Periode Kedua
Periode ini terjadi pada masa Khulafa Ar-Rasyidin. Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, para
sahabat dalam menghadapi masalah yang menyangkut hukum senantiasa bertanya kepada Rasulullah.
Setelah ia wafat tidak ada rujukan untuk bertanya lagi. Oleh karena itu para sahabat melihat perlu
adanya ijtihad apabila hukum persoalan yang ada di masy tidak muncul/ tdk ada dlm Al Qur’an.
Dalam keadaan seperti ini para sahabat berupaya untuk melakukan ijtihas dan menjawab persoalan
yang dipertanyakan tersebutdengan hasil ijtihad mereka. Apabila sahabat yang menghadapi masalah
itu tidak memiliki teman musyawarah (sendiri), maka ia melakukan ijtihad dengan prinsip2 yang telah
ditinggalkan Rasulullah. Pengertian fiqh pada masa ini masih sama dengan riqh zaman Rasulullah
yang bersifat actual bukan teori ( ketentuan hukum bagi suatu masalah terbatas pada kasus itu saja,
tidak merambat kpd kasus lain secara teoritis).
Periode Ketiga
Periode at-tadwiin wa al-aimmatu al-mujtahidiin (pembukuan dan munculnya para imam mujtahid)
yang juga merupakan zaman perkembangan dan kedewasaan atau masa keemasan hukum Islam.
Periode ini berlangsung selama 250 tahun dari tahun 100 H – 350 H (720 – 961 M). Diantara faktor
pendukung terhadap kondisi yang demikian ini a.l. :
1) pemerintahan Islam sudah meluas
2) ‘ulama yang memangku tugas perundang-undangan dan memberi fatwa sudah memenuhi kuantitas
yang diperlukan
3) ummat Islam sendiri sudah sangat kuat dalam menjaga diri sebagai suatu ummat
4) muncul pemimpin-pemimpin yang berbakat. Sumber hukum Islam pada periode ini adalah : al-
Qur’an, as-Sunnah, al-Ijma’ dan Ijtihad dengan jalan qiyas dan ijtihad dengan jalan istinbat
(mengambil hukum).
Periode Keempat
Pada masa ini adalah masa kemunduran terjadi pada abad 10/11-19). Perkembangan fiqh pada masa
ini merupakan lanjutan dari perkembangan fiqh dari periode sebelumnya yang semakin menurun.
Pada masa ini dikenal dengan periode taqlid secara membabi buta. Penyebab kemundurannya adalah
sbg berikut :
a. Internal
1. Berkembangnya takhayul dan mistik
2. Penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang
3. Munculnya kemujudan/kebekuan berpikir
4. Meninggalkan semangat jihad
5. Menculnya taqlid
b. Eksternal
1. Gencarnya ofensif dunia eropa memasuki renaissance
2. Serbuan bangsa Mongol dan tar-tar dari Asia Tengah
Pengertian, Tujuan, ciri-ciri Hukum Islam
Pengertian
- Hukum islam merupakan hukum yang bersumber dan merupakan bagian dari agama islam.
Hukum islam dibagi menjadi 2 yaitu , Syari’at dan Fiqh
a. Syari’at : ditetapkan secara langsung dan tegas
b. Fiqh : ditetapkan pokok2nya saja dan perlu dikembangkan dengan ijtihad
- Sunnah
Suatu perkara yang apabila dilakukan umat islam akan mendapat pahala dan jika tidak
dilaksanakan tidak berdosa. Contoh : sholat jumat, puasa senin kamis, sholat tahajud, dll.
- Makruh
Suatu perkata yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi jika dilakukan tidak berdosa
dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala. Contoh : posisi makan minum berdiri.
- Mubah
Suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim tidak akan mendapat dosa dan tidak
mendapat pahala. Contoh : makan minum, belanja, bercanda, melamun, dll.
- Haram
Suatu perkara yang mana tidak bolah sama sekali dilakukan oleh umat muslim dimana pun
mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan disiksa di neraka kelak. Contoh
: main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh, fitnah,
dll.
- Hasan
Semua hadits yang diriwayatkan, dimana dalam sanadnya tidak ada yang dituduh berdusta,
serta tidak ada syadz (kejanggalan) dan diriwatkan dari selain jalan seperti demikian.
(Tirmidzi)
- Dhoif
Hadits yang tidak memuat/ menghimpun sifat-sifat hadits shahih maupun sifat-sifat hadits
hasan.