Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL PENELITIAN

Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money Pada Badan
Layanan Umum Daerah RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
(Periode 2017-2019)

Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan


Dalam Tugas Ujian Tengah Semester Metodologi Penelitian

Oleh:

LISDA NOVITA SARI

NIM: 1710313220032

PROGRAM STUDI: S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................
1.5 Sistematika Pembahasan................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori/ Kajian Empris.....................................................................

2.1.1 Pengertian Kinerja................................................................................


2.1.2 Indikator Kinerja...................................................................................
2.1.3 Pengukuran Kinerja..............................................................................
2.1.4 Manfaat dan Tujuan Pengukuran Kinerja.............................................
2.1.5 Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja.......................
2.1.6 Value For Money.................................................................................
2.1.7 Indikator Value For Money..................................................................
2.1.8 Manfaat Value For Money....................................................................
2.1.9 Pengukuran Value For Money..............................................................
2.1.10 Definisi dan Tujuan Badan Layanan Umum (BLU)..........................
2.1.11 Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)......................................
2.1.12 Konsep Rumah Sakit..........................................................................28
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya............................................................................31

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL (MODEL PENELITIAN)

3.1 Kerangka Konseptual (Model Penelitian)......................................................38

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................40

i
4.2 Jenis Penelitian...............................................................................................40

4.3 Tempat/ Lokasi Penelitian.............................................................................40

4.4 Unit Analisis..................................................................................................40

4.5 Populasi dan Sampel......................................................................................40

4.6 Variabel dan Definisi Operasional Variabel..................................................42

4.7 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................45

4.8 Teknik Analisis Data......................................................................................45

4.8.1 Uji Validitas..........................................................................................46

4.8.2 Uji Reliabilitas......................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini kinerja pada instansi pemerintahan kian menjadi sorotan apalagi yang
berhubungan dengan pengelolaan keuangan negara. Menurut Undang-Undang No. 17
Tahun 2003 tentang keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban baik yang
diatur oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah ini akan dilaporkan dalam bentuk laporan tahunan. Disinilah
peran pemerintah terhadap tanggungjawab dan fungsinya akan telihat jelas oleh
masyarakat. Sesuai dengan tujuan Badan Layanan Umum (BLU) yaitu untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan
praktek bisnis yang sehat sangat diperlukan, untuk dapat mengukur suatu keberhasilan
kinerja instansi atau organisasi (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 Tahun
2005). Oleh karena itu, pengukuran kinerja diharapkan dapat membuat perubahan bagi
pemerintah yang efisien, ekonomi, efektif dan transparan dalam memberikan pelayanan
publik. Hal ini dilakukan sebagai alat untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance).

Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk memudahkan instansi pemerintah dalam


menilai hasil pekerjaan pemerintah dalam periode tertentu, yang mana dapat diukur dalam
indikator kinerja kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil pengukuran tersebut pemerintah
dapat mengambil keputusan yang bijak agar dapat menjalankan suatu organisasi atau
instansi sesuai dengan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan indikator masukan
(inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak (impacts).
Pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk memudahkan instansi pemerintah untuk
menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik dan tepat sasaran. Pengukuran kinerja
organisasi sektor publik bukan hanya dilakukan semata-mata untuk kepentingan instansi

1
pemerintahan, melainkan juga untuk kepentingan masyarakat. Apabila suatu kinerja
organisasi sektor publik memperlihatkan kinerja yang baik, maka masyarakat akan
terdorong untuk menggunakan jasa organisasi sektor publik tersebut. Karena masyarakat
percaya apabila kinerja di organisasi sektor publik baik, maka pelayanan yang diberikan
juga akan baik, dan begitupun sebaliknya. Kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila
kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan mereka inginkan dan memadai. Untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan tentunya memerlukan sistem pengelolaan anggaran yang
terstruktur, sehingga semua alokasi dana dapat direalisasikan sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan.

Pendekatan Value for Money dapat diterapkan dalam rangka menjalankan aktivitas
dalam pelayanan publik. Dikarenakan, Value for Money merupakan inti pengukuran
kinerja pada organisasi sektor publik. Ini dimaksudkan bahwa, pemerintah tidak bisa
menilai dari sisi output yang dihasilkan saja, tetapi secara terintegrasi harus
mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. Permasalahan yang
sering muncul adalah sulit nya mengukur output, karena output yang dihasilkan
pemerintah tidak selalu berupa output yang berwujud (tangible ouput), tetapi kebanyakan
juga bersifat output yang tidak berwujud (intangible output). Dengan demikian, Value
for Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang berdasarkan
pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan
dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya yang kualitasnya baik, tetapi masih
tergolong dalam kisaran harga yang masih dapat dijangkau. Efisien berarti pencapaian
output yang maksimum dengan input tertentu. Sedangkan efektivitas berarti bahwa
anggaran yang digunakan harus mencapai target-target yang telah ditetapkan dan
bertujuan untuk kepentingan publik.

Adapun salah satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa
kesehatan yaitu “Rumah Sakit”. Rumah sakit adalah salah satu organisasi sektor publik
yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas
melaksanakan suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah
dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan
dan pencegahan penyakit serta upaya perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992).

2
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Mochammad Ansari Saleh adalah salah satu rumah
sakit milik pemerintah terbesar ke dua di Banjarmasin. Selain menjadi Rumah Sakit
Rujukan untuk 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala,
dan Kota Banjarbaru, rumah sakit ini juga memberikan berbagai macam pelayanan
kesehatan umum, antara lain : Instalasi Gawat Darurat (IGD) Umum 24 jam nonstop, unit
rawat inap, apotek,dan berbagai macam Poliklinik. Selain menyelenggarakan pelayanan
kesehatan umum, Rumah Sakit ini juga memberikan pelayanan kesehatan seperti Program
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), Program Askes PNS (Askes Sosial), Program Jamsostek maupun Asuransi
Sosial lainnya. Pada Program Jamkesda dititikberatkan untuk masyarakat yang
berdomisili di wilayah kabupaten, Program Jamkesmas dititikberatkan untuk warga atau
masyarakat umum yang berdomisili di wilayah propinsi atau kota Banjarmasin, dan
Program Askes PNS dititikberatkan untuk Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya. Oleh
karena itu, dengan adanya berbagai macam poli dan program pelayanan di rumah sakit
ini, sehingga pasien mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Selama ini, pelayanan dan program Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Mochammad
Ansari Saleh dalam mengukur kinerja pelayanan baik atau tidaknya hanya menekankan
pada seberapa puas masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit tersebut.
Seperti memberikan peningkatan kualitas pelayanan berupa layanan pendaftaran sistem
online bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan diri. Akan tetapi, Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Mochammad Ansari Saleh tidak adanya membahas mengenai penyusunan
anggaran rumah sakit sampai dengan merealisasikan anggaran tersebut. Padahal, berhasil
atau tidaknya organisasi sektor publik bukan hanya dinilai dari kepuasaan masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan, tetapi juga dari segala aspek. Oleh karena itu,
penilaian kinerja dengan menggunakan Metode Value For Money sangat dibutuhkan, agar
dalam sebuah anggaran mengenai layanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Mochammad Ansari Saleh ini dapat berjalan dengan ekonomis, efisien dan
efektif.

