Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money Pada Badan
Layanan Umum Daerah RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
(Periode 2017-2019)
Oleh:
NIM: 1710313220032
BANJARMASIN
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
i
4.2 Jenis Penelitian...............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemerintahan, melainkan juga untuk kepentingan masyarakat. Apabila suatu kinerja
organisasi sektor publik memperlihatkan kinerja yang baik, maka masyarakat akan
terdorong untuk menggunakan jasa organisasi sektor publik tersebut. Karena masyarakat
percaya apabila kinerja di organisasi sektor publik baik, maka pelayanan yang diberikan
juga akan baik, dan begitupun sebaliknya. Kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila
kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan mereka inginkan dan memadai. Untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan tentunya memerlukan sistem pengelolaan anggaran yang
terstruktur, sehingga semua alokasi dana dapat direalisasikan sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan.
Pendekatan Value for Money dapat diterapkan dalam rangka menjalankan aktivitas
dalam pelayanan publik. Dikarenakan, Value for Money merupakan inti pengukuran
kinerja pada organisasi sektor publik. Ini dimaksudkan bahwa, pemerintah tidak bisa
menilai dari sisi output yang dihasilkan saja, tetapi secara terintegrasi harus
mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. Permasalahan yang
sering muncul adalah sulit nya mengukur output, karena output yang dihasilkan
pemerintah tidak selalu berupa output yang berwujud (tangible ouput), tetapi kebanyakan
juga bersifat output yang tidak berwujud (intangible output). Dengan demikian, Value
for Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang berdasarkan
pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan
dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya yang kualitasnya baik, tetapi masih
tergolong dalam kisaran harga yang masih dapat dijangkau. Efisien berarti pencapaian
output yang maksimum dengan input tertentu. Sedangkan efektivitas berarti bahwa
anggaran yang digunakan harus mencapai target-target yang telah ditetapkan dan
bertujuan untuk kepentingan publik.
Adapun salah satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa
kesehatan yaitu “Rumah Sakit”. Rumah sakit adalah salah satu organisasi sektor publik
yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas
melaksanakan suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah
dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan
dan pencegahan penyakit serta upaya perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992).
2
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Mochammad Ansari Saleh adalah salah satu rumah
sakit milik pemerintah terbesar ke dua di Banjarmasin. Selain menjadi Rumah Sakit
Rujukan untuk 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala,
dan Kota Banjarbaru, rumah sakit ini juga memberikan berbagai macam pelayanan
kesehatan umum, antara lain : Instalasi Gawat Darurat (IGD) Umum 24 jam nonstop, unit
rawat inap, apotek,dan berbagai macam Poliklinik. Selain menyelenggarakan pelayanan
kesehatan umum, Rumah Sakit ini juga memberikan pelayanan kesehatan seperti Program
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), Program Askes PNS (Askes Sosial), Program Jamsostek maupun Asuransi
Sosial lainnya. Pada Program Jamkesda dititikberatkan untuk masyarakat yang
berdomisili di wilayah kabupaten, Program Jamkesmas dititikberatkan untuk warga atau
masyarakat umum yang berdomisili di wilayah propinsi atau kota Banjarmasin, dan
Program Askes PNS dititikberatkan untuk Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya. Oleh
karena itu, dengan adanya berbagai macam poli dan program pelayanan di rumah sakit
ini, sehingga pasien mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Selama ini, pelayanan dan program Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Mochammad
Ansari Saleh dalam mengukur kinerja pelayanan baik atau tidaknya hanya menekankan
pada seberapa puas masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit tersebut.
Seperti memberikan peningkatan kualitas pelayanan berupa layanan pendaftaran sistem
online bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan diri. Akan tetapi, Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Mochammad Ansari Saleh tidak adanya membahas mengenai penyusunan
anggaran rumah sakit sampai dengan merealisasikan anggaran tersebut. Padahal, berhasil
atau tidaknya organisasi sektor publik bukan hanya dinilai dari kepuasaan masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan, tetapi juga dari segala aspek. Oleh karena itu,
penilaian kinerja dengan menggunakan Metode Value For Money sangat dibutuhkan, agar
dalam sebuah anggaran mengenai layanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Mochammad Ansari Saleh ini dapat berjalan dengan ekonomis, efisien dan
efektif.
