Nama Kelompok:
Peluang pasar media cetak lama-kelamaan akan mati, tidak hanya di Indonesia
namun di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris, dan negara lainnya.
Hal ini terjadi karena adanya perubahan teknologi digital.
Sebaliknya, pengguna internet dan sosial media mulai neninggkat pada tahun
2017, ada 143,3 juta pengguna internet dan 150 juta sosial media yang terdaftar.
Angka ini berbanding drastis dengan angka pembaca media cetak. Data ini
memunculkan pertanyaan ‘apakah media cetak mulai mati? Dan apakah media cetak
dapat Berjaya kembali di era media digital?’
Internet membuka ruang publik dimana bukan hanya jurnalis dan media saja
yang bisa memberikan informasi atau berita. Namun publik juga bisa membagikan
informasi-informasi tersebut, atau masyarakat menjadi produsen dan konsumen
informasi [ CITATION Sat16 \l 1033 ].
Apakah media cetak dapat bersaing dengan media elektronik?
Menurut kami media cetak masih memiliki pasarnya tersendiri, namun akan
mati dengan berjalannya waktu. Melansir dari kompas.com dalam laporan
Perspective from the Global Entertaiment and Media Outlook 2017 menyebutkan,
laju global pertumbuhan koran dalam lima tahun ke depan adalah minus 8,3 persen,
Lalu data menunjukan bahwa perusahaan media cetak produksinya mulai turun tahun
demi tahun. Hal ini dapat terjadi Karena kebiasaan membaca Koran, majalah dan
media cetak laainnya hilang dan tidak diwariskan kepada generasi muda. Melansir
wollipop.detik Menurut survey Nielsen Consumer & Media View (CMV) kuartal II
2016 yang dilakukan di 11 kota di Indonesia, hanya 9 persen dari generasi Z yang
saat ini masih membaca koran, majalah atau tabloid dalam bentuk cetak. Selain itu
koresponden lebih menyukai menonton tv dan kegaiatan lainnya.
Jika kita kembali pada beberapa belas tahun di mana masih sering dijumpai
pembawa Koran yang melempar korannya di halaman halaman rumah dan para ayah
maupun ibu akan membaca Koran di teras rumah. Hal ini yang tidak dapat kita lihat
lagi saat ini. Maka dari itu tidak salah jika kita dapat berfikir bahwa perusahaan
media cetak akan mati bersama kakek, nenek, ibu dan ayah kita karena mereka lah
yang masih mengkonsumsi produk produk media cetak seperti Koran.
Sekarang merupakan eranya jurnalis video, televisi, visual dan foto sehingga
para jurnalis di era sekarang penting kuasai kemampuan yang lebih lengkap, seperti
menulis, video, forografi, grafik dan mampu berperan sebagai host.
Bagaimana strategi media cetak menghadapi era digital? Perubahaan apa saja
yang perlu mereka lakukan?
Hal ini dilakukan oleh majalah Newsweek, majalah terbitan Amerika ini pada
akhir 2012 lalu menghentikan edisi cetaknya dan beralih penuh ke edisi
online. Banyak orang beranggapan peristiwa ini menjadi salah satu tanda
sedang berakhirnya era media cetak.
Ada banyak strategi berbeda yang dipilih oleh media cetak. Majalah Femina
misalnya melalui pemimpin redaksinya Petty Fatimah, mengungkapkan
bahwa strategi mereka di era digital lebih mengarah pada pengelolaan
komunitas, bahasa kerennya “engagement”. Sedangkan pewakilan dari
majalah SWA, Kemal Ghani menyatakan bahwa SWA sendiri tidak hanya
mengandalkan edisi cetak, tapi juga mengembangkan riset dan event.” Lain
lagi yang dilakukan majalah O, The Oprah Magazine. Majalah milik ratu talk
show asal Amerika Serikat ini yang juga mengalami penurunan omzet
sebesar 14% pada tahun 2013, memanfaatkan popularitas dari Oprah dengan
mengambil strategi personal branding untuk meluncurkan progran
berlangganan pada pelanggan setianya. Program ini menawarkan tiga kategori
berlangganan dengan penawaran hadiah menarik, mulai dari diskon spesial
bagi produk-produk yang direkomendasikan Oprah, satu kotak perawatan
kecantikan mewah, sampai tikert tur “The Life You Want” sehingga
pelanggan dapat mencoba produk-produk yang akan tampil di majalah O dan
bahkan mendapatkan kartu ucapan ulang tahun langsung dari Oprah. Selain
itu ada strategi segmentasi bisa menjadi nilai lebih, misalnya Republika yang
menyasar komunitas Muslim dan Bisnis Indonesia yang menyasar kalangan
pebisnis. Dengan segmentasi seperti ini, media cetak tersebut akan terus
dinantikan oleh masyarakat.
References
Kusuma, S. (2016). Unika Atma Jaya. POSISI MEDIA CETAK DI TENGAH
PERKEMBANGAN MEDIA ONLINE DI INDONESIA, 61.
https://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/18590671/berapa.lama.lagi.usia.koran.
di.indonesia. Diakses pada 21 Maret 2020
https://wolipop.detik.com/tech-gadget/d-3324740/survei-nielsen-hanya-9-remaja-
indonesia-yang-masih-baca-media-cetak. Diakses pada 21 Maret 2020