Dengan memperhatikan kinerja instansi pemerintah yang kian menjadi pembicaraan


dikalangan masyarakat dan juga permasalahan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Mochammad Ansari Saleh, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money Pada
3
Badan Layanan Umum Daerah RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin (Periode
2017-2019)”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan penulis diatas, maka rumusan masalah
untuk Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money Pada Badan
Layanan Umum Daerah RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin (Periode 2017-
2019), sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin dilihat dari rasio ekonomi?
2. Bagaimana kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin dilihat dari rasio efisiensi?
3. Bagaimana kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin dilihat dari rasio efektivitas?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan penulis diatas, maka tujuan penelitian
untuk Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money Pada Badan
Layanan Umum Daerah RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin (Periode 2017-
2019), sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin dilihat dari rasio ekonomi.
2. Untuk Mengetahui kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin dilihat dari rasio efisiensi.
3. Untuk Mengetahui kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin dilihat dari rasio efektivitas.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Diharapkan dapat memberikan referensi yang berguna bagi RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin dalam menilai kinerja rumah sakit menggunakan
pendekatan Value For Money, dan sebagai dasar pengambilan keputusan terutama
dalam pengelolaan anggaran dan realisasi yang lebih baik lagi kedepannya.

4
2. Bagi Universitas Lambung Mangkurat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
Universitas Lambung Mangkurat mengenai pengukuran kinerja sektor publik yang
bisa menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dimasa yang akan
datang.

3. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai
pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik dan dapat langsung
menerapkannya dalam praktek penelitian.

1.5 Sistematika Pembahasan


Pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 (empat) bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang penjelasan latar belakang diambilnya judul
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitan, dan manfaat penelitian serta
sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisikan landasan teori atau kajian teoritis yang merupakan acuan
pemikiran dalam pembahasan masalah yang teliti dan mendasari analisis
yang diambil dari berbagai literatur dan ringkasan dari penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB III : KERANGKA KONSEPTUAL


Bab ini menggambarkan mengenai kerangka konseptual penelitian yang
dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini menjelaskan tentang ruang lingkup penelitian, jenis penelitian,
tempat/lokasi penelitian, unit analisis, populasi dan sampel, variabel dan

5
definisi operasional variabel, dan teknik pengumpulan, serta teknis analisis
data yang digunakan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori/ Kajian Empiris

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai
dengan kewenangan dan tugas tanggungjaawab masing-masing, dalam upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono ,1999:2)

Sedangkan menurut Mahsun et al (2006:141) kinerja adalah gambaran mengenai


tingkat pencapaian pelaksanaan mengenai suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategik
planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi
atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa
diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kr iteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan
atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target,
Kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada
tolak ukurnya.

2.1.2 Indikator Kinerja

Menurut Mahmudi (2010:155-156), Indikator Kinerja merupakan sarana atau


alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, dan bukan
hasil atau tujuan itu sendiri. Peran Indikator Kinerja bagi organisasi sektor publik
adalah memberikan tanda atau rambu-rambu bagi manajer atau pihak luar untuk
menilar kinerja organisasi.

Secara umum, indikator kinerja memiliki peran antara lain :

1. Membantu memperbaiki praktik manajemen

7
2. Meningkatkan akuntabilitas manajemen dapat memberikan tanggung jawab
secara eksplisit dan pemberian bukti atas suatu keberhasilan atau kegagalan
3. Memberikan dasar untuk melakukan perencanaan kebijakan dan pengendalian
4. Memberikan informasi yang esensial kepada manajemen sehingga
memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan pengendalian kinerja di
semua level organisasi, dan
5. Memberikan dasar untuk pemberian kompensasi kepada staf.

Menurut Bastian (2006:267), Indikator Kinerja juga merupakan ukuran


kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan”. Paling tidak ada tiga indikator dalam
pengukuran kinerja dengan Value For Money, yaitu antara lain:
1. Indikator Masukan (inputs): adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini
dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijaksanaan/peraturan
perundang-undangan, dan sebagainya.
2. Indikator Keluaran (outputs): adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai
dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/ atau nonfisik.
3. Indikator Hasil (outcomes): adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

2.1.3 Pengukuran Kinerja

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja suatu organisasi perlu dilakukan


adanya pengukuran seluruh aktivitas yang dilakukan dalam organisasi tersebut.
Menurut Larry D Stout (1993) dalam performance measurement guide dalam
Bastian (2006:275), pengukuran atau penilaian kinerja merupakan proses mencatat
dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi
(mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa,
ataupun suatu proses.

Sedangkan menurut Moeheriono (2010:61) pengukuran kinerja (performance


measurement) adalah suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap
tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk menghasilkan

8
barang dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektivitas tindakan dalam
mencapai tujuan organisasi.

Pada dasarnya pengukuran kinerja keuangan daerah menyangkut tiga bidang


analisis yang saling terkait satu dengan yang lainnya, ketiga bidang tersebut
meliputi (Nanik, 2010:61-62), yaitu :

1. Analisis penerimaan, yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah daerah


dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial.
2. Analisis pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya-biaya dari
suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya-biaya
tersebut meningkat.
3. Analisis anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara pendapatan dan
pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan masa depan.

2.1.4 Manfaat dan Tujuan Pengukuran Kinerja

Manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2002:122):

1. Memberi pernahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja


manajemen.
2. Mernberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
3. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif
untuk memperbaiki kinerja.
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward &
punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan
sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi.
6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

Sedangkan tujuan pengukuran kinerja menurut Mardiasmo (2009:122) adalah:

9
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up).
2. Untuk Mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif rasional.

Tujuan dilakukannya pengukuran kinerja organisasi sektor publik menurut


Mahmudi (2010:14), yaitu :

1. Mengetahui Tingkat Ketercapaian Organisasi

Penilaian kinerja berfungsi sebagai tonggak yang menunjukkan tingkat


ketercapaian tujuan dan juga menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai
arah atau menyimpang dari tujuan yang ditetapkan.

2. Menyediakan Sarana Pembelajaran Pegawai

Pengukuran kinerja merupakan pendekatan sistematik dan terigtegrasi untuk


memperbaiki kinerja organisasi dan mewujudkan visi dan misinya. Sistem
pengukuran kinerja bertujun untuk memperbaiki hasil dari usaha yang dilakukan
oleh pegawai dengan mengaitkannya dengan tujuan organisasi.

3. Memperbaiki Kinerja Periode Berikutnya

Pengukuran kinerja dilakukan sebagai sarana pembelajaran untuk perbaikan


kinerja dimasa yang akan datang. Penerapan sistem pengukuran kinerja dalam
jangka Panjang bertujuan untuk membentuk budaya berprestasi didalam
organisasi

4. Memberikan Pertimbangan yang Sistematik Dalam Pembuatan Keputusan


Pemberian Reward dan Punishment

Pengukuran kinerja bertujuan memberikan dasar sistematik bagi manajer


untuk memberikan reward, misalnya kenaikan gaji, tunjangan dan promosi atau
punishment dan teguran

10
5. Memotivasi Pegawai

Adanya pengukuran kinerja yang dihubungkan dengan manajemen


kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi akan memperoleh reward.
Reward tersebut akan memotivasi pegawai untuk berkinerja lebih tinggi dengan
harapan kinerja yang tinggi akan memperoleh kompensasi yang tinggi.

6. Menciptakan Akuntabilitas Publik

Pengkukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong


terciptanya akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja menunjukkan seberapa
besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi, dan
kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas.

Dari pemaparan diatas pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai alat untuk
menilai pertanggungjawaban atau akuntabilitas organisasi sebagai pihak yang
mengelola sumber daya yang ada untuk dapat dipertanggungjawabkan untuk
kepentingan organisasi dan masyarakat.