4
2. Bagi Universitas Lambung Mangkurat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
Universitas Lambung Mangkurat mengenai pengukuran kinerja sektor publik yang
bisa menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dimasa yang akan
datang.
3. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai
pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik dan dapat langsung
menerapkannya dalam praktek penelitian.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang penjelasan latar belakang diambilnya judul
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitan, dan manfaat penelitian serta
sistematika pembahasan.
5
definisi operasional variabel, dan teknik pengumpulan, serta teknis analisis
data yang digunakan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai
dengan kewenangan dan tugas tanggungjaawab masing-masing, dalam upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono ,1999:2)
7
2. Meningkatkan akuntabilitas manajemen dapat memberikan tanggung jawab
secara eksplisit dan pemberian bukti atas suatu keberhasilan atau kegagalan
3. Memberikan dasar untuk melakukan perencanaan kebijakan dan pengendalian
4. Memberikan informasi yang esensial kepada manajemen sehingga
memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan pengendalian kinerja di
semua level organisasi, dan
5. Memberikan dasar untuk pemberian kompensasi kepada staf.
8
barang dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektivitas tindakan dalam
mencapai tujuan organisasi.
9
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up).
2. Untuk Mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif rasional.
10
5. Memotivasi Pegawai
Dari pemaparan diatas pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai alat untuk
menilai pertanggungjawaban atau akuntabilitas organisasi sebagai pihak yang
mengelola sumber daya yang ada untuk dapat dipertanggungjawabkan untuk
kepentingan organisasi dan masyarakat.
11
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus menerus
yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan dan
memelihara hasil-hasil pembangunan.
2. Informasi Nonfinansial
12
1) Tumbuh (Growth): Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana
perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen
terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan
fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan
sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung
hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan
pelanggan.
2) Bertahan (Sustain): Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan
investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian
terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa
pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.
3) Menuai (Harvest): Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar
menuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi
investasi besar, baik ekspansi pembangunan kemampuan baru, kecuali
pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.
13
Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition): Pengukuran ini
menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik
pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur
dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di
segmen yang ada.
Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction): Pengukuran ini
berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait
dengan kriteria spesifik dalam value proportion.
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
1) Proses Inovasi
14
2) Proses Operasi
15
Dalam metote Value for money sebagai salah satu konsep pengelolaan
organisasi terdapat 3 elemen utama yaitu meliputi penilaian efisiensi, efektivitas,
dan ekonomi. Dimana pengertian dari masing-masing elemen tersebut adalah :
1. Ekonomis
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa
dibeli pada kualitas yang diinginkan pada harga terbaik yang dimungkinkan.
Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input Ekonomi
terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input
resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros
dan tidak produktif (Bastian 2006:77).
2. Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa
yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu. Atau
dengan kata lain efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Bastian, 2006 : 77).
Apabila rasionya lebih besar dari satu dan dibandingkan dengan hasil rasio
program yang sama di perusahaan lain, maka program tersebut bisa disebut
lebih efisien (Bastian 2006:208).
3. Efektivitas
Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas
diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana, merupakan
perbandingan outcome dengan output. Efektifitas menunjukkan kesuksesan atau
kegagalan dalam pencapaian tujuan.Dalam rangka mencapai tujuan, organisasi
sektor publik sering kali tidak memperhatikan biaya yang dikeluarkan. Hal
seperti ini bisa terjadi apabila efesiensi biaya bukan merupakan bagian dari
indikator hasil (Bastian:2006).
