Disusun Oleh :
KELAS D SEMESTER 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation
(WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya
dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara
berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012)
Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di
Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000.
Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063
penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis Profile, 2012).
Di Jawa Tengah angka penemuan penderita TB paru dengan BTA positif tahun
2005 sebanyak 14.227 penderita, dengan rata-rata kasus atau case detection rate (CDR)
sebesar 40,09% meningkat menjadi 17.318 penderita dengan CDR 49,82% tahun 2006.
Berdasarkan data terbaru di provinsi Jawa Tengah sebesar 107/100.000 penduduk yang
terdeteksi atau case detection rate (CDR) per kabupaten capainnya dibawah rata-rata
sebanyak 18 Kabupaten dengan angka terendah berada di Kabupaten Boyolali
(Riskesdas, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi TBC ?
2. Apa etiologi TBC ?
3. Apa saja klasifikasi TBC ?
3
4. Apa anatomi dan fisiologi TBC ?
5. Apa manifestasi klinis TBC ?
6. Apa saja komplikasi TBC ?
7. Bagaimana patofisiologi TBC ?
8. Bagaimana pathway TBC ?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang TBC ?
10. Apa saja penatalaksanaan TBC ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien TBC ?
C. Tujuan
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Gerontik
2. Untuk mengetahui konsep medis dari TBC
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien TBC
4. Untuk mengetahui bagaimana tindakan keperawatan yang harus dilakukan pada
pasien TBC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
A. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2012).
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru
dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus
limfe (Smeltzer&Bare, 2015). Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
di berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi
(Tabrani Rab, 2010).
Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1) tuberkulosis
primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman
yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Sumantri, 2010)
5
B. Etiologi
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe
human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang
berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila
menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga
dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan
dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005)
6
bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika
seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuclei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan
membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara.
Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri
tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer & Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular
virus tuberculosis adalah :
4. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik dan ras
minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara yang
berusia 15 sampai 44 tahun).
5. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal ginjal
kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
C. Klasifikasi TB Paru
7
a. Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif, non aktif dan
quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
a. Tuberkulosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
8
b. BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
D. Anatomi Fisiologi
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-
paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga dada, terletak
di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
9
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian.
Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru
terletak diantara kedua lapisan pleura. Bagian terluar paru-paru dilindungi oleh membran
halus dan licin yang disebut pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding interior
toraks dan permukaan superior diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru.
Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura yang mengandung
sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser
dengan bebas selama ventilasi.
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan
bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus
lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang merupakan
perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi-divisi bronkus.
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus
lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada
paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental.
Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf.
Bronkus subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus. Bronkiolus
membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak
terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi
sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir
dan benda asing menjauhi paru-paru menuju laring. Bronkiolus kemudian membentuk
percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan
silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi saluran transisional antara kalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke
dalam duktus alveolus dan jakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi di dalam alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar,
yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II adalah sel-sel
yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah
10
makrofag yang merupakan sel-sel fagosit besar yang memakan benda asing, seperti lendir
dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting (Smeltzer & Bare,
2015).
E. Manifestasi Klinis
1. Demam
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak).
Keadaan yang lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh
darah yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,
sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.
5. Malaise
11
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot
dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara
tidak teratur.
F. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru
adalah :
1. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
3. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya.
G. Patofisiologi
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru
atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan,
leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh
12
organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian
sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis
kaseora dan jaringan granulasi disekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis
menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk
jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil,
yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran
ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri,
penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
13
organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price &
Wilson, 2005)
H. Pathways
14
I. Pemeriksaan Penunjang
15
Menurut Sumantri (2010), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis
adalah :
1. Sputum Culture
4. Chest X-ray
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang
mengindikasikan nekrosis
7. Elektrolit
8. Bronkografi
J. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
c. Vaksinasi BCG
16
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis kepada
masyarakat. (Muttaqin, 2012)
2. Pengobatan
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Pasien perempuan usia 67 tahun dating ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak
tiga hari sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak, dan dada terasa nyeri dan berat.
Pasien mengeluh keringat dingin pada malam hari dan nyeri dada bertambah ketika
bergerak, dan nyeri berkurang ketika istirahat. Nyeri ada seperti ditusuk – tusuk, nyeri
dirasakan si seluruh bagian dada, skala nyeri 6, nyeri dirasakan terus –menerus. Pasien
mengatakan pernah menderita penyakit TB Paru dan menjalani pengobatan selama 6
bulan. Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan 1 bulan. Hasil pemeriksaan
menunjukan kesadaran composmentis (E4M6V5), TD 120/70 mmHg, RR 40 x/mnt, Suhu
36.9oC, dan HR 92x/mnt.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : RT 01/ RW 04, Prigantil,Sokaraja Kulon, Purwokerto
Tanggal Pengkajian : 03 Maret 2019
Diagnosa Medis : TB Paru
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sesak napas.
- Riwayat Penyakit Sekarang
18
Pada tanggal 3 Maret 2019 Pasien perempuan usia 67 tahun dating ke IGD
dengan keluhan sesak napas sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit, batuk
berdahak, dan dada terasa nyeri dan berat. Ny.S mengeluh keringat dingin
pada malam hari dan nyeri dada bertambah ketika bergerak, dan nyeri
berkurang ketika istirahat. Nyeri ada seperti ditusuk – tusuk, nyeri dirasakan si
seluruh bagian dada, skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus –menerus. Hasil
pengkajian menunjukan kesadaran composmentis (E4M6V5), TD 120/70
mmHg, RR 38 x/mnt, Suhu 36.9oC, dan HR 92x/mnt dan pasien disarankan
untuk rawat inap.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-). Pasien mengatakan keluhan pernah pernah
dirasakan sebelumnya pada tahun 2017 dan menjalani pengobatan selama 6 bulan,
dan ini merupakan kedua kalinya Ny. S masuk Rumah Sakit. Ny. S sedang dalam
pengobatan TB 1 bulan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa.
3. Pola Fungsional Kesehatan
a. Pola Oksigenasi
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan bernafas normal tidak menggunakan alat
bantu pernafasan dan tidak sesak nafas
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan sesak nafas, dada terasa berat dan nyeri. Pasien
tampak terpasang alat bantu pernafasan O2 dengan binasal kanul 3,5 lpm.
Posisi pasien tampak semi fowler
b. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan sehari makan 2-3 kali sehari dengan porsi
kecil, nafsu makan berkurang. Makan dengan sayur lauk pauk seadanya.
Minum air putih sehari 4-6 gelas
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan sehari makan 3 kali dengan habis ½ porsi yang
diberikan RS. Nafsu makan menurun, rasanya sudah kenyang. Minum air
putih sehari hanya 1 gelas
c. Pola Eliminasi
19
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan BAB 1-2 kali sehari dengan kkonsistensi
padat. BAK 5-6 kal sehari berwarna kuning
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan selama di RS BAB baru 1 kali dengan
konsistensi padat. BAK 5-6 kali berwarna kuning
d. Pola Aktivitas
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan menjalankan aktivitas sehari-harinya
dengan mandiri tampa bantuan orang lain. Ny. S menjalankan aktivitas
sebagai seorang Istri, sebagai Ibu dan sebagai masyarakat yang aktif dalam
kegiatan dimasyarakat seperti pengajian, arisan dan posyandu lansia
- Saat dikaji : Ny. S tampak hanya berbaring ditempat tidur, segala aktivitasnya
dibantu oleh keluarga dan perawat
e. Pola Istirahat
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan istirahat tidur siang 1 jam, tidur malam 6-7
jam, terkadang saat malam hari terbangun
- Saat dikaji : Ny.S mengatakan selama dirawat di RS tidur siang hanya 15-30
menit, pada malam hari sulit tidur dan sering terbangun.
f. Pola Personal Hygiene
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan mandi sehari 2 kali, keramas 3 hari sekali
dilakukan dengan mandiri. Mencuci tangan jika terkena kotoran
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan selama di RS diseka oleh keluarganya hanya
pagi hari
g. Pola Spiritual
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan beragama Islamm sering mengikuti
pengajian dan solat berjamaah di masjid
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan solatnya sambil berbaring diatas tempat tidur
dan berdoa agar dirinya lekas sembuh dari penyakitnya
4. Pemeriksan Fisik
- Tanda – tanda vital
TD : 120/70 mmHg
N : 92 x/menit
20
RR : 38x/menit
S : 36,9⁰C
Kesadaran : composmentis (E4M6V5)
Pemeriksaan Head to toe
- Kepala : Mesochepal, tidak ada jejas, rambut panjang hitam mulai
memutih, tidak ada benjolan
- Mata : Simetris, tidak ada gangguan penglihatan, konjungtiva ananemis,
sklera anikterik , pupil isokor
- Hidung : Simetris, bersih, tidak terdapat cairan abnormal, tidak ada
pembesaran polip, adanya cuping hidung, tidak ada gangguan
penciuman, terpasang O2 binasal kanul 3,5 Lpm.