2.1.5 Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja


1. Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang


telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih
atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan (Mardiasmo,
2009:123)

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :

a. Varians Pendapatan (Revenue Varians)

Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan


aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan.

b. Varians Pengeluaran (Expenditure Variance)


1) Varians Belanja Rutin

11
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus menerus
yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan dan
memelihara hasil-hasil pembangunan.

2) Varians Belanja Investasi/Modal (Recurrent Expenditure Variance)

Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya


cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin
untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

2. Informasi Nonfinansial

Informasi Nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses


pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan
banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced
Scorecard. Metode Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja
organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek nonfinasial. Balanced
Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena Balanced
Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga
aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang
menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun
pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi,
2007).

Pengukuran dengan metode ini melibatkan empat aspek, antara lain :

a. Perspektif Finansial (Financial Perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena


ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi
yang disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek keuangan
menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari
strategi memberikan perbaikan yang mendasar.

Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari


siklus kehidupan bisnis, yaitu:

12
1) Tumbuh (Growth): Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana
perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen
terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan
fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan
sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung
hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan
pelanggan.
2) Bertahan (Sustain): Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan
investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian
terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa
pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.
3) Menuai (Harvest): Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar
menuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi
investasi besar, baik ekspansi pembangunan kemampuan baru, kecuali
pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.

b. Perspektif Kepuasan Pelanggan (Customer Perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada


kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan
teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset
pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok
pengukuran, yaitu:

1) Core Measurement Group


Memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:
 Pangsa Pasar (Market Share): Pangsa pasar ini menggambarkan
proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu.
Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan uang yang
dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.
 Retensi Pelanggan (Customer Retention): Menunjukkan tingkat
dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan
pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya
presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.

13
 Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition): Pengukuran ini
menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik
pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur
dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di
segmen yang ada.
 Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction): Pengukuran ini
berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait
dengan kriteria spesifik dalam value proportion.

2) Customer Value Proportion


Merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core value proportion
didasarkan pada atribut sebagai berikut:
 Product/Service Attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa,
harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang
diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
 Image and Reputation membangun image dan reputasi dapat
dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

c. Perspektif Efisiensi Proses Internal (Internal Process Efficiency)

Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:

1) Proses Inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi


merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas
serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya
efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan.
Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

 Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar


dan terapan.
 Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.

14
2) Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi


bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan
ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.

3) Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah


dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada
pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam
proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh
terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth


Perspective)

Menurut Kaplan (1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu


organisasi bisnis untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau
kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena
dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan
pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil
ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja
yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.

2.1.6 Value For Money


Value for money merupakan salah satu metode tolak ukur dalam anggaran
suatu organisasi, baik organisasi yang beroreantasi pada laba (swasta), maupun
organisasi nonprofit (sektor publik). Dalam penilaian ini tidak dapat dinilai dari
segi ouput semata, akan tetapi secara terintegrasi harus memperimbangkan input,
ouput, dan outcome secara bersama-sama.

15
Dalam metote Value for money sebagai salah satu konsep pengelolaan
organisasi terdapat 3 elemen utama yaitu meliputi penilaian efisiensi, efektivitas,
dan ekonomi. Dimana pengertian dari masing-masing elemen tersebut adalah :
1. Ekonomis
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa
dibeli pada kualitas yang diinginkan pada harga terbaik yang dimungkinkan.
Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input Ekonomi
terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input
resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros
dan tidak produktif (Bastian 2006:77).

2. Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa
yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu. Atau
dengan kata lain efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Bastian, 2006 : 77).
Apabila rasionya lebih besar dari satu dan dibandingkan dengan hasil rasio
program yang sama di perusahaan lain, maka program tersebut bisa disebut
lebih efisien (Bastian 2006:208).

3. Efektivitas
Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas
diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana, merupakan
perbandingan outcome dengan output. Efektifitas menunjukkan kesuksesan atau
kegagalan dalam pencapaian tujuan.Dalam rangka mencapai tujuan, organisasi
sektor publik sering kali tidak memperhatikan biaya yang dikeluarkan. Hal
seperti ini bisa terjadi apabila efesiensi biaya bukan merupakan bagian dari
indikator hasil (Bastian:2006).

Dapat disimpulkan bahwa tiga indikator prestasi organisasi sektor publik akan
dirinci sebagai berikut: ekonomi itu mengenai input, efisien tentang input dan
output, dan efektifitas berhubungan dengan output dan outcome.

16
2.1.7 Indikator Value For Money

Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai


pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Indikator Value For Money menurut
Mardiasomo (2009:30) dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Indikator Alokasi Biaya (Ekonomis dan Efisiensi)


Ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat
kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less).
Efesiensi adalah suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well).

2. Indikator Kualitas Pelayanan (Efektivitas)


Efektivitas yaitu proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir
kebijakan (spending wisely).

2.1.8 Manfaat Value For Money


Konsep value for money sangat penting bagi organisasi atau pemerintah yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat karena pemakaian konsep tersebut akan
memberikan manfaat.

Manfaat value for money menurut Renyowijoyo (2008:9), yaitu :

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik


2. Meningkatkan mutu pelayanan publik
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena efisiensi dan penghematan input
4. Alokasi belanja yang berorientasi pada kepentingan publik
5. Meningkatkan kesadaran atas penggunaan uang publik, demi akuntabilitas.

2.1.9 Pengukuran Value For Money

1. Pengukuran Ekonomi
Ekonomi merupakan perbandingan input value yang dinyatakan dalam
satuan moneter (Mardiasmo,2009). Pengukuran ekonomi hanya
mempertimbangkan masukan (input) yang digunakan. Kinerja pemerintah

17
daerah akan dikatakan ekonomis apabila dapat meminimalisir input resources
yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.

Menurut Mahmudi (2010:84), rumus untuk menghitung nilai ekonomis,


yaitu

Input
Ekonomis=
Input Value

Kriteria kinerja keuangan yang ekonomis menurut (Prasetyo, dkk, 2010:


110), berdasarkan metode penelitian kuantitatif antara lain :

a. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 90%-100% dapat


dikatakan sangat ekonomis.
b. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 80%-89,99% dapat
dikatakan ekonomis.
c. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 70%-79,99% dapat
dikatakan cukup ekonomis.
d. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 60%-69,99% dapat
dikatakan kurang ekonomis.
e. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase kurang dari 59,99%
dapat dikatakan tidak ekonomis.

2. Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan perbandingan antara output atau input yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2009).
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output
dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.

Cara perbaikan terhadap efisiensi adalah:

a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama,


b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
peningkatan input.
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

18
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.

Adapun rumus untuk menghitung nilai efisiensi, yaitu:

Output
Efisiensi= X 100 %
Input

Kriteria kinerja keuangan yang efisiensi menurut (Prasetyo, dkk, 2010:110),


berdasarkan metode penelitian kuantitatif antara lain :

a. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 90%-100% dapat


dikatakan sangat efisien
b. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 80%-89,99% dapat
dikatakan efisien.
c. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 70%-79,99% dapat
dikatakan cukup efisien.
d. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 60%-69,99% dapat
dikatakan kurang efisien.
e. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase kurang dari 59,99%
dapat dikatakan tidak efisien.

3. Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektifitas menggambarkan tingkat
pencapaian hasil program dengan target yang di tetapkan. Atau secara sederhana
efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output (Mardiasmo,
2009).

Adapun rumus untuk menghitung rasio efektivitas, yaitu:

Outcomes
Efektivitas= X 100 %
Output

Kriteria kinerja keuangan yang efektivitas menurut (Prasetyo, dkk,


2010:110), berdasarkan metode penelitian kuantitatif antara lain :

19
a. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 90%-100% dapat
dikatakan sangat efektif.
b. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 80%-89,99% dapat
dikatakan efektif.
c. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 70%-79,99% dapat
dikatakan cukup efektif.
d. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase 60%-69,99% dapat
dikatakan kurang efektif.
e. Kriteria kinerja keuangan dengan kisaran presentase kurang dari 59,99%
dapat dikatakan tidak efektif.

2.1.10 Definisi dan Tujuan Badan Layanan Umum (BLU)

Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di


lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Badan Layanan Umum (BLU) memiliki tujuan untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan
penerapan praktek bisnis yang sehat (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 23 Tahun 2005).

2.1.11 Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)


Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 69 ayat (7) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-
BLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menetapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada. masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur

20
dalam Peraturan Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan negara pada umumnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
23 Tahun 2005).

Dalam Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun


2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, telah diatur ketentuan-ketentuan
terkait pengelolaan keuangan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan dan Penganggaran Badan Layanan Umum (BLU)


Perencanaan dan Penganggaran Badan Layanan Umum (BLU) dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu
kepada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga atau Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

b. BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis


bisnis.

c. RBA disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya


menurut jenis layanannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat,
badan lain, dan APBN/APBD.

d. Perhitungan akuntansi biaya berdasarkan standar biaya yang ditetapkan


oleh pemimpin BLU.

e. Perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya paling kurang


menyajikan perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung.

f. Dalam hal BLU belum menyusun standar biaya, BLU menggunakan


standar biaya yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Dalam pengajuan penetapan RBA BLU dilakukan dengan ketentuan


sebagai berikut:

21
a. BLU mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga atau kepala
SKPD untuk memperoleh persetujuan sebagai bagian dari RKA-K/L atau
sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran SKPD.

b. RBA disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan standar


biaya.

c. RBA BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/Kepala


SKPD diajukan kepada Menteri Keuangan sebagai bagian RKA-K/L atau
kepada PPKD sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD.

d. Pagu Anggaran BLU dalam RKA-K/L atau Pagu Anggaran BLU dalam
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yang sumber dananya berasal
dari pendapatan BLU dan surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu
program, satu kegiatan, satu output, dan jenis belanja.

e. Menteri Keuangan atau Tim Anggaran Pemerintah Daerah sesuai dengan


kewenangannya melakukan telaah terhadap RBA sebagai bagian dari
mekanisme pengajuan dan penetapan APBN/APBD.

f. BLU menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar


penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA definitif.

Dalam penyusunan RBA BLU dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. RBA BLU digunakan sebagai acuan dalam menyusun dokumen
pelaksanaan anggaran BLU untuk diajukan kepada Menteri
Keuangan/PPKD sesuai dengan kewenangannya.

b. Dokumen pelaksanaan anggaran BLU paling sedikit mencakup seluruh


pendapatan dan belanja, proyeksi arus kas, serta jumlah dan kualitas jasa
dan/atau barang yang akan dihasilkan oleh BLU.

c. Menteri Keuangan/PPKT, sesuai dengan kewenangannya, mengesahkan


dokumen pelaksanaan anggaran BLU paling lambat tanggal 31 Desember
menjelang awal tahun anggaran.

22
d. Dalam hal dokumen pelaksanaan anggaran belum disahkan oleh Menteri
Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, BLU dapat melakukan
pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran
tahun lalu.

e. Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri


Keuangan/PPKD menjadi lampiran dari perjanjian kinerja yang
ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota,
sesuai dengan kewenangannya, dengan pimpinan BLU yang bersangkutan.

f. Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri


Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, menjadi dasar bagi
penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD oleh BLU.

2. Pendapatan dan Belanja


Pengelolaan pendapatan pada BLU dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan
sebagai pendapatan BLU.

b. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada


masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau
badan lain merupakan pendapatan operasional BLU.

c. Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan.

d. Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya
merupakan pendapatan bagi BLU.

e. Pendapatan yang diperoleh dari penerimaan anggaran yang bersumber dari


APBN/APBD, jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah tidak
terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain, dan hasil kerjasama
BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya dapat dikelola
langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai RBA.

f. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada


masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau
badan lain, pendapatan yang

23
Pengelolaan belanja pada BLU dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Belanja BLU terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya
yang dituangkan dalam RBA definitif.

b. Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan


kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran,
mengikuti praktek bisnis yang sehat.

c. Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam ambang batas sesuai


dengan yang ditetapkan dalam RBA.

d. Belanja BLU yang melampaui ambang batas fleksibilitas harus mendapat


persetujuan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota atas usulan
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya.

e. Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLU dapat mengajukan usulan


tambahan anggaran dari APBN/APBD kepada Menteri Keuangan/PPKD
melalui menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan
kewenangannya.

f. Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa kementerian


negara/lembaga/ SKPD/pemerintah daerah.

3. Pengelolaan Kas

a. Dalam rangka pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai


berikut:
1) merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas;

2) melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan;

3) menyimpan kas dan mengelola rekening bank;

4) melakukan pembayaran;

5) mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan

6) memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh


pendapatan tambahan.

24
b. Pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis yang sehat.
c. Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD dilakukan dengan
menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Rekening bank dalam rangka pengelolaan kas dibuka oleh pimpinan BLU
pada bank umum
e. Pemanfaatan surplus kas dilakukan sebagai investasi jangka pendek pada
instrumen keuangan dengan risiko rendah.

4. Pengelolaan Piutang
Pengelolaan piutang pada BLU dilakukan sebagai berikut:
a. BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang,
jasa, dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan kegiatan BLU.

b. Piutang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis,


transparan, dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah,
sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

c. Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang
berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.

d. Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang ditetapkan dengan


Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan
kewenangannya, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5. Pengelolaan Utang
Pengelolaan utang pada BLU dilakukan sebagai berikut:
a. BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional
dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain.

25
b. Utang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek bisnis yang
sehat.

c. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek


ditujukan hanya untuk belanja operasional.

d. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka


panjang ditujukan hanya untuk belanja modal.

e. Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara


berjenjang berdasarkan nilai pinjaman.

f. Kewenangan peminjaman diatur dengan Peraturan Menteri


Keuangan/gubernur/ bupati/walikota.

g. Pembayaran kembali utang merupakan tanggung jawab BLU.

h. Hak tagih atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun sejak
utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang.

6. Investasi

Pengelolaan investasi pada BLU dilakukan sebagai berikut:


a. BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas
persetujuan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

b. Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan


pendapatan BLU.

c. Investasi jangka panjang yang dimaksud antara lain adalah penyertaan


modal, pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang, atau investasi
langsung (pendirian perusahaan).

d. Jika BLU mendirikan/membeli badan usaha yang berbadan hukum,


kepemilikan badan usaha tersebut ada pada Menteri Keuangan/
gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

26
7. Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan
Pencatatan transaksi keuangan BLU dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib.

b. Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan


Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi
akuntansi Indonesia.

c. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, BLU dapat menerapkan


standar akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.

d. BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu


pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya dan
ditetapkan oleh menteri/pimpinanlembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.

