Anda di halaman 1dari 8

MODUL PERKULIAHAN

KONSTITUSI DAN
RULE OF THE
LAW

Modul Mata Kuliah


Kewarganegaraan
Universitas Mercu Buana

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Ekonomi Bisnis Manajemen U001700007 Sholahudin Malik
Bagian Isi
PENDAHULUAN

Sebagai mana kita pahami betapa pentingnya suatu konstitusi bagi suatu negara, yang ke
depannya konstitusi tersebut dapat memberikan konsep keteraturan bagi suatu negara.Oleh
karena itu kita sebagai generasi muda penerus Bangsa amatlah penting untuk memahaminya,
agar kita menjadi generasi yang bisa memahami konstitusi negara kita sendiri khususnya dan
negara-negara lain pada umumnya. Dan yang melatar belakangi Rule of Law adalah  Diawali
oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan Negara selain itu
Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional dan Perumusan
yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara hukum. Rule of law adalah
doktrin hukum yang muncul padaabad ke 19, seiring degan negara konstitusi dan demokrasi.
Rule of law adalah konsep tentang common law (hukum adat) yaitu seluruh aspek negara
menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan
dan egalitarian (orang yang percaya bahwa semua orang sederajat).

KONSTITUSI DAN PENEGAKAN ATURAN HUKUM ( RULE OF LAW )

A.        KONSEP DASAR KONSITUSI


1.      Istilah dan Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata  constituer  (Pransis), constitution
(Inggris), constitutle(Belanda) yang berarti membentuk, menyusun dan menyatakan.Dalam
konteks ketatanegaraan, konstitusi di masukan sebagai pembentukan suatu negara, atau
menyusun dan menyatakan sebuah negara.Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar (awal)
mengenai pembentukan suatu negara. Dalam bahasa indonesia, konstitusi dikenal dengan
sebutan Undang-undang Dasar (UUD).
Keduanya memang tidak berarti sama. UUD hanyalah sebatas hukum dasar  yang
tertulis, sedangkan konstitusi disamping memuat hukum dasar yang tertulis, juga mencakup
hukum dasar yang tidak tertulis. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis, melainkan juga bersifat
sosiologis dan politis.Sedangkan undang-undang dasar hanya merupakan sebagian dari
pengertian konstitusi, yaitu konstitusi yang tertulis.
Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grondwet, yang berarti
undang-undang dasar (grond=dasar dan wet=undang-undang). Di Jerman istilah konstitusi juga
dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang juga berarti Undang-Undang Dasar (grund=dasar dan
gesetz=Undang-Undang).
Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamentallaws tentang
pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya.Sementara menurut Sri Soemantri,

‘1 Mata Kuliah Kewarganegaraan


3 2 Sholahudin Malik
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
konstitusi berarti suatu naskah yang membuat suatu bangunan negara dan sendi-
sendi sistem pemerintahan negara.Dari dua pengertian bisa dikatakan bahwa konstitusi memuat
aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya
sebuah negara.
2.      Klasifikasi Konstitusi
Menurut CF. Strong konstitusi terdiri  atas dua bagian diantaranya adalah:
1)      Konstitusi tertulis adalah aturan- aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata
negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di
dalam persekutuan hukum negara.
2)      Konstitusi tidak tertulis/konvensi adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering
timbul.
3.      Nilai Konstitusi
Nilai dalam konstitusi dibagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah sebagai
berikut:
1)      Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.
2)      Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetrapi tidak
sempurna. Ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal-pasal tertentu tidak berlaku/tidsak
seluruh pasal–pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3)      Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa
saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan kekuasaan politik.
4.      Sifat Konstitusi
Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:
1)      Flexible/luwes apabila konstitusi/undang undang dasar memungkinkan untuk berubah
sesuai dengan perkembangan.
2)      Rigid/kaku apabila konstitusi/undang undang dasar jika sulit untuk diubah.
Jadi bisa disimpulkan Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel dan juga rigid.
Menurut James Bryce, konstitusi dikatakan fleksibel bila bercirikan: Elastis karena dapat
menyesuaikan dirinya dengan mudah dan memungkinkan diubah dengan cara yang sama
seperti undang-undang serta konstitusi tersebut dinamis. Sisi negatif dari konstitusi
yangfleksibel adalah membawa akibat kemerosotan pada kewibaawaan konstitusi itu
sendiri. Sedangkan dikatakan rigid bila ia sulit diubah.
5.      Tujuan Konstitusi
Konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin
hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.Tujuan-
tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi 3 tujuan, yaitu:
1)      Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik.
2)      Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri.

