Soal
1. Kepengurusan PGRI berjenjang dari tingkat pusat sampai ranting PGRI. Berilah
penjelasan dengan struktur kepengurusan yang berjenjang bagaimana komunikasi dijalin
serta apa manfaat jalinan komunikasi PGRI bagi guru.
2. PGRI memiliki himpunan/ikatan/asosiasi profesi dan keahlian sejenis. Berilah penjelasan
manfaat lembaga ini dan kaitkan dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.
Pembahasan
1. Struktur Kepengurusan PGRI
Struktur kepengurusan PGRI memiliki tata urutan/tingkat yang berjenjang dengan
susunan, meliputi tingkat pusat/nasional, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota, tingkat
cabang/cabang khusus, dan tingkat ranting. Organisasi tingkat nasional meliputi seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Organisasi tingkat provinsi
meliputi wilayah satu provinsi. Organisasi tingkat kabupaten/kota meliputi wilayah satu
kabupaten/kota.
Jumlah Pengurus PGRI
Pimpinan organisasi tingkat pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia. Jenjang kepengurusan, meliputi:
a. Pengurus Besar, untuk tingkat pusat, berkedudukan di Ibukota Negara, berjumlah 29
orang pengurus.
b. Pengurus PGRI Provinsi, berkedudukan di Ibukota Provinsi, sebanyak 33 buah masing-
masing berjumlah 25 orang anggota pengurus.
c. Pengurus PGRI Kabupaten/Kota, berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota madya,
sebanyak 350 buah, masing-masing berjumlah 22 orang anggota pengurus.
d. Pengurus Cabang, berkedudukan di Ibukota Kecamatan atau Unit Kerja, sebanyak 4126
buah, masing-masing berjumlah 15 orang anggota pengurus.
e. Pengurus Ranting, berkedudukan di unit kerja/desa, sebanyak 68.139 buah, masing-
masing berjumlah 5 orang anggota pengurus.
Struktur PGRI
Badan Pimpinan Anak Badan Himpunan Profesi dan Forum Badan Majelis Kehormatan
Organisasi Lembaga Khusus Keahlian Sejenis Organisasi Penasehat Organisasi dan Kode Etik
d. Membantu dalam pembelaan hukum agar guru tidak mudah dilecehkan dan disepelekan
secara hukum oleh berbagai kalangan.
e. Menegakkan supremasi hukum melalui anak organisasi PGRI yaitu Lembaga Bantuan
dan Konsultasi Hukum agar harkat dan martabat guru dapat terjaga dengan baik.
f. Menjadi tempat menyalurkan aspirasi guru apabila hak yang seharusnya didapatkannya
tidak terpenuhi.
g. Menjamin segala hak dan kewajiban guru serta memajukan profesi dan karier guru
untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Lembaga PGRI sebagai asosiasi profesi bagi guru menjadi sangatlah penting
keberadaannya. Terutama partisipasi aktif dan tanggung jawabnya dalam meningkatkan
profesionalisme guru. Guru tidak dapat berdiri sendiri dan tidak akan dapat terpenuhi
berbagai macam haknya tanpa adanya partisipasi aktif, perjuangan, dan juga perlindungan
dari PGRI sebagai wadah satu-satunya untuk tempat menyalurkan aspirasi guru. Meski
secara resmi bahwa guru sudah diakui sebagai sebuah profesi pada tahun 2005 yang
bersamaan dengan diberlakukannya Undang-undang Guru dan Dosen, namun tentu saja
jauh sebelum itu guru sudah dikenal oleh semua orang bahkan ikut aktif dalam berjuang
demi memajukan negeri tercinta ini.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 yaitu memperoleh penghasilan, jaminan
kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi dan pengharapan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja, memperoleh perlindungan dan di dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual, memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, memiliki
jaminan perlindungan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan, memiliki
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru sehingga dengan adanya Lembaga Bantuan dan Konsultasi
Hukum PGRI pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri
yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, serta menjunjung
tinggi hak asasi manusia (HAM), nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa,
dan kode etik profesi, dan menyeimbangkan hak dan kewajiban guru.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara tegas, lugas,
dan jelas bahwa seorang guru harus menjadi anggota asosiasi profesi guru. Hal ini tentu
saja tidak hanya sekedar aturan yang harus dijalankan oleh seorang guru, namun juga
dimaksudkan agar guru tersebut lebih meyakinkan dalam meningkatkan kompetensinya,
dan agar profesi guru yang disandangnya lebih bermartabat, serta berkenaan dengan
terjaminnya kesejahteraan guru.