Dapat disimpulkan bahwa tiga indikator prestasi organisasi sektor publik akan
dirinci sebagai berikut: ekonomi itu mengenai input, efisien tentang input dan
output, dan efektifitas berhubungan dengan output dan outcome.
16
2.1.7 Indikator Value For Money
1. Pengukuran Ekonomi
Ekonomi merupakan perbandingan input value yang dinyatakan dalam
satuan moneter (Mardiasmo,2009). Pengukuran ekonomi hanya
mempertimbangkan masukan (input) yang digunakan. Kinerja pemerintah
17
daerah akan dikatakan ekonomis apabila dapat meminimalisir input resources
yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.
Input
Ekonomis=
Input Value
2. Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan perbandingan antara output atau input yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2009).
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output
dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
18
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.
Output
Efisiensi= X 100 %
Input
3. Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektifitas menggambarkan tingkat
pencapaian hasil program dengan target yang di tetapkan. Atau secara sederhana
efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output (Mardiasmo,
2009).
Outcomes
Efektivitas= X 100 %
Output
19
a. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 90%-100% dapat
dikatakan sangat efektif.
b. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 80%-89,99% dapat
dikatakan efektif.
c. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 70%-79,99% dapat
dikatakan cukup efektif.
d. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 60%-69,99% dapat
dikatakan kurang efektif.
e. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase kurang dari 59,99%
dapat dikatakan tidak efektif.
20
dalam Peraturan Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan negara pada umumnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
23 Tahun 2005).
21
a. BLU mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga atau kepala
SKPD untuk memperoleh persetujuan sebagai bagian dari RKA-K/L atau
sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran SKPD.
d. Pagu Anggaran BLU dalam RKA-K/L atau Pagu Anggaran BLU dalam
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yang sumber dananya berasal
dari pendapatan BLU dan surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu
program, satu kegiatan, satu output, dan jenis belanja.
22
d. Dalam hal dokumen pelaksanaan anggaran belum disahkan oleh Menteri
Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, BLU dapat melakukan
pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran
tahun lalu.
c. Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan.
d. Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya
merupakan pendapatan bagi BLU.
23
Pengelolaan belanja pada BLU dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Belanja BLU terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya
yang dituangkan dalam RBA definitif.
3. Pengelolaan Kas
4) melakukan pembayaran;
24
b. Pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis yang sehat.
c. Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD dilakukan dengan
menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Rekening bank dalam rangka pengelolaan kas dibuka oleh pimpinan BLU
pada bank umum
e. Pemanfaatan surplus kas dilakukan sebagai investasi jangka pendek pada
instrumen keuangan dengan risiko rendah.
4. Pengelolaan Piutang
Pengelolaan piutang pada BLU dilakukan sebagai berikut:
a. BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang,
jasa, dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan kegiatan BLU.
c. Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang
berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.
5. Pengelolaan Utang
Pengelolaan utang pada BLU dilakukan sebagai berikut:
a. BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional
dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain.
25
b. Utang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek bisnis yang
sehat.
h. Hak tagih atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun sejak
utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang.
6. Investasi
26
7. Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan
Pencatatan transaksi keuangan BLU dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib.
27
kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan
kementerian negara/lembaga/ SKPD/pemerintah daerah.
28
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.
29
Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.
Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirbala.
Sedangkan klasifikasi rumah sakit menurut No. 340 tahun 2010 Bab II,
dibagi menjadi 4 macam yaitu:
2) Kelas BI
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
sekurang-kurangnya 11 jenis spesialis.
3) Kelas B II
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
luas dan sub spesialitik terbatas
4) Kelas C
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-
kurangnya 4 dasar lengkap.
5) Kelas D
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar
lengkap.
b. Berdasarkan Kepemilikan
30
Rumah Sakit di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu rumah sakit
pemerintah dan swasta. Rumah sakit pemerintah dijalankan oleh
Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI dan Badan Umum
Milik Negara. Sedangkan Rumah Sakit Swasta dijalankan oleh Yayasan
dan Badan Hukum lain yang terkait.