- Mulut : Simetris, tidak terdapat sariawan, mukosa bibir kering, bau khas,
tampak kotor
- Telinga : Simetris, tidak ada gangguan pendengaran, terdapat serumen,
tidak ada benjolan dan tampak kotor
- Sistem Pernapasan (Breathing)
Obstruksi : Tidak Sebagian
Total
Benda asing : Tidak Padat Cair
Berupa : Secret
Keluhan : Sesak Nyeri waktu nafas
Batuk : Produktif Tidak produktif
Sekret : Ada Konsistensi : Encer
Warna : Kuning Bau : Khas
Irama nafas : Teratur Tidak Teratur
Suara nafas : Vesikuler Bronkoveskuler
Ronkhi Wheezing
Alat bantu nafas : Ya Tidak
Jenis : Binasal Kanul Flow : 3,5 Lpm
WSD : Ya Tidak
Penggunaan ventilator : Ya Tidak
21
- Sistem Kardiovaskuler
Nadi karotis : Teraba Tidak teraba
Nadi perifer : Kuat Lemah Tidak teraba
Perdarahan : - lokasi : -
Keluhan nyeri dada : Ya Tidak
Irama jantung : Regular Irregular
S1/S2 tunggal : Ya Tidak
Suara jantung : Normal Mur-mur Gallop
lain-lain...
CRT : 2 detik
Akral : Hangat panas Dingin Kering
Basah
JVP : Normal Meningkat Menurun
Obat jantung yang diberikan : Tidak ada
- Sistem Persyarafan
GCS : Composmentis (E4M6V5)
Reflek fisiologis : Pattela Triceps biceps
Reflek patologis : Babinsky Budzinsky kernig
Keluhan pusing : Ya Tidak
Pupil : Isokor An isokor
Tanda PTIK : Muntah proyektil Nyeri kepala hebat
Curiga fraktur cervikal :
Jejas klavikula Battle sign
Bloody rinorhoe Bloody otorhoe
Brill hematom
Tekanan Intra Kranial (ICP) : - mm
Obat neurologi yang diberikan (dosis)
22
- Sistem Perkemihan
Kebersihan : Bersih Kotor
Keluhhan kencing : Nokturi Inkontinensia
Groos hematuria Poliuri
Disuria Oliguria
Retensi Anuria
Lain : terpasang kateter urin
Produksi urin : 500 ml/6 jam Warna : kuning keruh bau : khas
Kandung kemih : Membesar Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
Intake Cairan : oral : ................ cc/... Parenteral: 450cc/6 jam
- Alat bantu kateter : Ya Tidak
- Sistem Pencernaan
Mukosa mulut : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit menelan kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
Abdomen : Tegang Kembung Acites,
Nyeri tekan : Ya Tidak
Luka operasi : Ya Tidak
Jenis operasi :-
Keadaan : Drain Ada Tidak
Jumlah : - warna : -
Pemasangan NGT : Ya Tidak
Jejas Abdomen : Ya Tidak Lokasi......
Bising Usus : 36x/menit
BAB : 1x/hari
Konsistensi : Keras Lunak Cair
Lendir/darah
BAK : 5 – 6x/hari
Diet : Padat Lunak Cair
23
Lainnya : nafsu makan pasien menurun namun masih mau makan sedikit,
makanan habis ½ porsi, ketika melihat makanan rasanya sudah kenyang. BB
sebelum sakit : 47 kg dan BB saat sakit : 44 kg.
- Sistem muskuloskeletal dan integumen
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan otot 5 5
5 5
Kelainan ekstremitas : Ya Tidak
Kelainan tulang belakang : Ya Tidak
Fraktur : Ya Tidak
Traksi/spalk/gips : Ya Tidak
Kompartemen sindrom : Ya Tidak
Kulit : Ikterik Sianosis kemerahan
hiperpigmentasi
Decubitus : Tidak ada Ada
Grade : - Luas:- Lokasi:-
Luka (umm) jenis : .................... Luas :...........
