Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENIDAHULUAN

HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Nama : Zulfatul Asfiyah


NIM : 1711020037
Kelas : 6A Keperawatan S1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan iastoliknya diatas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita tekanan drah tinggi
jika tekanan sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan
diastolic lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah idel adalah 120
mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefisinikan sebagai normal. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolic. Hipertensi biasanya terjadi pada
tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka beberapa minggu.
Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila
tekanan sistolik nya melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi
90 mmHg berdasarkan rerata dua atau tiga kali kunjungan yang cermat
sewaktu duduk dalam satu atau dua kali kunjungan (ESH and ESC. 2013)

B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada
hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula
hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang
mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya.(TEJNC.2014)

C. TANDA DAN GEJALA


Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
akibat hipertensi. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
( Harrison.2005)

D. KOMPLIKASI
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena
tekanan darah.
2. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut.
3. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya
glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Huda Nurarif & Kusuma
H, 2015).

E. PENATALAKSANAAN
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H,
2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan
sirkulasi darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot
tegang akan meningkatkan keseimbangan dan
koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan
Faktor predisposisi: usia,atau
jenisaktifitas fisik.
kelamin, stress,
4) Mengurangi kurang
asupan olahraga,
natrium.
genetik, konsentrasi garam.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).
Kerusakan vaskuler pembuluh darah

F. PATOFISIOLOGI
Tekanan arteri sistemikPerubahan
adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dariperkalian antara Pembuluh
Penyumbatan stroke volume dengan heart rate (denyut
jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi Vasokonstrik
hormon. Empat sistem kontrol yang berperan
dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan
autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
G. PATHWAY
Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien hipertensi adalah :

a. Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
Gangguan
b. Riwayat kesehatan :
Otak
1) Keluhan utama :Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau
Resistensi pembuluh darah
pelayanan kesehatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat
Nyeri tengkuk/kepala
melakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi adalah
Gangguan Pola
penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan
pengkajian tentang riwayat minum obat klien.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada
yang menderita riwayat penyakit yang sama.
c. Data fisiologis, respirasi, nutrisi/cairan, eliminasi, aktifitas/istirahat,
neurosensori, reproduksi/seksualitas, psikologi, perilaku, relasional dan
lingkungan. Pada klien dengan ketidakpatuhan dalam katagori perilaku, sub
katagori penyuluhan dan pembelajaran perawat harus mengkaji data tanda dan
gejala mayor dan minor yang sudah tercantum dalam buku Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), yaitu : Tanda dan
gejala mayor

1) Subyektif :

a) Mengungkapkan minat dalam belajar


b) Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic
c) Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topic

2) Obyektif

a) Perilaku sesuai dengan pengetahuan

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons


pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual mapun potensial. Diagnosis keperawatan merupakan
langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu mengklasifikasi masalah
kesehatan dalam lingkup keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan
keputusan klinis tentang respons seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai
akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi resons klien individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Tujuan pencatatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi tentang
masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan meruakan tanggung
jawab sesorang perawat terhada masalah yang diidentifikasi berdasarkan data
serta mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi keperawatan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keerawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan memecahkan
masalah yang tertulis (Bulchek, 2017).

4. Implementasi Keperawatan

Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana


perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan
dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
digunakan untuk melaksanaan intervensi.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau


terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,
proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan
umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing) (Achjar, 2007). Evaluasi
yang diharapkan sesuai dengan masalah yang klien hadapi yang telah di buat
pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi yang diharapkan dapat
dicapai pada klien hipertensi dengan kesiapan peningkatan pengetahuan adalah :

a. Pasien memiliki ketertarikan dalam belajar


b. Pasien dapat mengidentifikasi sumber informasi yang akurat
c. Pasien secara aktif mengungkapkan secara verbal informasi yang dapat
digunakannya.
d. Pasien dapat menggunakan informasi yang diperoleh dalam
meningkatkan .kesehatan atau mencapai tujuan.
KESIMPULAN

1) Penyakit hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang


mana dapat dihadapi baik itu di beberapa negara yang ada di dunia maupun di
Indonesia.

2) Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi itu adalah dari kebiasaan


atau gaya hidup masyarakat yaitu faktor herediter yang didapat pada keluarga,
faktor usia, jenis kelamin, konsumsi garam yang berlebihan, kurang berolahraga,
dan obesitas.

3) Pelaksanaan program penanggulangan yang dilakukan oleh Departemen


Kesehatan yang bekerjasamamendukung kampanye “120/180” yangdilakukan
RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Yayasan Jantung Indonesia,
Indonesia Society of Hypertension (INA-SH) dan Novartis Indonesia dengan
tema “Jagalah Tekanan Darah Anda pada Batas yang Aman”

SARAN

Perlunya upaya penyuluhan agar dari case-finding maupun pendidikan


kesehatan dan penatalaksanaan pengobatannya yang belum terjangkau masih
sangat terbatas Untuk penderita datang berobat untuk pertama kalinya datang
terlambat dimana sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan agar sedini msungkin diberi pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Hipertensi. Jakarta.

Dinas Kesehatan Sleman. 2013. Kesehatan Usia Lanjut.


http://dinkes.slemankab. go.id/kesehatan-usia-lanjut. Dikutip pada tanggal 27
April 2016.

ESH and ESC. 2013. ESH/ESC Guidelines For the Management Of Arterial
Hypertension. Journal Of hypertension 2013, vol 31, 1281-1357.

Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition page 1653. The McGraw
–Hill Companies. 2005

Herdman, Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011.Jakarta : EGC

Hidayat. 2009. Konsep Personal Hygiene diakses dalam


http://hidayat2.wordpress.com diakses tanggal 18 Juli 2013

Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi Action.

Kaplan N, M. 2010. Primary Hypertension: Patogenesis, Kaplan Clinical


Hypertension. 10th Edition: Lippincot Williams & Wilkins, USA.

Mohammad Yogiantoro. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Hipertensi


Esensial. Perhipunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai