Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persaingan industri media massa saat ini semakin ketat. Surat kabar tak
hanya bersaing dengan sesama surat kabar, tetapi juga dengan tabloid,
majalah, radio bahkan yang lebih berat lagi adalah dengan televisi dalam
mendapatkan iklan dan menarik pembaca. Kompetisi kini semakin ketat
dengan mahakarya industry media berbasis internet (online).

Gambar 1
Data Statistik Penggunaan Media Massa dan Media Sosial
Sumber : Tirto.id

1
Seperti tersaji pada gambar diatas penggunaan media cetak (koran) dari
tingkatan SD hingga Kuliah sedikit sedangkan penggunaan media sosial yang
paling banyak. Untuk televisi yang paling banyak mengaksesnya hanya anak SD,
SMP masih banyak, sedangkan untuk anak SMA dan Kuliah sudah menurun.

Gambar 2
Jumlah Media Cetak dan Oplahnya
Sumber : Serikat Perusahaan Pers
Setiap tahun, Serikat Perusahaan Pers (SPS) sebelumnya bernama Serikat
Penerbit Surat kabar mendata jumlah media cetak beserta oplahnya. Data ini
mencakup harian, mingguan, tabloid, dan majalah. Sejak 2008 hingga 2014, oplah
harian menunjukkan tren naik, meski jumlah medianya naik-turun. Pada 2008,
total oplah harian tercatat 7,49 juta. Tahun-tahun berikutnya, angka itu terus naik.
Pada 2014, total oplah telah mencapai 9,65 juta. Namun, kenaikan itu berhenti
pada 2014. Pada 2015 oplah mulai melorot, hanya 8,79 juta, turun 8,9 persen dari

2
tahun sebelumnya. Ia bahkan lebih kecil dibanding total oplah pada 2011.
Merosotnya oplah harian pada 2015 dialami juga oleh mingguan, tabloid, dan
majalah. Penurunan paling dalam menimpa mingguan. Pada tahun itu, oplahnya
turun 9,27 persen di banding tahun 2014.

Gambar 3
Data Statistik Penggunaan Internet
Sumber : Boc.web.id
Dalam dunia literasi khususnya tentang budaya membaca, perkembangan
teknologi yang semakin pesat menjadi sebuah batu loncatan besar dalam
menyajikan bahan-bahan bacaan untuk diakses melalui media elektronik atau
digital. Peran teknologi dalam mendukung masyarakat untuk meningkatkan minat
baca memang merupakan hal yang sangat positif dan bermanfaat. Namun ada
tantangan tersendiri yang dihadapi oleh masyarakat ketika menggunakan media
digital sebagai sarana untuk memfasilitasi minat bacanya dibanding dengan media
cetak. Jumlah pengguna internet yang mencapai separuh dari total populasi
penduduk Indonesia atau sekitar 132,7 juta. Bahkan data yang dihimpun
statista.com pada Januari 2018, disebutkan bahwa 44 persen populasi masyarakat
Indonesia mengambil foto dan video menggunakan ponsel mereka (Rossa, 2018).

3
Dan saat ini pengguna internet pada Januari 2019 adanya peningkatan yaitu 150
juta jiwa mengaksesnya1. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet
Indonesia (APJII), lebih dari setengah penduduk Indonesia telah terhubung ke
internet pada 2016. Jumlah pengguna internet pada 2016 tercatat 132,7 juta orang,
naik sekitar 50 juta dari tahun 2014 (APJII, 2016).
Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi
massa pun semakin canggih dan kompleks serta memiliki kekuatan yang lebih
dari masa-masa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Dengan
adanya media modern memungkinkan berjuta-juta orang di seluruh dunia untuk
berkomunikasi ke hampir seluruh pelosok dunia. Komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa (media cetak atau elektronik), sebab, awal
perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media
of mass communication (Nurudin, 2007:4). Media massa itu sendiri adalah alat-
alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat
kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding
dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan
waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada
waktu yang terbatas (Nurudin, 2007:9). Bentuk media massa antara lain media
elektronik (radio, televisi), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, film
(film bioskop dan bukan negatif film yang dihasilkan kamera), serta internet
namun tergantung dari situs (Nurudin, 2011:4-5).
Banyak pengelola majalah maupun media cetak lainnya untuk mengubah
strategi bisnis mereka, seperti yang dilakukan oleh Majalah Panjebar Semangat.
Selain pengelola tetap menerbitkan majalah cetak (printed magazine). Mereka
juga secara agresif berinovasi dengan meluncurkan website serta media sosial
lainnya. Langkah-langkah inovatif itu sangat penting karena para pengelola radio
dan televisi juga sudah banyak yang menayangkan informasi lewat jalur