Dalam pelaporan keuangan BLU dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. Laporan keuangan BLU setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi
anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan, disertai laporan mengenai kinerja.

b. Laporan realisasi anggaran/laporan operasional disesuaikan dengan


ketentuan pada standar akuntansi yang berlaku untuk BLU yang
bersangkutan.

c. Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLU


dikonsolidasikan dalam laporan keuangan.

d. Lembar muka laporan keuangan unit-unit usaha dimuat sebagai lampiran


laporan keuangan BLU.

e. Laporan keuangan BLU disampaikan secara berkala kepada


menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan

27
kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan
kementerian negara/lembaga/ SKPD/pemerintah daerah.

f. Laporan keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala


SKPD serta kepada Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai
dengan kewenangannya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode
pelaporan berakhir.

g. Laporan keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


laporan pertanggungjawaban keuangan kementerian
negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.

h. Penggabungan laporan keuangan BLU pada laporan keuangan


kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah dilakukan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

i. Laporan pertanggungjawaban keuangan BLU diaudit oleh pemeriksa


ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.12 Konsep Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah tempat yang didirikan dan diselenggarakan dengan
tujuan utama memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk acuhan
perawatan, tindakan medis dan diagnostik serta upaya rehabilitasi medis untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Pemenuhan kebutuhan untuk pasien ini tentu
didasarkan atas batas-batas kemampuan rumah sakit itu masing-masing.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Repubrik Indonesia


NO.340/MENKES/PER/III/2010/ adalah “Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat”. Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa “Rumah
sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang

28
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah


tempat yang memberikan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan
rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat
pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat
penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan . serta
untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang
dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah
sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

2. Fungsi Rumah Sakit

Permenkes RI No. 159b/MenKes/Per/1998 dalam Wijono, 1997, fungsi


rumah sakit yaitu :

a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik.


rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.

b. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan


paramedik.

c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang


kesehatan.

3. Jenis-Jenis Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


340/MENKES/PER/III/2010, klasifikasi rumah sakit dibedakan atas:

a. Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan


kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus

29
Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.

c. Rumah Sakit Publik

Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirbala.

d. Rumah Sakit Privat


Rumah Sakit Privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan provit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

4. Klasifikasi Rumah Sakit

Sedangkan klasifikasi rumah sakit menurut No. 340 tahun 2010 Bab II,
dibagi menjadi 4 macam yaitu:

a. Berdasarkan Kemampuan Pelayanan, yaitu:


1) Kelas A

Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik


luas dan sub spesialistik luas.

2) Kelas BI
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
sekurang-kurangnya 11 jenis spesialis.
3) Kelas B II
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
luas dan sub spesialitik terbatas
4) Kelas C
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-
kurangnya 4 dasar lengkap.
5) Kelas D
Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar
lengkap.
b. Berdasarkan Kepemilikan

30
Rumah Sakit di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu rumah sakit
pemerintah dan swasta. Rumah sakit pemerintah dijalankan oleh
Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI dan Badan Umum
Milik Negara. Sedangkan Rumah Sakit Swasta dijalankan oleh Yayasan
dan Badan Hukum lain yang terkait.

c. Berdasarkan Fungsi Rumah Sakit

1) Institusi pelayanan Sosial Masyarakat (IPSM) merupakan lembaga non


profit dan keuntungan IPSM harus ditanamkan kembali pada Rumah
Sakit.

2) Non Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat (Non IPSM) merupakan


lembaga non profit dan keuntungan dapat digunakan oleh para pemilik
Rumah Sakit (biasanya diselenggarakan oleh swasta).

d. Berdasarkan Segi Pemasaran

1) Volume, Rumah Sakit tipe ini mengutamakan pelayanan (jumlah


pasien) yang sebanyak-banyaknya.
2) Diferensiasi, Rumah sakit tipe ini mengutamakan spesialisasi -apabila
perlu sub spesialisasi. Rumah sakit ini dituntut untuk mempunyai
cukup banyak sarana yang menunjang masing-masing spesialisasi
tersebut.
3) Fokus, Rumah Sakit tipe ini adalah rumah Sakit yang berkonsentrasi
pada spesialisasi tertentu, khusus kanker, khusus mata dan sebagainya.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan jurnal publikasi tahun 2012-2018, maka data hasil penelitian sebelumnya
dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan proposal penelitian ini. Jurnal penelitian
tersebut antara lain:

Ringkasan Jurnal Penelitian Terdahulu

31
Judul dan Nama Tahun
No Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
1. Judul: 2012 Dapat disimpulkan bahwa kinerja RSUD Kabupaten
Penilaian Kinerja Buleleng berdasarkan metode balanced scorecard secara umum
RSUD Kabupaten adalah baik karena tiga dari empat perspektif menunjukkan
Buleleng Dengan kinerja baik. Perspektif kepuasan pelanggan memiliki nilai
Perspektif Balanced rata-rata IKP yang berada pada kriteria tidak baik, hal itu
Scorecard berarti pelanggan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang
diberikan oleh pihak RSUD.
Penulis: 4) Perspektif keuangan menunjukkan kinerja baik karena
Ni Putu Ika Parianti tahun 2009 dan 2010 keuangan RSUD Kabupaten
dan Putu Sudana Buleleng sudah efektif dan ekonomis walaupun belum
efisien, namun pada tahun 2011 terlihat keuangannya
sudah efektif, ekonomis dan efisien.

5) Perspektif proses bisnis internal menunjukkan kinerja baik


dengan tercapainya empat dari enam indikator yang telah
ditetapkan oleh kementrian kesehatan yaitu BOR, LOS,
TOI dan NDR walaupun indikator BTO dan GDR berada
di atas nilai idealnya.

6) Dan yang terakhir perspektif pembelajaran dan


pertumbuhan menunjukkan kinerja yang baik dibuktikan
dengan nilai rata rata IKK yang berada pada kriteria baik,
itu berarti karyawan merasa puas bekerja di RSUD
Kabupaten Buleleng.

2. Judul: 2013 Program layanan kesehatan gratis sudah menerapkan


Anallisis Kinerja prinsip ekonomis dimana prog-ram layanan kesehatan gratis
Pelayanan Rumah ini sudah me-nerapkan Standar Pelayanan Minimum. Akan
Sakit Umum Daerah tetapi, dalam perhitungan anggaran memper-lihatkan bahwa
Ulin Banjarmasin program layanan kesehatan gratis ini tidak ekonomis. Namun
Dengan Konsep Value untuk program obat-obatan askes sudah menerapkan prinsip
For Money. ekonomis ditinjau dari penggunaan anggarannya.

32
Nama Penulis: Hasil pengukuran efisiensi pada prog-ram layanan
Wahyu Sapto Rini dan kesehatan gratis dan obat-obatan gratis sudah menunjukkan
Rizky Caesariza hasil yang baik. Nilai efisiensi dalam konsep value for money
tidak semata-mata melihat dari sisi peng-hematan anggaran,
tetapi juga melihat dari sisi output yang dihasilkan.

Untuk pengukuran nilai efektivitas, hanya program


jamkesmas yang sudah ber-jalan dengan efektif. Untuk
program jamkesda berjalan dengan cukup efektif, dan untuk
program jamkesprov dan obat-obatan askes menunjukkan hasil
yang kurang efektif. Arti-nya program ini masih belum bisa
memuaskan masyarakat secara maksimal.
3. Judul: 2014 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
Pengukuran Kinerja dijelaskan, penulis menyimpulkan bahwa pengukuran kinerja
Keuangan Melalui keuangan menggunakan pendekatan Value For Money pada
Pendekatan Value For Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang telah sesuai
Money Pada Badan dengan Value For Money
Lingkungan Hidup
Kota Tanjungpinang.

Nama Penulis:
Laode Kadafi
4. Judul: 2014 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Dinas
Analisis Kinerja Sosial Kabupaten Bintan dengan Konsep Value For Money,
Keuangan Pada sehingga dapat disimpulkan :
Kegiatan Dinas Sosial 1. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag Keuangan
Kabupaten Bintan dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan didapati bahwa
Dengan Menggunakan kinerja Dinas Sosial Kabupaten Bintan telah
Konsep Value For melaksanakan kinerjanya secara ekonomis sesuai dengan
Money Standar Pelayanan Minimum Dinas Sosial Kabupaten
Bintan.
Nama Penulis:
2. Pengukuran nilai efesiensi pada seluruh program Dinas
Wiryawan Wira
Sosial Kabupaten Bintan menunjukkan hasil yang sangat

33
efisien atau sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
output yang telah diteliti oleh penulis, dimana Dinas
Sosial Kabupaten Bintan mampu menghasilkan output
yang maksimal dengan input yang minimal.

3. Hasil pengukuran efektivitas menunjukkan Dinas Sosial


Kabupaten Bintan belum mencapai hasil yang maksimal.
Ini terbukti dengan hasil penelitian kepada 4 (empat)
program Dinas Sosial Kabupaten Bintan yang langsung
dirasakan oleh masyarakat sebagai penerima manfaat.

5. Judul: 2014 Hasil penelitian dalam pengukuran kinerja Pemerintah


Daerah Kabupaten Lamongan berdasarkan konsep value for
Pengukuran Kinerja money diperoleh bahwa rasio ekonomis dari tahun 2009-2013
Pemerintah Daerah cenderung tidak ekonomis karena menghasilkan rasio lebih
Kabupaten Lamongan dari 100%. Hal ini berarti pemerintah kurang sukses dalam
Berdasarkan Konsep mengendalikan biaya-biaya yang dikeluarkan karena biaya
Value For Money yang dikeluarkan lebih besar pada realisasinya daripada yang
telah dianggarkan. Tetapi, pemerintah telah berusaha dalam
Penulis: pencapaian kinerja yang ekonomis. Hal ini ditunjukkan dari
Alayyal Khikmah perkembangan rasio ekonomis yang selalu meningkat dari
tahun ke tahun selama periode 2009-2013.

Apabila dilihat dari segi efisiensinya, maka kinerja


Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan cukup efisien karena
rasio memperlihatkan hasil kurang dari 100%. Artinya,
pemerintah mampu mengelola keuangan daerah dengan
menggunakan sumber daya dengan tingkat tertentu untuk dapat
mencapai output yang optimum.

Dan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan


efektif jika dilihat dari rasio efektivitas yang dihasilkan dari
tahun 2009-2013. Di mana selama periode 5 tahun tersebut,
perhitungan rasio menunjukkan hasil lebih dari 100%, yang

34
artinya bahwa pemerintah dalam menentukan target
penerimaan telah sukses, dibuktikan dengan pemerolehan
realisasi pendapatan yang lebih besar daripada anggaran
pendapatannya.
6. Judul: 2017 Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Laporan Kinerja
Konsep Value For Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya
Money Dalam ditinjau dari segi ekonomi dapat dikatakan ekonomis terlihat
Mengukur Kinerja dari kegiatan penyediaan barang dan jasa perkantoran dimana
Pelayanan Sektor dana anggaran yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
Publik. tersebut sebesar 91,6%. Segi efisien dapat dikatakan efisien
dilihat dari kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak
Penulis: daerah yang menghasilkan jumlah dokumen hasil pendataan
Risa Dwi Agustin dan penetapan wajib pajak daerah mencapai 100% dengan
mengunakan anggaran 86,45% dari anggaran yang tersedia.
Segi efektivitas dapat dilihat dari tercapainya pajak daerah
yang dihasilkan sebesar 102,22%. Sehingga outcome melebihi
100% dan dapat dikatakan efektif. Dengan demikian
diharapkan sasaran program kegiatan dapat mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
7. Jurnal: 2017 Berdasarkan hasil penelitian mengenai kinerja kegiatan
Analisis Kinerja fisik Pekerjaan Irigasi Donggala Kodi dapat ditarik beberapa
Berbasis Konsep kesimpulan sebagai berikut:
Value For Money 1. Ditinjau dari rasio ekonomi, Kegiatan Fisik Pekerjaan
Pada Kegiatan Fisik Irigasi Donggala Kodi tahun 2014 telah mampu
Pekerjaan Irigasi menjalankan pekerjaan secara ekonomis.
Donggala Kodi (Studi
di Dinas Pekerjaan 2. Ditinjau dari rasio efisiensi, Kegiatan Fisik Pekerjaan
Umum Kota Palu) Irigasi Donggala Kodi tahun 2014 telah mampu
menjalankan secara efisiensi.
Penulis:
Dwi Purwiyanti 3. Ditinjau dari rasio efektivitas, Kegiatan Fisik Pekerjaan
Irigasi Donggala Kodi tahun 2014 telah menjalankan
keseluruhan pekerjaannya dengan efektivitas.

35
8. Jurnal: 2018 Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab
Analisis Pengukuran sebelumnya tentang penerapan konsep value for money pada
Kinerja Dengan Pemerintah Kota Lhokseumawe, maka dapat disimpulkan
Menggunakan Konsep bahwa Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Dae-rah
Value For Money (DPKAD) Kota Lhokseumawe dapat menerapkan value for
Pada Pemerintah Kota money sebagai konsep pengukuran kinerjanya, karena dengan
Lhokseumawe (Studi konsep val-ue for money pemerintah dapat mengukur kinerja
Kasus Pada DPKAD organisasi dengan lebih komprehensif, sehingga pemerintah
Kota Lhokseumawe dapat meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang.
Periode 2014-2016.
Penerapan konsep value for money melalui tiga elemen,
Penulis: yaitu :
Indrayani Khairunisa 1. Rasio ekonomis pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Kota Lhokseumawe menunjukkan
kinerja pemerintah daerah pada tahun 2014-2016 bernilai
86,54%, 82,64%, 71,43%, menunjukkan bahwa rasio ini
bernilai ekonomis. Sehingga untuk indikator rasio
ekonomis Pemerintah Kota Lhokseumawe sudah
mencapai kinerja yang baik, karena dari tahun 2014-2016
(periode pengamatan), telah berhasil mengelola
penggunaan anggaran belanja dengan baik.

2. Rasio efisiensi kinerja Pemerintah Kota Lhokseumawe


cukup baik. Dimana pada tahun 2014 nilai rasio efisiensi
yang di peroleh senilai 94,69% dan pada tahun 2015 naik
menjadi 105,17% dan turun menjadi 97,95% pada tahun
2016, meskipun pada tahun 2015 menunjukkan rasio yang
kurang efisien. Namun secara keseluruhan kinerja
Pemerintah Kota Lhokseumawe telah efisien, yang berarti
bahwa pemerintah mampu menggunakan sumber daya
yang diperlukan dengan mini-mum untuk mencapai target
yang maksimum. Karena, suatu organisasi akan di katakan
efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 100% atau

36
semakin kecil rasio yang diperoleh, maka kinerjanya
semakin efisien.

3. Rasio efektifitas pada Pemerintah Kota Lhokseumawe


periode 2014-2016 dengan nilai rasio 96,53%, 86,65%,
76,98% rasio efektifitas yang bernilai <100%
menunjukkan bahwa kinerja pemerintah Kota
Lhokseumawe pada tahun tersebut dinilai tidak efektif.