Bersih Kotor
- Sistem endokrin
Hipoglikemia : Ya Tidak nilai:
Hiperglikemia : Ya Tidak nilai:
- Pengkajian psikososial
Personal hygine : Bersih Kotor Bau
Kebutuhan tidur : Terpenuhi Tidak terpenuhi, 20 -30 mnt
- Dukungan keluarga
Keluarga tampak selalu menemani pasien ketika dirawat dirumah sakit
24
e. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium,Radiologi,USG)
Radiologi :
Pemeriksaan laboratorium :
Hematologi
Hematokrit 3,7 % 40 – 92
MCH 28 Pg 26 – 34
MCHC 33 g/dL 32 – 36
MCV 84 Fl 80 – 100
DIFF COUNT
Netrofil 77,40 % 50 – 70
Limfosit 8,40 % 22 – 40
Monosit 13,10 % 2– 8
Golongan Darah O
KIMIA KLINIK
Darah Rutin
Sewaktu
Natrium 25 mg/dL 10 – 50
25
Kreatinin 0,39 mg/dL 0.8 – 1,3
SGOT 75 Սl < 37
SGPT 74 Սl < 42
IMMUNOLOGI
MICROBIOLOGI
BTA Sputum
f. Terapi
Aminophiline 1 ½ Ampul
O2
Inj.Furosemid 2x1
Curcuma 3 x 1 tablet
Hepamax 3 x 1 tablet
Ambroxol 3 x 2 tablet
Salbutamol 3 x 1 tablet
Dulcolax 2 x 1 tablet
26
Vit B kompleks 3 x 1 tablet
Sucralfat 3 x 2 tablet
2. Analisa Data
1 DS : Ketidakefektifan Penumpukan
- Pasien mengatakan sesak bersihan jalan napas secret berlebih
Napas
- Pasien mengatakan batuk
berdahak , susah
mengeluarkan dahak
- Pasien mengatakan terasa
berat jika sedang
mengambil nafas
DO :
- Pasien terlihat sesak napas
- Pasien terlihat batuk tidak
Efektif
- Sekret berwarna kuning
- Pasien terlihat adanya
pernafasan cuping hidung
- Pasien terlihat perubahan
kedalaman saat bernafas
- Suara napas : ronkhi
27
- Pasien menggunakan alat
bantu pernapasan binasal
kanul O2 flow 3,5 Lpm.
- TD : 120/70mmHg
-N : 92 x/menit
- RR : 38 x/menit
-S : 36,9⁰C
- Hasil Rontgen thorax bekas
TB : Bullae dilobus inferior
pulmo dextra
3. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret berlebih
- Nyeri akut b.d injury fisik
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
4. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret berlebih
NOC NIC
29
Tidak ada suara nafas 3 5 keadaan sekret
abnormal setiap 2 jam.
Posisikan pasien
Pola nafas normal 2 5
semi fowler untuk
Frekuensi nafas normal 2 5 memaksimalkan
ventilasi
Mampu mengidentifikasi dan 3 5
Monitor respirasi
mencegah faktor yang
menghambat jalan nafas dan status O2
Auskultasi suara
Ket :
nafas,catat adanya
1=kuat 2=berat 3=sedang suara nafas
4=ringan 5=tidak ada tambahan
Ajarkan batuk
efektif untuk
mengeluarkan
sekret
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Berikan terapi
nebulizer
NOC NIC
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
NOC NIC
31
Monitor turgor
kulit
Ket : Monitor mual
muntah
1=kuat 2=berat 3=sedang
Monitor Hb dan
4=ringan 5=tidak ada kadar Ht
5. Implementasi Keperawatan
32
rileks
- Ny. S terlihat dapat
melakukan batuk
efektif dengan benar
- Sekret berwarna
kuning, konsistensi
encer sebanyak
10cc
S = Skala nyeri 5
T= Pasien mengatakan
nyeri secara terus
menerus
O:
- Ny. S terlihat
meringis menahan
33
kesakitan
- Ny. S terlihat
melindungi bagian
yang nyeri
- RR : 38x/ menit
3 Maret 3. Memonitor S:
2019 Ketidakseimbangan kalori dan intake - Ny. S mengatakan
nutrisi
08.00 nutrisi kurang dari nafsu makan
Memonitor
WIB kebutuhan tubuh cairan menurun
b.d mual muntah - Ny. S mengatakan
Memonitor
adanya penurunan selalu merasa
berat badan sudah kenyang
Memberikan ketika melihat
informasi tntang
kebutuhan nutrisi makanan.
