Pendahuluan
1
Tetapi ada dua kekurangan dari hal ini. Yang pertama, para
penderita HIV harus terus mengonsumsi obat tersebut sepanjang hidup
mereka. Tanpa obat tersebut, virus HIV dapat membuat serangan balik
yang mematikan. Obat tersebut bekarja dengan cara mencegah genom
virus menggandakan diri dan bergabung kedalam DNA sel induk. Obat
lain mencegah virus menjadi bersatu, yang membuat HIV tidak mampu
menginfeksi sel-sel baru di dalam tubuh.
Tapi HIV dapat bersembunyi di tempat yang tidak terjangkau oleh
ibat-obatan tersebut, di dalam DNA sel T yang sehat, ketika sel T terkena
oleh virus HIV, sel tersebut langsung mati. Namun, sisa-sisa dari virus
tersebut masih dapat tertinggal di dalam sel yang lain dan bersikap tidak
aktif, terkadang selama beberapa tahun.
Jadi, meski kita bisa dapat menghapus semua virus HIV dari tubuh
penderita, salah satu sel tersebut bisa aktif kembali dan menyebarkan virus
tersebut lagi.
Meskipun ada obat yang dapat membatu mneyembuhkan HIV,
tidak banyak orang yang mempunyai akses obat tersebut. Dari banyaknya
yang terkena penyakit HIV, hanya ada sekitar 1:3 penderita HIV yang
hanya mempunyai akses kepada obat antiretroviral tersebut.
Gabungan dari kendala politik, ekonomi, dan budaya membuat
upaya pencegahan dan pengobatan kurang efektif. Bahkan di Amerika
Serikat, HIV masih merenggut lebih dari 15.548 jiwa pada tahun 2015
yang lalu.
kehidupan pedesaan berubah dengan cepat karena epidemi HIV /
AIDS. Banyak orang meninggal di fase awal kehidupan mereka. Hal ini
menjadi banyak perhatian banyak masyarakat karena dengan HIV/AIDS
yang mengambil korban jiwa, meningkatnya jumlah anak yatim,
kurangnya berbagi dari generasi ke generasi tentang pengetahuan,
ketidakmampuan untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan yang
cukup, anak-anak yang ditarik dari sekolah untuk membantu menghasilkan
2
pendapatan, migrasi keluar ke daerah perkotaan merupakan beberapa efek
lain dari kematian yang dihailkan oleh HIV/AIDS. [1]
Permasalahan HIV/AID di Indonesia itu sendiri sudah menjadi
tantangan . HIV di Indonesia pada tahun 2018 telah dilaporkan
keberadaannya oleh 433 dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di
Indonesia. Ada sekitar 301.959 jiwa yang sudah terkena infeksi HIV/AIDS
dan setiap tahunnya angka tersebut selalu meningkat.
Pengobatan HIV/AIDS di Indonesia pada saat ini sudah cukup
dibilang bagus, kerena obat antiretroviral sudah dapat ditemukan dan
diakses di rumah sakit dan puskesmas di 34 provinsi yang ketersediannya
sudah dijamin oleh pemerintah dan gratis pemanfaatannya.
Sama seperti penyakit kronis lainnya, seharusnya penyakit
HIV/AIDS harus mendapatkan perlakuan yang sama dari publik walaupun
bagaimana seseorang mendapatkan penyakit tersebut dikarenakan oleh hal
taboo di kalangan masyarakat Indonesia.
1. 3
Sarvaes, Jan. (2008). Communication for Development and Social Change.
California: SAGE Publications, Inc
BAB II
PEMBAHASAN
Artikel 1
Meski Belum Bisa Disembuhkan, HIV Sudah Bisa Dikendalikan
BHAKTI SATRIO WICAKSONO
Kompas.com - 21/09/2018, 18:31 WIB
4
2.
Nabi, Robin L. Oliver, Mary Bethh (2009). The SAGE Handbook of Media
Processes and Effects 1st Edition, California: SAGE Publications, Inc
Namun direktur P2PL, Kementerian Kesehatan, Dr Wiendra Waworuntu,
berkata lain dalam kampanye #SayaBerani #SayaSehat, Kamis
(20/09/2018), di Jakarta.
“HIV bukan lagi penyakit mematikan yang tidak ada obatnya. Jika orang
mengetahui status HIV-nya sejak dini, mereka dapat mengikuti
pengobatan antiretroviral (ARV) yang diberikan secara gratis oleh
pemerintah,” jelas Wiendra menepis pandangan masyarakat.
Tidak hanya masyarakat, para pengidap HIV pun banyak yang masih
belum tahu tentang ini. Akibatnya, mereka tidak berani untuk
mengungkapkan kondisi mereka dan berkonsultasi ke dokter.
“Tolong teman-teman HIV harus terus minum obat. HIV dan TBC mirip,
itu harus terus minumnya. Tidak boleh berhenti. Kalau dia minum obat
terus, tentu teman-teman akan menjadi terapi produktif. Ini yang perlu kita
pertahankan, ini adalah awal dari kampanye '#Saya Berani #Saya Sehat',”
tutur Wiendra.
5
Hal ini dibuktikan oleh Tesa (34) yang mampu bertahan dari HIV/AIDS
selama 11 tahun dengan mengonsumsi ARV sesuai dosis yang diberikan
dokter.
Wiendra mengatakan, obat ini dapat diperoleh gratis dan ada di banyak
pusat layanan kesehatan masyarakat.