Berdasarkan jurnal publikasi tahun 2012-2018, maka data hasil penelitian sebelumnya
dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan proposal penelitian ini. Jurnal penelitian
tersebut antara lain:
31
Judul dan Nama Tahun
No Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
1. Judul: 2012 Dapat disimpulkan bahwa kinerja RSUD Kabupaten
Penilaian Kinerja Buleleng berdasarkan metode balanced scorecard secara umum
RSUD Kabupaten adalah baik karena tiga dari empat perspektif menunjukkan
Buleleng Dengan kinerja baik. Perspektif kepuasan pelanggan memiliki nilai
Perspektif Balanced rata-rata IKP yang berada pada kriteria tidak baik, hal itu
Scorecard berarti pelanggan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang
diberikan oleh pihak RSUD.
Penulis: 4) Perspektif keuangan menunjukkan kinerja baik karena
Ni Putu Ika Parianti tahun 2009 dan 2010 keuangan RSUD Kabupaten
dan Putu Sudana Buleleng sudah efektif dan ekonomis walaupun belum
efisien, namun pada tahun 2011 terlihat keuangannya
sudah efektif, ekonomis dan efisien.
32
Nama Penulis: Hasil pengukuran efisiensi pada prog-ram layanan
Wahyu Sapto Rini dan kesehatan gratis dan obat-obatan gratis sudah menunjukkan
Rizky Caesariza hasil yang baik. Nilai efisiensi dalam konsep value for money
tidak semata-mata melihat dari sisi peng-hematan anggaran,
tetapi juga melihat dari sisi output yang dihasilkan.
Nama Penulis:
Laode Kadafi
4. Judul: 2014 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Dinas
Analisis Kinerja Sosial Kabupaten Bintan dengan Konsep Value For Money,
Keuangan Pada sehingga dapat disimpulkan :
Kegiatan Dinas Sosial 1. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag Keuangan
Kabupaten Bintan dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan didapati bahwa
Dengan Menggunakan kinerja Dinas Sosial Kabupaten Bintan telah
Konsep Value For melaksanakan kinerjanya secara ekonomis sesuai dengan
Money Standar Pelayanan Minimum Dinas Sosial Kabupaten
Bintan.
Nama Penulis:
2. Pengukuran nilai efesiensi pada seluruh program Dinas
Wiryawan Wira
Sosial Kabupaten Bintan menunjukkan hasil yang sangat
33
efisien atau sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
output yang telah diteliti oleh penulis, dimana Dinas
Sosial Kabupaten Bintan mampu menghasilkan output
yang maksimal dengan input yang minimal.
34
artinya bahwa pemerintah dalam menentukan target
penerimaan telah sukses, dibuktikan dengan pemerolehan
realisasi pendapatan yang lebih besar daripada anggaran
pendapatannya.
6. Judul: 2017 Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Laporan Kinerja
Konsep Value For Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya
Money Dalam ditinjau dari segi ekonomi dapat dikatakan ekonomis terlihat
Mengukur Kinerja dari kegiatan penyediaan barang dan jasa perkantoran dimana
Pelayanan Sektor dana anggaran yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
Publik. tersebut sebesar 91,6%. Segi efisien dapat dikatakan efisien
dilihat dari kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak
Penulis: daerah yang menghasilkan jumlah dokumen hasil pendataan
Risa Dwi Agustin dan penetapan wajib pajak daerah mencapai 100% dengan
mengunakan anggaran 86,45% dari anggaran yang tersedia.
Segi efektivitas dapat dilihat dari tercapainya pajak daerah
yang dihasilkan sebesar 102,22%. Sehingga outcome melebihi
100% dan dapat dikatakan efektif. Dengan demikian
diharapkan sasaran program kegiatan dapat mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
7. Jurnal: 2017 Berdasarkan hasil penelitian mengenai kinerja kegiatan
Analisis Kinerja fisik Pekerjaan Irigasi Donggala Kodi dapat ditarik beberapa
Berbasis Konsep kesimpulan sebagai berikut:
Value For Money 1. Ditinjau dari rasio ekonomi, Kegiatan Fisik Pekerjaan
Pada Kegiatan Fisik Irigasi Donggala Kodi tahun 2014 telah mampu
Pekerjaan Irigasi menjalankan pekerjaan secara ekonomis.