1
https://www.boc.web.id/statistik-pengguna-digital-dan-internet-indonesia-2019/

4
streaming. Bahkan teknologi siaran televisi internet mampu memberikan kualitas
gambar yang makin bagus karena bisa memanfaatkan teknologi tayangan gambar
bergerak dalam level HD (high definition). Karena itu, pengelola siaran radio dan
televisi local pun bisa memberikan tayangan nasional, bahkan global.
Panjebar Semangat merupakan majalah Jawa pertama di Surabaya dan
memiliki usia lebih tua dari majalah Jawa Jayabaya yakni diterbitkan pertama kali
pada 2 September 1933. Panjebar Semangat didirikan oleh Dr. Soetomo, tokoh
pendiri Budi Utomo, sebagai salah satu media yang digunakan untuk perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Majalah Jawa tertua di Surabaya ini mampu bertahan
hingga saat ini, hal itu dibuktikan oleh ke konsistenan majalah Panjebar
Semangat dalam memproduksi dan naik cetak majalah setiap satu minggu sekali.
Oplahnya masih membubung sekalipun usianya sudah 76 tahun. Di antara 30.000
eksemplar setiap minggunya, sebagian dikirim ke Suriname hingga Negeri
Belanda (Prasetyo, 2008).

Gambar 4
Website Panjebar Semangat
Sumber : panjebarsemangat.co.id

5
Di tahun 2017 majalah Panjebar Semangat sudah mengatisipasi dengan
persaingan media massa saat ini, bahwa tidak hanya diakses melalui media cetak
saja, melainkan menggunakan internet juga bisa. Saat itu pengelola majalah
Panjebar Semangat sudah memiliki website sendiri, bahkan tidak hanya website
saja melainkan media sosial facebook dan Instagram juga punya sehingga
pembaca bisa mengakesnya melalui apa saja.
Beberapa penjelasan dan masalah-masalah yang ada peneliti ingin mengetahui
strategi komunikasi organisasi majalah Panjebar Semangat dalam
mempertahankan eksistensinya diera digital.
Dalam penelitian ini, fokus penelitian terletak pada Strategi Komunikasi
Organisasi Majalah Panjebar Semangat Dalam Mempertahankan Eksistensinya
Diera Digital. Dengan melihat variabel yang ada dalam komunikasi suatu
organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana strategi komunikasi organisasi majalah Panjebar
Semangat dalam menghadapi era digital?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk menggambarkan strategi komunikasi organisasi majalah
Panjebar Semangat dalam menghadapi era digital.

1.4 Manfaat
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah literatur dan referensi yang berguna sebagai
dasar pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian sejenis di
masa mendatang yang berkaitan dengan strategi komunikasi
organisasi dan eksistensi.

6
b. Untuk menambah pengetahuan tentang strategi komunikasi
organisasi dari majalah Panjebar Semangat.

1.4.2 Manfaat Praktis


Untuk menambah pemahaman tentang strategi komunikasi
organisasi dari majalah Panjebar Semangat.

1.5 Definisi Konsep dan Batasan Penelitian


1.5.1 Konsep yang Digunakan
a. Majalah
Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan
secara berkala yang memuat artikel–artikel dari berbagai
penulis (Assegaff, 1983). Selain memuat artikel, Majalah juga
merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar,
review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari
majalah.

b. Panjebar Semangat
Panjebar Semangat merupakan majalah berbahasa
Jawa pertama di Surabaya dan memiliki usia lebih tua dari
majalah Jawa Jayabaya yakni diterbitkan pertama kali pada 2
September 1933. Panjebar Semangat didirikan oleh Dr.
Soetomo, tokoh pendiri Budi Utomo, sebagai salah satu media
yang digunakan untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Majalah Jawa tertua di Surabaya ini mampu bertahan hingga
saat ini, hal itu dibuktikan oleh ke konsistenan Panjebar
Semangat dalam memproduksi dan naik cetak majalah setiap
satu minggu sekali.

7
c. Komunikasi Organisasi
Golddhaber (1986) memberikan definisi komunikasi
organisasi sebagai proses penciptaan dan saling menukar pesan
dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu
berubah-ubah.

d. Manajemen Media Massa


Manajemen media diartikan sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari bagaimana pengelolaan media dengan prinsip-
prinsip dan seluruh proses manajemennya dilakukan, baik
terhadap media sebagai industri yang bersifat komersial
maupun institusi sosial (Junaedi, 2014:14).

1.5.2 Batasan Penelitian

Peneliti membuat batasan agar penelitian ini fokus dan tidak


melebar. Penelitian ini hanya berfokus pada strategi komuniksai
manajemen organisasi dari majalah Panjebar Semangat.

Anda mungkin juga menyukai