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL (MODEL PENELITIAN)

3.1 Kerangka Konseptual (Model Penelitian)

37
Uma Sekaran dalam bukunya Business Reseach, 1992 dalam (Sugiyono, 2010),
mengemukan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masala
penting. Adapun kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini, yaitu:

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN


VALUE FOR MONEY

EKONOMI EFISIENSI EFEKTIVITAS

INPUT AKTIVITAS OUTPUT OUTCOME

KINERJA RUMAH SAKIT

Gambar 3.1. Kerangka Pikir

Dari kerangka pemikiran diatas, dijelaskan bahwa pengukuran kinerja dengan


pendekatan Value For Money berdasarkan 3 (tiga) elemen yaitu, ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. Value For Money juga menjelaskan hubungan yang sangat erat antara sumber
daya dan manfaat ataupun hasil yang disampaikan melalui proses yang mengubah input
melalui aktivitas kegiatan menjadi output yang diperlukan untuk memicul hasil (outcome)
yang baik (Mardiasmo:2006). Dari ketiga elemen Value For Money, maka dapat

38
mengetahui apakah kinerja keuangan rumah sakit dalam 3 tahun (2017, 2018, dan 2019)
meningkat, berfluktuasi, atau menurun.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

39
Ruang lingkup penelitian ini tentang Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui
Pendekatan Value For Money Pada Badan Layanan Umum Daerah RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin (Periode 2017-2019).

4.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan


kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui keberadaan
variabel mandiri, baik hanya pada saat variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri
atau variabel bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari
hubungan dengan variabel lain (Sugiyono, 2017).

4.3 Tempat/ Lokasi Penelitian


Tempat atau lokasi penelitian ini adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Mochammad Ansari Saleh Banjarmasin. Terletak di Jl. Brigjend H. Hasan Basri No. 1,
Alalak Utara, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70125.

4.4 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini yaitu Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin untuk tahun 2017,
2018 dan 2019, serta pernyataan dari narasumber yang dianggap kompeten dalam
memberikan informasi mengenai Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.

4.5 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyo, 2017:443). Oleh karena itu,
populasi dalam penelitian ini adalah 70 pasien yang menjalani rawat inap dan rawat jalan
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin periode 2017-
2019.

Menurut Sugiyo (2017:443), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu

40
mengambil suatu sampel yang telah ditentukan sebelumnya dengan beberapa kriteria
berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Untuk jumlah sampel pasien Rumah Sakit,
ditentukan menggunakan rumus slovin, yaitu:

N
n=
1+ N (e) ²

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = populasi

e = toleransi error (7%)

Perhitungan:

n= N

1 + N (e)²

= 70

1 + 70 (7%)²

= 70

1,343

= 52,1221146687 = 53 sampel

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah kuisioner yang akan disebarkan


kepada para pasien Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin sebanyak 53.

4.6 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

41
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyoni, 2017:68).

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ekonomi

Konsep ekonomi sering dikaitkan dengan konsep biaya. Ekonomi berarti sejauh
mana instansi pemerintah daerah dapat mengelola input sumber daya yang ada agar
dapat terlaksananya penghematan dan menghindari pengeluaran yang berlebihan
dalam memperoleh input sumber daya tersebut. Nilai ekonomi dapat diukur dengan
membandingkan antara input sumber daya dengan anggaran dalam perolehan input
sumber daya.

Menurut Mahmudi (2010:84) rumus untuk menghitung nilai ekonomis, yaitu

Input
Ekonomis=
Input Value

Keterangan:

Input : Realisasi Anggaran

Input Value : Anggaran

Tabel 4.6.1: Kriteria Kinerja Keuangan yang Ekonomis

Presentase Kriteria Ekonomis


90%-100% Sangat Ekonomis
80%-89,99% Ekonomis
70%-79,99% Cukup Ekonomis
60%-69,99% Kurang Ekonomis
Kurang dari 59,99% Tidak Ekonomis

42
Sumber : Data yang diolah penulis berdasarkan Metode Penelitian Kuantitatif
(Prasetyo, dkk, 2010:110).

2. Efisiensi

Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa yang
dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu. Atau dengan kata
lain efisiensi merupakan perbandingan output/ input yang dikaitkan dengan standar
kinerja atau target yang telah ditetapkan (Bastian, 2006:77). Suatu instansi pemerintah
daerah dapat dikatakan efisien apabila pencapaian dari suatu output kegiatan,
program, dan kebijakan telah maksimal dijalankan dengan menggunakan input
sumber daya kegiatan, program, dan aturan tertentu. Sebaliknya, efisiensi juga dapat
dinilai dari input sumber daya kegiatan dan program terendah yang digunakan untuk
mencapai output dari kegiatan, program, aturan tertentu.

Adapun rumus untuk menghitung nilai efisiensi, yaitu:

Output
Efisiensi= X 100 %
Input

Keterangan:

Output : Hasil pencapaian dari kegiatan dan program

Input : Realisasi Anggaran

Tabel 4.6.2: Kriteria Kinerja Keuangan yang Efisiensi

Presentase Kriteria Efisiensi


90%-100% Sangat Efisien
80%-89,99% Efisien
70%-79,99% Cukup Efisien
60%-69,99% Kurang Efisien
Kurang dari 59,99% Tidak Efisien
Sumber : Data yang diolah penulis berdasarkan Metode Penelitian Kuantitatif
(Prasetyo, dkk, 2010:110).

3. Efektivitas

43
Efektivitas berarti ukuran pencapaian dari keberhasilan yang diterima organisasi
terhadap kinerja yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila instansi
pemerintah dalam menjalankan kegiatan program, dan aturan yang sudah
direncanakan berhasil mencapai tujuannya, maka kinerja instansi pemerintah tersebut
dikatakan telah berjalan dengan efektif. Efektivitas dapat diukur dengan cara
membandingkan antara outcomes dan input.

Outcomes merupakan dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dari suatu kegiatan
tertentu, sedangkan ouput merupakan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan, program,
dan aturan. Dalam penerapannya, outcomes diketahui berdasarkan penilaian dari
masyarakat terhadap kegiatan dan program yang dijalankan oleh instansi pemerintah.
Sedangkan output dapat diketahui dari kegiatan, program, dan aturan yang telah
direalisasikan kepada kemasyarakat, kemudian diberi penilaian oleh pemerintah
terhadap penerapan kegiatan, program, dan aturan tersebut. Hal yang perlu diingat,
bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai suatu tujuan.

Adapun rumus untuk menghitung rasio efektivitas, yaitu:

Outcomes
Efektivtas= X 100 %
Output

Keterangan:

Outcomes : Dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan

Output : Hasil yang dicapai dari kegiatan, program, dan aturan

Tabel 4.6.3: Kriteria Kinerja Keuangan yang Efektivitas

Presentase Kriteria Efektivitas


90%-100% Sangat Efektif
80%-89,99% Efektif
70%-79,99% Cukup Efektif
60%-69,99% Kurang Efektif
Kurang dari 59,99% Tidak Efektif

44
Sumber : Data yang diolah penulis berdasarkan Metode Penelitian Kuantitatif
(Prasetyo, dkk, 2010:110).

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik
wawancara dan menyebarkan kuisioner. Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab
kepada pihak pengelola keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin untuk mengetahui dan memperoleh data laporan realisasi anggaran
dan belanja rumah sakit periode 2017-2019. Kuisioner berisikan beberapa pertanyaan
yang diajukan penulis untuk dijawab oleh pihak-pihak yang diberi angket (kuesioner)
tersebut. Sehingga hasil kuesioner akan menjadi dasar pengukuran rasio efektivitas.

