digunakan untuk merekam informasi yang berupa suara dan memutar kembali
informasi tersebut saat diperlukan. Keuntungan media audio ini yaitu, dapat
menyampaikan informasi secara lengkap tanpa adanya modifikasi dari pihak-
pihak lain. Kemudian berkembanglah media audio visual, yang
mengkombinasikan informasi gambar dengan suara pada tahun 1943-1945 yang
disebut dengan audio visual aids (AVA). Media audio visual ini digunakan oleh
angkatan senjata Amerika. Diciptakanlah sekitar 400 film pelatihan untuk
melatih serta menyiapkan pasukan perang Amerika. Media ini sangatlah efektif
dalam penggunaanya saat itu.

Berkembangnya AVA memunculkan media pembelajaran yaitu televisi pada


tahun 1950. Televisi digunakan untuk menyampaikan infomasi kepada khalayak
umum. Adanya channel-channel pendidikan dalam televisi, memungkinkan
orang untuk belajar sambil menonton. Pada tahun 1950-1995 muncullah
komputer sebagai media yang multifungsi. Dengan adanya software- software
didalam komputer, dapat memudahkan seseorang menyampaikan informasi
secara mudah dan cepat. Pada abad ke-21 tepatnya tahun 2001 sampai sekarang

8
muncullah media pembelajaran berbasis ICT. Semua gatget seperti tablet,
handphone, notebook, dan laptop dapat terkoneksi ke internet. Melalui internet
seseorang dapat mengakses informasi secara global dan belajar online dengan e-
learning. Seseorang juga dapat membaca buku elektronik seperti BSE. Semua
orang dapat belajar sendiri tanpa adanya guru, dimana saja dan kapan saja.

3. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Pertengahan abad 20 (dalam Oktaviani, 2016) usaha pemanfaatan alat visual


mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual
pembelajaran. Usaha-usaha untuk membentuk pembelajaran abstrak menjadi
lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi
12 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling kongkrit sampai yang paling
abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama ”Kerucut
Penglaman” (Cone of Experience). Kerucut pengalaman ini, memiliki tingkatan-
tingkatan sebagai berikut.

 Direct Purposeful Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh dari kontak


langsung dengan lingkungan, objek, binatang, manusia, dan sebagainya, dan
merupakan bentuk pembelajaran paling riil yang bisa dialami oleh siswa
didik.
 Contrived Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui interaksi
dengan model, benda tiruan, atau simulasi dari realitas yang asli.
 Dramatized Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui
permainan, sandiwara boneka, permainan peran, drama sosial yang
mencerminkan objek asli yang hendak dipelajari.
 Demonstration, yaitu pengalaman yang diperoleh dari sebuah pertunjukan
 Study Trips, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata
 Exhibition, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui pameran
 Educational Television, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui
televisi pendidikan
 Motion Pictures, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film
hidup, bioskop tentang hal yang sedang dipelajari

9
 Still Pictures, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide,
fotografi yang mencerminkan realitas asli
 Radio and Recording, yaitu engalaman yang diperoleh melalui siaran radio
atau rekaman suara atas suatu objek yang sedang dipelajari
 Visual Symbol, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat
dilihat seperti grafik, bagan, atau diagram
 Verbal Symbol, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata
dan merupakan pengalaman belajar yang paling rendah tingkat visualisasinya
bagi siswa didik.

4. Pengaruh Behaviorisme BF. Skinner

Setelah adanya perubahan pada asumsi dasar mengenai pentingnya alat bantu
penyampaian gagasan kepada siswa, akan tetapi faktor siswa sendiri belum
begitu dianggap penting dalam dunia pendidikan. Akan tetapi pada 1960an, para
ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran.
Pada saat itu teori behaviorisme yang digagas oleh BF. Skinner mulai
mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori
behaviorisme mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah
laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang
dilandasi oleh teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin
pengajaran) dan programmed instruction (pembelajaran terprogram).

5. Pendekatan Sistem dan Pengaruhnya dalam Pembelajaran

Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) juga mulai


menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran.
Pendekatan sistem kemudian mendorong digunakannya media sebagai bagian
integral dalam proses pembelajaran. Media tidak lagi dipandang sebagai alat
bantu guru, akan tetapi merupakan bagian tersendiri yang penting dalam proses
pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara
sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Ada dua ciri pendekatan
sistem pengajaran, yaitu sebagai berikut :

10
 Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar yang
memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa.
 Penggunaan metode khusus dalam rangka mendesain sistem pengajaran yang
terdiri atas prosedur integral berupa perencanaan, perancangan, pelaksanaan,
dan penilaian keseluruhan proses belajar-mengajar,

Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik


siswa didik yang diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang dicapai. Perlahan-lahan, dari pengalaman yang di alami dari proses
tersebut, guru mulai menemukan bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda,
sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui media visual, sebagian audio,
media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari sinilah lahir konsep media
pembelajaran.

2.3 Landasan Media Pembelajaran


Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu
perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation,
yang dalam bahasa Indonesia menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian
terpenting untuk mengawali sesuatu.
 Landasan Filosofis
Didalam landasan filosofis ini terdapat suatu pandangan bahwa “dengan
digunakannya berbagai jenis media hasil tekhnologi baru didalam kelas, akan
berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi”. Dengan kata lain,
penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah
pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru
siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai
dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat
kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun
alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi
tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu
muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki

11
kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda
dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak,
proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan
humanis.
 Landasan Psikologis
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran ialah alasan atau rasional
mengapa media pembelajaran dipergunakan dari kondisi pebelajar dan bagaimana
proses belajar itu terjadi. Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang
berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar itu terjadi, namun dapat dikatakan
bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan
perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa
bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan
berubahnya sikap seseorang yang telah belajar. Dengan memperhatikan kompleks
dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode
pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping
itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam
pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses
belajar, memahami makna persepsiserta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses
pembelajaran dapat berangsung secara efektif.
 Landasan Teknologis
Teknologi pembelajaran teori dan praktek perancangan, pengembangan,
penerapan, pengelolaan, penilaian proses dan sumber belajar. Jadi teknologi
pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari
solusi masalah dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan pebelajar untuk
belajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknolog-teknolog di bidang
pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi
kebutuhan setiap pebelajar sesuai dengan karakteristiknya. Dalam upaya itu,
teknolog berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang
berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan

12
pengembangan disainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah
diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya,
mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya menggunakan baik pada
tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi). Semua
kegiatan ini dilakukan oleh para teknolog dengan berpijak pada prinsip bahwa
suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh
pebelajar yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan
oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap pebelajar
akan amat dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik belajarnya.
 Landasan Empiris
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi anatara
penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam
menentukan hasil belajar siswa. Artinya, bahwa siswa akan mendapat keuntungan
yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristiknya. Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan lebih
mendapatkan keuntungan dari menggunakan media visual, seperti film, video,
gambar atau diagram. Sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar auditif lebih
mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran auditif, seperti
rekaman suara , radio atau ceramah dari guru/ pengajar. Akan lebih tepat dan
menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media
audio-visual.

Secara garis besar landasan media pembelajaran terdapat empat pokok


pembahasan yaitu landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
 Landasan filosofis berbicara tentang hakekat, mengapa perlu adanya media
dalam pendidikan.
 Landasan psikologis menggaris bawahi bahwa dalam menggunakan media
pembelajaran hendaknya seorang guru mengetahui kecenderungan minat dan
keinginan siswa agar nantinya materi yang diajarkan lebih mengena dan lebih
mudah dipahami.

13
 Landasan teknologis menitik beratkan pada alat- alat yang memudahkan
peserta didik dalam pembelajaran.
 Landasan empiris mengutamakan pada tipe atau gaya belajar peserta didik.
Dari beberapa landasan yang sudah ada diharapkan kita tidak perlu rau lagi
menggunakan alat dalam pembelajaran asal tepat memilihnya. Dan diharapkan
alat atau media yang digunakan dapat membantu peserta didik mencapai tujuan
akhir pendidikan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan materi


kepada anak didik sehingga antara guru dan peserta didik memiliki
kesinambungan materi yang dipelajari. Sejarah media pembelajaran terus
berkembang dari hanya berbentuk buku bergambar hingga berbasis teknologi dan
internet. Dan landasan dalam media pembelajaran mengikuti beberapa aspek, dari
filosofis, psikologi, teologis, dan empiris.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai