Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TBC (TUBERCULOSIS)

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Panca Umar Saputra, S.Kep., Ns, M.Sc

Disusun Oleh :

1.Triana Ayu A (1611020175)


2.Nabila Karimah K (1611020198)

KELAS D SEMESTER 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation
(WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya
dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara
berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012)

Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di
Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000.
Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063
penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis Profile, 2012).

Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat


dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India, dengan
jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia. Diperkirakan terdapat
539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB
paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada
pasien adalah 110 per 100.000 penduduk (Riskesdas, 2013).

Di Jawa Tengah angka penemuan penderita TB paru dengan BTA positif tahun
2005 sebanyak 14.227 penderita, dengan rata-rata kasus atau case detection rate (CDR)
sebesar 40,09% meningkat menjadi 17.318 penderita dengan CDR 49,82% tahun 2006.
Berdasarkan data terbaru di provinsi Jawa Tengah sebesar 107/100.000 penduduk yang
terdeteksi atau case detection rate (CDR) per kabupaten capainnya dibawah rata-rata
sebanyak 18 Kabupaten dengan angka terendah berada di Kabupaten Boyolali
(Riskesdas, 2013).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang


(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis (Hiswani, 2004).
2
Penularan melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil
tuberculosis paru (Depkes RI, 2012). Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara
tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru dan tenaga kesehatan atau
lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan secara maksimal
(Aditama, 2006)

Penanganan TB paru oleh tenaga dan lembaga kesehatan dilakukan menggunakan


metode Direct Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau observasi langsung untuk
penanganan jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal, yaitu komitmen politik,
pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan yang harus
disediakan oleh negara, pengawasan minum obat dan pencatatan laporan (Resmiyati,
2011).

Pasien tuberculosis yang menjalani tahap pengobatan di Puskesmas Jekulo pada


bulan Agustus 2015 sebanyak 39 orang. Selama pengobatan terdapat pasien yang gagal
sebanyak 16,6% yang artinya dari 39 orang penderita TB paru, lima diantara penderita
tersebut, kembali berobat setelah lost to follow up atau berhenti berobat paling sedikit 2
bulan dengan pengobatan kategori 2 (kasus kambuh atau gagal dengan BTA positif) serta
hasil pemeriksaan dahak menunjukkan BTA positif.

Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan


dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan
muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis yang
resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar
pengendalian obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka
kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis (Amin dan Bahar, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi TBC ?
2. Apa etiologi TBC ?
3. Apa saja klasifikasi TBC ?

3
4. Apa anatomi dan fisiologi TBC ?
5. Apa manifestasi klinis TBC ?
6. Apa saja komplikasi TBC ?
7. Bagaimana patofisiologi TBC ?
8. Bagaimana pathway TBC ?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang TBC ?
10. Apa saja penatalaksanaan TBC ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien TBC ?

C. Tujuan
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Gerontik
2. Untuk mengetahui konsep medis dari TBC
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien TBC
4. Untuk mengetahui bagaimana tindakan keperawatan yang harus dilakukan pada
pasien TBC

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
A. Pengertian

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2012).

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ
di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering
disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra, 2012).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2015).

Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru
dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus
limfe (Smeltzer&Bare, 2015). Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
di berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi
(Tabrani Rab, 2010).

Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1) tuberkulosis
primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman
yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Sumantri, 2010)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru


adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil
yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia.

5
B. Etiologi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel.

Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe
human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang
berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila
menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga
dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan
dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005)

Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh


micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran
sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan
tempat prediksi penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian
dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Depkes RI, 2012).

TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat


ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.
Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan
ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan

6
bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika
seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.

Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuclei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan
membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara.
Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri
tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).

Menurut Smeltzer & Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular
virus tuberculosis adalah :

1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

2. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang


dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).

3. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.

4. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik dan ras
minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara yang
berusia 15 sampai 44 tahun).

5. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal ginjal
kronis, silikosis, penyimpangan gizi).

6. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.

7. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas yang


beresiko tinggi.

C. Klasifikasi TB Paru

TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 yaitu :

1. Pembagian secara patologis

7
a. Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)

b. Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).

2. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif, non aktif dan
quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3. Pembagian secara radiologis (luas lesi)

a. Tuberkulosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

b. Moderately advanced tuberculosis, ada kavitas dengan diameter tidak lebih


dari 4 cm. Jumlah infiltrate bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila
bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.

c. Far advanced tuberculosis Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi


keadaan pada moderately advanced tuberkulosis.

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik,


dan riwayat pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu
faktor determinan untuk menentukan strategi terapi. Sesuai dengan program Gerdunas-
TB (Gerakan Terpadu Nasional Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi
sebagai berikut :

1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria :

a. Dengan atau tanpa gejala klinik

b. BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong


biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.

c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria :

a. Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.

8
b. BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.

3. Bekas TB Paru dengan kriteria :

a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto


yang tidak berubah.

d. Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).

D. Anatomi Fisiologi

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-
paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga dada, terletak
di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.