- Ny. S mengatakan
Meyakinkan
diet yang dimakan mual
mengandung tinggi muntah saat makan
serat untuk
mencegah konstipasi
O:
Memonitor
turgor kulit - Terlihat makanan
habis ½ porsi
- Ny. S terlihat mual
muntah saat
makan
- BB sebelum sakit :
47 kg
- BB saat sakit :
44 kg
- Membran mukosa
terlihat pucat
34
Hari/tgl Dx. Keperawatan Implementasi Respon
35
1. Ranitidin diinjeksi
2. Furosemid - Ny. S
3. Ondansentron mengatakan
4. Dexametashon nyeri dada
berkurang setelah
melakukan
teknik nafas
dalam
- Skala nyeri 4
O:
- Ny. S terlihat
menarik nafas
saat diinjeksi
- Terapi injeksi
masuk
pertubulus tanpa
alergi
36
- O:
- Hb : 12,2 g/ dL
- Ht : 37 %
- Makanan terlihat
tidak habis
- BB saat ini 44kg
37
3. Ambroxol
4. Dulcolax
5. Vit. B komplek
6. Sucralfat O:
7. Digoxin - TD:120/90mmHg
- N: 85 x/menit
- RR : 27 x/menit
- S : 36,7 C
- Ny. S terlihat
lebih rileks dan
nyaman
- Obat per oral
masuk tanpa
alergi
- Skala nyeri 3
- Terapi injeksi
masuk per
tubulus tanpa
alergi
5 3. - Memonitor mual S :
Maret Ketidakseimbangan muntah
2019 nutrisi kurang dari - Ny. S
- Memonitor intake mengatakan
kebutuhan tubuh
08.00
sudah tidak
38
WIB b.d mual muntah nutrisi mual muntah
- Ny. S
- Monitor adanya
penurunan berat mengatakan
badan dapat
- menghabiskan
makanan ½
porsi, dan akan
makan sedikit –
sedikit tapi
sering
O:
- Mukosa terlihat
lembab
- Terlihat
menghabiskan
makanan ½
porsi yang
diberikan RS
- BB saat ini 45kg
6. Evaluasi
Hari/tgl NO Evaluasi
Dx.
39
- Ny. S tampak nyaman dengan posisi semi fowler
P : lanjutkan Intervensi
P : lanjutkan intervensi
40
Tanda vital dalam batas 3 5
normal
P : lanjutkan intervensi
Frekuensi mual 3 5
Frekuensi muntah 3 5
41
Intake nutrisi adekuat 2 5
- Nebulizer / 8 jam
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
Frekuensi mual 3 5
43
Frekuensi muntah 3 5
- Nebulizer /8jam
P : lanjutkan intervensi
44
menghambat jalan nafas
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
45
makan
Frekuensi mual 3 5
Frekuensi muntah 3 5
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
47
7. Menskrining tenaga ahli sarana kesehatan untuk mengetahui adanya infeksi dan
penyakit TB
9. Mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang untuk meningkatkan sistem imun
agar kebal terhadap penyakit TB
10. Menjaga lingkungan rumah tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat
masuk ke rumah untuk mencegah perkembangbiakan agen penyakit TB.
B. Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Wahid & Imam Suprapto. 2013. Dokumentasi Proses Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Aditama, T Y. 2006. Tuberculosis Diagnose Teraphy Ed. IV. Jakarta : Yayasan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 2012. Survei demograsi Kesehatan Indonesia (Tuberculosis) dari
http://www.depkes.go.id diakses pada 9 Maret 2019
Doengoes, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi III. Jakarta : EGC
Muttaqin Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Resmiyati. 2011. Beberapa Masalah Klinis dan Penyakit ISPA. Cipanas : Kumpulan makalah
pada lokakarya nasional ke 1
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Ksehatan Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Tabrani, Rab. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Media
50