4.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau data lain
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusuan masalah dan melakukan perhitungan untuk hipotesis yang telah
diajukan (Sugiyono, 2016:147). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif kuantitatif (Descriptive Kuantitative Analysis Method). Setelah data
terkumpul, selanjutnya data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil
perhitungan atau pengukuran dapat diproses berbagai cara yaitu dengan diklasifikasikan
dan dianalisis.

Pengujian instrumen penelitian melalui uji validitas dan realibilitas merupakan syarat
yang harus dilakukan dalam penelitian kuantitatif yang bersumber dari data primer
menggunakan alat ukur kuisioner (Sugiyono, 2017:198-199). Menurut Sugiyono,
2017:200) menambahkan bahwa instrument penelitian yang baik adalah alat ukur yang
digunakan telah “Valid”, yaitu mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan) dan
“Reliabel”, dimana alat ukur yang digunakan dapat menghasilkan data yang sama
(konsisten).

Adapun dalam penelitian ini menggunakan pengujian, antara lain:

45
4.8.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2017:198) validitas merupakan derajat ketetapan antara data
yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
penelitian. Dengan demikian, data yang valid adalah data “yang tidak berbeda”
antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek penelitian.

Menurut Imam Ghozali (2018:51) menguji uji validitas digunakan untuk


mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner sebagai
instrumen penelitian dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut.

Uji validitas dalam penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk analisis item
kuisioner, yaitu mengkolerasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item
tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut.

Adapun uji validitas yang gunakan dalam penelitian ini, dikemukakan oleh
Sugiyono (2017:215) adalah sebagai berikut:

1. Jika koefisien korelasi r > 0,30, maka item tersebut dinyatakan valid
2. Jika koefisien korelasi r < 0,30, maka item tersebut dinyatakan tidak valid.

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah product moment dari
Karl Pearson, yaitu:

r N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
xy=¿ ¿
√ ¿ ¿¿

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah subjek

∑x : Jumlah skor item/nilai tiap item

∑y : Jumlah skor total/nilai total item

46
∑xy : Jumlah hasil antar skop tiap item dengan skor total

∑x2 : Jumlah kudrat skor item

∑y2 : Jumlah kudrat skor total

4.8.2 Uji Reliabilitas

Menurut Imam Ghozali (2018:45) uji realibilitas adalah alat untuk mengukur
suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau konsisten jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas
digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable dan
digunakan untuk mengukur berkali-kali untuk menghasilkan data yang sama atau
konsisten (Sugiyono, 2017:199).

Dalam penelitian ini, Pengujian reliabilitas menggunakan program SPSS


(Statistical Product and Service Solution) dengan fasilitas Cronbach Alpha (α).
Adapun dasar dalam pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas (Ghozali, 2011),
yaitu:

1. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60, maka kuesioner atau angket dinyatakan
reliable atau konsisten.
2. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60, maka kuesioner atau angket dinyatakan
tidak reliable atau konsisten.

Uji reliabilitas dapat menggunakan rumus alpha Cronbach, sebagai berikut:

r
( k−1k )(1− ∑σ
σ3
11=¿
1
2
2

) ¿

Keterangan :

r11 : Reliabilitas Instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan

∑b2 :
Jumlah varians butir

σ2t : Varians total

47
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mahsun, Moh. 2007. Akutansi Sektor Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitisn Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT. Alfabet.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta, CV

Suyadi Prawirosentono. 1999. Manajemen sumber Daya Manusia (Kebijakan Kinerja


Karyawan), Kiat membangun Organisasi Kompetitif menjelang Perdagangan Bebas Dunia.
Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.

Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

48
Mahmudi, 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM Y
KPN.

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Erlangga

Mahmudi, 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Kedua. UPP STIM Y KPN.
Yogyakarta.

Moeheriono. 2010. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Penerbit Ghalia.

Setyawati, Nanik, dan Muhammad Rohmadi. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa


Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mardiasmo, 2009. Akuntabilitas Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Kaplan, S Robert, dan David, P. Norton, 1996. The Balance Scorecard Translating Strategy
Into Action. Edisi satu. United States of America: Harvard Business School Press, Boston.

Muindro Renyowijoyo, 2008. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Prasetyo, Bambang dan Lina M.J., 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam, 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992.


Menurut Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NO.340/MENKES/PER/III/2010/ Tentang Rumah Sakit.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004


Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia RI No. 159b/MenKes/Per/1998


Tentang Fungsi Rumah Sakit.

49
Rini, Wahyu Sapto dan Rizky Caesariza., 2013. Anallisis Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Ulin Banjarmasin Dengan Konsep Value For Money. Jurnal Akuntansi.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Banjarmasin.

Wira, Wiryawan. Analisis Kinerja Keuangan Pada Dinas Sosial Kabupaten Bintan Dengan
Menggunakan Konsep Value For Money. Jurnal Akuntansi. Universitas Maritim Raja Ali
Haji, Tanjungpinang.

Kadafi, Laode. Pengukuran Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money Pada
Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang. Jurnal Akuntansi. Universitas Maritim Raja
Ali Haji, Tanjungpinang.

Khairunisa, Indrayani, 2018. Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Konsep


Value For Money Pada Pemerintah Kota Lhokseumawe (Studi Kasus Pada DPKAD Kota
Lhokseumawe Periode 2014-2016). Jurnal Akuntansi. Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe.

Parianti, Ni Putu Ika dan Putu Sudana , 2012. Penilaian Kinerja RSUD Kabupaten Buleleng
Dengan Perspektif Balanced Scorecard. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana(Unud), Bali.

Khikmah, Alayyal, 2014. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan


Berdasarkan Konsep Value For Money. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Surabaya,
Surabaya.

Agustin dan Risa Dwi, 2017. Konsep Value For Money Dalam Mengukur Kinerja Pelayanan
Sektor Publik. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomu Indonesia
(STIESIA), Surabaya.

Mardiasmo, 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi


Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Naim, Nasril, 2013. Penerapan Konsep Value For Money Dalam Menilai Kinerja Pelayanan
Sektor Publik Pada Rumah Sakit Labuang Baji Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Gare, Melchior Eugenndori, 2017. Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan


Value For Money (Studi Kasus Klinik Adhiwarga Perkumpulan Keluarga Berencana

50
Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.

Harja, Winda Ayu Tyas Saraswati, 2019. Analisis Kinerja Badan Layanan Umum Daerah
(Studi Kasus di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)Kutoarja). Skrpsi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.

https://qmc.binus.ac.id/2014/11/01/u-j-i-v-a-l-i-d-i-t-a-s-d-a-n-u-j-i-r-e-l-i-a-b-i-l-i-t-a-s/ (Uji
Validitas dan Uji Reliabilitas) Diakses Tanggal 16 April 2020.

https://palembang.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/08/TH_BLUD_revisi.pdf Diakses
Tanggal 15 April 2020.

http://eprints.umm.ac.id/31838/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-lamonhadan-21730-BAB%2BI.pdf
Diakses Tanggal 02 April 2020.

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2005/23TAHUN2005PP.htm (PP RI No. 23 Tahun 2005


Tentang Pengelolaan Keuangan BLU) Diakses Tanggal 15 April 2020.

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2012/74TAHUN2012PP.htm (PP RI No. 74 Tahun 2012


Tentang Perubahan Atas PP No. 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan BLU)
Diakses Tanggal 15 April 2020.

https://www.bpk.go.id/ (Undang-Undang Republik indonesia nomor 17 tahun 2003 Tentang


Keuangan Negara) Diakses 3 April 2020.

51
52

Anda mungkin juga menyukai