9
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian.
Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru
terletak diantara kedua lapisan pleura. Bagian terluar paru-paru dilindungi oleh membran
halus dan licin yang disebut pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding interior
toraks dan permukaan superior diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru.
Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura yang mengandung
sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser
dengan bebas selama ventilasi.

Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan
bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus
lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang merupakan
perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi-divisi bronkus.
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus
lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada
paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental.
Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf.
Bronkus subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus. Bronkiolus
membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak
terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi
sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir
dan benda asing menjauhi paru-paru menuju laring. Bronkiolus kemudian membentuk
percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan
silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi saluran transisional antara kalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke
dalam duktus alveolus dan jakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi di dalam alveoli.

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar,
yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II adalah sel-sel
yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah

10
makrofag yang merupakan sel-sel fagosit besar yang memakan benda asing, seperti lendir
dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting (Smeltzer & Bare,
2015).

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam


(2006) dapat bermacam-macam antara lain :

1. Demam

Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat dipengaruhi


oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang
masuk.

2. Batuk

Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak).
Keadaan yang lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh
darah yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.

3. Sesak nafas

Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.

4. Nyeri dada

Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,
sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.

5. Malaise

11
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot
dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara
tidak teratur.

F. Komplikasi

Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru
adalah :

1. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

3. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

4. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.

5. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya.

6. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).

G. Patofisiologi

Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi


tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang
mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung
tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru
atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan,
leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh
12
organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian
sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis
kaseora dan jaringan granulasi disekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis
menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk
jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya


kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan
mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler
materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan
keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.

Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan


meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga.
Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama
dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil,
yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran
ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri,
penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak

13
organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price &
Wilson, 2005)

H. Pathways

14
I. Pemeriksaan Penunjang

15
Menurut Sumantri (2010), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis
adalah :

1. Sputum Culture

2. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA

3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)

4. Chest X-ray

5. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis

6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang
mengindikasikan nekrosis

7. Elektrolit

8. Bronkografi

9. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah

J. Penatalaksanaan

1. Pencegahan

a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat


dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.

b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok – kelompok


populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa – siswi pesantren.

c. Vaksinasi BCG

d. Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 – 12 bulan


dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih
sedikit.

16
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis kepada
masyarakat. (Muttaqin, 2012)

2. Pengobatan

Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen


antituberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan
digunakan adalah Isoniasid (INH), Rifampisin (RIF), Streptomisin (SM), Etambutol
(EMB), dan Pirazinamid (PZA). Kapremiosin, kanamisin, etionamid, natrium para-
aminosilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat – obat baris kedua (Smeltzer &
Bare, 2015).

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

Pasien perempuan usia 67 tahun dating ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak
tiga hari sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak, dan dada terasa nyeri dan berat.
Pasien mengeluh keringat dingin pada malam hari dan nyeri dada bertambah ketika
bergerak, dan nyeri berkurang ketika istirahat. Nyeri ada seperti ditusuk – tusuk, nyeri
dirasakan si seluruh bagian dada, skala nyeri 6, nyeri dirasakan terus –menerus. Pasien
mengatakan pernah menderita penyakit TB Paru dan menjalani pengobatan selama 6
bulan. Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan 1 bulan. Hasil pemeriksaan
menunjukan kesadaran composmentis (E4M6V5), TD 120/70 mmHg, RR 40 x/mnt, Suhu
36.9oC, dan HR 92x/mnt.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : RT 01/ RW 04, Prigantil,Sokaraja Kulon, Purwokerto
Tanggal Pengkajian : 03 Maret 2019
Diagnosa Medis : TB Paru
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sesak napas.
- Riwayat Penyakit Sekarang
18
Pada tanggal 3 Maret 2019 Pasien perempuan usia 67 tahun dating ke IGD
dengan keluhan sesak napas sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit, batuk
berdahak, dan dada terasa nyeri dan berat. Ny.S mengeluh keringat dingin
pada malam hari dan nyeri dada bertambah ketika bergerak, dan nyeri
berkurang ketika istirahat. Nyeri ada seperti ditusuk – tusuk, nyeri dirasakan si
seluruh bagian dada, skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus –menerus. Hasil
pengkajian menunjukan kesadaran composmentis (E4M6V5), TD 120/70
mmHg, RR 38 x/mnt, Suhu 36.9oC, dan HR 92x/mnt dan pasien disarankan
untuk rawat inap.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-). Pasien mengatakan keluhan pernah pernah
dirasakan sebelumnya pada tahun 2017 dan menjalani pengobatan selama 6 bulan,
dan ini merupakan kedua kalinya Ny. S masuk Rumah Sakit. Ny. S sedang dalam
pengobatan TB 1 bulan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa.
3. Pola Fungsional Kesehatan
a. Pola Oksigenasi
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan bernafas normal tidak menggunakan alat
bantu pernafasan dan tidak sesak nafas
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan sesak nafas, dada terasa berat dan nyeri. Pasien
tampak terpasang alat bantu pernafasan O2 dengan binasal kanul 3,5 lpm.
Posisi pasien tampak semi fowler
b. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan sehari makan 2-3 kali sehari dengan porsi
kecil, nafsu makan berkurang. Makan dengan sayur lauk pauk seadanya.
Minum air putih sehari 4-6 gelas
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan sehari makan 3 kali dengan habis ½ porsi yang
diberikan RS. Nafsu makan menurun, rasanya sudah kenyang. Minum air
putih sehari hanya 1 gelas
c. Pola Eliminasi
19
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan BAB 1-2 kali sehari dengan kkonsistensi
padat. BAK 5-6 kal sehari berwarna kuning
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan selama di RS BAB baru 1 kali dengan
konsistensi padat. BAK 5-6 kali berwarna kuning
d. Pola Aktivitas
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan menjalankan aktivitas sehari-harinya
dengan mandiri tampa bantuan orang lain. Ny. S menjalankan aktivitas
sebagai seorang Istri, sebagai Ibu dan sebagai masyarakat yang aktif dalam
kegiatan dimasyarakat seperti pengajian, arisan dan posyandu lansia
- Saat dikaji : Ny. S tampak hanya berbaring ditempat tidur, segala aktivitasnya
dibantu oleh keluarga dan perawat
e. Pola Istirahat
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan istirahat tidur siang 1 jam, tidur malam 6-7
jam, terkadang saat malam hari terbangun
- Saat dikaji : Ny.S mengatakan selama dirawat di RS tidur siang hanya 15-30
menit, pada malam hari sulit tidur dan sering terbangun.
f. Pola Personal Hygiene
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan mandi sehari 2 kali, keramas 3 hari sekali
dilakukan dengan mandiri. Mencuci tangan jika terkena kotoran
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan selama di RS diseka oleh keluarganya hanya
pagi hari
g. Pola Spiritual
- Sebelum sakit : Ny. S mengatakan beragama Islamm sering mengikuti
pengajian dan solat berjamaah di masjid
- Saat dikaji : Ny. S mengatakan solatnya sambil berbaring diatas tempat tidur
dan berdoa agar dirinya lekas sembuh dari penyakitnya

4. Pemeriksan Fisik
- Tanda – tanda vital
TD : 120/70 mmHg
N : 92 x/menit
20
RR : 38x/menit
S : 36,9⁰C
Kesadaran : composmentis (E4M6V5)
Pemeriksaan Head to toe
- Kepala : Mesochepal, tidak ada jejas, rambut panjang hitam mulai
memutih, tidak ada benjolan
- Mata : Simetris, tidak ada gangguan penglihatan, konjungtiva ananemis,
sklera anikterik , pupil isokor
- Hidung : Simetris, bersih, tidak terdapat cairan abnormal, tidak ada
pembesaran polip, adanya cuping hidung, tidak ada gangguan
penciuman, terpasang O2 binasal kanul 3,5 Lpm.
- Mulut : Simetris, tidak terdapat sariawan, mukosa bibir kering, bau khas,
tampak kotor
- Telinga : Simetris, tidak ada gangguan pendengaran, terdapat serumen,
tidak ada benjolan dan tampak kotor
- Sistem Pernapasan (Breathing)
Obstruksi : Tidak Sebagian
Total
Benda asing : Tidak Padat Cair
Berupa : Secret
Keluhan : Sesak Nyeri waktu nafas
Batuk : Produktif Tidak produktif
Sekret : Ada Konsistensi : Encer
Warna : Kuning Bau : Khas
Irama nafas : Teratur Tidak Teratur
Suara nafas : Vesikuler Bronkoveskuler
Ronkhi Wheezing
Alat bantu nafas : Ya Tidak
Jenis : Binasal Kanul Flow : 3,5 Lpm
WSD : Ya Tidak
Penggunaan ventilator : Ya Tidak
21
- Sistem Kardiovaskuler
Nadi karotis : Teraba Tidak teraba
Nadi perifer : Kuat Lemah Tidak teraba
Perdarahan : - lokasi : -
Keluhan nyeri dada : Ya Tidak
Irama jantung : Regular Irregular
S1/S2 tunggal : Ya Tidak
Suara jantung : Normal Mur-mur Gallop
lain-lain...
CRT : 2 detik
Akral : Hangat panas Dingin Kering
Basah
JVP : Normal Meningkat Menurun
Obat jantung yang diberikan : Tidak ada

- Sistem Persyarafan
GCS : Composmentis (E4M6V5)
Reflek fisiologis : Pattela Triceps biceps
Reflek patologis : Babinsky Budzinsky kernig
Keluhan pusing : Ya Tidak
Pupil : Isokor An isokor
Tanda PTIK : Muntah proyektil Nyeri kepala hebat
Curiga fraktur cervikal :
Jejas klavikula Battle sign
Bloody rinorhoe Bloody otorhoe
Brill hematom
Tekanan Intra Kranial (ICP) : - mm
Obat neurologi yang diberikan (dosis)

22
- Sistem Perkemihan
Kebersihan : Bersih Kotor
Keluhhan kencing : Nokturi Inkontinensia
Groos hematuria Poliuri
Disuria Oliguria
Retensi Anuria
Lain : terpasang kateter urin
Produksi urin : 500 ml/6 jam Warna : kuning keruh bau : khas
Kandung kemih : Membesar Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
Intake Cairan : oral : ................ cc/... Parenteral: 450cc/6 jam
- Alat bantu kateter : Ya Tidak

