KELOMPOK B4
UNIVERSITAS YARSI
Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510.
Telepon: +62 21 4206675.
Daftar isi
Skenario.............................................................................................................................3
Kata sulit............................................................................................................................4
Brainstroming / Activation Prior Knowledge.....................................................................5
Jawaban..............................................................................................................................6
Hipotesis............................................................................................................................7
Sasaran belajar...................................................................................................................8
Pembahasan....................................................................................................................9
Daftar Pustaka..................................................................................................................21
Skenario
MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI
Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas
untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi
tersebut dibawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter
melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region axilaris
dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat alam vaksin
tersebut dan menimbulakn respon imun tubuh.
Kata sulit
1. Antigen : imunogen yang sudah bereaksi dengan imunoglobulin dan bereaksi
dengan antibodi.
2. Vaksin BCG : vaksin dari kuman yang hidup bacillus calmete guerin yang
memberikan perlindungan penyakit TB.
3. Vaksin : suspensi microorganisme yang dilemahkan/ dimatikan/ suspensi protein
antigenik yang berasal dari mikroorganisme yang diberikan untuk mencegah,
mengobati penyakit yang menular.
4. Nodus limfatikus : kumpulan jaringan limfoid yang diatur sebagai organ limfoid
yang berdiameter 1-25 mm panjang pembuluh darah limfatik.
5. Respon imun tubuh : reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan
lainnya terhadap mikroba.
6. Region axilaris dekstra : bagian tubuh yang berada di ketiak bagian kanan
Brainstroming / Activation Prior Knowledge
a. Thymus: Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus
akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang
sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk
menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2
buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla,
berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus
mempunyai 2 batasan, yaitu :
Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IV
Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)
Letak :Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum.
Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis,
aorta, dan trakea.Batas anterior yaitumanubrium sterni, dan rawan costae
IV.Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).
Perdarahan :Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea
inferior dan mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior
dan vena mammaria interna.
b. Sumsum Tulang: Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang
iga. Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan
diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel
plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid
yangkemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang
selanjutnya menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M
(B Cell Receptor) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi
sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darahmenuju ke organ
limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid juga
berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang
akhirnya menuju timus.
Organ limfoid sekunder :Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel
dendritic mempersentasikan antigen yang yang ditangkapnya di bagian lain tunuh
ke sel T yang memacunya untuk poliferasi dan diferensiasi limfosit.
b. Lien: Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna
kemerahan karena banyak mengandung darah dan
berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan
splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada
keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia
berat.
Letak : Regio hipochondrium sinistra intra
peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan
11.Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan
flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
Ukuran :Sebesar kepalan tangan masing-masing individu. Aliran darah akan masuk
kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui venalienalis ke vena
porta menuju hati.
c. Tonsil: Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah
tonsila yaituTonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga
tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of
Waldeyer” hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini
terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas
3 buah tonsila, yaitu :
a. Tonsila palatine
1. Terletak pada dinding lateralis, orofaring
dekstra dan sinistra
2. Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris,
dasar dari lekukan itu adal tonsil bed
3. Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris
4. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula
5. Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus
(NV2)
6. Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris
externa(facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica
ascendens lingualis
b. Tonsila lingualis
1. Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya
papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).
2. Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang
arterialingualis), arteria carotis eksterna
c. Tonsila pharyngealis
1. Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang
2. Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak
nafaskarena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae),
terletak didaerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan
OPTA
1.2. Mikroskopik
a. Tyhmus: Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dlm
parenkim dan membagi timus menjadi lobulus.
Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap
disebut korteks dan zona pusat yang terang
disebut medula korteks dan medula berisi sel-sel
limfosit. Sel limfosit berasal dr sel mesenkim yg
menyusup ke dlm suatu epitel primordium dr
kantung faringeal ke 3 dan 4. Mengandung
badan hassal (corpusculum tymicum) yang
merupakan sel retikular epitel gepeng yg
tersusun konsentris , mengalami degenerasi dan
mengandung granula keratohialin.
a. Korteks timus
1. limfosit T yg sangat banyak,
2. Sel retikular epitel yg tersebar
3. Beberapa makrofag
b. Medulla timus
1. Mengandung sel retikular dan limfosit
2. Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat
dibanding bgn korteks
Timus mengalami involusi stlh pubertas. Timus ditempati oleh sel-sel yg
dihasilkan dr sumsum tulang. Sel-sel ini mulai menjalani diferensiasinya
mjd sel T. Timus menghasilkan beberapa faktor pertumbuhan protein yg
merangsang proliferasi dan diferensiasi limfosit T.
b. Limfonodus: Organ bersimpai berbentuk bulat /
mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid.
Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya
pembuluh limfe. Nodus ditemukan di ketiak dan
di lipat paha, sepanjang pembuluh-pembuluh
besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks
dan abdomen terutama dalam mesenterium.
Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung)
dan konkaf (cekung) yang disebut hilus à tempat
arteri dan saraf masuk dan vena keluar dari
organ.
a. Korteks luar:
1. Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu jar. sel
retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B
2. Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk
sferis yang disebut nodulus limfatikus
3. Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu
jar.ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat
reticular
b. Korteks dalam:
1. Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa
nodulus
2. Mengandung banyak limfosit T
c. Medulla:
1. Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan
korteks dalam
2. Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma
3. Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg
berdilatasi à sinus limfoid medularis yang mengandung
cairan limfe
Limfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari partikel
asing sebelum kembali ke sirkulasi darah. Sewaktu cairan limfe mengalir
melalui sinus, 99% atau lebih antigen dan kotoran lainnya dipindahkan
oleh aktivitas fagositosis makrofag. Infeksi dan perangsangan antigenik
menyebabkan limfonodus yang terinfeksi membesar dan membentuk
pusat-pusat germinativum yang banyak dengan proliferasi sel yang aktif
d. Tonsil:
a. Tonsil Palatine:
1. Terletak pada dinding lateral faring bagian oral
2. Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi bagian
mulut lainnya
3. Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke
dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung sel-
sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri
dalam lumennya
4. Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan
adalah satu lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai
tonsila yg biasanya bekerja sebagai sawar terhadap
penyebaran infeksi tonsila
5. Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang
membentuk kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan
pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat serat otot rangka
b. Tonsila Lingualis:
1. Lebih kecil dan lebih
banyak
2. Terletak pada pangkal
lidah
3. Ditutupi epitel berlapis
gepeng
4. Masing-masing
mempunyai sebuah kriptus
c. Tosila Faringea:
1. Merupakan tonsila tunggal
yang terletak dibagian
supero-posterior faring.
2. Ditutupi epitel bertingkat
silindris bersilia
3. Terdiri dari lipatan-lipatan
mukosa dengan jar.
Limfoid difus dan nodulus limfatikus. Tidak memiliki
kriptus
Sistem Imun
Non-Spesifik Spesifik
2.2 Mekanisme
b. Lektin
Lektin berperan sebagai opsonin, mengaktifkan komplemen.
c. Protein fase akut lain
Protein fase akut yang lain adalah α1-antitripsin, amiloid serum A,
haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen yang juga berperan pada
peningkatan laju endapan darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh
lebih lambat dibanding dengan CRP.
3) Mediator asal fosfolipid: Metabolisme fosfolipid diperlukan untuk
produksi PG dan LTR. Keduanya meningkatkan responsinflamasi
melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.
4) Sitokin IL-1, IL-6, TNF-α
Selama terjadi infeksi, produk bakteri seperti LPS mengaktifkan
makrofag dan sel lain untuk memproduksi dan melepas berbagai sitokin
seperti IL-1 yang merupakan irogen endogen, TNF-α dan IL-6.
5) Pertahanan selular: Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan
dalam sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut
dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan.
II. Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing pertama kali terpajan dengan tubuh
segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan
sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan
dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan.
A. Humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah linfosit B atau
sel B. Sel B dirangsangoleh benda asing akan berproliferasi,
berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi
antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan dalam serum.
B. Selular
Limfosit T atau sel T berperan dalam sistem imun spesifik selular. Berbeda
dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang
berlaian yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel
Tr atau Th3. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya
mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8 +
memusnahkan sel terinfeksi.
Komponen Sistem Imun
Sel T terdiri dari 2 jenis yaitu sel T sitotoksik dan sel T helper. Sel
T sittotoksik memiliki reseptor antigen yang berikatan dengan fragmen
antigen yang mengandung MHC kelas I terletak pada sel sel tubuh
bernukleus. Sel T helper memiliki reseptor yang berikatan dengan fragmen
antigen yang mengandung MHC kelas II . Sel T yang berkembang di dalam
timus yang memiliki reseptor afinitasnya menjadi sel T sitotoksik. Sel T
yang mempunyai reseptor afinitas terhadap MHC kelas II menjadi sel
Helper. Respons kekebalan limfosit B dan T memiliki ciri khas yakni
spesifitas, keanekaragaman, memori dan mampu membedakan diri sendiri
dan bukan diri sendiri.
3.3 Klasifikasi
Antigen dapat dibagi menurut epitop, spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T
dan sifat kimiawi:
1) Pembagian antigen menurut epitope
a. Unideterminan, univalent
Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: Hapten
b. Unideterminan, multivalent
Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut
ditemukan pada satu molekul. Contoh: Polisakarida
c. Multideterminan, univalent
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya saty dari setiap
macamnya (kebanyakan protein). Contoh: Protein
d. Multideterminan, multivalent
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu
molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks
secara kimiawi). Contoh: Kimia kompleks.
3.4 Stuktur
b. Bentuk
4.2 Fungsi
a. ImmunoglobulinG(IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu
bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar
yang rendah. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem
getah bening, dan usus. Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju
tempat antigen berada dan menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa ini
memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan racun. IgG juga
mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan mikroorganisme yang
masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil,
IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari
ibu hamil ke janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari
kemungkinannya infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir.
Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang pertama
kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi sampai sistem
kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.
b. Immunoglobulin A (IgA)
Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi
oleh selaput lendir, misalnya hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA juga
ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI,
getah lambung, dan sekresi usus. Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan
dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat dalam tubuh bayi yang
baru lahir.
c. Immunoglobulin M (IgM)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B.
Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan
antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM
terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian
menghilang. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan
enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan
meningkat. IgM banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal
tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan. Untuk mengetahui apakah janin
telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
d. Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada
permukaan sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit.IgD ini bertindak
dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel
T menangkap antigen.
e. Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran
darah.Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh
karena itu, tubuh seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang
tinggi. IgE penting melawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis, yang banayk
ditemukan di negara-negara berkembang.
4.3 Klasifikasi
a. IgG (Imuno globulin G)
Merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa
hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa
tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah
bening, dan usus. Mereka mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh dan
menghambatnya begitu terdeteksi. Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri dan
penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta
menetralkan asam yang terkandung dalam racun. Selain itu, IgG mampu menyelip
di antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis yang masuk
ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta ukurannya yang kecil,
mereka dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil dan melindungi janin dari
kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak diciptakan dengan karakteristik yang
memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam plasenta, maka janin dalam rahim
tidak akan terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian
sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu akan melindungi embrio dari musuh
sampai anak itu lahir.
4.4 Struktur
Antibodi berbentuk Y dan diklasifikasikan berdasarkan sifat bagian
ekornya. Antibodi dari kelima subkelas terdiri dari empat rantai polipeptida yang
saling berkaitan dua rantai berat yang panjang dan dua rantai pendek yang ringan
yang tersusun membentuk huruf Y. Karakteristik bagian lengan dari Y menentukan
spesifisitas antibodi (yaitu, dengan antigen apa antibodi dapat berikatan). Sifat
bagian ekor antibodi menentukan sifat fungsional antibodi (apa yang dilakukan
antibodi setelah berikatan dengan antigen).
Sebuah antibodi memiliki dua tempat pengikatan antigen identik, satu di
masing-masing ujung lengan. Fragmen pengikat antigen (antigen-bindingfragment,
Fab) ini bersifat unik untuk masing-masing antibodi sehingga setiap antibodi hanya
dapat berinteraksi dengan satu antigen yang secara spesifik cocok dengannya,
seperti kunci dan anak kuncinya.
Berbeda dengan regio Fab yang bervariasi di ujung lengan ini, bagian ekor
setiap antibodi dalam setiap subkelas imuno-globulin bersifat identik. Bagian ekor,
atau disebut bagian konstan (Fc), mengandung tempat untuk mengikat mediator
tertentu pada aktivitas yang diinduksi oleh antibodi, yang berbeda-beda di antara
berbagai subkelas antibodi.
LI 5. Memahami dan menjelaskan vaksin
5.1 Macam-macam
a.Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang
yang telah mendapat imunisasi aktif. Imunitas pasif dapat diperoleh melalui
antibodi dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan.
2. ISG Hepatitis A
3. ISG Campak
7. Antibodi Rhogan
b.Imunisasi aktif
a. BCG
2) Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan
yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu
dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak
dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak.
2) Kejang
3) Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya
pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam
keluarganya)
c. Polio
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan
1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6
tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia
umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
(0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok
yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio pada yang sedang menderita
diare berat, gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan,
kemoterapi, kortikosteroid) serta yang sedang hamil. Efek samping
yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
d. HBV
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin
HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin)
pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua
diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada
saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui,
diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika
positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1
minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya
ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan
kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat
suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada
saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa
e. Campak
6) Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
f. MMR
g. Imunisasi Varisella
Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air
dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang
mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya
memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun
atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan
belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin
dengan selang waktu 4-8 minggu. Vaksin varisella memberikan
kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin
juga seumur hidup. Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan,
yaitu berupa :
1) Demam
1) Kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah
penyuntikan
2) Pneumonia
4) Ensefalitis
7) Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima
suntikan immunoglobulin.
Cara pemberian vaksin
Pemberian SK atau IM merupakan rute tersering dan terbaik dalam vaksinasi
aktif/ pasif untuk menginduksi respon anibodi. Suntikan IV akan dapat
mengurangi respon imun. Imunoglobulin disuntikkan IV kepada penderita
dengan defisiensi imun humoral seperti hipogamaglobuliemia Brutpn.
Pemberian oral diberikan untuk imunisasi polio (sabin) galur (strain) virus
yang dilemahkan dapat berkembang dalam mukosa usus kecil. Subyek yang
diimunisasi akan mengeluarkan virus dalam tinja, yang dapat disebarkan ke
orang lain di samping mengimunisasinya. Pemberian intranasal menginduksi
sistem imun yang menyerupai pajanan alamiah terhadap pathogen yang
disebarkan melalui udara dan dapat memberikan keuntungan oleh karena
memberikan respon berupa produksi IgA.
1. Boleh dalam kondisi darurat. Ini pendapat Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan Ibnu
Hazm.
Di antara dalil mereka adalah keumuman firman Allah: Sesungguhnya
Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali
apa yang terpaksa kamu memakannya.... (QS. Al- An’am [6]:119)
Demikian juga Nabi membolehkan sutera bagi orang yang terkena penyakit kulit,
Nabi membolehkan emas bagi sahabat arfajah untuk menutupi aibnya, dan
bolehnya orang yang sedang ihrom untuk mencukur rambutnya apabila ada
penyakit di rambutnya. Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena
termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma
ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir”(HR. Bukhari :
5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab
untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau
dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana
halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.
2. Tidak boleh secara mutlak. Ini adalah madzab Malikiyyah dan Hanabillah.
Di antara dalil mereka adalah sabda Nabi: “Sesungguhnya allah menciptakan
penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan jangan berobat dengan benda haram”
(ash-Shohihah:4/174). Alasan lainnya karena berobat hukumnya tidak wajib
menurut jumhur ulama, dan karena sembuh dengan berobat bukanlah perkara yang
yakin.
Daftar Pustaka
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Markum, A. H. 1997. Imunisasi. Edisi 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore ed. 11. Jakarta: EGC