‘1 Mata Kuliah Kewarganegaraan


3 3 Sholahudin Malik
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3)      Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.
Secara garis besar, tujuan Konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap
penduduk di pihak lain.
6.      Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu
hal yang sangat krusial (miring), karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah
negara.
Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan-seperti yang dikutip Thaib- bahwa konstitusi
atau undang-undang dasar merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan
dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan
negara harus dijalankan, sejalan dengan pendapat tersebut, Bagir Manan mengatakan bahwa
hakekat konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme
yaitu pemabatasan terhadap kekuasaan pemerintah disuatu pihak dan jaminan terhadap hak-hak
warga negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Menurut William G. Andrews, dapat dirumuskan beberapa fungsi konstitusi yang
sangat penting baik secara akademis maupun dalam praktek, yaitu;
1)      Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai satu fungsi konstitualisme
2)      Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan
3)      Menjadi instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang kekuasaan asal (baik
rakyat dalam sistem demokrasi maupun raja dalam sistem monarki) kepada organ-organ
kekuasaan negara.

B.         PERUBAHAN KONSTITUSI

Yang dimaksud dengan perubahan konstitusi adalah segala usaha untuk menambah dan atau
mengurangi baik sebagian atau seluruh makna yang terkandung dalam konstitusi tersebut
melalui suatu mekanisme perubahan yang ditentukan berdasarkan peraturan ketatanegaraan
yang berlaku.Perubahan konstitusi merupakan keharusan dalam sistem ketatanegaraan suatu
negara, karena bagaimanpun konstitusi haruslah sesuai dengan realitas kondisi bangsa dan
warga negaranya.
Dengan kata lain, bahwa sifat dinamis suatu bangsa terhadap setiap peradaban harus mampu
diakomodasi dalam konstitusi negara tersebut. Karena jika tidak, maka bukan tidak mungkin
bangsa dan negara tersebut akan tergilas oleh arus perubahan peradaban itu sendiri.Perubahan
konstitusi/UUD yaitu: Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini
yang kadang-kadang membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat.

‘1 Mata Kuliah Kewarganegaraan


3 4 Sholahudin Malik
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Secara evolusi, UUD/konstitusi berubah secara berangsur–angsur yang dapat menimbulkan
suatu UUD, secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah Undang-Undang Dasar atau konstitusi
melalui jalan penafsiran, menurut K.C. Wheare ada 4 (empat) macam cara, yaitu melalui:
1)      Beberapa kekuatan yang bersifat primer
2)      Perubahan yang diatur dalam konstitusi
3)      Penafsiran secara hukum
4)      Kebiasaan yang terdapat bidang ketatanegaraan.

2. Perubahan Konstitusi di Indonesia


Dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat satu pasal yang berkenaan dengan cara
perubahan UUD, yaitu Pasal 37 yang menyebutkan:
1)     Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR harus
hadir.
2)     Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang
hadir.

Pasal tersebut mengandung tiga norma, yaitu:


1)      Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagailembaga tertinggi
Negara.
2)      Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhisekurang-kurangnya adalah
2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR.
3)      Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

C.        PENGERTIAN DAN LINGKUP RULE OF LAW

Penegakan hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai dengan  keputusan yang


harus dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip atau hukum yang dikenal, tanpa
intervensi kebijaksanaan dalam aplikasi mereka. Peribahasa ini dimaksudkan sebagai
pelindung terhadap pemerintahan yang sewenang-wenang.Kata “sewenang – wenang”
(dari bahasa latin “penengah”) menandakan suatu keputusan yang dibuat di atas kebijaksanaan
wasit, bukan menurut aturan hukum.
Secara umum, hukum adalah kumpulan aturan-aturan yang ditetapkan oleh
negara dikenakan sanksi atau konsekuensi.Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep
rechtsstaat atau Rule Of Lawyang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di
eropa abad ke – 19 dan ke – 20.
Oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah Negara hukum.ciri Negara hukum
antara lain : adanya supremasi hukum, jaminan hak asasi manusia dan legalitas hukum. Di
Negara hukum, peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada undang – undang dasar

