Anda di halaman 1dari 40

WRAP UP SKENARIO 1

BLOK MEKANISME PERTAHANAN TUBUH


“MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI”

KELOMPOK B4

Ketua : Tsani Fauzi Elpani 1102016218


Sekretaris : Rusiani Nasilah 1102016193
Anggota : M. Irfan satria M 1102016135
Nisa Septiani 1102016154
Nurrahma Ayu Rizka 1102016161
Pricyllia Widad PP 1102016166
Rafidah Hanina 1102016176
Rima Permata S 1102016187
Saffira Hazya M 1102016195
Shintadewi Rachmah S 1102016206

UNIVERSITAS YARSI
Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510.
Telepon: +62 21 4206675.
Daftar isi
Skenario.............................................................................................................................3
Kata sulit............................................................................................................................4
Brainstroming / Activation Prior Knowledge.....................................................................5
Jawaban..............................................................................................................................6
Hipotesis............................................................................................................................7
Sasaran belajar...................................................................................................................8
Pembahasan....................................................................................................................9
Daftar Pustaka..................................................................................................................21
Skenario
MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI

Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas
untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi
tersebut dibawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter
melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region axilaris
dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat alam vaksin
tersebut dan menimbulakn respon imun tubuh.
Kata sulit
1. Antigen : imunogen yang sudah bereaksi dengan imunoglobulin dan bereaksi
dengan antibodi.
2. Vaksin BCG : vaksin dari kuman yang hidup bacillus calmete guerin yang
memberikan perlindungan penyakit TB.
3. Vaksin : suspensi microorganisme yang dilemahkan/ dimatikan/ suspensi protein
antigenik yang berasal dari mikroorganisme yang diberikan untuk mencegah,
mengobati penyakit yang menular.
4. Nodus limfatikus : kumpulan jaringan limfoid yang diatur sebagai organ limfoid
yang berdiameter 1-25 mm panjang pembuluh darah limfatik.
5. Respon imun tubuh : reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan
lainnya terhadap mikroba.
6. Region axilaris dekstra : bagian tubuh yang berada di ketiak bagian kanan
Brainstroming / Activation Prior Knowledge

1. Mengapa vaksin di berikan di lengan atas?


2. Mengapa benjolan berada di ketiak kanan?
3. Mengapa pemberian vaksin bisa memperkuat antibodi?
4. Berapa usia yang diperbolehkan vaksin BCG?
5. Apa dampak negatif dari vaksin BCG?
6. Bisa atau tidak pemberian vaksin BCG selain dilengan atas?
7. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk memeriksa benjolan?
8. Apa saja jenis antibodi?
9. Apa sja yang termasuk dalam sistem limfatikus?
10. Bagaimana prosedur vaksin BCG ketika bayi berusia lebih dari 3 bulan?
11. Apa perbedaan vaksin dan imunisasi?
12. Siapa saja yang tidak diperbolehkan vaksin BCG?
13. Apa saja respon imun tubuh?
14. Organ apa yang bekerja pada respon imun tubuh?
15. Bagaimana pandangan islam terhadap vaksinasi?
Jawaban

1. Karena di lengan atas merupakan area terdekat dengan kelenjar limfe.


2. Karena imunisasi di lakukan dilengan atas yang terdekat dengan nodus limfatikus
di regio axilaris dekstra.
3. Karena vaksin merangsang sistem imun untuk mengaktifkan sel limfosit B
kemudia merangsang pembuluh darah → membentuk antibodi yang spesifik sama
antigen → sebagian sel limfosit B membentuk sel memori.
4. Dari baru lahir dan paling lambat sampai usia 3 bulan.
5. Demam, alergi, kulit melepuh, bengkak di ketik.
6. Di lengan dan juga bisa dip aha.
7. Anamnesa, palpasi dan inspeksi.
8. IgM, IgG, IgA, IgD, IgE.
9. Limfe, pembuluh limfe, tonsil tymus, lien, nodus limfatikus.
10. Jika usia lebih dari 3 bulan tes tuberkulin → tingginya resiko peradangan lokal dan
bekas luka, serta kemungkinan terjangkit TBC secara aktif.
11. Vaksin berisi virus yang dilemahkan sedangkan imunisasi berisi antibodi yang di
khususkan untuk usia balita.
12. Menderita/resiko tinggi HIV, menderita TBC, mal nutrisi, sedang mendapat radio
terapi, dan sedang mengonsumsi obat imuno supresi.
13. Spesifik humoral limfosit B
Spesifik seluler limfosit T
14. Limfonodus, lien, tymus dan sumsum tulang.
15. Diperbolehkan jika kandungannya halal.
Hipotesis

Vaksin adalah suspensi microorganisme yang dilemahkan/ dimatikan/ suspensi


protein antigenik yang berasal dari mikroorganisme yang diberikan untuk mencegah,
mengobati penyakit menular. Vaksin berfungsi merangsang sel imun tubuh untuk
mengaktifkan sel limfosit B kemudia merangsang pembuluh darah → membentuk antibodi
yang spesifik sama antigen → sebagian sel limfosit B membentuk sel memori, salah satu
contohnya yaitu vaksin BCG yang berfungsi untuk memberi perlindungan terhadap
penyakit TB. Organ yang berperan dalam sistem imun yaitu limfonodus, lien, tymus dan
sumsum tulang. Vaksin dalam pandangan islam diperbolehkan jika memiliki kandungan
yang halal.
Sasaran belajar

LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi organ limfatikus


1.1 Makroskopik
1.2 Mikroskopik
LI 2. Memahami dan menjelaskan respon imun tubuh
2.1 Klasifikasi
2.2 Mekanisme
LI 3. Memahami dan menjelaskan Antigen
3.1 Definisi
3.2 Fungsi
3.3 Klasifikasi
3.4 Stuktur
LI 4. Memahami dan menjelaskan antibodi
4.1 Definisi
4.2 Fungsi
4.3 Klasifikasi
4.4 Stuktur