Donggala Kodi (Studi
di Dinas Pekerjaan 2. Ditinjau dari rasio efisiensi, Kegiatan Fisik Pekerjaan
Umum Kota Palu) Irigasi Donggala Kodi tahun 2014 telah mampu
menjalankan secara efisiensi.
Penulis:
Dwi Purwiyanti 3. Ditinjau dari rasio efektivitas, Kegiatan Fisik Pekerjaan
Irigasi Donggala Kodi tahun 2014 telah menjalankan
keseluruhan pekerjaannya dengan efektivitas.
35
8. Jurnal: 2018 Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab
Analisis Pengukuran sebelumnya tentang penerapan konsep value for money pada
Kinerja Dengan Pemerintah Kota Lhokseumawe, maka dapat disimpulkan
Menggunakan Konsep bahwa Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Dae-rah
Value For Money (DPKAD) Kota Lhokseumawe dapat menerapkan value for
Pada Pemerintah Kota money sebagai konsep pengukuran kinerjanya, karena dengan
Lhokseumawe (Studi konsep val-ue for money pemerintah dapat mengukur kinerja
Kasus Pada DPKAD organisasi dengan lebih komprehensif, sehingga pemerintah
Kota Lhokseumawe dapat meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang.
Periode 2014-2016.
Penerapan konsep value for money melalui tiga elemen,
Penulis: yaitu :
Indrayani Khairunisa 1. Rasio ekonomis pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Kota Lhokseumawe menunjukkan
kinerja pemerintah daerah pada tahun 2014-2016 bernilai
86,54%, 82,64%, 71,43%, menunjukkan bahwa rasio ini
bernilai ekonomis. Sehingga untuk indikator rasio
ekonomis Pemerintah Kota Lhokseumawe sudah
mencapai kinerja yang baik, karena dari tahun 2014-2016
(periode pengamatan), telah berhasil mengelola
penggunaan anggaran belanja dengan baik.
36
semakin kecil rasio yang diperoleh, maka kinerjanya
semakin efisien.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL (MODEL PENELITIAN)
37
Uma Sekaran dalam bukunya Business Reseach, 1992 dalam (Sugiyono, 2010),
mengemukan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masala
penting. Adapun kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini, yaitu:
38
mengetahui apakah kinerja keuangan rumah sakit dalam 3 tahun (2017, 2018, dan 2019)
meningkat, berfluktuasi, atau menurun.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
39
Ruang lingkup penelitian ini tentang Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui
Pendekatan Value For Money Pada Badan Layanan Umum Daerah RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin (Periode 2017-2019).
Unit analisis dalam penelitian ini yaitu Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin untuk tahun 2017,
2018 dan 2019, serta pernyataan dari narasumber yang dianggap kompeten dalam
memberikan informasi mengenai Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.
Menurut Sugiyo (2017:443), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu
40
mengambil suatu sampel yang telah ditentukan sebelumnya dengan beberapa kriteria
berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Untuk jumlah sampel pasien Rumah Sakit,
ditentukan menggunakan rumus slovin, yaitu:
N
n=
1+ N (e) ²
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = populasi
Perhitungan:
n= N
1 + N (e)²
= 70
1 + 70 (7%)²
= 70
1,343
= 52,1221146687 = 53 sampel
41
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyoni, 2017:68).
1. Ekonomi
Konsep ekonomi sering dikaitkan dengan konsep biaya. Ekonomi berarti sejauh
mana instansi pemerintah daerah dapat mengelola input sumber daya yang ada agar
dapat terlaksananya penghematan dan menghindari pengeluaran yang berlebihan
dalam memperoleh input sumber daya tersebut. Nilai ekonomi dapat diukur dengan
membandingkan antara input sumber daya dengan anggaran dalam perolehan input
sumber daya.
Input
Ekonomis=
Input Value
Keterangan:
42
Sumber : Data yang diolah penulis berdasarkan Metode Penelitian Kuantitatif
(Prasetyo, dkk, 2010:110).
2. Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa yang
dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu. Atau dengan kata
lain efisiensi merupakan perbandingan output/ input yang dikaitkan dengan standar
kinerja atau target yang telah ditetapkan (Bastian, 2006:77). Suatu instansi pemerintah
daerah dapat dikatakan efisien apabila pencapaian dari suatu output kegiatan,
program, dan kebijakan telah maksimal dijalankan dengan menggunakan input
sumber daya kegiatan, program, dan aturan tertentu. Sebaliknya, efisiensi juga dapat
dinilai dari input sumber daya kegiatan dan program terendah yang digunakan untuk
mencapai output dari kegiatan, program, aturan tertentu.
Output
Efisiensi= X 100 %
Input
Keterangan:
3. Efektivitas
43
Efektivitas berarti ukuran pencapaian dari keberhasilan yang diterima organisasi
terhadap kinerja yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila instansi
pemerintah dalam menjalankan kegiatan program, dan aturan yang sudah
direncanakan berhasil mencapai tujuannya, maka kinerja instansi pemerintah tersebut
dikatakan telah berjalan dengan efektif. Efektivitas dapat diukur dengan cara
membandingkan antara outcomes dan input.
Outcomes merupakan dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dari suatu kegiatan
tertentu, sedangkan ouput merupakan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan, program,
dan aturan. Dalam penerapannya, outcomes diketahui berdasarkan penilaian dari
masyarakat terhadap kegiatan dan program yang dijalankan oleh instansi pemerintah.
Sedangkan output dapat diketahui dari kegiatan, program, dan aturan yang telah
direalisasikan kepada kemasyarakat, kemudian diberi penilaian oleh pemerintah
terhadap penerapan kegiatan, program, dan aturan tersebut. Hal yang perlu diingat,
bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai suatu tujuan.
Outcomes
Efektivtas= X 100 %
Output
Keterangan:
44
Sumber : Data yang diolah penulis berdasarkan Metode Penelitian Kuantitatif
(Prasetyo, dkk, 2010:110).
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik
wawancara dan menyebarkan kuisioner. Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab
kepada pihak pengelola keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin untuk mengetahui dan memperoleh data laporan realisasi anggaran
dan belanja rumah sakit periode 2017-2019. Kuisioner berisikan beberapa pertanyaan
yang diajukan penulis untuk dijawab oleh pihak-pihak yang diberi angket (kuesioner)
tersebut. Sehingga hasil kuesioner akan menjadi dasar pengukuran rasio efektivitas.
Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau data lain
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusuan masalah dan melakukan perhitungan untuk hipotesis yang telah
diajukan (Sugiyono, 2016:147). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif kuantitatif (Descriptive Kuantitative Analysis Method). Setelah data
terkumpul, selanjutnya data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil
perhitungan atau pengukuran dapat diproses berbagai cara yaitu dengan diklasifikasikan
dan dianalisis.
Pengujian instrumen penelitian melalui uji validitas dan realibilitas merupakan syarat
yang harus dilakukan dalam penelitian kuantitatif yang bersumber dari data primer
menggunakan alat ukur kuisioner (Sugiyono, 2017:198-199). Menurut Sugiyono,
2017:200) menambahkan bahwa instrument penelitian yang baik adalah alat ukur yang
digunakan telah “Valid”, yaitu mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan) dan
“Reliabel”, dimana alat ukur yang digunakan dapat menghasilkan data yang sama
(konsisten).
