HIPERTENSI
Disusun Oleh :
2020
A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan iastoliknya diatas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita tekanan drah tinggi
jika tekanan sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan
diastolic lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah idel adalah 120
mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefisinikan sebagai normal. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolic. Hipertensi biasanya terjadi pada
tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka beberapa minggu.
Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila
tekanan sistolik nya melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi
90 mmHg berdasarkan rerata dua atau tiga kali kunjungan yang cermat
sewaktu duduk dalam satu atau dua kali kunjungan (ESH and ESC. 2013)
B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada
hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula
hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang
mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya.(TEJNC.2014)
D. KOMPLIKASI
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena
tekanan darah.
2. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut.
3. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya
glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Huda Nurarif & Kusuma
H, 2015).
E. PENATALAKSANAAN
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H,
2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan
sirkulasi darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot
tegang akan meningkatkan keseimbangan dan
koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan
Faktor predisposisi: usia,atau
jenisaktifitas fisik.
kelamin, stress,
4) Mengurangi kurang
asupan olahraga,
natrium.
genetik, konsentrasi garam.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
F. PATOFISIOLOGI
Tekanan arteri sistemikPerubahan
adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dariperkalian antara Pembuluh
Penyumbatan stroke volume dengan heart rate (denyut
jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi Vasokonstrik
hormon. Empat sistem kontrol yang berperan
dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan
autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
G. PATHWAY
Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)
1. Pengkajian
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien hipertensi adalah :
a. Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
Gangguan
b. Riwayat kesehatan :
Otak
1) Keluhan utama :Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau
Resistensi pembuluh darah
pelayanan kesehatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat
Nyeri tengkuk/kepala
melakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi adalah
Gangguan Pola
penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan
pengkajian tentang riwayat minum obat klien.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada
yang menderita riwayat penyakit yang sama.
c. Data fisiologis, respirasi, nutrisi/cairan, eliminasi, aktifitas/istirahat,
neurosensori, reproduksi/seksualitas, psikologi, perilaku, relasional dan
lingkungan. Pada klien dengan ketidakpatuhan dalam katagori perilaku, sub
katagori penyuluhan dan pembelajaran perawat harus mengkaji data tanda dan
gejala mayor dan minor yang sudah tercantum dalam buku Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), yaitu : Tanda dan
gejala mayor
1) Subyektif :
2) Obyektif
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keerawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan memecahkan
masalah yang tertulis (Bulchek, 2017).
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Hipertensi. Jakarta.
ESH and ESC. 2013. ESH/ESC Guidelines For the Management Of Arterial
Hypertension. Journal Of hypertension 2013, vol 31, 1281-1357.
Harrisons Principles of Internal Medicine 16th Edition page 1653. The McGraw
Hill Companies. 2005
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi Action.