LI 5. Memahami dan menjelaskan vaksin


5.1 Macam-macam
5.2 Perbedaan vaksin dan imunisasi
LI 6. Memahami dan menjelaskan pandangan islam terhadap vaksin
Pembahasan
LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi organ limfatikus
1.1 Makroskopik
Organ limfoid primer : Organ limfoid primer terdiri dari sumsum tulang dan
timus. Sumsum tulang merupakan jaringan yang kompleks tempat hematopoiesis
dan depot lemak. Lemak merupakan 50% atau lebih dari kompartemen rongga
sumsum tulang. Organ limfoid diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan
poliferasi sel T dan B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.Sel
hematopoietik yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh
darah dan masuk ke sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh.

a. Thymus: Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus
akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang
sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk
menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2
buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla,
berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus
mempunyai 2 batasan, yaitu :
Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IV
Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)
Letak :Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum.
Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis,
aorta, dan trakea.Batas anterior yaitumanubrium sterni, dan rawan costae
IV.Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).
Perdarahan :Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea
inferior dan mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior
dan vena mammaria interna.

b. Sumsum Tulang: Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang
iga. Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan
diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel
plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid
yangkemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang
selanjutnya menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M
(B Cell Receptor) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi
sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darahmenuju ke organ
limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid juga
berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang
akhirnya menuju timus.
Organ limfoid sekunder :Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel
dendritic mempersentasikan antigen yang yang ditangkapnya di bagian lain tunuh
ke sel T yang memacunya untuk poliferasi dan diferensiasi limfosit.

a. Limfonodus: Terletak disekitar pembuluh darah yang


berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk
mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran
limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum
dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktustorasikus,
sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas.
Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung)
yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah
dansaluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar
dari limfonodus. Saluran afferent memasuki limfonodus pada
daerah sepanjang permukaan cembung.
Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang
merah dengan pinggiran cekung (hillus).
Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada
daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.

b. Lien: Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna
kemerahan karena banyak mengandung darah dan
berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan
splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada
keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia
berat.
Letak : Regio hipochondrium sinistra intra
peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan
11.Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan
flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
Ukuran :Sebesar kepalan tangan masing-masing individu. Aliran darah akan masuk
kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui venalienalis ke vena
porta menuju hati.

c. Tonsil: Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah
tonsila yaituTonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga
tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of
Waldeyer” hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini
terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas
3 buah tonsila, yaitu :

a. Tonsila palatine
1. Terletak pada dinding lateralis, orofaring
dekstra dan sinistra
2. Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris,
dasar dari lekukan itu adal tonsil bed
3. Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris
4. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula
5. Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus
(NV2)
6. Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris
externa(facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica
ascendens lingualis
b. Tonsila lingualis
1. Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya
papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).
2. Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang
arterialingualis), arteria carotis eksterna
c. Tonsila pharyngealis
1. Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang
2. Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak
nafaskarena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae),
terletak didaerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan
OPTA
1.2. Mikroskopik

a. Tyhmus: Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dlm
parenkim dan membagi timus menjadi lobulus.
Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap
disebut korteks dan zona pusat yang terang
disebut medula korteks dan medula berisi sel-sel
limfosit. Sel limfosit berasal dr sel mesenkim yg
menyusup ke dlm suatu epitel primordium dr
kantung faringeal ke 3 dan 4. Mengandung
badan hassal (corpusculum tymicum) yang
merupakan sel retikular epitel gepeng yg
tersusun konsentris , mengalami degenerasi dan
mengandung granula keratohialin.

a. Korteks timus
1. limfosit T yg sangat banyak,
2. Sel retikular epitel yg tersebar
3. Beberapa makrofag

b. Medulla timus
1. Mengandung sel retikular dan limfosit
2. Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat
dibanding bgn korteks
Timus mengalami involusi stlh pubertas. Timus ditempati oleh sel-sel yg
dihasilkan dr sumsum tulang. Sel-sel ini mulai menjalani diferensiasinya
mjd sel T. Timus menghasilkan beberapa faktor pertumbuhan protein yg
merangsang proliferasi dan diferensiasi limfosit T.
b. Limfonodus: Organ bersimpai berbentuk bulat /
mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid.
Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya
pembuluh limfe. Nodus ditemukan di ketiak dan
di lipat paha, sepanjang pembuluh-pembuluh
besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks
dan abdomen terutama dalam mesenterium.
Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung)
dan konkaf (cekung) yang disebut hilus à tempat
arteri dan saraf masuk dan vena keluar dari
organ.

a. Korteks luar:
1. Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu jar. sel
retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B
2. Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk
sferis yang disebut nodulus limfatikus
3. Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu
jar.ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat
reticular

b. Korteks dalam:
1. Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa
nodulus
2. Mengandung banyak limfosit T

c. Medulla:
1. Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan
korteks dalam
2. Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma
3. Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg
berdilatasi à sinus limfoid medularis yang mengandung
cairan limfe
Limfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari partikel
asing sebelum kembali ke sirkulasi darah. Sewaktu cairan limfe mengalir
melalui sinus, 99% atau lebih antigen dan kotoran lainnya dipindahkan
oleh aktivitas fagositosis makrofag. Infeksi dan perangsangan antigenik
menyebabkan limfonodus yang terinfeksi membesar dan membentuk
pusat-pusat germinativum yang banyak dengan proliferasi sel yang aktif

c. Lien: Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah.


Merupakan tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam darah.
Limpa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa darah dan
merupakan organ pembentuk antibodi penting. Dibungkus oleh simpai
jaingan ikat padat yang menjulurkan trabekula yang membagi parenkim
atau pulpa limpa menjadi kompartemen tidak sempurna. Pulpa limpa tidak
mempunyai pembuluh limfe. Limpa dibentuk oleh jalinan kerja jaringan
retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan sel-sel antigen-
presenting. Tidak memperlihatkan adanya daerah korteks dan medula yang
jelas. Kapsul pada limpa lebih tebal dibanding pada limfonodus
Pulpa limpa:
- Pada permukaan irisan melalui limpa,
tampak bintik-bintik putih dalam
parenkim à nodulus limfatikus (pulpa
putih/pulpa alba)
- Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah
tua yang penuh dengan darah à pulpa
merah/pulpa rubra.
- Pulpa rubra terdiri atas bangunan
memanjang yaitu korda limpa (korda
billroth) yg terdapat diantara sinusoid
a. Pulpa putih
1. Terdiri dari jar. limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan
nodulus limfatikus
2. Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis terutama
Limfosit T dan membentuk selubung periarteri.
3. Nodulus limfatikus terutama limfosit B
4. Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona
marginalis
b. Pulpa merah: jar.retikular dengan ciri khas, yaitu adanya:
1. korda limpa yang terdiri dari sel dan serat retikular
2. makrofag
3. limfosit
4. sel plasma dan banyak unsur darah (eritrosit, trombosit,
granulosit)
5. Banyak terdapat sinusoid
c. Zona marginalis
1. Terdiri dari banyak sinus dan jar.ikat longgar.
2. Terdapat sedikit limfosit dan banyak makrofag yg aktif
3. Banyak mengandung antigen darah à peran utama dalam
aktivitas imunologis limpa
d. Fungsi limpa
1. Pembentukan limfosit, dibentuk dalam pulpa putih à pulpa
rubra à sinusoid à bercampur darah
2. Destruksi eritrosit: Dilakukan oleh makrofag dalam korda
pulpa merah
3. Pertahanan organisme: Oleh karena kandungan limfosit B,
limfosit T, sel antigen presenting dan makrofag

d. Tonsil:
a. Tonsil Palatine:
1. Terletak pada dinding lateral faring bagian oral
2. Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi bagian
mulut lainnya
3. Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke
dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung sel-
sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri
dalam lumennya
4. Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan
adalah satu lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai
tonsila yg biasanya bekerja sebagai sawar terhadap
penyebaran infeksi tonsila
5. Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang
membentuk kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan
pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat serat otot rangka

b. Tonsila Lingualis:
1. Lebih kecil dan lebih
banyak
2. Terletak pada pangkal
lidah
3. Ditutupi epitel berlapis
gepeng
4. Masing-masing
mempunyai sebuah kriptus

c. Tosila Faringea:
1. Merupakan tonsila tunggal
yang terletak dibagian
supero-posterior faring.
2. Ditutupi epitel bertingkat
silindris bersilia
3. Terdiri dari lipatan-lipatan
mukosa dengan jar.
Limfoid difus dan nodulus limfatikus. Tidak memiliki
kriptus

LI 2. Memahami dan menjelaskan respon imun tubuh


2.1 Klasifikasi

Sistem Imun
Non-Spesifik Spesifik

Fisik Larut Selular Humoral Selular

-Kulit Biokimia: -Fagosit: Sel B Sel T


-Selaput lendir -Lisozim > Mononuklear -IgG -Th1
-Silia -Sekresisebaseus >Polimorfonuklear -Th2
-IgA
-Batuk -Asam lambung -Sel NK -Th17
-IgM
-Bersin -Laktoferin -Basofil
-IgE -Treg
-Asam neuraminik -Eosinofil
-IgD -Tdth
-SD
Sitokin -CTL/Tc
-NKT
Humoral:
-Komplemen
-APP
-Mediator
asal lipid
-Stitokin

2.2 Mekanisme

I. Sistem Imun Non-Spesifik


Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah
ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan
spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak
patogen potensial. Sistem tersebut dalam mengahadapi serangan berbagai
mikroba dan dapat memberikan respons langsung.
A. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin,
merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit dan
lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat
ditembus kebanyakan mikroba. Kulit yang rusak menyebabkan risiko
infeksi meningkat. Tekanan oksigen yang tinggi di paru bagian atas
membantu hidup kuman obligat aerob seperti tuberkulosis
B. Biokimia
Beberapa mikroba dapat masuk melalui kelenjar sebaseus dan
folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam
lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein
membran sel sehingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi melalui
kulit. Lizosim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu, melindungi
tubuh terhadap berbagai kuman positif-Gram peptidoglikan dinding
bakteri. Air susu ibu juga mengandung laktooksidase dan asam neuraminik
yang mempunyai sifat anti bakterial terhadap E.koli dan stafilokok. Saliva
mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding sel
mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga mengandung
antibodi serta komplemen yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam
lisis sel mikroba.
Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan
empedu dalam usus halus membantu menciptakan lingkungan yang dapat
mencegah infeksi banyak mikroba. pH yang rendah dalam vagina, spermin
dalam semen dan jaringan lain dapat mencegah tumbuhnya bakteri positif-
Gram. Pembilasan oleh urin dapat menyingkirkan kuman patogen.
Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat besi yang merupakan
metabolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba seperti
pseudomonas.
Bahan yang disekresi mukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan
telinga berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Mukus dapat
menangkap bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya dikueluarkan oleh
gerakan silia. Polusi, asap rokok, alkohol dapat merusak mekanisme
tersebut sehingga memudahkankan terjadinya infeksi oportunistik.
C. Humoral
Sistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul larut.
Molekul larut terntu diproduksi di tempat infeksi atau cedera dan berfungsi
lokal. Molekul tersebut antara lain adalah peptida antimkroba seperti
defensin, katelisidin dan IFN dengan efek antiviral.
1) Komplemen: Komplemen merupakan sistem yang terdiri atas sejumlah
protein yang berperan dalam pertahanan penjamu, baik dalam sistem
imun nonspesifik maupun sistem imn spesifik. Komplemen merupakan
salah satu sistem enzim serum yang berfungsi dalam inflamasi,
oposonisasi dan kerusakan (lisis) membran patogen.
Komplemen juga dapat berperan dalam sistem imun spesifik yang
setiap waktu dapat diaktifkan kompleks imun.
Aktivasi komplemenmerupakan usaha tubuh untuk menghancurkan
antigen asing, namun sering pula menimbulkan kerusakan jaringan
sehingga merugikan tubuh sendiri. Komplemen sangat sensitif terhadap
sinyal kecil.
- Mediator yang dilepas komplemen
- Aktivasi komplemen
- Reseptor komplemen
- Fungsi biologis komplemen
- Regulator – inhibitor komplemen
- Defisiensi komplemen
2) Protein fase akut: Selama fase ini, terjadi perubahan pada kadar
beberapa protein dalam serum yang disebut APP. Protein yang
meningkat atau menurun selama fase akut disebut juga APRP yang
berperan dalam pertahanan dini. APRP diinduksi oleh sinyal yang
berasal dari tempat cedera atau infeksi melalui darah. Hati merupakan
tempat sistesis APRP.
a. C-Reactive Protein
CRP yang meruapaka salah satu PFA, termasuk golngan protein
yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai
respons imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP mengikat
bergbagai mikroorganisme, protein C pneumokok yang membentuk
kompleks dan mengaktifkan komplemen jalur klasik.

b. Lektin
Lektin berperan sebagai opsonin, mengaktifkan komplemen.
c. Protein fase akut lain
Protein fase akut yang lain adalah α1-antitripsin, amiloid serum A,
haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen yang juga berperan pada
peningkatan laju endapan darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh
lebih lambat dibanding dengan CRP.
3) Mediator asal fosfolipid: Metabolisme fosfolipid diperlukan untuk
produksi PG dan LTR. Keduanya meningkatkan responsinflamasi
melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.
4) Sitokin IL-1, IL-6, TNF-α
Selama terjadi infeksi, produk bakteri seperti LPS mengaktifkan
makrofag dan sel lain untuk memproduksi dan melepas berbagai sitokin
seperti IL-1 yang merupakan irogen endogen, TNF-α dan IL-6.
5) Pertahanan selular: Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan
dalam sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut
dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan.
II. Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing pertama kali terpajan dengan tubuh
segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan
sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan
dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan.
A. Humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah linfosit B atau
sel B. Sel B dirangsangoleh benda asing akan berproliferasi,
berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi
antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan dalam serum.
B. Selular
Limfosit T atau sel T berperan dalam sistem imun spesifik selular. Berbeda
dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang
berlaian yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel
Tr atau Th3. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya
mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8 +
memusnahkan sel terinfeksi.
Komponen Sistem Imun

Limfosit T dan B merupakan satu-satunya komponen sistem imun


yang mempunyai kemampuan pengenalan antigen spesifik, yaitu dengan
menimbulkan imunitas adaptif. Sel NK adalah limfosit yang berasal dari sel
induk hematopoetik. Sel NK diduga mempunyai peran pertahanan hospes
terhadap infeksi virus, pada pengawasan tumor, dan pada pengaturan imun.

Manusia memiliki dua jenis yaitu Limfosit B (sel B) dan Limfosit T


(sel T). Limfosit mengalir di darah dan limfa, khususnya sistem limfatik.
Sistem limfatik terdir dari limfa, nodus limfa, timus dan jaringan limfa
lainnya. Limfosit sendiri merenspons mikroba atau molekul asing tertentu
yang dinamakan antigen. Antigen meliputi molekul yang dimiliki virus,
bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Antigen ditemukan di
permukaan zat asing.

Antigen menimbulkan respons kekebalan dengan cara mengaktifkan


sel B untuk mensekresi protein yang disebut dengan antibodi. Antigen
memiliki bermacam-macam bentuk molekuler yang merangsang sel B
untuk mensekresi antibodi yang berinteraksi dengan antigen tersebut. Sel B
dan sel T dapat mengenali antigen yang spesifik karena memiliki reseptor
antigen yang terletak di membran plasma. Reseptor antigen pada sel B
mrupakan antibodi membran sedangkan pada sel T disebut juga reseptor sel
T. Reseptor sel T berikatan dengan antibodi membran dan mengenali
antigen tersebut.

Limfosit yang mengandung reseptor untuk mengenali antigen.


Setelah antigen terdeteksi, maka limfosit akan membelah dan
berdiferensiasi serta membentuk 2 klon yaitu sel efektor dan sel memori.
Pengklon sel ini disebut dengan seleksi klonal.

Setiap antigen berikatan dengan reseptor secara selektif dengan


mengaktifkan sel limfosit di tubuh kemudian jumlah sel yang terseleksi
akan menghasilkan ribuan sel yang bersifat spesifik untuk menghancurkan
antigen tersebut. Kejadian ini dinamakan respons kekebalan. Respons
kekbalan terbagi menjadi dua, yaitu respons kekebalan primer dan respons
kekebalan skunder.

Respons kekebalan primer ketika limfosit memerlukan 10-17 hari


untuk menyeleksi limfosit dan memberikan respons terhadap antigen. Sel B
dan sel T yang terseleksi akan membangkitkan sel efektor yang
menghasilkan antibodi, antibodi ini dinamakan sel plasma dan sel efektor
T. Sel efektor akan berkembang, respons yang diterima seseorang yaitu
sakit. Lalu gejala tersebut hilang ketikan antibodi membersihkan antigen
tersebut. Jika individu terserang antigen yang sama, maka respons yang
akan terjadi lebih cepat sekitar 2-7 hari. Respons ini dinamakan respons
kekebalan sekunder.
Jika antigen yang diterima lebih banyak, maka antibodi yang akan
dihasilkan dalam respons skunder memiliki afinitas yang lebih besar
terhadap antigen. Kemampuan sistem kekebalan dalam sekunder disebut
juga memori imunologis. Sel memori disiapkan untuk berpoliferasi atau
memperbanyakdiri dan berdiferensiasi ketika sel limfosit akan berkontak
dengan antigen yang sama.

Limfosit berasal dari sel induk pluripoten di sumsum tulang. Semua


limfosit itu sama lalu akan berkembang menjadi sel B dan sel T tergantung
lokasi proses pematangannya. Limfosit yang bermigrasi dari sumsum
tulang belakang menju Timus akan menjadi sel T, sedangkan limfosit yang
tetap berada di sumsum tulang akan menjadi sel B.

Limfosit tidak akan bereaksi terhadap antigen tetapi sel T


berinteraksi dengan molekul. Molekul ini merpakan glikoprotein yang
berikatan pada permukaan sel yang dinamakan MHC (Major
Hsitocompability Complex). Glikoprotein MHc disebut juga HMA (Human
Leukocyte Antigen). MHC terdiri dari MHC kelas I dan MHC kelas II.
MHC kelas I ditemukan di semua sel tubuh yang bernukleus. MHC kelas II
terletak di makrofaga; sel B; sel T yang dikatifkan dan sel yang menyusun
bagian inferior timus. Tugas moleku MHC yaitu mengikatkan antigen.
Masing-masing molekul MHC mengikatkan fragmen antigen protein dalam
lekukan yang berbentuk ayunan dan mengikatkannya pada sel T.

Sel T terdiri dari 2 jenis yaitu sel T sitotoksik dan sel T helper. Sel
T sittotoksik memiliki reseptor antigen yang berikatan dengan fragmen
antigen yang mengandung MHC kelas I terletak pada sel sel tubuh
bernukleus. Sel T helper memiliki reseptor yang berikatan dengan fragmen
antigen yang mengandung MHC kelas II . Sel T yang berkembang di dalam
timus yang memiliki reseptor afinitasnya menjadi sel T sitotoksik. Sel T
yang mempunyai reseptor afinitas terhadap MHC kelas II menjadi sel
Helper. Respons kekebalan limfosit B dan T memiliki ciri khas yakni
spesifitas, keanekaragaman, memori dan mampu membedakan diri sendiri
dan bukan diri sendiri.

LI 3. Memahami dan menjelaskan Antigen


3.1 Definisi
Antigen adalah setiap zat yang mampu, dalam kondisi yang sesuai, menginduksi
suatu respons imun spesifik dan bereaksi dengan produk respons tersebut, yakni,
dengan antibodi spesifik atau limfosit T yang disensitisasi secara khusus, atau
keduanya. Antigen dapat berupa zat terlarut, seperti toksin dan protein asing, atau
partikel, seperti bakteri dal sel jaringan. Akan tetapi, hanya sebagian molekul
protein atau polisakaridanya saja, yang diketahui sebagai antigenic determinant,
yang bergabung dengan antibodi atau suatu reseptor spesifik pada suatu limfosit.
(Dorland)
3.2 Fungsi
Memacu terjadi nya respon imun yang akhirnya akan memacu produksi antibodi .
antigen yang berhasil masuk ke dalam tubuh akan mengaktifkan berbagai respon
imun spesifik dan non spesifik.

3.3 Klasifikasi
Antigen dapat dibagi menurut epitop, spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T
dan sifat kimiawi:
1) Pembagian antigen menurut epitope
a. Unideterminan, univalent
Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: Hapten
b. Unideterminan, multivalent
Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut
ditemukan pada satu molekul. Contoh: Polisakarida
c. Multideterminan, univalent
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya saty dari setiap
macamnya (kebanyakan protein). Contoh: Protein
d. Multideterminan, multivalent
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu
molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks
secara kimiawi). Contoh: Kimia kompleks.

2) Pembagian antigen menurut spesifisitas


a. Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu
c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu
spesies
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.

3) Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T


a. T dependen, yang memerlukan pengenalam oleh sel T terlebih dahulu
untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen
protein termasuk dalam golongan ini.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul
besar polimerik yang dipecah didalam tubuh secara perlahan-lahan
misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik
bakteri.

4) Pembagian antigen menurut sifat kimiawi


a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang
merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat
menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh
lain adalah respons imun yang ditimbulkan golongan dara ABO, sifat
antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada
permukaan sel dara merah
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat
protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah
sfingolipid
c. Asam nukleat
Asam nukelat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila
diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya
biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada
penderita dengan LES
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umunya
multideterminan dan univalent

3.4 Stuktur

Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan dan


struktur tersier.
a. Ukuran
Antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang
besar.Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga
dapat bersifat imunogen dengan membentukkompleks molekul kecil
(hapten) dan protein inang (carrier).

b. Bentuk

Bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP


dalam DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat
ditemukan dalam homolog primer. Kopolimer dari dua asam amino
bersifat imunogenik untuk beberapa spesies, yang mana polimer dari tiga
atau empat asam amino yang merupakan syarat yang penting untuk spesies
lain. Lokasi dari struktur dalam determinan juga sangat penting.
c. Rigiditas
Gelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir
semuanya non imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi antigen secara
langsung diangkut ke gelatin.
d. Lokasi determinan
Bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan determinan antigen
yang penting yang dapat dimasukkan oleh molekul besar.
e. Struktur tersier
Struktur tersier dari protein (spatial folding) penting dalam
mendeterminasi kespesifikan dari respon suatu antibody. Produksi
antibody rantai A dari insulin tidak bereaksi dengan molekul alami.
Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah kondisi kontrol
diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda hanya dalam
struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari
imunogen akan dihancurkan.
LI 4. Memahami dan menjelaskan antibodi
4.1 Definisi
Antibodi adalah molekul imunoglobulin yang mempunyai suatu rantai aam amino
spesifik, yang hanya berinteraksi dengan antigen yang menginduksi sintesis
molekul ini di dalam sel seri limfoid (khususnya sel plasma), atau dengan antigen
yang sangat erat hubungannya dengan antigen tersebut. Antibodi digolongkan
menurut cara kerjanya, seperti aglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin,
presipitin, dll.(Dorland)