- Sistem Pencernaan
Mukosa mulut : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit menelan kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
Abdomen : Tegang Kembung Acites,
Nyeri tekan : Ya Tidak
Luka operasi : Ya Tidak
Jenis operasi :-
Keadaan : Drain Ada Tidak
Jumlah : - warna : -
Pemasangan NGT : Ya Tidak
Jejas Abdomen : Ya Tidak Lokasi......
Bising Usus : 36x/menit
BAB : 1x/hari
Konsistensi : Keras Lunak Cair
Lendir/darah
BAK : 5 – 6x/hari
Diet : Padat Lunak Cair
23
Lainnya : nafsu makan pasien menurun namun masih mau makan sedikit,
makanan habis ½ porsi, ketika melihat makanan rasanya sudah kenyang. BB
sebelum sakit : 47 kg dan BB saat sakit : 44 kg.
- Sistem muskuloskeletal dan integumen
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan otot 5 5
5 5
Kelainan ekstremitas : Ya Tidak
Kelainan tulang belakang : Ya Tidak
Fraktur : Ya Tidak
Traksi/spalk/gips : Ya Tidak
Kompartemen sindrom : Ya Tidak
Kulit : Ikterik Sianosis kemerahan
hiperpigmentasi
Decubitus : Tidak ada Ada
Grade : - Luas:- Lokasi:-
Luka (umm) jenis : .................... Luas :...........
Bersih Kotor

- Sistem endokrin
Hipoglikemia : Ya Tidak nilai:
Hiperglikemia : Ya Tidak nilai:

- Pengkajian psikososial
Personal hygine : Bersih Kotor Bau
Kebutuhan tidur : Terpenuhi Tidak terpenuhi, 20 -30 mnt

- Gangguan konsep diri : Ya Tidak

- Dukungan keluarga
Keluarga tampak selalu menemani pasien ketika dirawat dirumah sakit
24
e. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium,Radiologi,USG)
Radiologi :
Pemeriksaan laboratorium :

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hematologi

Hemoglobin 12,2 g/dL 13,2 – 17,3

Leukosit 6,9 10ˆ3/սL 3,8 – 10,6

Hematokrit 3,7 % 40 – 92

Eritrosit 4,4 10ˆ6/սL 4,40 – 5,90

Trombosit 251 10ˆ3/Սl 150 – 440

MCH 28 Pg 26 – 34

MCHC 33 g/dL 32 – 36

MCV 84 Fl 80 – 100

DIFF COUNT

Eosinofil 1.00 % 2–4

Basofil 0,10 % 0–1

Netrofil 77,40 % 50 – 70

Limfosit 8,40 % 22 – 40

Monosit 13,10 % 2– 8

Golongan Darah O

KIMIA KLINIK

Darah Rutin

Gula Darah 136 mg/dL 80 – 110

Sewaktu

Natrium 25 mg/dL 10 – 50

25
Kreatinin 0,39 mg/dL 0.8 – 1,3

SGOT 75 Սl < 37

SGPT 74 Սl < 42

IMMUNOLOGI

HBsAg Rapid Non Reaktif Non Reaktif

MICROBIOLOGI

BTA Sputum

BTA 1 Positif Negatif

BTA 2 Positif Negatif

BTA 3 Positif Negatif

f. Terapi

Nama obat Dosis

Infus Asering 10 tpm

Aminophiline 1 ½ Ampul

O2

Inj. Ranitidin 2x1

Inj. Ondancentron 2x1

Inj. Dexametashone 3x1

Inj.Furosemid 2x1

Curcuma 3 x 1 tablet

Hepamax 3 x 1 tablet

Ambroxol 3 x 2 tablet

Salbutamol 3 x 1 tablet

Nebulizer / Ombiven 8 jam

Dulcolax 2 x 1 tablet

26
Vit B kompleks 3 x 1 tablet

Sucralfat 3 x 2 tablet

Digoxin 1 x 1/2 tablet

Tindakan operasi : Tidak ada

2. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Problem


Dx

1 DS : Ketidakefektifan Penumpukan
- Pasien mengatakan sesak bersihan jalan napas secret berlebih
Napas
- Pasien mengatakan batuk
berdahak , susah
mengeluarkan dahak
- Pasien mengatakan terasa
berat jika sedang
mengambil nafas

DO :
- Pasien terlihat sesak napas
- Pasien terlihat batuk tidak
Efektif
- Sekret berwarna kuning
- Pasien terlihat adanya
pernafasan cuping hidung
- Pasien terlihat perubahan
kedalaman saat bernafas
- Suara napas : ronkhi

27
- Pasien menggunakan alat
bantu pernapasan binasal
kanul O2 flow 3,5 Lpm.
- TD : 120/70mmHg
-N : 92 x/menit
- RR : 38 x/menit
-S : 36,9⁰C
- Hasil Rontgen thorax bekas
TB : Bullae dilobus inferior
pulmo dextra

2 DS : Nyeri Akut Inflamasi


P = Pasien mengatakan nyeri Paru,batuk
dada bertambah saat menetap
bergerak, dan nyeri dada
berkurang saat istirahat.
Q = Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti
ditusuk – tusuk
R = Pasien mengatakan nyeri
pada seluruh bagian dada
S = Skala nyeri 5
T= Pasien mengatakan nyeri
secara terus menerus
DO :
- Pasien terlihat meringis
menahan kesakitan
- Pasien terlihat melindungi
bagian yang nyeri
- RR : 38x/ menit

3 DS : Ketidakseimbangan Mual muntah


nutrisi kurang dari
28
- Pasien mengatakan nafsu kebutuhan tubuh
makan menurun
- Pasien mengatakan selalu
merasa sudah kenyang
ketika melihat makanan.
- Pasien mengatakan mual
muntah saat makan
DO :
- Terlihat makanan habis ½
porsi
- Pasien terlihat mual
muntah saat makan
- BB sebelum sakit : 47 kg
- BB saat sakit : 44 kg
- Membran mukosa terlihat
pucat

3. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret berlebih
- Nyeri akut b.d injury fisik
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
4. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret berlebih

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x  Monitor TTV


24 jam bersihan jalan nafas efektif dengan Kriteria  Kaji frekuensi
Hasil :
pernapasan dan
Indikator Awal Target pola, kepatenan
jalan napas dan
Mampu mengeluarkan sputum 2 5
gangguan reflek,

29
Tidak ada suara nafas 3 5 keadaan sekret
abnormal setiap 2 jam.
 Posisikan pasien
Pola nafas normal 2 5
semi fowler untuk
Frekuensi nafas normal 2 5 memaksimalkan
ventilasi
Mampu mengidentifikasi dan 3 5
 Monitor respirasi
mencegah faktor yang
menghambat jalan nafas dan status O2
 Auskultasi suara
Ket :
nafas,catat adanya
1=kuat 2=berat 3=sedang suara nafas
4=ringan 5=tidak ada tambahan
 Ajarkan batuk
efektif untuk
mengeluarkan
sekret
 Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
 Berikan terapi
nebulizer

b. Nyeri Akut b.d Injury fisik

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x  Lakukan


24 jam nyeri teratasi dengan Kriteria Hasil : pengkajian nyeri
secara komprehensif
Indikator Awal Target
( lokasi,
karakteristik,
Tanda vital dalam batas 3 5 frekuensi, intensitas,
normal faktor pencetus )
 Ajarkan teknik
30
Ekspresi nyeri pada wajah 3 5 relaksasi
 Anjurkan
Melaporkan adanya nyeri 3 5 tingkatkan istirahat
 Kontrol ruangan
Mampu mengontrol nyeri 3 5
yang dapat
dengan terapi non farmakologi mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
Mampu melaporkan skala 3 5 pencahayaan dan
nyeri berkurang dengan kebisingan
manajemen nyeri
 Beri analgesik
Ket : sesuai indikasi untuk
mengurangi nyeri
1=kuat 2=berat 3=sedang

4=ringan 5=tidak ada

b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah

NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x  Kolaborasi


24 jam diharapkan kebuthan nutrisi klien terpenuhi dengan ahli gizi untu
dengan Kriteria Hasil : menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
Indikator Awal Target dibutuhkan pasien
 Monitor kalori
Hasrat keinginan untuk 2 5 dan intake nutrisi
makan
 Monitor cairan

Adanya peningkatan berat 2 5  Monitor adanya


badan sesuai tujuan penurunan berat badan
 Berikan informasi
Frekuensi mual 3 5 tentang kebutuhan
nutrisi
Frekuensi muntah 3 5
 Yakinkan diet
yang dimakan
Intake nutrisi adekuat 2 5 mengandung tinggi
serat untuk mencegah
Intake cairan adekuat 2 5 konstipasi

31
 Monitor turgor
kulit
Ket :  Monitor mual
muntah
1=kuat 2=berat 3=sedang
 Monitor Hb dan
4=ringan 5=tidak ada kadar Ht

5. Implementasi Keperawatan

Hari/tgl Dx. Keperawatan Implementasi Respon

3 Maret 1. Ketidakefektifan - Memonitor TTV S:


2019 bersihan jalan Memposisikan
-
- Ny. S mengatakan
08.00 napas b.d pasien semi fowler posisi yang nyaman
WIB penumpukan untuk adalah duduk dan
secret berlebih memaksimalkan setengah duduk
ventilasi - Ny. S mengatakan
- Memonitor menjadi rileks
respirasi dan status setelah di uap
O2 - Ny. S mengatakan
- Mengauskultasi menjadi mengerti
suara nafas,catat cara mengeluarkan
adanya suara nafas sekret dengan benar
tambahan
- Mengajarkan batuk O :
efektif untuk - TD:120/70mmHg
mengeluarkan - N: 92 x/menit
sekret - RR: 38 x/menit
- Membrikan terapi - S: 36,9⁰C
nebulizer - Ny. S terlihat
nyaman
- Ny. S terlihat lebih

32
rileks
- Ny. S terlihat dapat
melakukan batuk
efektif dengan benar
- Sekret berwarna
kuning, konsistensi
encer sebanyak
10cc

3 Maret 2. Nyeri akut b.d  Melakukan S:


2019 injury fisik pengkajian nyeri
secara komprehensif Ny. S mengatakan
08.00 ( lokasi, nyeri dada
karakteristik,
WIB P = Pasien
frekuensi, intensitas,
faktor pencetus ) mengatakan nyeri dada
bertambah saat
 Mengjarkan bergerak, dan nyeri
teknik relaksasi dada berkurang saat
 Menganjurkan istirahat.
meningkatkan
istirahat Q = Pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan
 Memberi analgesik seperti ditusuk – tusuk
sesuai indikasi
R = Pasien mengatakan
untuk mengurangi nyeri pada seluruh
nyeri bagian dada

S = Skala nyeri 5

T= Pasien mengatakan
nyeri secara terus
menerus

O:

- Ny. S terlihat
meringis menahan

33
kesakitan
- Ny. S terlihat
melindungi bagian
yang nyeri
- RR : 38x/ menit

3 Maret 3.  Memonitor S:
2019 Ketidakseimbangan kalori dan intake - Ny. S mengatakan
nutrisi
08.00 nutrisi kurang dari nafsu makan
 Memonitor
WIB kebutuhan tubuh cairan menurun
b.d mual muntah - Ny. S mengatakan
 Memonitor
adanya penurunan selalu merasa
berat badan sudah kenyang
 Memberikan ketika melihat
informasi tntang
kebutuhan nutrisi makanan.
- Ny. S mengatakan
 Meyakinkan
diet yang dimakan mual
mengandung tinggi muntah saat makan
serat untuk
mencegah konstipasi
O:
 Memonitor
turgor kulit - Terlihat makanan
habis ½ porsi
- Ny. S terlihat mual
muntah saat
makan
- BB sebelum sakit :
47 kg
- BB saat sakit :
44 kg
- Membran mukosa
terlihat pucat

34
Hari/tgl Dx. Keperawatan Implementasi Respon

4 Maret 1. Ketidakefektifan - Memonitor TTV S:


2019 bersihan jalan - Memberikan terapi O2 - Ny. S
08.00 napas b.d binasal kanul dengan mengatakan
WIB penumpukan flow 3,4 Lpm sesaknya
secret berlebih - Memberikan terapi berkurang
peroral : setelah diberikan
1. Curcuma oksigen
2. Hepamax - Ny. S
3. Ambroxol mengatakan
4. Dulcolax sudah diminum
5. Vit. B komplek obatnya dan
6. Sucralfat sudah dihabiskan
7. Digoxin -
- Mengajarkan batuk
efektif untuk O :
mengeluarkan sekret - TD:130/90mmHg
- Memberikan terapi - N : 90x/menit
nebulizer - RR : 32 x/menit
- S :36,5⁰C
- Ny. S tampak
rileks
- Obat peroral
masuk tanpa
alergi

4 Maret 2. Nyeri akut b.d - Mengajarkan teknik S :


2019 injury fisik relaksasi nafas dalam - Ny. S
08.00 - Memberikan terapi mengatakan
WIB injeksi : nyeri ketika

35
1. Ranitidin diinjeksi
2. Furosemid - Ny. S
3. Ondansentron mengatakan
4. Dexametashon nyeri dada
berkurang setelah
melakukan
teknik nafas
dalam
- Skala nyeri 4

O:

- Ny. S terlihat
menarik nafas
saat diinjeksi
- Terapi injeksi
masuk
pertubulus tanpa
alergi

4 Maret 3. - Memonitor mual S :


2019 Ketidakseimbangan muntah
nutrisi kurang dari - Ny. S
08.00 - Memonitor mengatakan
kebutuhan tubuh b.d
WIB mual muntah intake nutrisi mual muntah
- Memonitor kadar berkurang
Ht - Ny. S
- Memonitor kadar mengatakan
Hb masih belum bisa

- Monitor adanya menghabiskan


penurunan berat makanan
badan

36
- O:

- Hb : 12,2 g/ dL
- Ht : 37 %
- Makanan terlihat
tidak habis
- BB saat ini 44kg

Hari/tgl Dx. Keperawatan Implementasi Respon

5 1. Ketidakefektifan - Memonitor TTV S:


Maret bersihan jalan Memonitor
2019
-
- Ny. S mengatakan
napas b.d respirasi dan status sesak sudah
08.00 penumpukan secret O2 berkurang
WIB berlebih - Mengauskultasi Ny. S mengatakan
-

suara nafas,catat sudah merasa


adanya suara nafas lebih nyaman dan
tambahan rileks setelah
- Mengajarkan batuk diuap
efektif untuk Ny. S mengatakan
-

mengeluarkan dapat melakukan


sekret batuk efektif dan
- Memberikan terapi sekret berkurang
nebulizer Ny. S mengatakan
-

- Memberikan terapi obatnya sudah


peroral : diminum dan
1. Curcuma dihabiskan
2. Hepamax setelah makan

37
3. Ambroxol
4. Dulcolax
5. Vit. B komplek
6. Sucralfat O:

7. Digoxin - TD:120/90mmHg
- N: 85 x/menit
- RR : 27 x/menit
- S : 36,7 C
- Ny. S terlihat
lebih rileks dan
nyaman
- Obat per oral
masuk tanpa
alergi

5 2. Nyeri akut b.d - Memberikan terapi S :


Maret injury fisik injeksi :
2019 - Ny. S
1. Ranitidin mengatakan
08.00 2. Furosemid nyeri dada
WIB 3. Ondansentron berkurang
4. Dexametashon
- O:

- Skala nyeri 3
- Terapi injeksi
masuk per
tubulus tanpa
alergi

5 3. - Memonitor mual S :
Maret Ketidakseimbangan muntah
2019 nutrisi kurang dari - Ny. S
- Memonitor intake mengatakan
kebutuhan tubuh
08.00
sudah tidak
38
WIB b.d mual muntah nutrisi mual muntah
- Ny. S
- Monitor adanya
penurunan berat mengatakan
badan dapat
- menghabiskan
makanan ½
porsi, dan akan
makan sedikit –
sedikit tapi
sering

O:

- Mukosa terlihat
lembab
- Terlihat
menghabiskan
makanan ½
porsi yang
diberikan RS
- BB saat ini 45kg

6. Evaluasi

Hari/tgl NO Evaluasi
Dx.

3 Maret 1. S : - Ny. S mengatakan posisi yang nyaman adalah semi


2019 fowler

08.00 - Ny. S mengatakan sesak dan terdapat sekret

WIB O : - KU lemah, kesadaran CM, GCS 15 ; E4M6V5

- Terpasang O2 dengan binasal kanul 3,5 lpm

39
- Ny. S tampak nyaman dengan posisi semi fowler

- Ny. S terlihat dapat melakukan batuk efektif dengan


cara yang benar

A : masalah bersihan jalan nafas belum teratasi

P : lanjutkan Intervensi

Indikator Saat Ini Target

Mampu mengeluarkan sputum 2 5

Tidak ada suara nafas 3 5


abnormal

Pola nafas normal 2 5

Frekuensi nafas normal 2 5

Mampu mengidentifikasi dan 3 5


mencegah faktor yang
menghambat jalan nafas

3 Maret 2 S : Ny. S mengatakan nyeri dada. Nyeri bertambah jika


2019 bergerak, nyeri berkurang jika istirahat. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dengan skala 5 dan dirasakan dibagian
08.00 seluruh dada. Nyeri dirasakan terus menerus
WIB O : Ny. S tampak meringis menahan nyeri dan terlihat
melindungi bagian nyeri

A : masalah nyeri belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

Indikator Saat Ini Target

40
Tanda vital dalam batas 3 5
normal

Ekspresi nyeri pada wajah 3 5

Melaporkan adanya nyeri 3 5

Mampu mengontrol nyeri 3 5


dengan terapi non farmakologi

Mampu melaporkan skala 3 5


nyeri berkurang dengan
manajemen nyeri

3 Maret 3. S : - Ny. S mengatakan tidak nafsu makan dan selalu merasa


2019 kenyang

08.00 - Ny. S mengatakan selama di RS baru 1 kali BAB

WIB O : - Ny. S hanya menghabiskan ½ porsi makanannya

- Ny. S terlihat khawatir karena konstipasi

- Ny. S tampak lesu

A : masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

Indikator Saat Ini Target

Hasrat keinginan untuk 2 5


makan

Adanya peningkatan berat 2 5


badan sesuai tujuan

Frekuensi mual 3 5

Frekuensi muntah 3 5

41
Intake nutrisi adekuat 2 5

Intake cairan adekuat 2 5

4 Maret 1 S : - Ny. S mengatakan sesak berkurang dan secret dapat


2019 keluar

08.00 O : - KU lemah, keadaan CM, GCS 15 E4M6V5

WIB - Terpasang O2 dengan binasal kanul 3,5 lpm

- Posisi semi fowler

- Secret mulai berkurang

- Terapi peroral dan per IV bolus masuk tampa alergi

- Nebulizer / 8 jam

A : masalah bersihan jalan nafas sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi

Indikator Saat Ini Target

Mampu mengeluarkan sputum 3 5

Tidak ada suara nafas 3 5


abnormal

Pola nafas normal 2 5

Frekuensi nafas normal 2 5

Mampu mengidentifikasi dan 3 5


mencegah faktor yang
menghambat jalan nafas

4 Maret 2 S : Ny. S mengatakan nyeri berkurang setelah tarik nafas


2019 dalam

08.00 O : skala nyeri 4

A : masalah nyeri teratasi sebagian


42
WIB P : Lanjutkan intervensi

Indikator Saat Ini Target

Tanda vital dalam batas 3 5


normal

Ekspresi nyeri pada wajah 3 5

Melaporkan adanya nyeri 3 5

Mampu mengontrol nyeri 3 5


dengan terapi non farmakologi

Mampu melaporkan skala 3 5


nyeri berkurang dengan
manajemen nyeri

S : - Ny. S mengatakan masih tidak nafsu makan

- Ny. S mengatakan hari ini belum BAB

O : - Ny. S hanya menghabiskan ½ porsi

- Terapi obat dulcolax masuk peroral

- Hb : 12,2 g/dL , Ht : 37%

A : masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

Indikator Saat Ini Target

Hasrat keinginan untuk 2 5


makan

Adanya peningkatan berat 3 5


badan sesuai tujuan

Frekuensi mual 3 5

43
Frekuensi muntah 3 5

Intake nutrisi adekuat 2 5

Intake cairan adekuat 2 5

5 Maret 1 S : Ny. S mengatakan sesak mulai berkurang, secret berkurang


2019
O : - KU cukup, kesadaran CM, GCS 15
08.00
- Terpasang O2 dengan binasal kanul 3,5 lpm
WIB
- Pposisi semi fowler

- Secret tampak berkurang

- Terapi peroral dan per IV bolus masuk tanpa alergi

- Nebulizer /8jam

- TD 120/80 mmHg, Nadi 90x/menit, RR : 28x/menit,


S : 36 C

A : masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

Indikator Saat Ini Target

Mampu mengeluarkan sputum 3 5

Tidak ada suara nafas 3 5


abnormal

Pola nafas normal 3 5

Frekuensi nafas normal 3 5

Mampu mengidentifikasi dan 3 5


mencegah faktor yang

44
menghambat jalan nafas

5 Maret 2 S : Ny. S mengatakan nyeri berkurang


2019
O : skala nyeri 3, Ny. S dapat melakukan teknik distraksi
08.00 relaksasi dengan cara yang benar

WIB A : masalah nyeri teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

Indikator Saat Ini Target

Tanda vital dalam batas 4 5


normal

Ekspresi nyeri pada wajah 3 5

Melaporkan adanya nyeri 3 5

Mampu mengontrol nyeri 4 5


dengan terapi non farmakologi

Mampu melaporkan skala 3 5


nyeri berkurang dengan
manajemen nyeri

5 Maret 3 S : Ny. S mengatakan makan sedikit dikit tapi sering, nafsu


2019 makan bertambah

08.00 O : - tampak menghabiskan ½ porsi lebih

WIB - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

A : masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

Indikator Saat Ini Target

Hasrat keinginan untuk 3 5

45
makan

Adanya peningkatan berat 3 5


badan sesuai tujuan

Frekuensi mual 3 5

Frekuensi muntah 3 5

Intake nutrisi adekuat 3 5

Intake cairan adekuat 3 5

46
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agent penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium sp.,dan host (penjamu) adalah


manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan anthropoda, sedangkan environment
(Distribusi geografis) TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar
dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Riwayat alamiah penyakit (natural
history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit
pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya
akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu
intervensi preventif maupun terapetik. Tahap – tahap riwayat alamiah penyakit: tahap
prepatogenesis, pathogenesis (tahap inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut, penyakit
akhir), pasca pathogenesis. Pencegahan TB melalui tindakan kesehatan masyarakat
tergantung pada faktor berikut :

1. Melakukan skrining untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit aktif

2. Mengadakan pengujian dengan segera

3. Menentukan obat-obatan yang tepat

4. Memberikan vaksinasi BCG

5. Mengambil tindakan fisik untuk mengurangi jumlah kuman penyakit di udara

6. Menyekat orang yang kemungkinan besar dapat menulari orang lain

47
7. Menskrining tenaga ahli sarana kesehatan untuk mengetahui adanya infeksi dan
penyakit TB

8. Menyelidiki dan mengendalikan wabah dengan segera.

9. Mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang untuk meningkatkan sistem imun
agar kebal terhadap penyakit TB

10. Menjaga lingkungan rumah tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat
masuk ke rumah untuk mencegah perkembangbiakan agen penyakit TB.

B. Saran

Sebaiknya dalam menerapkan upaya pencegahan TB harus memperhatikan bibit


penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan (ehinvironment) serta riwayat alamiah
penyakitnya (natural history of disease) sehingga dapat mengetahui dan merencanakan
upaya pencegahan TB yang efektif dan efisien.

48
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Wahid & Imam Suprapto. 2013. Dokumentasi Proses Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika

Aditama, T Y. 2006. Tuberculosis Diagnose Teraphy Ed. IV. Jakarta : Yayasan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia

Amin, Z dan Bahar, A. 2007. Pengobatan TB Paru. Jakarta : EGC

Chandra, B. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan RI. 2012. Survei demograsi Kesehatan Indonesia (Tuberculosis) dari
http://www.depkes.go.id diakses pada 9 Maret 2019

Doengoes, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi III. Jakarta : EGC

Hiswani. 2004. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan


Pemukiman. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Muttaqin Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika

Price, S. A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1.


Jakarta : EGC

Resmiyati. 2011. Beberapa Masalah Klinis dan Penyakit ISPA. Cipanas : Kumpulan makalah
pada lokakarya nasional ke 1

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Ksehatan Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC

Soemirat, J. 2011. Kesehatan Lingkungan. Yogjakarta : Gadjah Mada University Press


49
Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Tabrani, Rab. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Media

Wim de Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

50

Anda mungkin juga menyukai