Saat ini diperkirakan terdapat 640.000 orang yang hidup dengan HIV di
Indonesia. Lalu, baru 47 persen yang mengetahui status HIV-nya dan
sekitar 15 persen yang berada dalam pengobatan ARV.
Artikel 2
6
Kemenkes mencatat hingga Juni 2017 terdapat 255 ribu kasus HIV di
Indonesia. Sebanyak 72,4 persennya disebabkan oleh hubungan seksual
yang tidak terproteksi.
Secara global, diperkirakan ada sekitar 36,7 juta orang yang hidup
dengan HIV hingga 2016. Jumlah ini ditengarai meningkat tiap
tahunnya.
"Di Indonesia, ada 255.527 kasus HIV. Kalau melihat laporan dari tiap
provinsi di Indonesia, ada sekitar 100 ribu kasus per hari. Ini
kebanyakan karena seks berisiko secara heterogen maupun homogen,"
ujar Wiendra dalam perayaan Hari AIDS Sedunia di Plaza Senayan,
Jakarta Pusat, Senin (27/11).
7
tidak ada lagi kasus kejadian HIV, tidak ada yang meninggal akibat
AIDS, dan tidak ada stigma buruk maupun diskriminasi terhadap ODHA
atau orang dengan HIV/AIDS. Hal ini juga perlu didukung unit-unit
pelayanan kesehatan demi akses kesehatan yang lebih baik.
"Selain seks berisiko, perhatian lebih juga perlu ditujukan pada penyakit
menular seksual. Mereka yang terkena penyakit menular seksual, punya
risiko 3 - 5 kali lipat lebih besar terkena AIDS," ucapnya. (rah/rah)
2.3 Analisis
8
Dalam kedua artikel tersebut menyatakan bahwa banyaknya yang
terjangkit HIV/AIDS di Indonesia sangatlah banyak dan bahwa meskipun
HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan tetapi sudah bisa dikendalikan dengan
obat antiretroviral (ARV). Walaupun ODHA harus mengkonsumsi obat
tersebut selama dia hidup, setidaknya sel-sel yang terinfeksi tidak kembali
menyerang ODHA
2.4 Pembahasan
Menurut kedua artikel yang saya ambil untuk makalah ini,
kebanyakan masyarakat di Indonesia sudah mulai mempunyai pandangan
yang berbeda tentang HIV/AIDS. Pandangan ini mulai berubah ketika
mereka ODHA dan masyarakat Indonesia lainnya mulai memandang dan
memprilakukan HIV/AIDS sebagai penyakit kronis sama seperti penyakit
kronis lainnya. Pandangan negative yang muncul karena bagaimana
mereka mendapatkan infeksi HIV/AIDS tersebut mulai berubah dan
berganti menjadi perasaan empati dan simpati terhadap ODHA.
Hal ini dapat dikaitkan dengan teori persuasi, yaitu belief-based
attitude models. Dimana dalam teori sikap ini, pada suatu waktu sikap
terhadap suatu objek dapat berubah tergantung pada keyakinan menonjol
seseorang tentang objek tersebut.
Sama seperti pandangan kepada HIV/AIDS, sikap masyarakat
berubah ketika kepercayaan tentang HIV/AIDS berubah dan masyarakat
menggnggap bahwa HIV/AIDS sebagai penyakit kronis, pandangan
negative berubah.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV adalah sebuah retrovirus yang nantinya akan menyebabkan
AIDS. Hal ini terjadi ketika sel-sel yang terinveksi oleh HIV
menggandakan diri dan mengurangi sel T pembantu yang berfungsi
sebagai pelawan bakteri. HIV memang sampai sekarang belum bisa
disembuhkan. Namun sudah ada obat yang bisa mengawasi virus HIV
yang sudah ada di dalam tubuh agar tidak menyebar dan menyerang
kambali.
Karena kebanyakan orang terinfeksi penyakit tersebut
mendapatkan penyakit tersebut karena melakukan hal taboo di Indonesia,
banyak masyarat mempunyai pandangan negative tentang penyakit
tersebut yang dalam sisi ilmiah sama saja seprti penyakit kronis lainnya.
Beruntungnya sudah banyak masyarakat yang merubah
kepercayaan dan bagaimana mereka memandang penyakit tersebut.
3.2 Saran
Masyarakat Indonesia harus bisa membuka pikiran bahwa mereka
yang terinfeksi penyakit HIV/AIDS tersebut sudah tersiksa karena sistem
imun mereka yang mulai gagal untuk melindungi mereka dari bakteria dan
tidak membutuhkan pandangan dan komentar negative mereka kepada
ODHA. Selain itu masyarakat juga harus melakukan safe sex agar tidak
terkena dan menyebarkan virus HIV/AIDS tersebut.
10
Daftar Pustaka
Nabi, Robin L. Oliver, Mary Bethh (2009). The SAGE Handbook of Media
Processes and Effects 1st Edition, California: SAGE Publications, Inc
Sarvaes, Jan. (2008). Communication for Development and Social Change.
California: SAGE Publications, Inc
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Meski Belum Bisa
Disembuhkan, HIV Sudah Bisa Dikendalikan",
https://sains.kompas.com/read/2018/09/21/183100623/meski-belum-bisa-
disembuhkan-hiv-sudah-bisa-dikendalikan.
Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia dengan judul " Hari AIDS Sedunia: 70
Persen Infeksi HIV Akibat Seks Berisiko",
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171004090958-255-245980/hari-
aids-sedunia-70-persen-infeksi-hiv-akibat-seks-berisiko
11