4.2 Fungsi
a. ImmunoglobulinG(IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu
bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar
yang rendah. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem
getah bening, dan usus. Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju
tempat antigen berada dan menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa ini
memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan racun. IgG juga
mampu menyelinap diantara sel-sel dan  menyingkirkan mikroorganisme yang
masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil,
IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari
ibu hamil ke janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari
kemungkinannya infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir.
Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang pertama
kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi sampai sistem
kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.
b. Immunoglobulin A (IgA)
Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi
oleh selaput lendir, misalnya hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA juga
ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI,
getah lambung, dan sekresi usus. Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan
dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat dalam tubuh bayi yang
baru lahir.
c. Immunoglobulin M (IgM)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B.
Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan
antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM
terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian
menghilang. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan
enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan
meningkat. IgM banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal
tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan. Untuk mengetahui apakah janin
telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
d. Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada
permukaan sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit.IgD ini bertindak
dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel
T menangkap antigen.
e. Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran
darah.Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh
karena itu, tubuh seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang
tinggi. IgE penting melawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis, yang banayk
ditemukan di negara-negara berkembang.

4.3 Klasifikasi
a. IgG (Imuno globulin G)
Merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa
hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa
tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah
bening, dan usus. Mereka mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh dan
menghambatnya begitu terdeteksi. Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri dan
penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta
menetralkan asam yang terkandung dalam racun. Selain itu, IgG mampu menyelip
di antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis yang masuk
ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta ukurannya yang kecil,
mereka dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil dan melindungi janin dari
kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak diciptakan dengan karakteristik yang
memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam plasenta, maka janin dalam rahim
tidak akan terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian
sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu akan melindungi embrio dari musuh
sampai anak itu lahir.

b. IgA (Imuno globulin A)


Terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air liur,
ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan sekresi usus.
Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri
dan virus yang lebih menyukai media lembap seperti itu. Secara struktur, IgA mirip
satu sama lain. Mereka mendiami bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki
mikroba. Mereka menjaga daerah itu dalam pengawasannya layaknya tentara andal
yang ditempatkan untuk melindungi daerah kritis. Antibodi ini melindungi janin
dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan. Setelah kelahiran, mereka tidak
akan meninggalkan sang bayi, melainkan tetap melindunginya. Setiap bayi yang
baru lahir membutuhkan pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam
organisme bayi yang baru lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI
akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis
antibodi ini juga akan hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada
saat bayi telah berumur beberapa minggu.

c. IgM (Imuno globulin M)


Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada
saat organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi
pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam rahim mampu
memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh menyerang
janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat.
Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari
kadar IgM dalam darah.

d. IgD (Imuno globulin D)


IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka
tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada
permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen.

b. IgE (Imuno globulin E)


IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini bertanggung
jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya untuk
berperang. Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh. Karena
itu, kadar IgE tinggi pada tubuh orang yang sedang mengalami alergi.

4.4 Struktur
Antibodi berbentuk Y dan diklasifikasikan berdasarkan sifat bagian
ekornya. Antibodi dari kelima subkelas terdiri dari empat rantai polipeptida yang
saling berkaitan dua rantai berat yang panjang dan dua rantai pendek yang ringan
yang tersusun membentuk huruf Y. Karakteristik bagian lengan dari Y menentukan
spesifisitas antibodi (yaitu, dengan antigen apa antibodi dapat berikatan). Sifat
bagian ekor antibodi menentukan sifat fungsional antibodi (apa yang dilakukan
antibodi setelah berikatan dengan antigen).
Sebuah antibodi memiliki dua tempat pengikatan antigen identik, satu di
masing-masing ujung lengan. Fragmen pengikat antigen (antigen-bindingfragment,
Fab) ini bersifat unik untuk masing-masing antibodi sehingga setiap antibodi hanya
dapat berinteraksi dengan satu antigen yang secara spesifik cocok dengannya,
seperti kunci dan anak kuncinya.
Berbeda dengan regio Fab yang bervariasi di ujung lengan ini, bagian ekor
setiap antibodi dalam setiap subkelas imuno-globulin bersifat identik. Bagian ekor,
atau disebut bagian konstan (Fc), mengandung tempat untuk mengikat mediator
tertentu pada aktivitas yang diinduksi oleh antibodi, yang berbeda-beda di antara
berbagai subkelas antibodi.
LI 5. Memahami dan menjelaskan vaksin
5.1 Macam-macam
a.Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang
yang telah mendapat imunisasi aktif. Imunitas pasif dapat diperoleh melalui
antibodi dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan.

1) Imunisasi pasif alamiah

a) Imunitas maternal melalui plasenta,

Antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif kepada


janin. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan memberikan
proteksi pasif kepada janin dan bayi.

b) Imunitas maternal melalui kolostrum

Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi dalam


kolostrum (ASI perama segera setelah partus). Daya proteksi
antibodi kelenjar susu tergantung dari antigen yang masuk ke
dalam usus ibu dan gerakan sel yang dirangsang antigen.
Antibodi terhadap mikroorganisme yang menempati usus ibu
dapat ditemukan dalam kolostrum sehingga selanjutnya bayi
memperoleh proteksi terhadap mikroorganisme yang masuk
saluran cerna.
2) Imunisasi pasif buatan:

a) Immune Serum Globulin nonspesifik (Human Normal


Immunoglobulin):

Imunisasi pasif tidak diberikan secara rutin, hanya diberikan


dalam keadaan tertentu kepada penderita yang terpajan dengan
bahan yang berbahaya terhadapnya dan sebagai regimen jangka
panjang pada penderita dengan defisiensi antibodi. Jenis
imunitas diperoleh segera setelah suntikan, tetapi hanya
berlangsung selama masa hidup antibodi in vivo yang sekitar 3
minggu untuk kebanyakan bentuk proteksi oleh Ig.