‘1 Mata Kuliah Kewarganegaraan


3 5 Sholahudin Malik
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(konstitusi) merupakan satu kesatuan sistem hukum sebagai landasan bagi setiap
penyelenggaraan kekuasaan.
Rule Of Law merupakan suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke XIX,
bersamaan dengan kelahiran Negara berdasarkan hukum (konstitusi) dan demokrasi.
Kehadiran Rule Of Lawboleh disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap Negara absolute
(kekuasaan di tangan penguasa) yang relah berkembang sebelumnya.Rule Of Law pada
hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “ rasa keadilan “ bagi rakyat Indonesia
dan juga “ keadilan sosial “ . inti dari Rule Of Law adalah adanya keadilan bagi masyarakat ,
teruatama keadilan sosial.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan Negara hukum adalah Negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
Dalam Negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan
(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.

D.        PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW DI INDONESIA

Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia terbagi menjadi atas 2  bagian diantaranya yaitu:


1.      Prinsip-prinsip Rule of Law secara Formal di Indonesia
Prinsip-prinsip rule of law secara formal di Indonesia tertera dalam pembukaan UUD 1945
yang menyatakan:
1)      Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,…karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan “peri keadilan”
2)      Kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan makmur
3)      Untuk memajukan “kesejahteraan umum”,dan mencerdaskan“keadilan sosial”
4)      Disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia”
5)      Kemanusiaan yang “adil” dan beradab
6)      Serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.      Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki ( materil ) di Indonesia
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (material) di Indonesia sangat erat kaitannya
dengan penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law.
Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan
bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa.Hal ini didukung kenyataan bahwa rule of
law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai
akar budayanya yang khas pula.Karena bersifat legalisme maka mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani dengan pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat
objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom.

‘1 Mata Kuliah Kewarganegaraan


3 6 Sholahudin Malik
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah banyak
dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal sehingga
rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaanrule of law belum dirasakan dimasyarakat.

E.         STRATEGI PELAKSANAAN (PENGEMBANGAN) RULE OF LAW DI INDONESIA


Agar pelaksanaan Rule of Law bisa berjalan dengan yang diharapkan, maka:
1.  Keberhasilan rules of lawharus didasarkan pada corak masyarakat hukum yang bersangkutan
dan kepribadian masing-masing setiap bangsa.
2.  Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang tumbuh dan
berkembang pada bangsa.
3.  Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara adil juga memihak
pada keadilan.
Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif, yang memihak hanya pada keadilan
itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hokum progresif
bahwa ”hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat
kandungan moral yang kuat.Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan
yang sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau “back to law
and order”, kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.
Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.   Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
2.  Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau
kekuatan apapun.
3.  Legalitas terwujud dalam segala bentuk.

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Konstitusi adalah
suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas pokok badan-badan pemerintah suatu
negara yang secara garis besar bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah dan untuk menjamin hak-hak yang diperintah.Secara historis timbulnya konstitusi
sebagai sesuatu kerangka kehidupan telah dan sejak zaman Yunani.
Konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
ketatanegaraan karena ia berfungsi sebagai pegangan dan pembari batas kekuasaan
Negara.Perubahan konstitusi merupakan suatu keharusan dalam sistem ketatanegaraan dalam
suatu Negara, konstitusi karena sebuah konstitusi haruslah sesuai dengan realitas kondisi
bangsa dan negara yang sesuai dengan sifat konstitusi sendiri, yaitu fleksibel dan rigid.

‘1 Mata Kuliah Kewarganegaraan


3 7 Sholahudin Malik
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Bakry, Noor Ms, 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Pustaka Belajar : Yogyakarta.


Hendarsah Amir. (2009). Sejarah dan Ketatanegaraan. Yogyakarta: Great Publisher.

Winarno. (2007). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sunarso, dkk. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press

‘1 Mata Kuliah Kewarganegaraan


3 8 Sholahudin Malik
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai