Anda di halaman 1dari 12

i

MAKALAH
Analisa Kasus
Dosen Pengampu: Ns.Sinta Wijayanti.,M.Kep.,Sp.Kep.M.B
Mata Ajar : Manajemen Patient Safety

Disusun oleh:
Yen Jessica Nim 1926120

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
TA2019/2020
ii

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah Menganalisa Kasus Manajemen Patient Safety ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ns. Sinta Wijayanti.,M.Kep.,Sp.Kep.M.B pada mata ajar Manajemen Patient Safety ,
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Patient Safety bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 20 April 2020

Penulis
iii

DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar....................................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II ISI
A. Kasus..........................................................................................................................2
B. Analisa.......................................................................................................................2
C. Keterkaitan kasus.......................................................................................................2
BAB III Pembahasan
A. Komunikasi antar Tim Kesehatan.............................................................................3
B. Komunikasi SBAR...................................................................................................4
C. Peran perawat dalam keselamatan pasien.................................................................5
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................7
Saran......................................................................................................................................7
Daftar Pustaka......................................................................................................................8
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita
tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan
orang lain entah itu pasien sesama teman dokter atasan dan sebagainya. maka
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif bagi perawat
dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena
komunikasi mencakup pencapaian informasi serta pertukaran pikiran dan
perasaan. proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan
komitmen yang tulis pada pihak perawat untuk membantu klien mencapai
keberhasilan keperawatan bersama.
Komunikasi yang kurang menjadi salah satu faktor kesalahan dalam pelaporan
sangat penting untuk diperbaiki. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan
salah satu standar ke-2012 pada point PMK PI 4 poin pmkp 1.4 yang
menyebutkan komunikasi yang efektif merupakan standar dalam peningkatan
keselamatan pasien. komunikasi efektif yang dapat digunakan sesama tenaga
medis kesehatan adalah dengan komunikasi SBAR.
Komunikasi adalah bagian esensial dalam pelayanan kesehatan, dan juga
esensial untuk patient safety. Komunikasi bisa mengancam pasien tetapi juga
bisa mencegah pasien dari ancaman kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan,
komunikasi menjadi dasar untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan
proses perawatan yang terbaik, menjelaskan tujuan pengobatan dan
mendiskusikan proses perawatan pasien dengan profesional lain yang terlibat.
Seringkali komunikasi berlangsung dalam situasi yang tingkat stressnya tinggi
dan harus dilakukan segera. Tetapi komunikasi juga menjadi sarana untuk
mengatasi situasi tersebut, dengan komunikasi yang baik bisa terjalin
kolaborasi tim yang baik pula. Data yang dikumpulkan oleh Joint Commision
on Accreditation of Healthcare Organization menunjukkan bahwa komunikasi
yang buruk memberikan kontribusi pada hampir 70% dari sentinel event yang
dilaporkan di US pada tahun 2005.[1] Penelitian di Germany mengidentifikasi
15% dari semua event berhubungan langsung dengan masalah komunikasi dan
pada lebih dari 50% event, komunikasi menjadi faktor pendukung.

B.Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi SBAR
2. Bagaimana peran perawat dalam keselamatan pasien

C.Tujuan penulis
tujuan yang ditulis makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan yang lebih
luas kepada para pembaca, agar mengetahui komunikasi SBAR

1
BAB II
ISI
A. Kasus
An. Az. di Rumah Sakit S (padang) umur 3 tahun pada tanggal 14 Februari 2012,
pasien di rawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa Demam kejang
.Sesuai order dokter infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun
perawat yang tidak mengikuti operan jaga langsung mengganti infus pasien tanpa
melihat bahwa terapi pasien tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa
menit kemudian pasien mengalami kejang-kejang, untung keluarga pasien cepat
melaporkan kejadian ini sehingga tidak menjadi tambah parah dan infusnya langsung
diganti dan ditambah penitoin.

B. Analisa
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan
keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki
tanggung jawab untuk mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan
pasien dan tindakan yang akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi
kesalahan pemberian tindakan sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus ini perawat
juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian obat. Seharusnya perawat
melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai order, namun dalam hal ini
perawat tidak menjalankan prinsip benar obat.Disamping itu juga, terkait dengan hal
ini perawat tidak mengaplikasikan konsep Patient Safety dengan benar, terbukti dari
kesalahan akibat tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan yang
menyebabkan ancaman keselamatan pasien. Di dalam kasus diatas perawat juga tidak
melakukan 6 sasaran keselamatan pasien yaitu dan peningkatan komunikasi yang
efektif serta perawat juga tidak melakukan standar keselamatan pasien yang berupa
komunikasi dengan perawat yang berjaga sebelumnya.

C. Keterkaitan Kasus
Dengan undang-undang no. 38 tahun 2014 Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:
a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
Keperawatan yang akan dilakukan.
b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya.
c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan
Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan diterimanya;
e. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.

2
BAB III
PEMBAHASAN
A.Komunikasi antara Tim Kesehatan
Menurut Robin & Coulter (2007) mengatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif itu jika
pemahaman pesan yang disampaikan oleh komunikator sama dengan pemahaman pesan oleh
komunikan. Ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan untuk efektivitas komunikasi
yaitu adanya keterbukaan (opennes), saling mendukung (Supportiveness), bersikap positif
(possitiveness), memehami perasaan orang lain (emphaty), dan kesetaraan (equality).
Komunikasi efektif juga harus dilandaskan pada hubungan interpersonal yang efektif dimana
memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Dapat dipercaya (credible), pengertian harafiah diartikan seseorang mempunyai kelebihan
dan merupakan pengakuan komunikan terhadap keberadaan komunikator dalam hal seorang
komunikator memiliki kompetensi dalam hal yang dibicarakan, sikap atau keteguhan
pendirian sehingga pesan yang disampaikan tidak berubah-ubah, pesan yang disampaikan
memiliki tujuan yang baik dengan harapan terjadinya perubahan menjadi lebih baik.
2) Konteks (context), pesan yang disampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan saat ini
3) Isi (content), isi pesan menarik untuk diikuti, disimak, dan disesuaikan dengan komunikan.
4) Kejelasan (clarity), pesan yang disampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan
multitafsir.
5) Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency), pesan yang disampaikan
hendaknya konsisten dan berkesinambungan serta tidak menyimpang dari topik dan tujuan
komunikasi yang telah ditetapkan.
6) Kapabilitas sasaran (capability of audience), materi dan teknik penyampaian pesan
disesuaikan dengan kemampuan penerimaan sasaran sehingga tidak terkesan
membingungkan.
Komunikasi antar Tim anggota Kesehatan merupakan hubungan antara tim kesehatan satu
dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
pasien. Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan dokter, komunikasi antar
perawat dengan perawat, komunikasi antara perawat dengan tenaga ahli respiratorik,
komunikasi antara perawat dengan farmasi dan komunikasi antara perawat dengan ahli gizi
sehingga akan menghasilkan tindakan kolaborasi antar anggota tim kesehatan.
1.Komunikasi antara perawat dengan dokter
Hubungan perawat dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan asuhan kepada pasien. Perawat bekerja sama dengan dokter
dalam berbagai bentuk. perawat mungkin bekerja di lingkungan dimana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis. perawat di ruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
2.Komunikasi antara perawat dengan perawat

3
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan
terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan
rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila
hubungan atau komunikasi antara perawat berjalan dengan baik. hubungan perawat dengan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan interpersonal.
B.Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR (situation, Background, Assesment, Reccomendation) adalah metode
komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi
pasien. SBAR digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat transfer pasien.
Teknik SBAR menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan
tentang kondisi pasien. SBAR merupakan mekanisme komunikasi yang mudah diingat dan
merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim serta mengembangkan
kerja anggota tim dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi SBAR merupakan
bentuk komunikasi efektif dalam pelayanan klinis yang menjamin ketepatan transfer
informasi secara efektif, efesien, akurat serta menjamin keselamatan pasien. Komunikasi
SBAR dijalankan sebagai standar komunikasi efektif dalam komunikasi verbal serta
pemberian instruksi melalui telepon antar petugas pemberi asuhan. Ketepatan informasi yang
disampaikan didokumentasikan melalui prosedur read back, check back, write back, dan
verifikasi yang dilakukan dalam waktu maksimal 1x24 jam setelah instruksi lisan ataupun
instruksi melalui telepon diberikan. Data diperoleh melalui metode audit di unit pelayanan
sepanjang tahun 2018 dan menunjukkan perolehan yang baik dengan rerata pencapaian
adalah 98,44%. Hal ini menunjukkan komunikasi yang berjalan dengan efektif antar petugas
pemberi asuhan dalam melakukan komunikasi verbal dan pemberian instruksi melalui telpon
yang menjamin keselamatan pasien. SBAR merupakan Teknik komunikasi yang menjanjikan
untuk mentransfer informasi kepada pasien, komponen yang meningkatkan pengiriman
informasi subjektif, meningkatkan komunikasi informasi kritis dan menciptakan redundansi,
yang menetapkan pola yang diharapkan pada komunikasi. Situation Background Assessment
Recommendation (SBAR) adalah alat komunikasi dalam melakukan identifikasi terhadap
pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dan dokter.
Tujuan komunikasi SBAR yaitu Dokter lebih memperhatikan karena informasi yang ringkas,
Perawat bekerja lebih cepat, Mengkomunikasikan masalah dengan jelas, Memberi
kesempatan menyampaikan saran kolaborasi, Keuntungan SBAR Kekuatan perawat
berkomunikasi secara efektif, Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan
perawat paham akan kondisi pasien, Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki
keamanan pasien.
a).Komponen komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen yaitu:
a. Situation; komponen situation ini secara spesifik perawat harus menyebut usia pasien,
jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi pasien apakah
stabil atau tidak.
b. Background; komponen background menampilkan pokok masalah atau apa saja yang
terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas
nyeri dada dan sebagainya. menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan

4
munculnya keluhan pasien tersebut diagnosis pasien dan data klinik yang mendukung
masalah pasien.
c. Assesment; komponen assesment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari temuan
serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak
diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
d. Recommendation; komponen Recommendation menyebutkan hal-hal yang
dibutuhkan untuk ditindaklanjuti apakah intervensi yang harus di rekomendasikan
oleh perawat.
Berikut adalah contoh komponen Komunikasi SBAR
 S: identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status diagnosa, status
secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik atau
tujuan dari tes diagnosis.
 B: tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi dosis obat, antibiotik,
iv infus, hasil laboratorium, diit, klinik informasi lain yang meliputi jenis monitoring
yang dibutuhkan.
 A: prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan keamanan petugas
kesehatan, kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastrointestinal perdarahan.
 R: pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan
keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring dan
intervensi nyeri.

C.Peran Perawat dalam Keselamatan Pasien


Dari definisi inilah, kita dapat mengetahui peran perawat dalam mewujudkan patient safety di
rumah sakit yaitu:

1.      Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP
yang telah ditetapkan
2.      Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya
3.      Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan
(KTD)
4.      Serta mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dan keluarga
5.      Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan
6.      Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan
7.      Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan kesehatan

Selain itu, perawat juga berperan untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang kemungkinan terjadinya resiko, melaporkan terjadinya KTD, meningkatkan

5
komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan professional lainnya, berperan aktif dalam
melakukan pengkajian terhadap keamanan dan kualitas pelayanan dan membantu
pengukuran terhadap peningkatan patient safety (Choo, 2010).

Sebagai contoh yaitu peran perawat dalam penggunaan peralatan dan teknologi dalam
meningkatkan patient safety

-          Fungsional: perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain dari alat.
Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga diperlukan pelatihan untuk
mengoperasikan alat secara tepat dan benar.
-          Keamanan: alat- alat yang digunakan juga harus didesain penggunaannya sehingga dapat
meningkatkan keselamatan pasien

Idealnya peran perawat yaitu untuk menjaga keselamatan pasien. Keselamatan pasien
merupakan hak pasien. Namun, masih banyak perawat yang melakukan kinerja tidak sesuai
dengan peraturan, seperti halnya pemasangan infus pada pasien, jarum infus yang digunakan
idealnya maksimal 2x dan memiliki standar penyuntikan atau pemasangan jarum infus
dengan benar, tetapi realitanya banyak kasus yang terjadi jarum infus digunakan berulang
kali dengan tata cara yang tidak baik atau sering melakukan kesalahan, sehingga pasien
merasa nyeri dan pada bekas suntik infus menjadi berwarna gelap. Kejadian tersebut
membuat pasien merasa takut dan trauma akan hal tersebut.

pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang
diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu “Primum, non nocere” (First, do
no harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan
kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian
Tidak Diharapkan - KTD (Adverse Event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan
pelayanan 24 jam terus-menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.

6
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Keselamatan pasien dalam keperawatan merupakan bagian
integral dari program keselamatan pasien rumah sakit. Peran perawat dalam
pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien perlu dioptimalkan dalam rangka
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Perawat di semua level harus
disamakan dulu persepsinya khususnya dalam pemahaman Sasaran
Keselamatan Pasien agar memberikan kontribusi yang optimal dan proses
membangun “budaya” keselamatan pasien. Kompetensi perawat dan sistem
pelayanan perlu dibangun untuk mencegah medical eror oleh perawat.
B. Saran
Penerapan keselamatan pasien dilaksanakan dengan begitu baik karena
pelayanan yang diberikan mengutamakan kualitas yang optimal demi
keselamatan yang baik bagi pasien. Hasil evaluasi pelaporan insiden
keselamatan pasien menunjukan adanya kebijakan yang mengatur adanya
pelaporan insiden keselamatan pasien.

7
Daftar Pustaka
Simamora, R.H. (2019).Documentation of Patient Identification Into the
Electronic System to Improve the Quality of Nursing Service, International
Journal Of Scientific & Thecnologhy Service, 08 (09) jilid 1, 1884-1886.
Suardana, I.K., A, G.I ., Rasdini,A., & Hartati, N. N. 2018. Pengaruh Metode
Komunikasi Efektif SBAR Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Timbang Terima
Pasien di Ruang Griyatama RSUD Tambanan. Jurnal
Skala Husada, 15(1), 43-58. SukesihSukesih., Istanti, Y.P. 2015.Peningkatan
Patient Safety dengan Komunikasi SBAR. The 2nd University Research
Coloquium, ISSN 2407-9189.177-183.
Susanti, E., Aini, I.N. 2019.Development of SBAR Communication Among
Nurses in Applyng Nursing Documentation to Improve Patient

Anda mungkin juga menyukai