Preparat dibuat dari plasma atau serum yang dikumpulkan dari


donor sehat atau plasenta tanpa memperhatikan sudah atau
belum divaksinasi/ dalam atau tidak dalam masa konvalesen
suatu penykit. Preparat yang diperoleh harus bebas dari virus
hepatitis dan HIV atau AIDS, kadar antibodi sekitar 25 kali,
stabil untuk beberapa tahun dan dapat mencapai puncaknya
dalam darah sekitar 2 hari setelah pemberian IM.

ISG digunakan untuk imunisasi pasif terhadap berbagai


penyakit atau untuk perawatan penderita imunokompromais dan
pada keadaan tertentu. ISG juga diberikan kepada penderita
purpura TIP. Dosis tinggi IgG diperlukan untuk dapat
mencegah reseptor Fc pada fagosit, terjadinya fagositosis dan
rusaknya trombosit akibat ADCC.

b) Immune Serum Globulin spesifik

Plasma atau serum yang diperoleh dari donor yang dipilih


sesudah imunisasi atau booster atau konvaselen dari suatu
penyakit.

1. Hepatitis B Immune Globulin:

2. ISG Hepatitis A

3. ISG Campak

4. Human Rabies Immune Globulin

5. Human Varicella-Zoster Immnue Globulin


6. Antisera terhadap virus Sitomegalo

7. Antibodi Rhogan

8. Tetanus Immune Globulin

9. Vaccinia Immune Globulin


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian globulin serum adalah biasanya preparat
globulin diberikan IM mengingat pemberian IV dapat menimbulkan reaksi anafilaksis.
Preparat baru adalah aman untuk pemberian IV. Keunikan kontraindikasi pemberian
Immunoglobulin yaitu pada defisiensi IgA kongenital.

b.Imunisasi aktif

Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin


hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Keuntungan dari pemberian vaksin
hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan
dengan dosis lebih besar dan respons imun di tempat infeksi alamiah. Vaksin yang
dilemahkan diproduksi dengan mengubah kondisi biakan mikroorganisme dan dapat
merupakan pembawa gen dari mikroorganisme yang sulit untuk dilemahkan.
Kontak pertama dengan antigen eksogen menibulkan respons humoral primer yang
idtandai dengan sel plasma yang memproduksii antibodi dan sel B memori. Respons
primer ditandai dengan lag phase yang diperlukan sel naif untuk menjalani seleksi klon,
ekspansi klon dan diferensiasi menjadi sel memori dan sel plasma. Kemampuan untuk
memberikan respons humoral sekunder tergantung dari adanya sel B memori dan sel T
memori. Aktivasi kedua sel memori menimbulkan respons antibodi sekunder yang dapat
dibedakan dari respons primer.
Vaksin
Jenis Vaksin Penjelasan Penyakit
Vaksin Hidup Virus/bakteri yang Campak, parotitis,
dilemahkan Polio (Sabin), Virus
rota, rubella, varisela,
yellow fever,
tuberculosis.
Vaksin Mati Bahan asal patogen Kolera, influenza,
seperti toksoid yang hepatitis A, pes, polio
diinaktifkan tetapi (Salk), rabies
tetap imunogen
Toksoid Berasal dari bahan Difteri, tetanus
toksin bakteri
Subunit Berasal dari bagian Hepatitis B, pertussis,
(eksotoksin organisme, misalnya S. pneumoni
yang komponen kapsul
diinaktifkan) bakteri
Konjugat Berasal dari H. influenza tipe B, S.
polisakaida murni pneumoni
yang dikonjugasikan
dengan protein karier
DNA Dalam uji klinis
Vektor Dalam uji klinis
Rekombinan

a. BCG

BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis


(TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin
disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur
kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak
berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini
mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan,
sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk
vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan, misalnya
penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka
panjang, penderita infeksi HIV.

Reaksi yang mungkin terjadi:

1) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat


penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi
nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini
akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.

2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau


leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan
menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah

1) Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan


karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang
secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah
matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan
menggunakan jarum) dan bukan disayat.

2) Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu


dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik
dalam waktu 2-6 bulan.
b. DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap


difteri, pertusis dan tetanus.

1) Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan


dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

2) Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan
yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu
dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak
dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak.

3) Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan


pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang
berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha Imunisasi
DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan
(DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak
kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah
DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami
reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT,
bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan
booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun
(karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun,
setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang
mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri,
akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam
ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek
samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam
vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan
komplikasi berikut:

1) Demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius)

2) Kejang
3) Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya
pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam
keluarganya)

4) Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).


Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan,
imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah
mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal,
penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau
kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan
DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau
pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan
kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun
tungkai yang bersangkutan

c. Polio

Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa


menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio :

1) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus


polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan

2) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup


yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio,
bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan
1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6
tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia
umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
(0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok
yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio pada yang sedang menderita
diare berat, gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan,
kemoterapi, kortikosteroid) serta yang sedang hamil. Efek samping
yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.

Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon


kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan
untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang
tertinggi.

d. HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B


adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika
ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2
bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1
bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan
antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5
tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan
dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada
otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin
HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin)
pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua
diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada
saat anak berumur 6 bulan.

Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui,
diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika
positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1
minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya
ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan
kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat
suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada
saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa

e. Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit


campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada
saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat
diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi
pemberian vaksin campak :

1) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 Celsius

2) Gangguan sistem kekebalan

3) Pemakaian obat imunosupresan

4) Alergi terhadap protein telur

5) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

6) Wanita hamil

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

f. MMR

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan


dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
1) Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan
mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan
pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih
serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan
pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai
nyeri.

2) Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak


dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan
juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi
kemandulan.

3) Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit


dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa
menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika
seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).

Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi


penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme
dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin tunggal untuk setiap
komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika
dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12
bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan.


Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup
yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak
berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur
11-13 tahun (sebelum masuk SMP).

Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18


tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan
status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum
masuk SD.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing
komponen vaksin:

1) Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi,


mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5%
anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50 Celsius
atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang
menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam
waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama
1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR
kedua.

2) Komponen gondongan. Pembengkakan ringan pada kelenjar di


pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari
dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan
MMR.

3) Komponen campak Jerman, Pembengkakan kelenjar getah bening


dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul
dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini
terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri
atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul
dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini
hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan
MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima
suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus
berlangsung selama beberapa bulan (hilang- timbul).

4) Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1


minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi
ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan
MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau
mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering
ditemukan pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima
suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa
mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya
terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan
biasanya berhubungan dengan demam tinggi.

Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.


Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:

1) Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin


2) Anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin

3) Anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker,


leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid,
kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.

4) Wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

g. Imunisasi Varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar


air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian
secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan
mengelupas.

Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air
dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang
mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya
memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun
atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan
belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin
dengan selang waktu 4-8 minggu. Vaksin varisella memberikan
kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin
juga seumur hidup. Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan,
yaitu berupa :

1) Demam

2) Nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan

3) Ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

Efek samping yang lebih berat adalah :

1) Kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah
penyuntikan
2) Pneumonia

3) Reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan


pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan
perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit
sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang
terjadi.

4) Ensefalitis

5) Penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :

1) Wanita hamil atau wanita menyusui

2) Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan


yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan
imunosupresif bawaan

3) Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik


neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil
kedua bahan tersebut

4) Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius,


kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

5) Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi


kortikosteroid

6) Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau


komponen darah lainnya

7) Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima
suntikan immunoglobulin.
Cara pemberian vaksin
Pemberian SK atau IM merupakan rute tersering dan terbaik dalam vaksinasi
aktif/ pasif untuk menginduksi respon anibodi. Suntikan IV akan dapat
mengurangi respon imun. Imunoglobulin disuntikkan IV kepada penderita
dengan defisiensi imun humoral seperti hipogamaglobuliemia Brutpn.
Pemberian oral diberikan untuk imunisasi polio (sabin) galur (strain) virus
yang dilemahkan dapat berkembang dalam mukosa usus kecil. Subyek yang
diimunisasi akan mengeluarkan virus dalam tinja, yang dapat disebarkan ke
orang lain di samping mengimunisasinya. Pemberian intranasal menginduksi
sistem imun yang menyerupai pajanan alamiah terhadap pathogen yang
disebarkan melalui udara dan dapat memberikan keuntungan oleh karena
memberikan respon berupa produksi IgA.

2) Perbedaan vaksin dan imunisasi


Vaksin ialah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun
kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian
antigen yang dapat merangsang antibodi dari system imun di dalam tubuh
Ada dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Berbagai jenis
vaksin yang ada merupakan contoh pemberian imunisasi aktif. Dalam hal ini tubuh anak
akan membuat sendiri zat anti setelah suatu rangsangan antigen dari luar tubuh. Setelah
rangsangan ini kadar zat anti dalam tubuh anak akan meningkat, sehingga anak menjadi
imun atau kebal.
Berlainan dengan imunisasi pasif. Dalam hal ini imunisasi dilakukan dengan
penyuntikan sejumlah zat anti, sehingga kadarnya dalam darah akan meningkat. Jadi pada
imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil
produksi tubuh sendiri, tetapi secara pasif diperoleh karena suntikkan atau pemberian dari
luar tubuh.
Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
1. Pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk
membuat zat anti dibandingkan imunisasi pasif.
2. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-
tahun), sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk beberapa
bulan.
Jadwal imunisasi 2017

LI 6. Memahami dan menjelaskan pandangan islam terhadap vaksin

Masalah ini diperselisihkan ulama menjadi dua pendapat :

1. Boleh dalam kondisi darurat. Ini pendapat Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan Ibnu
Hazm.
Di antara dalil mereka adalah keumuman firman Allah: Sesungguhnya
Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali
apa yang terpaksa kamu memakannya.... (QS. Al- An’am [6]:119)

Demikian juga Nabi membolehkan sutera bagi orang yang terkena penyakit kulit,
Nabi membolehkan emas bagi sahabat arfajah untuk menutupi aibnya, dan
bolehnya orang yang sedang ihrom untuk mencukur rambutnya apabila ada
penyakit di rambutnya. Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena
termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma
ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir”(HR. Bukhari :
5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab
untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau
dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana
halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.
2. Tidak boleh secara mutlak. Ini adalah madzab Malikiyyah dan Hanabillah.
Di antara dalil mereka adalah sabda Nabi: “Sesungguhnya allah menciptakan
penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan jangan berobat dengan benda haram”
(ash-Shohihah:4/174). Alasan lainnya karena berobat hukumnya tidak wajib
menurut jumhur ulama, dan karena sembuh dengan berobat bukanlah perkara yang
yakin.
Daftar Pustaka

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Markum, A. H. 1997. Imunisasi. Edisi 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore ed. 11. Jakarta: EGC

Zulhamidah, Yeni. Sistema Lymphaticus. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran


Universitas Yarsi

Anda mungkin juga menyukai