45
4.8.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2017:198) validitas merupakan derajat ketetapan antara data
yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
penelitian. Dengan demikian, data yang valid adalah data “yang tidak berbeda”
antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek penelitian.
Uji validitas dalam penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk analisis item
kuisioner, yaitu mengkolerasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item
tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut.
Adapun uji validitas yang gunakan dalam penelitian ini, dikemukakan oleh
Sugiyono (2017:215) adalah sebagai berikut:
1. Jika koefisien korelasi r > 0,30, maka item tersebut dinyatakan valid
2. Jika koefisien korelasi r < 0,30, maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah product moment dari
Karl Pearson, yaitu:
r N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
xy=¿ ¿
√ ¿ ¿¿
Keterangan :
N : Jumlah subjek
46
∑xy : Jumlah hasil antar skop tiap item dengan skor total
Menurut Imam Ghozali (2018:45) uji realibilitas adalah alat untuk mengukur
suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau konsisten jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas
digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable dan
digunakan untuk mengukur berkali-kali untuk menghasilkan data yang sama atau
konsisten (Sugiyono, 2017:199).
1. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60, maka kuesioner atau angket dinyatakan
reliable atau konsisten.
2. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60, maka kuesioner atau angket dinyatakan
tidak reliable atau konsisten.
r
( k−1k )(1− ∑σ
σ3
11=¿
1
2
2
) ¿
Keterangan :
∑b2 :
Jumlah varians butir
47
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mahsun, Moh. 2007. Akutansi Sektor Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitisn Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT. Alfabet.
Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
48
Mahmudi, 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM Y
KPN.
Mahmudi, 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Kedua. UPP STIM Y KPN.
Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kaplan, S Robert, dan David, P. Norton, 1996. The Balance Scorecard Translating Strategy
Into Action. Edisi satu. United States of America: Harvard Business School Press, Boston.
Muindro Renyowijoyo, 2008. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Prasetyo, Bambang dan Lina M.J., 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
49
Rini, Wahyu Sapto dan Rizky Caesariza., 2013. Anallisis Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Ulin Banjarmasin Dengan Konsep Value For Money. Jurnal Akuntansi.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Banjarmasin.
Wira, Wiryawan. Analisis Kinerja Keuangan Pada Dinas Sosial Kabupaten Bintan Dengan
Menggunakan Konsep Value For Money. Jurnal Akuntansi. Universitas Maritim Raja Ali
Haji, Tanjungpinang.
Kadafi, Laode. Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money Pada
Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang. Jurnal Akuntansi. Universitas Maritim Raja
Ali Haji, Tanjungpinang.
Parianti, Ni Putu Ika dan Putu Sudana , 2012. Penilaian Kinerja RSUD Kabupaten Buleleng
Dengan Perspektif Balanced Scorecard. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana(Unud), Bali.
Agustin dan Risa Dwi, 2017. Konsep Value For Money Dalam Mengukur Kinerja Pelayanan
Sektor Publik. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomu Indonesia
(STIESIA), Surabaya.
Naim, Nasril, 2013. Penerapan Konsep Value For Money Dalam Menilai Kinerja Pelayanan
Sektor Publik Pada Rumah Sakit Labuang Baji Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. Universitas Hasanuddin: Makassar.
50
Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
Harja, Winda Ayu Tyas Saraswati, 2019. Analisis Kinerja Badan Layanan Umum Daerah
(Studi Kasus di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)Kutoarja). Skrpsi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
https://qmc.binus.ac.id/2014/11/01/u-j-i-v-a-l-i-d-i-t-a-s-d-a-n-u-j-i-r-e-l-i-a-b-i-l-i-t-a-s/ (Uji
Validitas dan Uji Reliabilitas) Diakses Tanggal 16 April 2020.
https://palembang.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/08/TH_BLUD_revisi.pdf Diakses
Tanggal 15 April 2020.
http://eprints.umm.ac.id/31838/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-lamonhadan-21730-BAB%2BI.pdf
Diakses Tanggal 02 April 2020.
51
52