Anda di halaman 1dari 7

“Untuk Kalangan Sendiri” 1

Hand OuT

PENGARUH BERMAIN
PADA TUMBUH KEMBANG ANAK

By :
Alwin Widhiyanto

STIKes hafshawaty pesantren zainul hasan


GENGGONG – PROBOLINGGO

PENGARUH BERMAIN
PADA TUMBUH KEMBANG ANAK

Pengaruh Bermain dalam Tum-Bang Anak


“Untuk Kalangan Sendiri” 2

A. DEFINISI BERMAIN
 Brennan, 1994, Bermain merupakan aktivitas yang dapat dilakukan
anak sebagai upaya stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dan
bermain pada anak di rumah sakit menjadi media bagi anak untuk
mengekpresikan perasaan, relaksasi dan distraksi perasaan yang tidak
nyaman selama perawatan, dengan demikian kegiatan bermain harus
menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan anak di rumah sakit.
 Champbell dan Glaser, 1995, Bermain sama dengan anak bekerja.
Dalam bermain anak melakukannya secara berkesinambungan, komplek,
menurunkan ketegangan dalam proses kehidupan, komunikasi dan
meningkatkan hubungan dengan orang / teman lain.
 Wong, 2000 bermain merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial, yang berguna sebagai media untuk
belajar berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta
suara.

B. KLASIFIKASI BERMAIN
1. Sosial Affectife Play / bermain afektif sosial
Permainan yang menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan
dengan orang lain, misalnya orang tua memeluk anaknya sambil berbicara atau
bersenandung kemudian anak memberikan respon seperti tersenyum, tertawa,
bergembira. Sifat dari bermain ini adalah orang lain berperan aktif dan anak
hanya berespon terhadap stimulus sehingga akan memberikan kesenangan,
kegembiraan dan kepuasan bagi anak.
2. Sense Pleasure Play / bermain bersenang-senang
Model bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui satu objek
atau objek yang ada di lingkungannya sehingga anak merasa senang dan
bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain, misalnya bermain boneka,
binatang-binatangan, mobil-mobilan, dll.
3. Skill Play / bermain keterampilan
Bermain ini dilakukan dengan menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreasi dan terampil dalam
beberapa hal. Permainan ini bersifat aktif, dimana anak selalu ingin mencoba
kemampuan keterampilan tertentu dan dilakukannya secara berulang-ulang,
misalnya bermain bongkar pasang, latihan memakai baju, dll.
4. Unoccupied behavior
Dalam permainan ini anak tidak bermain melainkan berkonsentrasi terhadap
kejadian-kejadian yang terjadi yang menarik bagi anak, misalnya anak melamun,
memainkan pakaian atau objek lain, berjalan tanpa tujuan. Peran ini berbeda
dengan pengamatan/onlooker yang secara aktif memperhatikan aktivitas orang
lain.
5. Dramatic play / bermain drama / bermain pura-pura

Pengaruh Bermain dalam Tum-Bang Anak


“Untuk Kalangan Sendiri” 3

Model bermain ini dilakukan anak dengan mencoba berpura-pura dalam


berperilaku dan anak akan berfantasi menjalankan peran tertentu, misalnya
menjadi ayah/ibu, guru, polisi, dokter, dll. Sifat permainan ini adalah anak
dituntut aktif dalam memerankan sesuatu dan dilakukan jika anak sudah bisa
berkomunikasi serta mengenal lingkungan social.
6. Game / Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara bersama-sama dan sendiri dengan
menggunakan beberapa peraturan dalam permainannya.
7. Bermain Menyelidiki
Model bermain ini dilakukan dengan memberikan sentuhan pada anak untuk
berperan dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa alat permainan, misalnya
mengocok untuk mengetahui isi suatu benda. Permainan ini bersifat aktif, dan
harus selalu diberikan stimulus dari orang lain agar dapat digunakan untuk
mengembangkan kecerdasan anak.
8. Bermain Konstruksi / membangun
Model bermain ini bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar
menjadi sebuah konstruksi atau bangunan yang benar, misalnya menyusun balok.
Permainan ini bersifat aktif, dimana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas
yang ada dalam permainan dan mampu membangun kecerdasan anak.

Menurut karakteristik sosial, bermain terdiri dari :


a. Onlooker Play / pengamatan
Model bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh anak lain yang
sedang bermain, tetapi tidak ikut bermain. Permainan ini bersifat pasif, namun anak
mempunyai kesenangan atau kepuasan sendiri dengan hanya melihat.
b. Solitary Play / mandiri / tunggal
Model bermain ini merupakan bermain yang hanya dilakukan sendiri dan
hanya berpusat pada permainannya tanpa mempedulikan orang lain.
Permainan ini bersifat aktif dan stimulus kurang namun dapat membantu
anak untuk menciptakan kemandirian.
c. Parallel Play
Model bermain ini adalah bermain sendiri di tengah-tengah anak lain yang
sedang melakukan permainan yang berbeda atau anak tidak ikut bergabung
dengan permainan. Permainan ini bersifat aktif secara mandiri.
d. Associative Play
Merupakan bermain bersama dengan tidak terikat pada peraturan yang ada,
semuanya bermain tanpa mempedulikan teman yang lain dalam sebuah aturan
main. Bermain ini akan menumbuhkan kreativitas anak karena adanya
stimulasi dari anak lain, namun belum dilatih untuk mengikuti peraturan
dalam kelompok.
e. Cooperative Play
Model bermain ini merupakan bermain bersama-sama dengan adanya aturan
yang jelas, sehingga terbentuk perasaan kebersamaan dan terbentuk
hubungan pemimpin dan pengikut. Permainan ini bersifat aktif, dimana anak
akan selalu menumbuhkan kreativitasnya . selain itu, jenis bermain ini juga
dapat melatih anak pada peraturan kelompok sehingga anak dituntut selalu
mengikuti peraturan.

Pengaruh Bermain dalam Tum-Bang Anak


“Untuk Kalangan Sendiri” 4

C. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorimotorik
merupakan komponen utama dalam bermain untuk semua usia dan merupakan
bentuk bermain yang paling utama bagi bayi, karena :
 Memperbaiki keterampilam motorik kasar dan halus serta
koordinasi
 Meningkatkan perkembangan semua indra
 Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
 Memberikan pelampisaan kelebihan energi
2. Perkembangan Intelektual/kognitif
Dalam bermain anak akan dirangsang dalam bahasanya, kemampuan mengenal
objek permainan, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, belajar
mengenal warna, bentuk, ukuran dan berbagai manfaat dari benda yang
digunakan untuk bermain. Fungsi bermain akan meningkatkan perkembangan
kognitif selanjutnya.
3. Perkembangan sosialisasi
Dalam sebuah permainan anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran
orang lain atau teman dengan dunia yang sama sehingga diharapkan anak mampu
melakukan sosialisasi dengan teman sebaya dan orang lain.
4. Perkembangan Kreativitas
Sebuah permainan menuntut anak untuk belajar menciptakan sesuatu dari
permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek permainan sehingga anak
lebih kreatif, misalnya main bongkar pasang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Dalam bermain, anak mulai belajar mengatur perilaku serta membandingkan
dengan perilaku orang lain, mampu mengeksplorasi tubuh dan merasakan dirinya
sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan.
6. Mempunyai Nilai Therapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stress dan ketegangan dapat dikurangi atau bahkan dihindari karena bermain
dapat menghibur anak terhadap dunianya.
7. Perkembangan Nilai Moral
Dalam sebuah permainan terkadang terdapat sebuah peraturan yang harus
diikuti dan tidak boleh dilanggar oleh pengikut permainan sehingga anak sudah
harus mulai belajar benar dan salah.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN


1. Tahap Perkembangan
2. Status Kesehatan
3. Jenis Kelamin
4. Lingkungan
5. Alat Permainan

Pengaruh Bermain dalam Tum-Bang Anak


“Untuk Kalangan Sendiri” 5

BERMAIN SELAMA HOSPITALISASI

TUJUAN BERMAIN DI RUMAH SAKIT


Tujuan bermain di Rumah sakit bagi anak :
1. Melanjutkan tumbuh kembang anak selama hospitalisasi sehingga
kelangsungan tumbuh kembang dapat berjalan
2. Mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena penyakit atau dirawat
di rumah sakit.

FUNGSI BERMAIN DI RUMAH SAKIT


1. Sebagai fasilitas penguasaan situasi yang tidak familiar
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
3. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan mempelajari bagian-bagian tubuh, fungsi dan
penyakit
5. Memperbaiki konsep yang salah tentang prosedur medis dan tujuan
peralatan
6. Memberi distraksi dan relaksasi
7. Membantu anak aman dari lingkungan yang asing
8. Mengurangi tekanan untuk mengekspresikan perasaan
9. Berinteraksi dan mengembangkan sikap yang positif pada orang lain
10. Mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Mencapai tujuan-tujuan therapeutik

PRINSIP-PRINSIP BERMAIN DI RUMAH SAKIT


a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Memperhatikan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur sama
d. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
e. Melibatkan keluarga atau orang lain

Pengaruh Bermain dalam Tum-Bang Anak


“Untuk Kalangan Sendiri” 6

USAHA – USAHA PERAWAT


DALAM MENERAPKAN BERMAIN
BAGI ANAK SELAMA HOSPITALISASI

Dalam melaksanakan aktifitas di rumah Sakit, beberapa hal yang perlu


diperhatikan adalah :
a. Alat –alat bermain
Alat – alat bermain yang diperlukan sesuai dengan perkembangan anak,
antara lain boneka, mobil –mobilan, bata, balon, lilin, kertas gambar, pensil
gambar, dsb.
b. Tempat bermain
Untuk bermain diperlukan ruangan khusus yang diatur sedemikian rupa,
Keuntungan nya adalah :
o jika sewaktu – waktu ingin bermain anak dapat melakukan tanpa harus
menyesuaikan dengan kegiatan ruangan atau anak-anak lain
o perawat lebih mudah mengadakan pengawasan.
Bila anak mempunyai keterbatasan, anak tetap dapat melakukan aktivitas bermain
ditempat tidur, tetapi harus memperhatikan prinsip – prinsip bermain di rumah Sakit.

ALAT PERMAINAN EDUKATIF


(APE)

ALAT PERMAINAN EDUKATIF ( APE )


Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara
optimal dalam perkembangan anak, dimana melalui alat permainan ini anak akan
selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya, bahasa, kemampuan kognitifnya
dan adaptasi sosialnya.

Kriteria Alat Permainan Edukatif ( APE ), sbb :


a. Aman
b. Ukuranya sesuai usia anak
c. Modelnya jelas
d. Menarik
e. Sederhana
f. Tidak mudah rusak

Selain menggunakan alat permainan edukatif, peran orang tua atau pembimbing
dalam bermain adalah memiliki pengetahuan tentang jenis alat permainan dan
kegunanaannya, sabar, tidak boleh memaksa, mampu mengkaji kebutuhan bermain
seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai memberikan kesempatan
mandiri.

Pengaruh Bermain dalam Tum-Bang Anak


“Untuk Kalangan Sendiri” 7

Beberapa contoh jenis permainan edukatif :


a. Mengembangkan pertumbuhan Fisik atau Motorik Kasar
Permainan sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong
b. Mengembangkan Motorik Halus
Gunting, pensil, bola, balok, lilin
c. Mengembangkan kognitif
Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio
d. Mengembangkan bahasa
Buku gambar, buku cerita, majalah,, radio, tape, dan televisi
e. Mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri
Gelas plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
f. Mengembangkan tingkah laku sosial
Kotak, bola, dan tali.

Jangan pernah
menangis hanya karena
sesuatu berakhir,
Selalu tersenyumlah
karena sesuatu terjadi...

Pengaruh Bermain dalam Tum-Bang Anak

Anda mungkin juga menyukai