Case Report
Oleh:
KEVIN AUDRINO BUDIMAN
14084655560
Pembimbing :
Ririe Fachrina Malisie, S.Ked., dr., Sp.A(K)., DR.Ked.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Definisi
Dengue Shock Syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue adalah syok
hipovolemik yang terjadi pada DBD, yang diakibatkan peningkatan permeabilitas
kapiler yang disertai perembesan plasma. DSS pada umumnya terjadi di sekitar
penurunan suhu tubuh (fase kritis), yaitu pada hari ke 4-5, dan sering kali
didahului dengan warning sign. Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan
cairan keluar dari intravaskuler ke ekstravaskuler, sehingga terjadi penurunan
volume intravaskuler dan hipoksemia yang ditandai nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi (≤20 mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit
lembab, dan pasien tampak gelisah.4
2.2 Klasifikasi
Spektrum klinis infeksi virus dengue bervariasi tergantung dari faktor
yang mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan
keadaan yang bermacam-macam.
Perubahan epidemiologi infeksi virus dengue sering kali membuat klinisi
sulit menggunakan klasifikasi WHO 1997. Dalam Klasifikasi terdahulu infeksi
virus dengue dibagi dalam tiga kategori: undifferentiated fever, dengue fever atau
demam dengue (DD) dan dengue haemorrhagic fever atau Demam Berdarah
Dengue (DBD). Selanjutnya DBD diklasifikasikan kedalam empat derajat dimana
derajat III dan derajat IV sebagai dengue shock syndrome (DSS).4
Berdasarkan kesulitan tersebut maka disusunlah klasifikasi berdasarkan
tingkat keparahan klinis yang memudahkan klinisi memutuskan tentang dimana
dan bagaimana pasien harus diobservasi dan mendapatkan terapi. Hal ini juga
memudahkan pelaporan pada tingkat nasional dan internasional.3
4
2.3 Etiologi
Virus dengue merupakan small single stranded RNA. Infeksi dengue
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Virus
(Arbovirus) yang sekarang dikenal dengan genus Flavivirus, famili Flaviviride,
dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4.5
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sehingga tidak memberikan perlindungan memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi 3-4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di beberapa rumah sakit menunjukkan
bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun di Indonesia.
5
2.4 Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Stegomyia aegypti dan infeksi pertama kali mungkin memberi gejala sebagai
demam dengue. Reaksi tubuh memberikan reaksi yang berbeda ketika seseorang
mendapat infeksi yang berulang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk.
Hal ini merupakan dasar teori yang disebut the secondary heterologous infection
atau the sequential infection hypothesis. Infeksi virus yang berulang ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan kompleks
antigen-antibodi dengan konsentrasi tinggi.5
6
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenali virus lain
yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi
yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama
makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasi oleh
tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag.
Dihipotesiskan juga mengenai antbodi dependent enchancement (ADE), suatu
proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi
mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemik dan syok. 2,5
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan
pada tiap pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu
beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan
menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Replikasi virus dengue terjadi
juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam
jumlah banyak. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen antibodi
yang kaan mengaktifkan sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat
aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskuler.
Pada pasien yang syok berat volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari
30% dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan
adanya peningkatan hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan
pada rongga serosa (efusi pleura,ascites). Syok yang tidak ditangani secara
adekuat akan menyebabkan asidosis dan anoksia. 5
Selain mengaktifkan komplemen, reaksi ini pun menyebabkan agregasi
trombosit dan mengaktivisasi sistem koagulasi melalui kerusakan endotel
pembuluh darah. Kedua faktor tersebut menyebabkan perdarahan oada DBD.
Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-
antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP, sehingga
trombosit melekat satu sama lain. Hal ini membuat trombosit dihancurkan oleh
RES sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini menyebabkan
7
1. Fase demam
Demam tinggi mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari.
Suhu tubuh bisa mencapai 40oC dan dapat terjadi kejang demam.
Kadang terdapat muka yang merah, eritema, myalgia, arthralgia, dan
sakit kepala. Pada beberapa pasien pun bisa ada gejala nyeri
tenggorok, infeksi pada konjungtiva. Anoreksia, mual, dan muntah
sering juga dikeluhkan. Sulit membedakan demam karena infeksi
dengue dengan demam non dengue pada fase awal seperti ini, tetapi
dengan positifnya uji torniket meningkatkan kemungkinan demam
dengue.5,6
2. Fase kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis , anak terlihat seakan
sehat, hati-hati karena fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok.
Hari ke 3-7 adalah fase kritis. Dimana kebocoran plasma bisa terjadi
kurang dari 24-48 jam.
9
dalam waktu 12-24 jam atau sembuh cepat setelah mendpat pergantian
cairan yang memadai. Pasien seringkali mengeluh nyeri di daerah perut saat
sebelum syok timbul. Nyeri abdomen seringkali menonjol pada anak besar
yang menderita sindrom syok dengue. Gejala ini patut diwaspadai oleh
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi
- Fase I : kompensasi
Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan
melalui mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan reflek
simpatis, yaitu meningkatnya resistensi sistemik dimana terjadi
distribusi selektif aliran darah dari organ perifer non vital ke organ
vital seperti jantung, paru dan otak. Tekanan darah sistolik tetap
normal sedangkan tekanan darah diastolik meningkat akibat
peninggian resistensi arteriol sistemik (tekanan nadi menyempit).
Untuk mencukupi curah jantung maka jantung mengkompensasi
secara temporer dengan meningkatkan frekuensi jantung.
Disamping itu terdapat peningkatan sekresi vasopressin dan renin –
11
3. Fase resolusi
Bila dalam waktu 24-48 jam pasien berhasil melewati fase kritis,
keadaan umum dan nafsu makan membaik, status hemodinamik
stabil.Semua nilai laboratorium kembali normal secara perlahan.
14
2.7 Tatalaksana
Tatalaksana DSS adalah sebagai berikut :5,8
- Berikan terapi oksigen 2-4 l/menit
- Periksa nilai hematokrit sebelum memulai terapi cairan
- Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan ringer laktat
10-20 ml/kgBB/jam secara bolus diberikan dalam waktu 60 menit. Kontrol
secara ketat tanda vital, capillary refill time , hematokrit dan output urin.
- Bila ditemukan perbaikan kondisi, pemberian cairan intravena harus
dikurangi menjadi 10ml/kgBB/jam yang diberikan selama 1-2 jam.
Selanjutnya dikurangi secara bertahap menjadi 7, 5, 3, 1,5 ml/kgBB/jam
selama 24-48 jam.
- Pemberian cairan intravena harus dikurangi bila pasien mampu menerima
cairan per oral. Durasi pemberian terapi cairan intravena tidak boleh
melebihi 48 jam
- Apabila tanda vital belum menunjukkan perbaikan, lakukan pemeriksaan
hematokrit kembali, analisa gas darah, kalsium dan gula darah untuk
menilai adanya A-B-C-S ( Asidosis, Bleeding, Calcium dan Sugar)
- Pada pasien dengan peningkatan hematokrit atau tidak terjadi penurunan
dari hematokrit semula, ganti cairan dengan koloid sebanyak 10-
20ml/kgBB dalam 10-20 menit. Setelahnya kurangi cairan menjadi
10ml/kgBB/jam selama 1 jam, dilanjutkan menjadi 7ml/kgBB/jam.Segera
ganti cairan menjadi kristaloid bila pasien mengalami perbaikan tanda vital.
- Pada pasien dengan penurunan hematokrit (bandingkan dengan nilai
hematokrit awal) dan tanda vital pasien masih tidak stabil, maka hal ini
mengindikasikan terjadinya perdarahan. Segera lakukan persiapan tranfusi
whole blood atau fresh packed red cells. Bila tidak ditemukan perdarahan,
lakukan bolus koloid 10-20ml/kgBB selama 1 jam. Selalu lakukan
pemeriksaan klinis
- Jumlah urin 1 ml/kgBB/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik
- Indikasi pemberian darah:
a. Terdapat perdarahan secara klinis
15
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. FH
16
RM : 8288XX
Umur : 12 tahun 6 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : JL. Merak , Bukit Raya, Pekanbaru
Tgl. Masuk : 6 Juli 2015 pukul 12.00 WIB
Upaya napas
Karakteristik Hal yang dinilai
Suara napas Tidak ada kelainan
abnormal
Posisi tubuh abnormal (-)
Retraksi Supraklavikula (-), interkosta (-), epigastrium (-)
Cuping hidung (-)
Kesan: tidak ada peningkatan upaya napas.
Sirkulasi kulit
Karakteristik Hal yang dinilai
Pucat Kulit tampak pucat
Mottling (-)
Sianosis (-)
Kesan: Ada gangguan sirkulasi kulit.
Pediatric Assesment Triangle
Skin perfusion
NN
17
SURVEI PRIMER
Jalan Napas
Bebas, tidak terdapat bunyi napas tambahan.
Kesan : jalan napas paten/airway clear. Jalan napas masih dapat
dipertahankan.
Upaya Napas
Spontan, frekuensi 30 kali permenit, gerakan dinding dada simetris, retraksi
supraklavikula (-), interkosta (-), epigastrium (-).
Kesan : Dalam batas normal.
Tindakan : Pemberian O2 nasal canule 2L/menit
Sirkulasi
Nadi sulit dinilai , pengisian kapiler > 2”, akral dingin, pucat (+), sianosis (-).
Kesan : ada gangguan sirkulasi
Status Neurologis
Kesadaran : verbal
Pupil isokor, diameter 2mm/2mm, reflek cahaya (+/+).
Tonus otot baik, reflek fisiologis (+/+), reflek patologis (-/-).
Tanda rangsang meningeal (-)
18
Paparan
Suhu: 33,2oC
SURVEI SEKUNDER
ALLOANAMNESIS
Diberikan oleh : Ibu kandung pasien
Keluhan utama : Tangan dan kaki teraba dingin sejak 11 jam yang lalu
PEMERIKSAAN FISIK
20
6 JULI 2015
- Kesan umum : tampak sakit berat
- Kesadaran : Somnolen
Tanda tanda vital
- Tekanan darah : 80/60 mmHg
- Nadi : sulit dinilai
- Suhu : 33,20 C,
- Napas : 36 x/menit
Gizi
- TB : 139 cm
- BB : 33 kg
- LILA : 21 cm
- LK : 52,5 cm
Status gizi : Normal
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata :
- Konjungtiva : anemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-)
- Pupil : isokor 2mm/2mm
- Refleks cahaya : (+/+) langsung dan tidak langsung
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut :
- Bibir : basah
- Selaput lendir : basah
- Palatum : utuh
- Lidah : kotor (-)
- Gigi : karies (-)
Leher :
- KGB : pembesaran KGB (-)
21
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah (6/7/2015)
- HB : 16,4 g/dl
- HT : 47,6 %
- Leukosit : 12.000 /mm
- Trombosit : 25.000 /mm
GDS (6/7/2015) : 122 mg/dl
Elektrolit (6/7/2015)
- Na+ : 129 mmol/L
- K+ : 3,5 mmol/L
- Ca++ : 0,38mmol/L
22
- Cl - :-
DIAGNOSIS KERJA
- Dengue Shock Syndrome
DIAGNOSA GIZI
- Normal
PEMERIKSAAN ANJURAN
- IgM dan IgG Dengue
23
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad fungsionam : dubia
Follow up
HARI / TGL SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT TERAPI
6/7/2015 Demam (+), KU: Tampak DSS - IVFD RL 10cc/kg/ jam
(12.30 WIB) Akral hangat sakit berat
(+), nyeri Kesadaran - PCT 3 x ¾ tab per oral
perut dan komposmentis, - Inj Ranitidin 2x 1 amp
kepala TD: 100/80
(+),BAB(-), RR: 24 x/menit, - O2 2 l/menit
BAK (+) T : 38,3 oC,
HR : 139 x/menit
Mata : KA (-/-),
SI (-/-)
Thorak: dalam
batas normal
Abdomen :
dalam batas
normal
Ekstremitas:
akral hangat,
CRT <2”, udem
(-)
24
Mata : KA (-/-),
SI (-/-)
Thorak: dalam
batas normal
Abdomen :
dalam batas
normal
Ekstremitas:
akral hangat,
CRT <2”, udem
(-)
HB: 13 g/dl
HT: 39,4 %
Trombosit :
95.000 /mm
9/7/2014 Demam (-), KU: Tampak DSS - PCT 3 x ¾ tab per oral
Akral dingin sakit sedang
(-), nyeri Kesadaran kp
perut dan composmentis, - Inj Ranitidin 2x 1 amp
kepala(-) RR: 48 x/menit,
,BAB(-), T : 36,8 oC,
BAK (+) HR : 105 x/menit
Mata : KA (-/-),
SI (-/-)
Thorak: dalam
batas normal
Abdomen :
dalam batas
normal
Ekstremitas:
akral hangat,
CRT <2”, udem
(-)
HB: 12,3 g/dl
HT: 36,1 %
Trombosit :
256.000 /mm
26
BAB IV
PEMBAHASAN
tidak kejang, sakit perut sejak 2 hari yang lalu terutama dirasakan di ulu hati,
muntah sejak 2 hari yang lalu, bintik-bintik kemerahan di punggung, paha kiri dan
kanan, tangan dan kaki teraba dingin sejak 11 jam yang lalu, buang air kecil pekat,
jumlah sedikit terakhir 11 jam yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kulit tampak ptekie pada regio femur
dextra dan sinistra, punggung, lengan kanan dan kiri. Pada abdomen didapatkan
hepar teraba 2 jari bawah arkus costarum konsistensi kenyal permukaaan rata,
pinggiran tumpul. Dari pemeriksaan laboratorium darah juga didapatkan HB :
16,4 g/dl,HT : 47,6 %, Leukosit: 12.000 /mm, Trombosit : 25.000 /mm Dari
pemeriksaan labor menunjukkan adanya penurunan kadar trombosit dan
peningkatan hematokrit..
Di Poliklinik Anak RSUD AA anak ditemukan dalam keadaan syock TD
80/60 mmHg, nadi sulit dinilai, cairan IVFD RL 20 cc/ kgBB dihabiskan dalam
30 menit, syock teratasi TD 100/80 mmHg, nadi 139x/menit , lalu ditatalaksana
dengan IVFD RL 10cc/kgBB/jam dan HES 6% 20cc/kgBB/jam, anak seharusnya
dirawat di ruang HCU namun akibat HCU penuh anak dirawat dibangsal
Flamboyan. Di bangsal Flamboyan pasien dilanjutkan dengan terapi IVFD RL 10
cc/kgBB/jam , Paracetamol 3 x 500 mg (T > 38,5oC), dan banyak minum.
Pasien dipulangkan pada hari ke-3 perawatan dengan kriteria telah bebas
demam 24 jam tanpa obat antipiretik , tampak perbaikan klinis, hematokrit stabil,
bebas syok > 2 hari, trombosit > 50.0003, dan urin output yang baik.
DAFTAR PUSTAKA